Anda di halaman 1dari 11

GATRAcom

Kasus Penyalahgunaan Obat Terlarang pada Usia Produktif di Pemalang Naik 2 Kali Lipat

Gatra.com | 20 Nov 2018 03:06

Ilustrasi – Ungkap kasus penggagalan penyelundupan Sabu ke Lapas Nusakambangan oleh Polres dan
BNNK Cilacap, 2017 lalu. (Foto: GATRA/Ridlo Susanto/tss)

Ilustrasi – Ungkap kasus penggagalan penyelundupan Sabu ke Lapas Nusakambangan oleh Polres dan
BNNK Cilacap, 2017 lalu. (Foto: GATRA/Ridlo Susanto/tss)

Ilustrasi – Ungkap kasus penggagalan penyelundupan Sabu ke Lapas Nusakambangan oleh Polres dan
BNNK Cilacap, 2017 lalu. (Foto: GATRA/Ridlo Susanto/tss)

ARTIKEL TERKAIT

Kebumen, Gatra.com – Kasus penyalahgunaan obat-obatan terlarang di kalangan usia produktif di


Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, pada rentang usia antara 15-40 tahun tercatat terus mengalami
peningkatan.

Kasat Narkoba Polres Pemalang AKP I Made Restu Semadhi mengungkapkan bahwa pada tahun 2018,
jumlah kasus yang ditangani Satresnarkoba Polres Pemalang mengalami kenaikan hampir dua kali lipat
dibanding dengan tahun sebelumnya.
"Pada tahun 2017 kami menangani delapan kasus, sementara pada 2018 sampai dengan bulan
November jumlah kasus yang ditangani terkait dengan peredaran obat berbahaya sudah mencapai 13
kasus,” katanya, Senin (19/11).

Terakhir, kata dia, Satresnarkoba Polres Pemalang berhasil mengamankan 2 orang pengedar obat
terlarang dengan inisial RK warga Kelurahan Mulyoharjo, Pemalang dan AM warga Wanarejan
Kecamatan Taman yang kedapatan mengedarkan Pil haram tersebut pada awal bulan November 2018.

"Sebagian besar yang terlibat baik pengguna maupun yang mengedarkan adalah usia produktif,"
ungkapnya, dalam keterangannya kepada Gatra.com.

Menurut I Made Restu, terdapat banyak jenis pil yang masuk kategori obat-obatan berbahaya yang
sering diedarkan dan disalahgunakan, antara lain Hexymer, Dextro, Trihex, dan Riklona.

AKP I Made Restu menambahkan bahwa sejak 2013 dextro sudah dilarang beredar maupun diproduksi.
Sedangkan trihek yang diproduksi Yarindo (dengan lambang huruf 'Y' di tengah pil) sejak tahun 2015
telah dilarang diproduksi dan diedarkan.

"Sejatinya obat-obatan yang sering disalahgunakan adalah obat yang harus ditebus dengan resep dokter
dan peredarannya diawasi secara ketat, Tapi karena bisa memberikan efek nge-fly, makanya banyak
disalahgunakan," jelasnya.

Dia mengungkapkan, terdapat dua jenis obat-obatan berbahaya yang sering disalahgunakan, yakni obat
keras yang masuk daftar G biasa serta obat keras yang mengandung psikotropika.

"Kalau obat yang masuk kategori daftar G biasa yang bisa dijerat hukum adalah pengedarnya saja,
dijerat tentang izin edar UU No. 36/2009 tentang Kesehatan dengan ancaman 10 tahun kurungan
penjara," terang Kasat Resnarkoba.
Sementara untuk obat yang mengandung psikotropika, menurutnya, baik pengedar maupun pengguna
atau orang yang kedapatan memiliki dan menguasainya dapat dijerat hukum, yakni dijerat
menggunakan UU No. 5/1997 tentang Psikotropika.

"Di antara obat yang mengandung psikotropika adalah biasa disebut buto ijo dan (xanax) alprazolam,"
ucapnya.

Dari tiga barang terlarang yaitu narkotika, psikotropika dan obat-obatan berbahaya, narkotika
merupakan prioritas penanganan karena mempunyai daya rusak yang paling membahayakan.

"Dari skala prioritas penanganan adalah narkotika, lalu psikotropika dan ketiga baya (obat-obatan
berbahaya-Red)," tuturnya.

