Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Disusun Oleh : Lusyani

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MERANGAN

DIPLOMA III KEBIDANAN

TAHUN 2019
PEMBAHASAN

A. Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu

Kehamilan ektopik menyebabkan kematian ibu di dunia sebesar 28%,


sedangkan AKI untuk negara berkembang sebesar 239/100.000 KH.Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2013 AKI di Indonesia sebesar 359
per 100.000 kelahiran hidup. Insiden kehamilan ektopik meningkat dari 1,4%
menjadi 2,2% kelahiran hidup. Hasil prasurvey melalui data medical record,
angka kejadian kehamilan ektopik di RSIA Anugerah Medical Centerpada tahun
2015 terdapat 112 kasus (9,02%) kehamilan ektopik dari 1.241 ibu bersalin.

Kehamilan adalah suatu keadaan dimana terjadi pembuahan ovum oleh


spermatozoa yang kemudian mengalami nidasi pada uterus dan berkembang
sampai janin lahir, dimana lamanya hamil normal 32-37 minggu dihitung dari
hari pertama haid terakhir. Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana setelah
fertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri.Hampir 90%
kehamilan ektopik terjadi di tuba uterine. Kehamilan ektopik dapat mengalami
abortus atau rupture apabila massa kehamilan berkembang melebihi kapasitas
ruang implantasi (misalnya: tuba) dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan
ektopik terganggu. Dampak lanjut dari kehamilan ektopik dapat menyebabkan
kematian ibu akibat perdarahan dimana perdarahan bertanggung jawab atas 28%
kematian ibu di dunia dan perdarahan.

Merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu


melahirkan di Indonesia. Berdasarkan data WHO angka kematian ibu tahun 2015
sebesar 216/100.000 kelahiran hidup, sedangkan untuk negara berkembang
angka ini sebesar 239/100.000 KH. Angka ini menunjukkan masih jauhnya dari
targetSustainable Development Goals (SDGs) sebesar 70/100.000 KH pada tahun
2030. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2013 menyebutkan
bahwa Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup.

Ektopik adalah suatu penyakit yang dapat mengancam jiwa pada 10%
kasus, dan 1% dari pasien-pasien tersebut meninggal karena perdarahan internal
dan shock atau komplikasi lanjut. The Centers for Disease Control and
Prevention mencatat terjadinya kehamilan abdominal hanya berkisar 1 dari 10000
kehamilan hidup, bahkan laporan dari rumah sakit Parkland menyebutkan lebih
ekstrem lagi, yaitu hanya berkisar 1 dari 25000 kelahiran hidup.5 Menurut badan
kesehatan duniaselama tiga bulan pertama kehamilan, kehamilan ektopik
merupakan penyebab utama kematian ibu terutama di negara industri dan paling
sering terjadi di negara berkembang .

Di sebagianbesarEropa dan Amerika Utara, kejadiankehamilan ektopik


meningkat sebesar tiga kali lipat selama 30 tahun terakhir dan saat ini
diperkirakan sebesar 2% kelahiran hidup. Sebuah studi di Norwegia, diketahui
bahwa insiden kehamilan ektopik meningkat dari 1,4% menjadi 2,2% kelahiran
hidup. Di Inggris dan Wales, kejadian kehamilan ektopik meningkat dari 0,3%
menjadi 1,6% dari kelahiran hidup. Demikian pula, di Amerika Serikat, insiden
kehamilan ektopik meningkat dari 1,9 % menjadi 2,3% kelahiran hidup.6 Banyak
faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya kehamilan ektopik, diantaranya
adalah adanya riwayat kehamilan ektopik, faktor kerusakan tuba, kekgagalan alat
kontrasepsi, abnormalitas zigot, faktor ovarium dan merokok atau keterpaparan
asap rokok.

Kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6-3,5 kali dibandingkan wanita


yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan
penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), dan penurunan
kekebalan tubuh.7 Hasil riset menyatakan sebanyak 64,9% warga yang masih
menghisap rokok adalah berjenis kelamin laki-laki dan sisanya sebesar 2,1%
adalah perempuan.

