TAHUN 2019
PEMBAHASAN
Ektopik adalah suatu penyakit yang dapat mengancam jiwa pada 10%
kasus, dan 1% dari pasien-pasien tersebut meninggal karena perdarahan internal
dan shock atau komplikasi lanjut. The Centers for Disease Control and
Prevention mencatat terjadinya kehamilan abdominal hanya berkisar 1 dari 10000
kehamilan hidup, bahkan laporan dari rumah sakit Parkland menyebutkan lebih
ekstrem lagi, yaitu hanya berkisar 1 dari 25000 kelahiran hidup.5 Menurut badan
kesehatan duniaselama tiga bulan pertama kehamilan, kehamilan ektopik
merupakan penyebab utama kematian ibu terutama di negara industri dan paling
sering terjadi di negara berkembang .
Wanita hamil yang dalam masa kehamilannya terpajan asap rokok berisiko
lebih tinggi untuk mengalami komplikasi seperti keguguran, lahir mati, dan bayi
dengan berat badan di bawah rata-rata serta komplikasi lainnya.8 Berdasarkan
hasil prasurvey melalui data medical record, angka kejadian kehamilan ektopik di
RSIA Anugerah Medical Centerpada tahun 2014 terdapat angka kejadian
kehamilan ektopik 83 kasus (8,52%)
B. Efidemiologi
1. Usia
2. Ras
3. Penyakit Ginekologi
4. Penggunaan alat kontrasepsi
5. Merokok
2. Ras
Insidensi kehamilan ektopik pada wanitakulit hitam mwningkat 1,4 kali
dibandingkan dengan wanita kulit putih. Hal ini berhubungan degan
meningkatnya kejadian infeksi seksual dikalangan wanita kulit hitam yang
dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan kerusakan tubah fallopi.
3. Paritas
6. Merokok
Wanita perokok memiliki peningkatan risiko mengalami
kehamilan ektopik empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang
tidak merokok. Bahan kimia yang terkandung didalam rokok terbukti dapat
menyebabkan reaksi yang dapat meningkatkan dua kali lebih banya
protein yang disebut sebagai PROKR1 yang terdapat di tuba fallopi.
Berlebihnya protein PROKR1 yang terdapat di tuba fallopi
menyebabkan terhambatnya kontraksi otot di tuba fallopi sehingga
mengganggu perpindahan ovum menuju ke uterus, hal ini dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
E. Tanda da gejalah
3. Perdarahan
Dapat terjadi perubahan frekuensi urinasi pada pasien dengan
kehamilan ektopik berkaitan dengan iritasi kantung kemih.
6. Nyeri Defekasi
F. Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis pasien mengenai faktor risiko serta tanda dan gejala yang
dialami pasien seperti terlambat menstruasi, mual, nyeri ataupun
perdarahan.
2. Pemeriksaan Fisik
Kondisi umum pasien terlihat lemah dan pucat.
Tanda vital menunjukan keadaan hipotensi dan takikardia.
Pada pemeriksaan fisik dan ginekologi ditemukan adanya distensi
abdomen, nyeri tekan pada abdomen, pelvis, pergerakan servikal dan
adnexal serta terdapatnya perdarahan pervaginam.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Didapatkan hasil positif pada pemeriksaan β-hCG (Human
Chorionic Gonadotrophin). Diagnosis kehamilan ektopik dapat ditentukan
jika pada pemeriksaan kadar β-hCG mencapai 1.500mIU/mL atau lebih
tetapi pada pemeriksaan transabdominal ultrasonografi tidak
ditemukan adanya kantung gestasi. Kadar β-hCG yang yang didapat pada
kehamilan ektopik sering lebih rendah dibandingkan dengan kehamilan
normal.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan
metode ultrasonografi, diantaranya yaitu dengan menggunakan
transvaginal Colour Doppler sonografi yang memiliki sensitivitas
dan spesifisitas lebih tinggi dibandingkan dengan transvaginal
ultrasonografi.
G. Diagnosis Banding
2. Terancam abortus
Kehamilan ektopik terganggu terjadi ketika kehamilan ektopik
yang dialami berakhir dengan ruptur atau abortus. Keadaan tersebut dapat
didiagnosis banding dengan keadaan terancam abortus karena
memiliki tanda dan gejala yang sama, diantaranya adalah terjadinya
perdarahan.
3. Kehamilan mola
Kehamilan mola merupakan salah satu penyebab
terjadinya perdarahan pada trimester pertama kehamilan yang
memiliki kesamaan dengan tanda dan gejala dari kehamilan ektopik
terganggu.
4. Kanker servik
Pasien dengan kanker serviks memiliki gejala yang sama
dengan pasien yang mengalami kehamilan ektopik terganggu
yaitu terdapatnya rasa nyeri didaerah sekitar panggul dan terdapat adanya
perdarahan.
H. Penatalaksanaan
I. Prognosis