Meski demikian, dia menegaskan pihaknya tak kendur sedikitpun dalam menangani tiga jenis barang
terlarang tersebut.

"Ketiga jenis barang tersebut bekerja dengan menyasar sistem saraf, sehingga orang yang secara rutin
menggunakannya maka sistem sarafnya akan rusak, maka jauhi barang-barang terlarang itu," imbaunya.

"Kalau kami mengendus adanya pelanggaran hukum dan kejahatan terkait dengan tiga barang tersebut,
pasti akan kami tindak tegas," tandasnya.

Reporter: Ridlo Susanto

Editor: Hidayat Adhiningrat P

Editor: Hidayat Adhiningrat P.

Komentar
TENTANG KAMI | DISCLAIMER | INFO BERIKLAN | PANDUAN CYBER MEDIA

close

LOGO

CNN Indonesia

Find it on Play Store GETX

logo

Gaya Hidup

MASUK DAFTAR

Home

Kanal

Nasional

Teknologi

Internasional

Hiburan

Ekonomi

Gaya Hidup

Olahraga
Lainnya

Infografis

Fokus

Foto

Kolom

Video

CNN TV

Aku & Jakarta

Music at Newsroom

Indeks

Download Apps

Ikuti Kami

Home Nasional Internasional Ekonomi Olahraga Teknologi Hiburan Gaya Hidup Infografis Foto Video
Fokus Kolom Terpopuler Indeks

Home Gaya Hidup Berita Kesehatan

Penyalahgunaan Obat Pereda Nyeri Banyak 'Bunuh' Remaja

CNN Indonesia

Selasa, 15/01/2019 20:56

Bagikan :

Penyalahgunaan Obat Pereda Nyeri Banyak 'Bunuh' Remaja

Ilustrasi obat (morgueFile/mconnors)

Jakarta, CNN Indonesia -- Bak pil sakti, obat penghilang rasa sakit menjadi andalan banyak orang. Cukup
dengan menelan satu pil, rasa sakit pun sirna.
Namun, di balik 'kesaktian' itu, obat penghilang rasa sakit atau opioid justru menelan korban nyawa
pada anak dan remaja. Angkanya dilaporkan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Opioid merupakan salah satu obat pereda rasa sakit. Jenis opioid ini terdiri dari obat yang diresepkan,
fentanil, dan heroin.

Lihat juga:'Godaan' Obat Painkiller pada Remaja Kian Meningkat

Penelitian terbaru menunjukkan sebanyak 9 ribu kematian anak pada 1999 hingga 2016 di Amerika
Serikat disebabkan oleh obat penghilang rasa sakit ini. Dalam rentang 18 tahun itu, angka kematian
untuk remaja karena keracunan obat pereda nyeri ini hampir meningkat tiga kali lipat.

"Penyalahgunaan opioid ilegal menimbulkan korban di semua lapisan masyarakat. Jutaan anak-anak dan
remaja secara rutin terpapar obat-obatan yang kuat dan adiktif ini di rumah, sekolah, dan komunitas,"
tulis peneliti dalam studi yang dipublikasikan di jurnal JAMA Network Open, dikutip dari CNN.

Dari 8.986 anak-anak dan remaja yang meninggal karena keracunan opioid selama rentang waktu
penelitian, sebanyak 73 persen merupakan laki-laki dan 88 persen adalah remaja berusia 15-19 tahun.

Di antara yang berusia 15-19 tahun ini, terdapat 3.050 kematian yang melibatkan satu atau lebih zat lain
seperti kokain, alkohol, atau antidepresan.

Lihat juga:Lusinan Orang Overdosis Dalam Festival Tari di Sydney

Obat penghilang rasa sakit yang diresepkan menyebabkan 73 persen dari kematian. Heroin bahkan
membunuh 24 persen dari usia 15-19 tahun.

