Anda di halaman 1dari 16

PERIODE PRANATAL

PENDAHULUAN
Periode prakelahiran adalah periode yang pertama dilalui oleh setiap individu dan
yang paling singkat dari periode sebelumnya. Periode ini mulai pada saat pembuahan dan
berakhir pada saat kelahiran yang berlangsung antara 270 sampai 280 hari atau 9 bulan.
Pembuahan terjadi ketika satu sel spermatosoma tunggal (sperma) dari laki- laki
bergabung dengan satu ovum (sel telur) di dalam saluran indung telur ke dalam kandungan
perempuan dalam proses yang disebut ”pembuahan” (fertilization). Sel telur yang dibuahi
disebut ”zigot” (zygote). Pada saat zigot mengakhiri perjalanannya yang 3 hingga 4 hari
melalui saluran indung telur ke dalam kandungan dan mencapai kandungan, sel telur pecah
menjadi sekitar 12 hingga 16 sel.
Dilihat dari waktunya, periode prenatal ini merupakan periode perkembangan
manusia yang sangat singkat, tetapi justru pada periode inilah di pandang terjadi
perkembangan yang sangat cepat dalam diri individu. Pada masa-masa awal ini penelitian-
penelitian yang di lakukan oleh sebagian besar ahli psikologi barat cenderung di mulai dari
periode bayi yang baru lahir dan mengabaikan periode prenatal. Kemudian pada pertengahan
tahun 1940 muncul kesadaran bahwa mengetahui segala kejadian pada masa prenatal sangat
penting untuk dapat memahami secara utuh pola perkembangan yang normal.
Karena itu, prenatal ini bukan saja merupakan periode khusus dalam rentang
kehidupan manusia tetapi juga merupakan periode yang sangat menentukan.

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN PERIODE PRANATAL (PERKEMBANGAN


PRA-KELAHIRAN)

1. PERIODE GERMINAL
Periode awal atau germinal (germinal period), ialah periode perkembangan
prakelahiran yang berlangsung pada 2 minggu pertama setelah pembuahan. Ini meliputi
penciptaan zigot, dilanjutkan dengan pemecahan sel, dan melekatnya zigot ke dinding
kandungan. Sekitar seminggu setelah pembuahan, zigot terdiri dari 100 hingga 150 sel.
Pemisahan sel telah dimulai ketika lapisan dalam dan lapisan luar organisme terbentuk.
Blastocyst ialah lapisan dalam sel yang berkembang selama periode germinal. Sel- sel
ini kemudian berkembang menjadi embrio.
Trophoblast ialah lapisan luar sel yang berkembang selama periode germinal. Sel-
sel ini kemudian menyediakan gizi dan dukungan bagi embrio. Implantation, yakni
melekatnya zigot ke dinding kandungan, berlangsung kira- kira 10 hari setelah
pembuahan.
Blastocyst yang berisikan cairan, dengan cepat mengalami sejumlah perubahan
penting. Blastocyst ini juga dibedakan atas 3 lapisan yaitu, lapisan atas, lapisan tengah,
lapisan bawah. Dari lapisan atas berkembangan rambut, gigi, dan kuku; kulit lapisan luar
(kulit ari) dan kelenjar-kelenjar kulit; panca indra dan sistem saraf.
Dari lapisan tengah berkembang otot, tulang atau rangka, sistem pembungan kotoran
dan sistem peredaran darah, serta kulit lapisan dalam. Sementara itu lapisan bawah
menjadi sistem pencernaan, hati, pankreas, kelenjar ludah, dan sistem pernapasan.
Dalam waktu singkat plasenta, tali pusat, dan kantong amniotic juga akan terbentuk
dari sel-sel blastocyst. Setelah beberapa hari kira-kira seminggu setelah konsepsi
blastocyst menempel di dinding rahim. Blastocyst yang telah tertanam secara penuh di
dinding rahim inilah yang di sebut embrio.