Wanita hamil yang dalam masa kehamilannya terpajan asap rokok berisiko
lebih tinggi untuk mengalami komplikasi seperti keguguran, lahir mati, dan bayi
dengan berat badan di bawah rata-rata serta komplikasi lainnya.8 Berdasarkan
hasil prasurvey melalui data medical record, angka kejadian kehamilan ektopik di
RSIA Anugerah Medical Centerpada tahun 2014 terdapat angka kejadian
kehamilan ektopik 83 kasus (8,52%)

Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga


uteri.Lokasi tersering terjadinya kehamilan ektopik adalah tuba fallopi (98%),
ovarium,serviks dan rongga abdomen. Sedangkan kehamilan ektopik
terganggu adalah kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau
abortus. Kehamilan ektopik terganggu merupakan suatu keadaan yang
mengancam jiwa dan berkaitandengan kecacatan serta kematian ibu pada
trimester pertama kehamilan.

B. Efidemiologi

Secara umum, kehamilan ektopik terganggu terjadi pada 1-2% dari


totalkehamilan. Menurut data yang didapat kehamilan ektopik terganggu terjadi
2% dariseluruh kehamilan di Amerika. Kehamilan ektopik terganggu merupakan
penyebabkematian dan kecacatan ibu pada trimester pertama kehamilan, seperti
yang terjadidi Indonesia khusunya Jawa Barat kejadian kehamilan
ektopik terganggumenyumbang salah satu dari 2,7% penyebab kematian ibu.

C. Etiologi dan Faktor Risiko

1. Usia
2. Ras
3. Penyakit Ginekologi
4. Penggunaan alat kontrasepsi
5. Merokok

D. Patogenesis dan patofisiologi


1. Usia
Faktor risiko kehamilan ektopik terganggu meningkat seirindengan
bertambahnya usia ibu dan meningkat 4 kali lebih tinggi pada wanita
dengan usia diatas 35 tahun. Faktor risiko untuk terjadinya kekambuhan dari
kehamilan ektopik meningkat pada wanita dengan usia diatas 30 tahun,
hal tersebut berkaitan dengan proses penuaan dan penurunan fungsi
organ- organ reproduksi yang dialami seiring dengan
bertambahnya usia.

2. Ras
Insidensi kehamilan ektopik pada wanitakulit hitam mwningkat 1,4 kali
dibandingkan dengan wanita kulit putih. Hal ini berhubungan degan
meningkatnya kejadian infeksi seksual dikalangan wanita kulit hitam yang
dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan kerusakan tubah fallopi.
3. Paritas

Wanita dengan status multipara memiliki risiko yang lebih tinggi


untuk mengalami kehamilan ektopik. Ibu dengan paritas lebih dari
satu mempunyai risiko lebih tinggi mengalami kehamilan ektopik terganggu,
hal ini berkaitan dengan kondisi segmen bawah rahim yang telah rapuh dan
banyak pembuluh darah kecil yang mengalami kerusakan akibat riwayat
persalinan.
4. Penyakit Ginekologi
Penyakit ginekologi yang meningkatkan risiko terjadinya
kehamilan ektopik diantaranya adalah gangguan pada tuba seperti
infeksi tuba, penyempitan tuba fallopi yang dapat menyebabkan
hambatan dan gangguan pada proses perpindahan ovum menuju ke rongga
uteri serta penyakit radang panggul kronis:

a. Penyakit radang panggul kronis


Penyakit radang panggul kronis biasanya dapat mengenai
dan mempengaruhi fungsi dari tuba fallopi sehingga terjadi penurunan dari
fungsi tuba dan dapat menyebabkan peningkatan terjadinya risiko
kehamilan ektopik.

