Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

GIGITAN ULAR

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4 (KELAS IIIA)

1. ANNA MARIA SAKOIKOI


2. CINDY REGINA
3. DIANA PERMATA SUPRIANI
4. HASANATUL KHAIRIYAH ILHAM
5. PUTRI WAHYUNI
6. WILATRI MARDA
7. WINDA SUCI ANGGRAINI
8. YELNI TETRIAYANTI
9. ZULFIKAR RAHMI

DOSEN PEMBIMBING : Ns.MIRA ANDIKA, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

T.A 2019/2020
(SAP)

GIGITAN ULAR

DI PUSKESMAS LAPAI PADANG

Pokok Bahasan : Gigitan Ular

Hari / Tanggal : Senin / 25 Februari 2020

Waktu : 08.00 s/d 08.30 WIB

Tempat : Puskesmas Lapai Padang

A. Latar Belakang

Spesies ular dapat dibedakan atas ular berbisa dan ular tidak berbisa. Ular
berbisa memilikisepasang taring pada bagian rahang atas. Pada taring tersebut
terdapat saluran bisa untuk menginjeksikan bisa ke dalam tubuh mangsanya
secara subkutan atau intramuskular. Bisa adalah suatu zat atau substansi yang
berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem
pertahanan diri ( Ifan, 2010 ). Sedangkan menurut (Sudoyo, 2006) Racun ular
adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa Gigitan ular merupakan suatu
keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan
kematian. Resiko infeksi gigitan lebih besar dari luka biasa karena toksik / racun
mengakibatkan infeksi yang lebih parah. Tidak semua ular berbisa tetapi karena
hidup pasien tergantung ketepatan diagnosa maka pada keadaan yang meragukan
ambil sikap menganggap semua gigitan ular berbisa. Pada kasus gigitan ular 11 %
kemungkinan meninggal karena racun ular bersifat Hematotoksik, Neurotoksik,
dan Hitaminik (Arif Mansyoer, 2006). Menurut (WHO, 2005) di Indonesia tidak
ada data yang dapat diandalkan yang tersedia dari kepulauan yang luas ini.
Gigitan ular dan kematian dapat dilaporkan dari beberapapulau, misalnya
Komodo, tetapi kurang dari 20 kematian terdaftar setiap tahun. Lao DPR - (tidak
ada data yang tersedia) Pada tanggal 20 Desember 2011 datang seorang pasien
laki-laki di IRD RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan keluhan nyeri dan
bengkak pada kaki sebelah kanan bawah. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik
maka pasien tersebut di diagnosa Snake Bite ( gigitan ular ). Berdasarkan latar
belakang tersebut maka penulis tertarik melakukan asuhan keperawatan pada
pasien tersebut selama dirawat di IRD, karena Snake Bite ( gigitan ular )
merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera ditangani dapat
menyebabkan kematian. Resiko infeksi gigitan lebih besar dari luka biasa karena
toksik / racun mengakibatkan infeksi yang lebih. Oleh karena itu, peran perawat
untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Snake Bite secara tepat
dan benar selama pasien dirawat.

B.Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU).

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat


memahami dan mengerti tentang gigitan ular dan cara pencegahanya.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK).


Setelah dilakukan penyuluhan, audiens di Puskesmas Lapai Padang
diharapkan mampu menjelaskan kembali dan dapat:

a. Mengetahui konsep ular

b. Mengetahui tanda dan gejala dari gigitan ular

c. Memahami penyebab dari gigitan ular

d. Memahami tanda ular berbisa dan tidak berbisa

e. Memahami penanganan/pertolongan akibat gigitan ular

3. Manfaat.

a. Bagi Mahasiswa.
Menerapkan pendidikan dan teori sebagai wahana dalam menambah
pengetahuan dan wawasan mahasiswa.

b. Bagi Puskesmas

Penyuluhan ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan


serta sumbangan pemikiran bagi petugas kesehatan di Puskesmas
Lapai Padang, dalam memberikan perawatan dan pendidikan
kesehatan pada klien dengan mengalami gigitan ular.

c. Bagi Audiens

Penyuluhan ini dapat menjadi informasi untuk menambah pengetahuan


audiens dengan mengalami gigitan ular untuk melakukan perawatan di
rumah.