2. PERIODE EMBRIONIS
Periode embrionis (embryonic period) ialah periode perkembangan prakelahiran
yang terjadi dari 2 hingga 8 minggu setelah pembuahan. Selama periode embrionis, angka
pemisahan sel meningkat, sistem dukungan bagi sel terbentuk, dan organ-organ mulai
tampak. Ketika zigot mendekati dinding peranakan, sel-selnya membentuk tiga lapisan.
Endoderm embrio ialah lapisan dalam sel, yang akan berkembang menjadi sistem
pencernaan dan pernafasan. Lapisan luar sel pecah menjadi dua bagian. Ectoderm ialah
lapisan paling luar, yang akan menjadi sistem syaraf, penerima sensor (telinga, hidung,
mata, dll). Mesoderm ialah lapisan tengah, yang akan menjadi sistem peredaran, tulang,
otot, sistem pembuangan kotoran badan, dan sistem reproduksi. Setiap bagian tubuh pada
akhirnya berkembang dari ketiga lapisan ini.
Endoderm utamanya menghasilkan bagian dalam tubuh, mesoderm utamanya
menghasilkan bagian-bagian yang mengelilingi wilayah dalam tubuh, dan ectoderm
utamanya menghasilkan bagian-bagian permukaan.
Ketika ketiga lapisan embrio terbentuk, sistem dukungan kehidupan bagi embrio
matang dan berkembang dengan cepat. Sistem dukungan kehidupan ini meliputi ari-ari,
tali pusar, dan amnion. Ari-ari (placenta) ialah suatu sistem dukungan kehidupan yang
terdiri dari sekelompok jaringan/ lapisan yang berbentuk disk atau piring yang di
dalamnya pembuluh darah dari ibu dan anak mengait tetapi tidak menyatu. Tali pusar
(umbilical cord) ialah suatu sistem dukungan kehidupan, yang mengandung dua pembuluh
nadi dan satu pembuluh vena, yang menghubungkan bayi dengan ari-ari. Molekul yang
sangat kecil, udara, air, garam, makanan, dari darah ibu, dan karbon dioksida serta kotoran
pencernaan dari darah embrio berpindah dari ibu kepada bayi dan dari bayi kepada ibu.
Molekul-molekul besar tidak dapat berpindah melalui dinding ari-ari ini meliputi sel
darah merah dan zat-zat berbahaya seperti bakteri, kotoran ibu, dan hormon. Amnion,
yakni suatu keranjang atau amplop yang berisi cairan bening yang di dalamnya embrio
yang sedang berkembang mengapung. Seperti ari-ari dan tali pusar, amnion berkembang
dari telur yang dibuahi, bukan dari tubuh ibu sendiri.
Pada kira-kira usia 16 minggu, ginjal janin mulai mereproduksi air kencing. Air
kencing janin ini merupakan sumber utama cairan amniotis hingga trimester ketiga, ketika
beberapa cairan dikeluarkan dari paru-paru oleh janin yang sedang bertumbuh.
Walaupun isi cairan amniotis meningkat 10 kali lipat dari usia ke-12 hingga ke-40
minggu kehamilan, cairan amniotis ini juga dipindahkan dalam berbagai cara. Sebagian
ditelan oleh janin, dan sebagian lagi diserap melalui tali pusar dan selaput yang menutup
ari-ari. Cairan amniotis penting dalam menyediakan suatu lingkungan dan suhu
kelembabannya terkendali, serta untuk melindungi bayi dari guncangan.
Pada minggu ketiga, saluran syaraf yang pada akhirnya menjadi susunan tulang
belakang terbentuk. Pada usia kira-kira 21 hari, mata mulai kelihatan, dan pada usia 24
hari sel untuk jantung mulai berpisah. Selama minggu keempat, penampakan pertama
sistem saluran kencing alat kemaluan (urogenital) kelihatan, dan kuncup lengan serta
kaki muncul. Empat kamar/ bilik jantung berbentuk, dan pembuluh darah naik ke
permukaan. Dari minggu kelima hingga kedelapan, lengan dan kaki selanjutnya berpisah;
pada saat ini, wajah mulai berbentuk tetapi masih belum begitu dapat dikenal. Bidang usus
berkembang dan struktur wajah mulai tersusun. Pada usia 8 minggu, organisme yang
sedang berkembang itu beratnya kira-kira sepertigapuluh ons dan panjangnya baru 1 inci.
Organogenesis adalah proses pembentukan organ yang berlangsung selama dua
bulan pertama perkembangan prakelahiran.

