Anda di halaman 1dari 5

KASUS PELANGGARAN HAK DAN PERLINDUNGAN ANAK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Mata Ajar : Wiwi Kustio Priliana, A.Kep.,SPd.,MPH

KELAS 3A

Kelompok 5:

Arrohman Rian Nanda 2820173001


Aulia Nur Darmawanti 2820173002

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2019
Greinal Wijaya Disiksa Hingga Tewas Karena Sering Ngompol

Sudah lama ibu muda itu bersikap kasar terhadap anaknya. Bentakan, cacian, sumpah
serapah, disertai pukulan sudah teramat sering menerpa Greinal Wijaya, 5.Puncaknya
terjadi Sabtu (11/11) menjelang malam. Novi Wanti membekap kepala anaknya
dengan kantong plastik. Pemilik maupun penghuni indekos di Jalan Asem Raya,
Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, yang saat itu tengah berada di kamar masing-
masing, tidak ada yang mendengar jeritan minta tolong.

Novi yang tinggal di kamar 203 dengan sangat rapi menutupi perbuatannya ketika
melakukan penyiksaan panjang terhadap anak semata wayangnya. Gambaran itu
terlihat dari luka di sekujur tubuh Greinal, khususnya pada bagian kaki.Greinal tewas
lantaran kehabisan oksigen. Bryan Adam, pemilik indekos, sempat melihat Novi
dengan tergesa-gesa membopong anaknya yang sudah terkulai. Di luar sudah
menunggu ojek daring.

“Saya sempat tanya mau ke mana, dia jawab mau ke rumah sakit. Kami tidak
mendengar suara mencurigakan dari kamar 203. Padahal penghuni lain juga sedang
ramai, tidak ada yang mendengar suara jeritan,” tutur Adam.

Adam merasa curiga terhadap Novi karena melihat bagian tangan dan kaki Greinal
banyak luka memar. Pada bagian kaki anak lelaki itu terlihat luka melingkar seperti
bekas lilitan tali yang kencang. Muka Greinal pun sudah membiru saat dinaikkan ke
ojek online. Rupanya Novi membawa anaknya ke Rumah Sakit Graha Kedoya. Tim
medis di sana menyatakan korban sudah meninggal saat tiba di rumah sakit. Kapolres
Metro Jakarta Barat Kombes Royke Harry Langie mengungkapkan hasil pemeriksaan
terhadap Novi.

Memberi pelajaran
Tersangka mengaku hanya ingin memberi pelajaran terhadap Greinal. “Dia bilang
korban suka ngompol di kasur. Anaknya itu juga mulai enggak menurut padanya.
Itulah alasannya memberi pelajaran,” tutur Royke.Alasan lain yang disampaikan
Novi, ia stres karena belum dapat pekerjaan. Uang indekosnya juga dibayar sama ibu
kandungnya. Adapun suaminya kini berada entah di mana.

Menurut Adam, selama setahun di indekos, Novi jarang berkomunikasi dengan


tetangga sekitar. Ia lebih banyak mengurung diri di kamar ukuran 2 x 3 meter itu.
Aktivitas Novi hanya mengantar anak semata wayangnya ke sekolah. Ia juga
melarang Greinal bermain di luar.

Rahman, penjaga indekos menilai Novi sosok wanita yang sangat kasar pada
anaknya. Pengelola pernah mengusirnya agar pindah karena perilaku kasarnya kepada
Greinal. “Tapi, dia tidak mau pindah,” cetusnya.

Penyesalan selalu datang terlambat. Selain kini meratapi kematian anaknya, Novi pun
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dia mendekam di sel Polres Jakbar
dengan ancaman penjara selama 15 tahun lantaran melanggar Pasal 80 ayat 3 dan
juncto Pasal 76 C UU RI No 35 Tahun 2014 yakni menganiaya anak hingga
menyebabkan kematian. (Gana Buana/J-2)

PEMBAHASAN KASUS
1. Menurut pandangan hukum:
Pelaku dijerat Pasal 76 C Jo. Pasal 80 ayat (3) Undang Undang No. 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak (“UU Perlindungan Anak”).
Bahwa Pasal 76 C UU Perlindungan Anak menyatakan:
“Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan atau turut serta melakukan Kekerasan Terhadap Anak.”
Bahwa Pasal 80 ayat (3) UU Perlindungan Anak menyatakan:
“Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah).”
Bahwa unsur-unsur delik tindak pidana dalam Pasal 76 C Jo. Pasal 80 ayat (3) UU
Perlindungan Anak adalah sebagai berikut:
 Setiap orang,yaitu subjek hukum yang diduga atau didakwa melakukan
tindak pidana bergantung pada pembuktiaan delik intinya karena unsur
“setiap orang” merupakan elemen delik yang tidak dapat berdiri sendiri dan
baru dapat dibuktikan apabila unsur inti dari delik yang dituduhkan telah
terbukti.
 Menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan atau turut
serta melakukan kekerasan terhadap Anak
 Mengakibatkan anak mati.

2. Menurut pandangan pelajar/ mahasiswa:


Menurut pandangan mahasiswa pelaku memang bersalah akan tetapi kita
sebagai mahasiswa harus memberikan edukasi pada masyarakat untuk tidak
berlaku semena-mena atau lebih mengedepankan rasa kasih sayang saat
terjadi emosi terhadap keluarga terutama kepada anak. Anak ataupun keluarga
akan lebih menerima kemarahan kita kalau kita marah dengan sewajarnya dan
jangan sampai melakukan tindakan kekerasan yang sangat tidak wajar.

3. Menurut pandangan masyarakat


Dengan kejadian kekerasan tersebut dapat diambil hikmahnya bahwa tidak
perlu dilakukan penganiayaan ataupun kekerasan hanya karena masalah yang
sangat sepele. Sebagai orang tua harus lebih sabar dalam menghadapi masalah
yang terjadi pada kelurga ataupun anak. Untuk warga masyarakat sekitar,
kejadian ini dapat menjadi suatu pelajaran yang berharga dalam upaya
memberikan kasih sayang seorang anak. Masyarakat juga tahu apa efek dari
kejadian tersebut dalam jangka yang panjang maupun pendek.

Anda mungkin juga menyukai