C. Pelaksanaan kegiatan

1. Topik.

Gigitan ular

2. Sub Pokok Bahasan.

a. Mengetahui konsep ular


b. Mengetahui tanda dan gejala dari gigitan ular
c. Memahami penyebab dari gigitan ular
d. Memahami tanda ular berbisa dan tidak berbisa
e. Memahami penanganan/pertolongan akibat gigitan ular

3. Sasaran dan target.

Pasien dan keluarga yang berkunjung ke Puskesmas Lapai Padang

4. Metode

a. Ceramah

b. Tanya jawab
5. Media dan alat.

a. Laptop

b. LCD / Flip chart

c. Leaflet

6. Waktu dan tempat

Hari / Tanggal : Senin, 25 Februari 2020


Jam : 08.00 - 08.30 wib
Waktu Pertemuan : 30 Menit
Tempat : Di Puskesmas Lapai Padang

D.Materi (terlampir)

E.Pengorganisasian

1. Moderator : Yelnia Tetrianti

2. Presenter : Cindy Regina

3. Fasilitator : Anggota yang terlibat

4. Observer : Zulfikar Rahmi

F. Uraian Tugas

1. Tugas Moderator

a. Memperkenalkan diri,anggota kelompok, dan pembimbing

b. Mengkoordinasikan semua kegiatan

c. Membuka dan menutup kegiatan

d. Menjelaskan topik, kontrak waktu dan tujuan kegiatan

e. Mengarahkan jalannya kegiatan


f. Memberi kesempatan audience untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat.

g. Menyimpulkan kegiatan

2. Tugas presenter

a. Menyusun rencana kegiatan SAP

b. Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan

c. Menjelaskan dan mendemonstrasikan kegiatan yang dilakukan kepada


audience

d. Memotivasi anggota mengemukakan pendapat dan memberikan


umpan balik

3. Tugas Fasilitator.

a. Memotivasi audience agar berperan aktif selama kegiatan.

b. Memfasilitasi dalam kegiatan.

c. Membuat dan menjalankan absensi kegiatan

4. Tugas Observer

a. Mengamati jalannya kegiatan

b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung

c. Membuat laporan hasil kegiatan yang telah dilakukan

G. Pengaturan Tempat
Media
O M P

K K K K

K K
K

K K F K
K

Keterangan

M : Moderator

P : Presenter

K : Klien / Peserta
F
: Fasilitator

O : Observer

Media : Media / Model

H.Kegiatan Penyuluhan

Tahap
Kegiatan dan
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens
Waktu

Pendahuluan  Mengucapkan salam  Menjawab salam

( 5 menit )  Memperkenalkan diri,  Mendengarkan


anggota kelompok dan dan
pembimbing memperhatikan

 Menjelaskan topik
penyuluhan

 Membuat kontrak
waktu dan bahasa

 Menjelaskan tujuan
kegiatan

Pelaksanaan  Menggali pengetahuan  Mendengarkan dan


audiens tentang konsep memperhatikan
( 20 menit )
ular

 Menggali pengetahuan
audiens tentang tanda dan
gejala gigitan ular

 Menggali pengetahuan
audiens untuk memahami
penyebab gigitan ular

 Menggali pengetahuan
audiens untuk memahami
tanda ular berbisa dan tidak
berbisa

 Menggali pengetahuan
audiens tentang
penanganan/pertolongan
akibat gigitan ular

Penutup  Memberikan kesempatan  Memberikan


pada audiens untuk pertanyaan
( 5 menit )
bertanya
 Mendengarkan dan
 Memberi reinforcement memperhatikan
pada audies atas
 Mengemukakan
pertanyaannya
pendapat
 Memberikan kesempatan
 Menjawab salam
audiens untuk memberi
pendapat

 Melengkapi atau
memberikan penjelasan
atas pertanyaan audiens

 Mengevaluasi dan
menyimpulkan materi
penyuluhan yang telah
disampaikan

 Salam penutup

I. Evaluasi

1. EvaluasiStruktur.

a. Struktur pengorganisasian sesuai dengan yang direncanakan

b. Setting tempat sesuai dengan yang direncanakan

c. Tempat dan media sesuai dengan yang direncanakan

2. Evaluasi Proses.

a. Peran dan tugas peserta sesuai dengan perencanaan.

b. Waktu sesuai dengan yang direncana.

c. Selama proses berlangsung diharapkan audiens dapat mengikuti


seluruh kegiatan penyuluhan/tidak ada yang meninggalkan ruangan.

d. Selama kegiatan berlangsung diharapkan audiens berperan aktif

3. Evaluasi Hasil.

a. Sebanyak 85% audiens yang hadir mampu menyebutkan apa penyebab


ketuban pecah dini
b. Sebanyak 85% audiens yang hadir mampu menyebutkan tanda dan
gejala ketuban pecah dini

c. Sebanyak 85% audiens yang hadir mampu menjelaskan akibat dari


ketuban pecah dini

d. Sebanyak 85% audiens yang hadir mampu menyebutkan kembali cara


mencegah terjadinya ketuban pecah dini.