3. PERIODE FETAL (TAHAP JANIN)


Periode fetal (fetal period) ialah periode perkembangan pra-kelahiran yang mulai 2
bulan setelah pembuahan dan pada umumnya berlangsung selama 7 bulan. Tiga bulan
setelah pembuahan, panjang janin kira-kira 3 inci dan beratnya kira-kira 1 ons. Janin
semakin aktif, menggerakkan tangan dan kakinya, membuka dan menutup mulutnya, dan
menggerakkan kepalanya. Wajah, dahi, kelopak mata, hidung, dan dagu dapat dibedakan,
demikian pula dengan lengan atas, lengan bagian bawah, tangan, dan tungkai serta alat
kemaluan dapat diidentifikasi sebagai laki- laki atau perempuan. Pada akhir bulan keempat
janin telah bertumbuh hingga 5 ½ inci panjangnya dan beratnya sekitar 4 ons. Pada saat
ini, suatu percepatan pertumbuhan terjadi pada tubuh bagian bawah. Refleks pra-kelahiran
semakin kuat; gerakan-gerakan lengan dan kaki dapat dirasakan untuk pertama kali oleh
ibunya.
Pada akhir bulan kelima, panjang janin kira-kira 10 hingga 12 inci dan beratnya ½
hingga 1 pon. Struktur kulit sudah terbentuk; kuku jari kaki dan kuku jari tangan,
misalnya. Janin semakin aktif, yang memperlihatkan keinginan akan suatu posisi tertentu
di dalam kandungan.
Pada akhir bulan keenam, panjang janin kira-kira 14 inci dan beratnya naik setengah
hingga satu pon lagi. Mata dan kelopak mata benar-benar terbentuk, dan suatu lapisan
rambut halus menutup kepala. Refleks menggenggam muncul, dan pernafasan yang belum
beraturan terjadi. Pada akhir bulan ketujuh, panjang janin 14 hingga 17 inci dan naik
beberapa pon lagi hingga beratnya sekarang 2½ hingga 3 pon. Selama bulan kedelapan
dan kesembilan, janin bertumbuh lebih panjang dan naik lebih berat lagi kira-kira 4 pon.
Ketika lahir, rata-rata bayi di Amerika beratnya 7 hingga 7½ pon dan tingginya
sekitar 20 inci. Pada dua bulan terakhir, lapisan atau jaringan lemak berkembang dan
fungsi berbagai sistem organ jantung dan ginjal, misalnya berjalan.

KARAKTERISTIK MASA PRANATAL


Meskipun relatif singkat, periode prenatal mempunyai enam karakteristik penting,
masing-masing karakteristik mempunyai akibat yang lambat pada perkembangan selama
rentang kehidupan. Ciri-cirinya yaitu:
a. Pada saat ini sifat-sifat bauran, yang berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan
selanjutnya, diturunkan sekali untuk selamanya.
b. Kondisi-kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang perkembangan sifat
bawaan sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat perkembangannya
bahkan sampai mengganggu pola perkembangan yang akan datang.
c. Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada saat pembuahan
dan kondisi-kondisi dalam tubuh ibu tidak akan mempengaruhinya, sama halnya
dengan pembuahan.
d. Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi selama periode
prenatal dibandingkan pada periode-periode lain dalam seluruh kehidupan individu.
e. Periode prenatal merupakan masa yang mengandung banyak bahaya, baik fisik
maupun psikologis.
f. Periode prenatal merupakan saat dimana orang yang berkepentingan membentuk
sikap-sikap yang baru diciptakan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERIODE PRANATAL

