Anda di halaman 1dari 31

Peluang dan Tantangan

Teknologi P.J Untuk


Pemetaan RDTR (Skala Besar)

Irawan Sumarto, Webinar Mapin, 13-05-20


1
Outline
 Pendahuluan
• Investasi berjalan lambat
• Tindak lanjut
 Perpres Percepatan Kemudahan Berusaha
 Tidak perlu Amdal bila RDTR sudah ada
 Rencana penghapusan IMB bila RDTR sudah ada
 Rencana penghapusan Izin Lokasi bila RDTR sudah ada
 Dllnya.
 Peta RDTR  Peta Dasar 1:5K
 Kebutuhan IGD Produser vs User
 Penutup

2
3
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2019
tentang
Percepatan Kemudahan Berusaha

Dengan aturan ini, semua perizinan usaha yang ada di 22 kementerian dan lembaga
sekaligus, dilimpahkan 100 persen ke BKPM. Lembaga tersebut yaitu Kementerian Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Lalu, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Agama, Kementerian
Perhubungan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Komunikasi dan Informatika, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian
Perindustrian. Kemudian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pariwisata, Kementerian
Keuangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Badan Standardisasi Nasional, Badan Pengawas
Tenaga Nuklir, hingga Kepolisian Republik Indonesia.

Sebagai contoh, Izin Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)
yang selama ini ada di tangan Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, kini beralih ke tangan Bahlil.
"Secara teknis kami tetap koordinasi untuk kajiannya lewat kementerian teknis, tapi pelimpahan
kewenangan perizinannya sudah di BKPM," kata Bahlil.

4
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: P.24/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
PENGECUALIAN KEWAJIBAN MENYUSUN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG BERLOKASI DI DAERAH KABUPATEN/KOTA
YANG TELAH MEMILIKI RENCANA DETAIL TATA RUANG

Pasal 4
1. Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan
hidup wajib menyusun Amdal.
2. Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan dari kewajiban menyusun
Amdal apabila lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada pada daerah
kabupaten/kota yang telah memiliki RDTR.
6
Peta RDTR memangkas jalur birokrasi dan waktu
perizinan berusaha  Mempercepat bergulirnya
roda usaha.

7
Bergeser dari Konsep

Basis Izin Pemanfaatan Ruang

8
RDTR  Peta Dasar 1:5K

9
Luas Wilayah - INDONESIA
~ 51 Jt Ha ~ 9 Jt Ha
~ 19.5 Jt Ha
~ 42.5 Jt Ha

~ 13 Jt Ha
2 Jt~~ Ha
~ 0.5 Jt Ha ~ 4.6 Jt Ha

Luas Daratan ~ 190 Juta Ha


Jumlah Penduduk ~ 250 Juta Jiwa
10
Estimasi Luas & Statistik Wil. Indonesia (BPS, 2008;
Kemdagri ,2017)

 Luas wilayah Darat  ~190 Juta Ha

 Luas Pemukiman  ~10 Juta Ha


 Luas Pertanian basah+kering  ~20 Juta Ha
 Luas Kebun/Perkebunan  ~60 Juta Ha
 Luas wilayah hutan  ~100 Juta Ha

 Jumlah Propinsi 34
 Kabupaten/Kota ~ 510
 Kecamatan ~ 7,000
 Desa/Kelurahan ~84,000

Luas Coverage Peta Dasar 1:5.000 ?


11
Teknologi Akuisisi Data Geospasial
• Airborne
• Spaceborne
• Area Frame Kamera
• Linear Scanner
• Optical
• Radar
• Lidar
• Dllnya

12
13
PERATURAN KEPALA BIG
Kebutuhan IGD NOMOR 15 TAHUN 2014
TENTANG
(produser) PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR

Pasal 2
1. Syarat dan ketentuan dalam standar ketelitian peta dasar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 meliputi:
a) Ketelitian geometri; dan
b) Ketelitian atribut/semantik.

LAMPIRAN : PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR


III. KETELITIAN PETA DASAR
Ketelitian Peta Dasar meliputi:
a) Ketelitian Geometri adalah nilai yang menggambarkan ketidakpastian koordinat posisi
suatu objek pada peta dibandingkan dengan koordinat posisi objek yang dianggap
posisi sebenarnya. Komponen ketelitian geometri terdiri atas:
1. Akurasi horizontal; dan
2. Akurasi vertikal.
b) Ketelitian atribut/semantik adalah nilai yang menggambarkan tingkat kesesuaian
atribut sebuah objek di peta dengan atribut sebenarnya.
14
Perka BIG No.6/2018

15
PERATURAN KEPALA BIG
NOMOR 15 TAHUN 2014

16
17
PERATURAN BADAN INFORMASI
GEOSPASIAL
REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1 TAHUN 2020


TENTANG
STANDAR PENGUMPULAN DATA
GEOSPASIAL DASAR
UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR
SKALA BESAR

18
Kebutuhan User (ATR.BPN)

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2018
TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN
RENCANA DETAIL TATA RUANG
DAN PERATURAN ZONASI KABUPATEN/KOTA

Pasal 9
7. Penyusunan dan penetapan RDTR dan PZ kabupaten/kota
menggunakan dan menghasilkan peta format digital dengan
ketelitian geometris dan ketelitian detail informasi skala
1:5.000.