LAMPIRAN MATERI

1. Konsep Ular
Ular merupakan jenis hewan melata yang banyak terdapat di Indonesia.
Spesies ular dapat dibedakan atas ular berbisa dan ular tidak berbisa. Ular
berbisa memiliki sepasang taring pada bagian rahang atas. Pada taring tersebut
terdapat saluran bisa untuk disalurkan ke mangsa melaui gigitan. Bisa adalah
suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan
sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan
ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Gigi taring
ular dapat tumbuh hingga ± 20 mm pada rattlesnake (ular derik) yang besar.
Dosis bisa setiap gigitan tergantung pada waktu yang berlalu sejak gigitan
terakhir, derajat ancaman yang dirasakan ular, dan ukuran mangsa. Lubang
hidung ular merespon panas yang dikeluarkan mangsa, yang memungkinkan
ular untuk mengubah-ubah jumlah bisa yang akan dikeluarkan.
Gigitan ular bisa mengancam jiwa jika ular tersebut berbisa. Ular berbisa
meliputi mamba hitam, king cobra, welang, beludak sisik gergaji, dan ular
derik. Gejala dapat berupa nyeri, bengkak, kemerahan, atau perdarahan di
tempat gigitan. Jika seseorang digigit ular, dia harus tetap tenang, jangan
gerakkan aera yang digigit, serta lepaskan perhiasan atau pakaian ketat.
Perawatan medis darurat harus diperoleh sesegera mungkin.
2. Tanda dan Gejala
Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan
karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit).
Gejala sistemik: hipotensi, otot melemah, berkeringat, menggigil, mual,
hipersalivasi (ludah bertambah banyak), muntah, nyeri kepala, pandangan
kabur.
3. Penyebab
Korban gigitan ular terutama adalah petani, pekerja perkebunan, nelayan,
pawang ular, pemburu, dan penangkap ular. Kebanyakan gigitan ular terjadi
ketika orang tidak mengenakan alas kaki atau hanya memakai sandal dan
menginjak ular secara tidak sengaja. Gigitan ular juga dapat terjadi pada
penghuni rumah, ketika ular memasuki rumah untuk mencari mangsa berupa
ular lain, cicak, katak, atau tikus.
4. Tanda Ular Berbisa Dan Tidak Berbisa
Tidak Berbisa Berbisa
Bentuk kepala Bulat Elips
Gigi Taring Gigi kecil 2 gigi taring besar
Bekas Gigitan Lengkung seperti U Tediri dari 2 titik
Warna Warna warni Gelap

5. Penanganan/Pertolongan Akibat Gigitan Ular Berbisa


1) Posisikan korban untuk tidak bergerak terutama di bagian yang tergigit.
2) Bersihkan bagian yang terluka dengan air bersih (tidak perlu diberi
betadine atau daun-daun).
3) Berikan kasa lalu balut dengan perban, lebar ±10 cm, panjang ± 45 m,
dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit. Bungkus rapat
dengan perban seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan
jangan terlalu kencang agar aliran darah tidak terganggu.
4) Setelah itu bidai dengan tongkat, kayu (apapun itu agar bagian yang
tergigit tidak banyak bergerak), lalu balut lagi dengan perban.
5) Penggunaan torniquet tidak dianjurkan karena dapat mengganggu aliran
darah dan pelepasan torniquet dapat menyebabkan efek penyumbatan
pembuluh darah yang lebih berat, sehingga dapat berujung dengan
amputasi.

DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/documents/sap-gigitan-ular.html

Setiyohadi B, dkk. 2009. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi ke-5.
Jakarta : Ilmu Penyakit Dalam. h.280-3. Brian, James Daley. 2010. Snakebite.
Online. http://emedicine.medscape.com/article/168828-overview. Diakses pada 25
November 2017.

Anda mungkin juga menyukai