1. FAKTOR UMUM
a. Usia Ibu
Bila usia ibu dianggap sebagai faktor yang mungkin membahayakan bagi janin
dan bayi, dua periode waktu yang amat penting untuk diperhatikan ialah masa remaja
dan pada usia 30-an ke atas. Bayi yang dilahirkan oleh remaja sering premature.
Angka kematian bayi yang dilahirkan oleh ibu remaja dua kali lebih banyak
dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu yang berusia 20-an tahun.
Walaupun gambaran semacam itu kemungkinan mencerminkan ketidakmatangan
sistem reproduksi ibu, hal itu juga dapat disebabkan oleh gizi yang buruk, kurangnya
perawatan pra-kelahiran, dan rendahnya status sosial ekonomi.
Sindrom Down, suatu bentuk keterbelakangan mental, terkait dengan usia ibu.
Bayi yang mangalami Sindrom Down jarang dilahirkan oleh ibu yang berusia di
bawah 30 tahun, tetapi resiko bertambah setelah ibu mencapai usia 30 tahun. Pada
usia 40 tahun, kemungkinannya sedikit di atas 1 dari 100 bayi dan, pada usia 50
tahun, hampir 1 dari 10 bayi. Resiko juga bertambah besar sebelum berusia 18 tahun.
Perempuan juga mengalami lebih banyak kesulitan untuk hamil setelah berusia 30
tahun (Toth, 1991).
Dalam suatu investigasi, para klien klinik kelahiran Prancis semuanya
mempunyai suami mandul (Schwartz & Mayaux, 1982). Untuk meningkatkan
kesempatan mereka memiliki anak, mereka diberi inseminasi buatan sekali sebulan
selama setahun. Masing-masing perempuan memiliki 12 kesempatan untuk hamil.
Tujuh puluh lima persen perempuan berusia 20-an tahun hamil, 62 persen
perempuan berusia 31-35 tahun hamil, dan hanya 54 persen perempuan berusia di atas
35 tahun hamil.
b. Keadaan Gizi Ibu Hamil
Ibu adalah satu-satunya sumber gizi bagi anak yang dikandungnya, sehingga
nilai gizi makanan ibu sangatlah penting. Makanan ibu harus cukup jumlah dan
mutunya, mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin dalam
komposisi yang tepat.
Dari penelitian-penelitian terbukti bahwa kekurangan gizi yang di derita ibu
hamil, besar korelasinya dengan prematuritas, berat tubuh bayi yang rendah, lahir
mati, keterlambatan pertumbuhan dan gangguan fungsi mental (Knobloch &
Pasamanick, 1991).
Kekurangan gizi pada tiga bulan pertama kehamilan sangat merugikan, begitu
pula pada waktu pertumbuhan bayi yang sangat pesat pada trisemester terakhir
(Lester, 1975). Bagi wanita yang mengalami kehamilan kembar tentu saja hal ini
makin penting (Dubois, 1991).
Bagaimana sesungguhnya pengaruh dari gizi ibu yang buruk itu belum jelas
benar, mungkin saja karena kebutuhan bayi akan bahan gizi yang dibutuhkannya
untuk tumbuh tidak terpenuhi, namun mungkin juga karena daya tahan ibu yang
rendah terhadap penyakit-penyakit maupun komplikasinya.
c. Keadaan Emosional
Thomson dab Grusec (1970) menemukan bahwa binatang percobaan yang
hamil dan menderita kecemasan dan stress akan melahirkan keturunan yang
mengalami kelainan dalam perilaku seperti bersifat sangat emosional.
Ketakutan, kecemasan dan emosi lain yang mendalam dapat menyebabkan
terjadinya perubahan psikologis antara lain, meningkatnya pernapasan dan sekresi
oleh kelenjar. Adanya produksi hormon adrenalin sebagai tanggapan terhadap
ketakutan menghambat aliran darah ke daerah kandungan dan dapat membuat janin
kekurangan udara.
Keadaan emosional ibu juga dapat mempengaruhi proses kelahiran. Ibu yang
sangat bingung secara emosional mungkin mengalami kontraksi yang tidak teratur
dan tugas yang lebih sulit, yang dapat menyebabkan ketidakteraturan dalam
pemasokan udara kepada bayi atau cenderung menghasilkan ketidakteraturan setelah
kelahiran.
Bayi yang lahir melalui proses kelahiran yang cukup lama juga menyesuaikan
diri lebih lambat dengan dunia mereka dan lebih mudah marah. Bayi yang lebih
cemas, menangis lebih banyak sebelum diberi makan dan lebih aktif daripada bayi
yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang kurang cemas (Ottinger & Simmons, 1964).
d. Faktor Rh
Faktor Rh adalah suatu protein yang diwariskan yang ditemukan pada 85
persen manusia. Kesulitan akan timbul bila seorang suami mempunyai faktor Rh (Rh
positif) sedangkan istrinya tidak (Rh negatif). Jika darah janin yang Rh positif
berhubungan dengan darah ibu di plasenta, maka protein Rh akan menyebabkan
sistem kekebalan ibu membuat antibodi untuk memusnahkan protein asing itu.
Antibodi ini akan memusnahkan sel darah merah janin, suatu keadaan yang
disebut eritroblastosis, yang berakhir dengan kematian janin. Dampak yang demikian