b. Infeksi pada tuba fallopi


Infeksi pada tuba fallopi dapat menyebabkan terjadinya fibrosis
dan pembentukan jaringan parut yang dapat mengakibatkan
terjadinya konstriksi atau penyempitan pada tuba fallopi, gangguan
silia dan abnormalitas dari gerakan otot di tuba fallopi. Hal ini
dapat mengganggu proses fertilisasi ketika ovom melewati tuba fallopi
untuk mencapai uterus, oleh sebab itu sering terjadi kesalahan implantasi
yang berakibat pada kehamilan ektopil yang terjadi di tuba fallopi.

c. Penyempitan dari tuba fallopi


Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya
penyempita dari tuba fallopi adalah:
 Defek kongenital dari tuba, seperti divertikuli dan sakulasi.
 Tumor atau kista di tuba fallopi.
 Jaringan fibroid pada perbatasan antara uterus dan tuba fallopi.
 Perlekatan dari peritubal, sering disebabkan akibat riwayat operasi
pelvis atau abdomen.

5. Penggunaan alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi dapat menjadi faktor risiko yang sangat


berpengaruh pada insidensi kehamilan ektopik. Wanita hamil yang
memiliki riwayat pemakaian intrauterine device (IUD) memiliki
risikkehamilan ektopik yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
hamil yang tidak memiliki riwayat pemakaian IUD. Hal ini dapat terjadi
berkaitan dengan efek yang ditimbulkan dari alat kontrasepsi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan intrauteri.

6. Merokok
Wanita perokok memiliki peningkatan risiko mengalami
kehamilan ektopik empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang
tidak merokok. Bahan kimia yang terkandung didalam rokok terbukti dapat
menyebabkan reaksi yang dapat meningkatkan dua kali lebih banya
protein yang disebut sebagai PROKR1 yang terdapat di tuba fallopi.
Berlebihnya protein PROKR1 yang terdapat di tuba fallopi
menyebabkan terhambatnya kontraksi otot di tuba fallopi sehingga
mengganggu perpindahan ovum menuju ke uterus, hal ini dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.

E. Tanda da gejalah

Tanda yang terdapat pada kehamilan ektopik adalah nyeri tekan


pada abdomen, pelvis, adnexal, pergerakan servikal dan distensi abdomen.

gejalah yang terdapat pada kehamilan ektopik adalah :

1. Gejalah seperti kehamilan normal


Pasien dengan kehamilan ektopik ditandai dengan tanda-tanda
seperti kehamilan normal diantaranya mual, rasa tidak nyaman pada payudara
dan amenorrhea (tidak mengalami menstruasi pada waktu yang seharusnya).
2. Nyeri
Kehamilan ektopik dapat menyebabkan terjadinya nyeri panggul
yang dapat bersifat tajam maupun tumpul.

3. Perdarahan
Dapat terjadi perubahan frekuensi urinasi pada pasien dengan
kehamilan ektopik berkaitan dengan iritasi kantung kemih.

4. Sakit Kepala dan Pingsan


Pasien dengan kehamilan ektopik dapat mengalami sakit kepala
dan pingsan berkaitan dengan keadaan hipotensi akibat adanya perdarahan.

5. Disuria/ Perubahan Frekuensi Urinasi


Gejala yang sering muncul pada kehamilan ektopik adalah
perdarahan abnormal atau pun berupa noda darah yang biasanya muncul
pada 7 sampai 14 hari setelah keterlambatan menstruasi. Perdarahan
dapat muncul pada trimester awal kehamilan yang menandai adanya ruptur
pada kehamilan ektopik terganggu.

6. Nyeri Defekasi

Pasien dengan kehamilan ektopik dapat mengalami rasa nyeri pada


saat defekasi akibat adanya darah yang terkumpul di kavum Douglas.

F. Diagnosis

1. Anamnesis
Anamnesis pasien mengenai faktor risiko serta tanda dan gejala yang
dialami pasien seperti terlambat menstruasi, mual, nyeri ataupun
perdarahan.

