GIGITAN ULAR
DISUSUN OLEH:
T.A 2019/2020
(SAP)
GIGITAN ULAR
A. Latar Belakang
Spesies ular dapat dibedakan atas ular berbisa dan ular tidak berbisa. Ular
berbisa memilikisepasang taring pada bagian rahang atas. Pada taring tersebut
terdapat saluran bisa untuk menginjeksikan bisa ke dalam tubuh mangsanya
secara subkutan atau intramuskular. Bisa adalah suatu zat atau substansi yang
berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem
pertahanan diri ( Ifan, 2010 ). Sedangkan menurut (Sudoyo, 2006) Racun ular
adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa Gigitan ular merupakan suatu
keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan
kematian. Resiko infeksi gigitan lebih besar dari luka biasa karena toksik / racun
mengakibatkan infeksi yang lebih parah. Tidak semua ular berbisa tetapi karena
hidup pasien tergantung ketepatan diagnosa maka pada keadaan yang meragukan
ambil sikap menganggap semua gigitan ular berbisa. Pada kasus gigitan ular 11 %
kemungkinan meninggal karena racun ular bersifat Hematotoksik, Neurotoksik,
dan Hitaminik (Arif Mansyoer, 2006). Menurut (WHO, 2005) di Indonesia tidak
ada data yang dapat diandalkan yang tersedia dari kepulauan yang luas ini.
Gigitan ular dan kematian dapat dilaporkan dari beberapapulau, misalnya
Komodo, tetapi kurang dari 20 kematian terdaftar setiap tahun. Lao DPR - (tidak
ada data yang tersedia) Pada tanggal 20 Desember 2011 datang seorang pasien
laki-laki di IRD RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan keluhan nyeri dan
bengkak pada kaki sebelah kanan bawah. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik
maka pasien tersebut di diagnosa Snake Bite ( gigitan ular ). Berdasarkan latar
belakang tersebut maka penulis tertarik melakukan asuhan keperawatan pada
pasien tersebut selama dirawat di IRD, karena Snake Bite ( gigitan ular )
merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera ditangani dapat
menyebabkan kematian. Resiko infeksi gigitan lebih besar dari luka biasa karena
toksik / racun mengakibatkan infeksi yang lebih. Oleh karena itu, peran perawat
untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Snake Bite secara tepat
dan benar selama pasien dirawat.
B.Tujuan
3. Manfaat.
a. Bagi Mahasiswa.
Menerapkan pendidikan dan teori sebagai wahana dalam menambah
pengetahuan dan wawasan mahasiswa.
b. Bagi Puskesmas
c. Bagi Audiens
C. Pelaksanaan kegiatan
1. Topik.
Gigitan ular
4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
5. Media dan alat.
a. Laptop
c. Leaflet
D.Materi (terlampir)
E.Pengorganisasian
F. Uraian Tugas
1. Tugas Moderator
g. Menyimpulkan kegiatan
2. Tugas presenter
3. Tugas Fasilitator.
4. Tugas Observer
G. Pengaturan Tempat
Media
O M P
K K K K
K K
K
K K F K
K
Keterangan
M : Moderator
P : Presenter
K : Klien / Peserta
F
: Fasilitator
O : Observer
H.Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Kegiatan dan
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens
Waktu
Menjelaskan topik
penyuluhan
Membuat kontrak
waktu dan bahasa
Menjelaskan tujuan
kegiatan
Menggali pengetahuan
audiens tentang tanda dan
gejala gigitan ular
Menggali pengetahuan
audiens untuk memahami
penyebab gigitan ular
Menggali pengetahuan
audiens untuk memahami
tanda ular berbisa dan tidak
berbisa
Menggali pengetahuan
audiens tentang
penanganan/pertolongan
akibat gigitan ular
Melengkapi atau
memberikan penjelasan
atas pertanyaan audiens
Mengevaluasi dan
menyimpulkan materi
penyuluhan yang telah
disampaikan
Salam penutup
I. Evaluasi
1. EvaluasiStruktur.
2. Evaluasi Proses.
3. Evaluasi Hasil.
LAMPIRAN MATERI
1. Konsep Ular
Ular merupakan jenis hewan melata yang banyak terdapat di Indonesia.
Spesies ular dapat dibedakan atas ular berbisa dan ular tidak berbisa. Ular
berbisa memiliki sepasang taring pada bagian rahang atas. Pada taring tersebut
terdapat saluran bisa untuk disalurkan ke mangsa melaui gigitan. Bisa adalah
suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan
sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan
ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Gigi taring
ular dapat tumbuh hingga ± 20 mm pada rattlesnake (ular derik) yang besar.
Dosis bisa setiap gigitan tergantung pada waktu yang berlalu sejak gigitan
terakhir, derajat ancaman yang dirasakan ular, dan ukuran mangsa. Lubang
hidung ular merespon panas yang dikeluarkan mangsa, yang memungkinkan
ular untuk mengubah-ubah jumlah bisa yang akan dikeluarkan.
Gigitan ular bisa mengancam jiwa jika ular tersebut berbisa. Ular berbisa
meliputi mamba hitam, king cobra, welang, beludak sisik gergaji, dan ular
derik. Gejala dapat berupa nyeri, bengkak, kemerahan, atau perdarahan di
tempat gigitan. Jika seseorang digigit ular, dia harus tetap tenang, jangan
gerakkan aera yang digigit, serta lepaskan perhiasan atau pakaian ketat.
Perawatan medis darurat harus diperoleh sesegera mungkin.
2. Tanda dan Gejala
Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan
karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit).
Gejala sistemik: hipotensi, otot melemah, berkeringat, menggigil, mual,
hipersalivasi (ludah bertambah banyak), muntah, nyeri kepala, pandangan
kabur.
3. Penyebab
Korban gigitan ular terutama adalah petani, pekerja perkebunan, nelayan,
pawang ular, pemburu, dan penangkap ular. Kebanyakan gigitan ular terjadi
ketika orang tidak mengenakan alas kaki atau hanya memakai sandal dan
menginjak ular secara tidak sengaja. Gigitan ular juga dapat terjadi pada
penghuni rumah, ketika ular memasuki rumah untuk mencari mangsa berupa
ular lain, cicak, katak, atau tikus.
4. Tanda Ular Berbisa Dan Tidak Berbisa
Tidak Berbisa Berbisa
Bentuk kepala Bulat Elips
Gigi Taring Gigi kecil 2 gigi taring besar
Bekas Gigitan Lengkung seperti U Tediri dari 2 titik
Warna Warna warni Gelap
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documents/sap-gigitan-ular.html
Setiyohadi B, dkk. 2009. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi ke-5.
Jakarta : Ilmu Penyakit Dalam. h.280-3. Brian, James Daley. 2010. Snakebite.
Online. http://emedicine.medscape.com/article/168828-overview. Diakses pada 25
November 2017.