Word-Step 3-2 Perkembangan Anak Akhir
Word-Step 3-2 Perkembangan Anak Akhir
LATAR BELAKANG
Perkembangan masa akhir kanak-kanak merupakan kelanjutan dalam masa awal
anak-anak. Periode ini berlangsung dari usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu menjadi
matang secara seksual. Permulaan masa akhir kanak-kanak ini ditandai dengan masuknya
anak ke kelas satu sekolah dasar. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan
besar dalam pola kehidupannya. Sebab, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi anak yang
dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku. Dalam studi ilmu
jiwa perkembangan dapat dilacak dan dipahami perkembangan dari satu fase kehidupan ke
fase kehidupan yang lain. Dalam memahami hal ihwalnya dalam dunia pendidikan misalnya,
maka dapat disusun kurikulum, materi, metode, sarana, dan alat-alat yang sesuai dengan
situasi dan kondisi diri anak didik menurut jengjang pendidikan yang ada. Demikian juga
bagi orang-tua, akan diketahui pertumbuhan dan perkembangan anak serta model-model
pelayanannya. Sehingga setiap individu diharapkan bisa menjalani tugas perkembangan
dengan baik sekaligus beradaptasi dengan lingkungannya dengan baik pula. Dalam tulisan ini
akan dikemukakan mengenai bagaimana proses perkembangan pada masa kanak-kanak akhir.
Dan akan dibahas pula mengenai perkembangan anak pada aspek kognitif, emosi,
dan bahasanya.
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut
mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat
anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang
manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Pada usia ini anak sudah
dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut
kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (membaca,menulis, dan berhitung).
Dengan keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-
angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan
egosentris, maka pada usia sekolah dasar ini daya pikir anak berpikir ke arah daya pikir
konkrit, rasional, dan obyektif. Kemampuan berfikir ditandai dengan adanya aktivitas-
aktivitas mental seperti mengingat, memahami dan mampu memecahkan masalah. Anak
sudah lebih mampu berfikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi, karena proses
kognitifnya tidak lagi egosentrisme, dan lebih logis.
Egosentrisme artinya, anak belum mampu membedakan antara perbuatan-perbuatan
dan objek-objek yang secara langsung dialami dengan perbuatan-perbuatan dan objek-objek
yang hanya ada dalam pikirannya. Misalnya, ketika kepada anak diberikan soal, ia tidak akan
mulai dari sudut objeknya, melainkan ia akan mulai dari dirinya sendiri. Egosentrisme pada
3
anak terlihat dari ketidakmampuan anak untuk melihat pikiran dan pengalaman sebagai kedua
gejala yang masing-masing berdiri sendiri.
Ditinjau dari perkembangan kognitif Jean Piaget, anak sekolah dasar memasuki tahap
operasi kongkret dan berpikir. Suatu masa dimana konsep yang pada awal masa kanak-
kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang menjadi konkret dan
tertentu. Tahap operasi kongkret tetap ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan
apa-apa yang kelihatan nyata/ kongkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada
barang-barang yang kongkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis. Anak masih
kesulitan untuk memecahkan persoalan yang mempunyai banyak variabel. Oleh karena itu,
meskipun intelegensi pada tahap ini sudah sangat maju, namun cara berpikirnya masih
terbatas yakni berdasarkan sesuatu yang kongkret.
PERKEMBANGAN EMOSI
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah-laku individu,
termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan senang, bergairah,
bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk konsentrasi terhadap
aktivitas belajar. Sebaliknya, jika emosi negatif seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak
bergairah, maka proses belajar akan mengalami hambatan. Anak usia SD sudah menyadari
bahwa ia tidak dapat menyatakan dorongan emosinya begitu saja tanpa mempertimbangkan
lingkungannya. Ia mulai belajar mengungkapkan perasaannya dalam perilaku yang dapat
diterima secara sosial. Penumbuhan perasaan ini tergantung dari bagaimana sikap orang-tua
mendisiplinkan anak. Di samping itu, melalui permainan dan olahraga dimungkinkan anak
mengeluarkan emosinya secara wajar.
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara
kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar mengendalikan dan
mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh dari meniru dan
latihan. Dalam proses peniruan, kemampuan orang-tua dalam mengendalikan emosinya
sangatlah berpengaruh. Apabila anak berkembang dalam lingkungan keluarga yang
emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil.
Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini
adalah marah, takut, cemburu, iri-hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan.
PERKEMBANGAN BAHASA
Selama masa akhir anak-anak, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan
kosakata anak meningkat dan cara anak-anak menggunakan kata dan kalimat bertambah
kompleks serta lebih menyerupai bahasa orang dewasa. Dari berbagai pelajaran yang
diberikan di sekolah, bacaan, pembicaraan dengan anak-anak lain, serta melalui radio dan
televisi, anak-anak menambah perbendaharaan kosakata yang ia pergunakan dalam
percakapan dan tulisan. Dengan dikuasainya ketrampilan membaca dan berkomunikasi
dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis.
Pada masa ini, karena dibarengi dengan taraf berpikir yang sudah maju maka dia
banyak menanyakan soal waktu dan sebab akibat. Di samping peningkatan dalam jumlah
perbendaharaan kosakata, perkembangan bahasa anak usia sekolah juga terlihat dalam cara
anak berpikir tentang kata-kata. Peningkatan kemampuan anak sekolah dasar dalam
4
KESIMPULAN
Dalam masa perkembangan kanak-kanak akhir anak sudah mengalami banyak
kemajuan dibandingkan dengan masa sebelumnya. Dalam aspek perkembangan kognitif anak
sudah lebih mampu berfikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi, karena proses
kognitifnya sudah tidak lagi egosentrisme, dan lebih logis. Kemudian dalam aspek
perkembangan emosinya, dalam usia ini anak sudah mulai menyadari bahwa pengungkapan
emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk
mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Sedangkan perkembangan dalam
aspek bahasa, usia SD merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan
menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Mereka juga mulai menyadari bahwa berbicara
merupakan sarana penting untuk memperoleh tempat di dalam kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006.
Rochmah, Elfi Yuliani. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Teras, 2005.
Yusuf L.N, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008.
Hidayati, Wiji dkk. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Teras, 2008.
Rumini, Sri dkk. Psikologi Umum. Yogyakarta: FIK IKIP, 1998.
Suadirman, Siti Partini. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta, 2006.