2. Pemeriksaan Fisik
 Kondisi umum pasien terlihat lemah dan pucat.
 Tanda vital menunjukan keadaan hipotensi dan takikardia.
 Pada pemeriksaan fisik dan ginekologi ditemukan adanya distensi
abdomen, nyeri tekan pada abdomen, pelvis, pergerakan servikal dan
adnexal serta terdapatnya perdarahan pervaginam.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Didapatkan hasil positif pada pemeriksaan β-hCG (Human
Chorionic Gonadotrophin). Diagnosis kehamilan ektopik dapat ditentukan
jika pada pemeriksaan kadar β-hCG mencapai 1.500mIU/mL atau lebih
tetapi pada pemeriksaan transabdominal ultrasonografi tidak
ditemukan adanya kantung gestasi. Kadar β-hCG yang yang didapat pada
kehamilan ektopik sering lebih rendah dibandingkan dengan kehamilan
normal.

4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan
metode ultrasonografi, diantaranya yaitu dengan menggunakan
transvaginal Colour Doppler sonografi yang memiliki sensitivitas
dan spesifisitas lebih tinggi dibandingkan dengan transvaginal
ultrasonografi.

G. Diagnosis Banding

Diagnosis banding kehamilan ektopik terganggu antara lain:


1. Apendisitis
Apendisitis memiliki gejala yang sama dengan kehamilan
ektopik terganggu yaitu rasa nyeri yang terdapat disekitar bagian abdomen.

2. Terancam abortus
Kehamilan ektopik terganggu terjadi ketika kehamilan ektopik
yang dialami berakhir dengan ruptur atau abortus. Keadaan tersebut dapat
didiagnosis banding dengan keadaan terancam abortus karena
memiliki tanda dan gejala yang sama, diantaranya adalah terjadinya
perdarahan.

3. Kehamilan mola
Kehamilan mola merupakan salah satu penyebab
terjadinya perdarahan pada trimester pertama kehamilan yang
memiliki kesamaan dengan tanda dan gejala dari kehamilan ektopik
terganggu.

4. Kanker servik
Pasien dengan kanker serviks memiliki gejala yang sama
dengan pasien yang mengalami kehamilan ektopik terganggu
yaitu terdapatnya rasa nyeri didaerah sekitar panggul dan terdapat adanya
perdarahan.

H. Penatalaksanaan

Kehamilan ektopik terganggu dapat ditangani dengan


tindakan pembedahan. Pembedahan yang sering dilakukan adalah
salpingektomi dengan metode laparoskopi. Metode laparoskopi merupakan
metode awal dalam tindakan pembedahan ini, dilakukan dengan cara membuat
sayatan kecil pada daerah sekitar tempat yang mengalami gangguan, setelah
itu proses pembedahan dilanjutkan dengan tindakan salpingektomi yaitu
pengangkatan tuba fallopi yang mengalami gangguan.

I. Prognosis

Kehamilan ektopik terganggu dapat mengakibatkan kecacatan


dan kematian ibu yang terjadi pada trimester pertama kehamilan. Kematian
yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu dikarenakan
perdarahan yang terus-menerus terjadi. Prognosis lain yang dapat terjadi pada
pasien dengan kehamilan ektopik terganggu antara lain yaitu infertilitas
dan kehamilan ektopik berulang. Dilaporkan sebanyak 40% pasien dengan
riwayat kehamilan ektopik terganggu mengalami infertilitas di kemudian hari
dan 12% pasein mengalami kehamilan ektopik kembali pada kehamilan
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2008,Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.
2. Saifuddin, dkk.2009,Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Kemenkes, 2015, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015, Kemenkes, Jakarta.
4. Dinkes, lampung, 2015, Profil Kesehatan Provinsi lampung Tahun 2014, Dinkes
Bandar lampung.
5. Prasetyo, Daniel, I.W. Darmawan, Putra, Wiyas. 2011Kehamilan Abdominal
Dengan Partus Pervaginam Journal Medika Edisi No 11 Vol XXXVII – 2011 –
Studi Kasus http://www.jurnalmedika.com/component/ content/ article/381-
studi-kasus/770kehamilan-abdominal-dengan-partuspervaginam.

Anda mungkin juga menyukai