Hampir 81 persen dari kematian opioid ini tidak disengaja. Sebanyak lima persen karena bunuh diri dan
2,4 persen karena pembunuhan. Jumlah kematian akibat obat penghilang rasa sakit mencapai angka 500
per tahunnya. Sebanyak 38 persen kematian terjadi di rumah. (ptj/asr)

Bagikan :
obat painkiller obat pereda nyeri

ARTIKEL TERKAIT

'Godaan' Obat Painkiller pada Remaja Kian Meningkat

Gaya Hidup11 bulan yang lalu

BACA JUGA

News We Can Trust

Lihat Versi Desktop

NasionalTeknologiInternasionalHiburanEkonomiGaya HidupOlahragaDownload Apps

© 2019 Trans Media, CNN name, logo and all associated elements (R) and © 2019 Cable News Network,
Inc. A Time Warner Company. All rights reserved. CNN and the CNN logo are registered marks of Cable
News Network, Inc., displayed with permission.

Tentang Kami | Redaksi | Pedoman Media Siber | Disclaimer

Kumparan Logo
PUBLISHER STORY

Tugu Jogja

Medianya Orang Jogja | Partner Kumparan 1001 Media | email: redaksitugujogja@gmail.com

Ikuti

20 Agustus 2018 18:37 WIB

News

Penyalahgunaan Obat-obatan di Yogyakarta Didominasi oleh Pelajar dan Mahasiswa

Kejaksaan Negeri Yogyakarta mencatat penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan di wilayah Kota
Yogyakarta masih tinggi dan kalangan pelajar dan mahasiswa mendominasi jadi pelaku.

"Paling banyak kasus obat-obatan terlarang, seperti ganja, sabu, dan pil ekstasi. Jumlah kasusnya
sebanyak 219 kasus, sejak 2016," ungkap Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Yogyakarta, Umbu Lage
Woleka, disela pemusnahkan barang bukti di Kantor Kejaksaan Negeri Yogyakarta, Senin (20/8/2018).

Umbu mengatakan dalam kegiatan itu, barang bukti yang dimusnahkan diantaranya minuman keras 911
botol; obat tradisional tanpa izin edar (38 kardus); pil ekstasi (17 butir); pil tryhexipenedil (27829 butir);
sabu-sabu (315,131 gram); tembakau gorilla (338,24 gram); dan ganja 3.804,10 gram.

Seluruh barang bukti yang dimusnahkan sudah berkeputusan inkrah di pengadilan. Kasusnya pada 2016
dan 2017. Barang bukti yang dimusnahkan hari ini berasal dari 224 perkara dengan total nilai barang
bukti sebesar Rp379 juta.
Kepala Badan Narkotika Nasional Kota Yogyakarta, AKBP Siti Alfiah, mengatakan obat-obatan terlarang
banyak berasal dari kasus yang ditangani BNN DIY dan Polresta Yogyakarta. Alfian mengungkapkan,
mulai 2017 pelajar dan mahasiswa lebih banyak mengonsumsi obat-obatan.

"Ini karena sabu-sabu mulai sulit mungkin. Mereka lalu pindah mengonsumsi obat seperti pil ekstasi,"
ujarnya.

Ia mengaku terus berkoordinasi dengan dinas pendidikan dan jajaran pemerintah daerah untuk
melakukan pencegahan. Apalagi, jumlah pelajar dan mahasiswa yang jadi pelaku penyalahgunaan
narkoba dan obat-obatan mencapai ratusan.

"Jika pelajar kami arahkan untuk rehabilitasi. Kami juga menyosialisasikan guru BP agar siswa yang
tersangkut obat-obatan melapor ke BNN setempat. Ini agar mereka bisa melakukan rehabilitasi dan
tetap sekolah," ucapnya. (atx/adn)

Yogyakarta

Tulisan ini adalah kiriman dari publisher, isi tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Laporkan tulisan

Tim Editor

Suka

Bagikan

Baca Lainnya

Kejari Yogyakarta Musnahkan 911 Botol Miras dan 4 Kg Narkoba

kumparanNEWS
20/08/2018

BNNP DIY Musnahkan 1 Kg Sabu

Tugu Jogja

15/08/2018

WNA yang Selundupkan Narkotika di Bandara Adisutjipto Ditangkap

Tugu Jogja

27/07/2018

Bagikan ide, informasi, momen dan cerita kamu melalui

kumparan

facebook

instagram

twitter
line

Tentang kumparan · Bantuan · Ketentuan dan Kebijakan Privasi·


Panduan Komunitas · Pedoman Media Siber · Iklan · Karir

2019 © PT Dynamo Media Network

Version: 1.1.95 (AMP)

Anda mungkin juga menyukai