19
PERATURAN
KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
NOMOR 15 TAHUN 2014
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR

Pasal 2
1. Syarat dan ketentuan dalam standar ketelitian peta dasar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 meliputi:
a. Ketelitian geometri; dan  b. Ketelitian Geometris
b. Ketelitian atribut/semantik.  a. Ketelitian Detail Informasi

PerMen ATR.BPN
No 16-2018
Mosaik
Bagaimana menyinergikan antara produser yang mempunyai prosedur dan persyaratan
ketat yg berpegang pada kaidah ilmu di hulu dengan kebutuhan user yg praktis dihilir dan
agak relaxed/longgar, fit for purpose ?
20
PerKa BIG 1-2020

Data Dasar DG Peta Dasar

Data Dasar Peta


Mosaik
DG RDTR

PerMen ATR.BPN 16-2018


21
Kendala Produser : (back office)
• Alam (hujan, awan permanen)
• Aturan Perundangan
• Kuantitas dan kualitas SDM
• Waktu
• Luas wilayah

Kendala User : (front office)


• Politis
• Populis
• Waktu

22
Konsep Manajemen (F, G, C)
Kita hanya bisa pilih dua saja

Mana yg dipilih ???


23
Penutup
• Produser yang berorientasi ketelitian geometri /
atribut / semantik
• User yang berorientasi ketelitian detail informasi /
atribut / semantik
• Teknologi PJ yang sudah tersedia diaplikasikan
• RDTR  Atribut/semantik first  Mosaik 
Geometri
• Peta Dasar  Geometri first

24
26
27
Beberapa Hasil Penelitian terkait resolusi spasial dan Skala Peta

• Potensi pemakaian CSTRST untuk Peta Skala Besar

Li, 2019

28
Amato, 2017, IKONOS Geo and QuickBird with map scales of 1:10,000 and, sometimes, of 1:5000
Wang TieJun, 2005 Thesis ITC Ikonos for 1:10K
Momeni E, 2018 Maps at a scale of 1:3,000 with 1 m contour interval can be extracted from GeoEye-1

In 1987, Waldo Tobler, renowned analytical cartographer (now emeritus from University of
California-Santa Barbara) wrote, “The rule is: divide the denominator of the map scale by 1,000
to get the detectable size in meters. The resolution is one half of this amount.”

Map Scale = Raster resolution (in meters) * 2 * 1000

*)Nagi, 2010

29
PERMEN ATR.BPN: 16/2018
Bagian Kedua
Percepatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pasal 11

1. Untuk mewujudkan percepatan pelayanan perizinan pemanfaatan ruang, diperlukanpercepatan prosedur


penyusunan dan prosedur penetapan RDTR dan PZ kabupaten/kota.
2. Percepatan prosedur penyusunan dan prosedur penetapan RDTR dan PZ kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di lokasi yang telah ditetapkan oleh Menteri Koordinator yang
membidangi urusan bidang perekonomian
3. Prosedur penyusunan dan prosedur penetapan RDTR dan PZ kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengikuti tata cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dan ayat (5).
4. Prosedur penyusunan dan prosedur penetapan RDTR dan PZ kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan, terdiri atas:
a) prosedur penyusunan diselesaikan paling lama 4 (empat) bulan; dan
b) prosedur penetapan diselesaikan paling lama 2 (dua) bulan.
5. Dalam prosedur penyusunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a mencakup juga proses:
a) validasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis oleh Kementerian/Lembaga yang membidangi urusan
lingkungan hidup; dan
b) verifikasi peta dasar oleh Kementerian/Lembaga yang membidangi urusan informasi geospasial.
6. Dalam hal penyelesaian prosedur penyusunan RDTR dan PZ kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) huruf a dan b tidak dapat dipenuhi, Menteri menerbitkan persetujuan substansi Peraturan
Daerah tentang RDTR dan PZ kabupaten/kota.
Pasal 12
1. Prosedur penyusunan dan penetapan RDTR dan PZ kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dibantu oleh tim percepatan.
2. Tim percepatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beranggotakan perwakilan Kementerian/Lembaga
terkait penataan ruang.
3. Susunan keanggotaan dan tugas tim percepatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
30 oleh
Menteri.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013
tentang Keantariksaan
Pasal 15
1. Penginderaan jauh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b meliputi kegiatan:
1. perolehan data;
2. pengolahan data;
3. penyimpanan dan pendistribusian data; dan
4. pemanfaatan data dan diseminasi informasi.
2. Hasil kegiatan penginderaan jauh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
1. data primer;
2. data proses; dan
3. analisis informasi.
Paragraf 3
Pengolahan Data
Pasal 19
1. Pengolahan data penginderaan jauh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b
dapat meliputi:
1. koreksi geometrik;
2. koreksi radiometrik;
3. klasifikasi; dan
4. deteksi parameter geo-bio-fisik.
2. Pengolahan data penginderaan jauh wajib dilakukan dengan mengacu pada metode dan
kualitas pengolahan data penginderaan jauh yang ditetapkan oleh Lembaga.
31

Anda mungkin juga menyukai