ini umumnya belum tampak pada kehamilan pertama karena kita tahu bahwa darah
janin tidak berhubungan langsung dengan darah ibu di plasenta. Namun, pada waktu
persalinan di mana plasenta robek dan lepas dari dinding rahim yang mengalami luka-
luka, maka darah ibu akan terkena Rh protein itu sehingga si ibu akan memproduksi
anti-bodinya. Pada kehamilan berikutnya, janin akan mengalami dampak dari anti-
bodi yang dapat menembus plasenta itu. Keadaan ini sekarang sudah dapat diobati.
2. FAKTOR KHUSUS
a. Penyakit
Penyakit atau infeksi yang terjadi pada ibu hamil dapat mengakibatkan
kelainan. Penyakit dan infeksi dapat pula menyebabkan kerusakan selama proses
kelahiran itu sendiri. Rubella ialah suatu penyakit ibu yang dapat merusak
perkembangan pra-kelahiran.
Penyakit rubella dapat menyebabkan keguguran, prematuritas, tuli, dan buta.
Cacat pada jantung, hati, dan pankreas, serta keterbelakangan mental. Rubella sangat
berbahaya dalam trismester pertama kehamilan, di mana kemungkinan kecacatan 50
persen, sedangkan dalam trismester kedua dan ketiga ia dianggap tidak berbahaya.
Sifilis (penyakit yang tertular melalui hubungan kelamin) lebih berbahaya
dalam perkembangan pra-kelahiran kurang dari 4 bulan atau lebih setelah pembuahan.
Selain mempengaruhi organogenesis, seperti yang terjadi pada campak rubella, sifilis
merusak organ setelah organ terbentuk. Kerusakan meliputi luka mata, yang dapat
menyebabkan kebutaan, dan luka kulit. Ketika sifilis muncul pada saat kelahiran,
masalah-masalah lain yang melibatkan sistem syaraf pusat dan sistem pencernaan
dapat terjadi.
Infeksi lain yang menerima perhatian yang cukup luas ialah herpes alat
kemaluan (genital herpes). Bayi yang baru lahir terkena virus ini ketika mereka keluar
melalui saluran kelahiran dari seorang ibu yang terkena herpes alat kemaluan. Kira-
kira sepertiga bayi yang dilahirkan melalui saluran kelahiran yang terinfeksi, mati;
yang seperempat lagi mengalami kerusakan otak. Jika perempuan hamil mendektesi
suatu kasus herpes alat kemaluan yang aktif menjelang saatnya melahirkan, operasi
cesar dapat dilakukan untuk mencegah virus menginfeksi bayi yang baru lahir (Byer
& Shainberg, 1991).
Pentingnya kesehatan perempuan bagi kesehatan keturunan mereka dengan
sangat jelas tampak ketika ibu yang menderita sindrom kehilangan kekebalan tubuh
(acquired immune deficiency syndrome, AIDS). AIDS adalah penyebab utama
kematian peringkat kedelapan di kalangan anak-anak dari usia 1 hingga 4 tahun pada
tahun 1989. Mayoritas ibu yang menularkan HIV kepada keturunannya terinfeksi
melalui penggunaan obat-obatan yang disuntikan ke dalam pembuluh darah atau
hubungan heteroseksual dengan para pengguna obat-obatan suntik.
Ada tiga cara seorang ibu yang menderita AIDS dapat menginfeksi anaknya:
 Selama hamil, melalui ari-ari.
 Selama melahirkan, melalui kontak dengan darah atau cairan ibu.
 Setelah melahirkan (postpartum), melalui air susu.
Kurang lebih sepertiga bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV pada
akhirnya akan terinfeksi virus HIV itu sendiri (Caldwell & Rogers, 1991). Bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi AIDS dapat:
 Terinfeksi dan simptomatis (memperlihatkan gejala atau simptom AIDS).
 Terinfeksi tetapi unsimptomatis (tidak memperlihatkan gejala atau simptom
AIDS)
 Tidak terinfeksi sama sekali.
Suatu penyakit non-infeksi yang sangat berbahaya bagi kehamilan ialah
dibetes mellitus (sakit gula, kencing manis). Di samping kemungkinan mewarisi
penyakit ini, sang janin juga dihadapkan kepada lingkungan rahim yang tidak sehat.
Jika si ibu tidak diobati, maka kemungkinan kematian janin atau lahir mati 50
persen. Lagipula, anak yang lahir seringkali memperlihatkan kelainan berupa berat
tubuh berlebihan, pankkreas membesar, muka sembab, kesukaran bernafas, dan
gangguan metabolik seperti kadar gula darah yang rendah.
b. Obat-obatan
Sebaiknya orang sedang hamil tidak memakan obat apapun, kecuali apabila
betul-betul diperlukan dan diberikan dan dipantau oleh seorang ahli. Berikut akan
dipaparkan beberapa obat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
janin.
 Thalidomide
Obat ini dulunya dianggap tidak berbahaya dan dipakai sebagai obat tidur dan
anti mual. Namun mulai tahun 1959, muncullah laporan-laporan mengenai
bayi-bayi yang lahir cacat karena ibu-ibu mereka memakan thalidomine
sewaktu hamil, terutama sewaktu hamil muda (Jensen, Bensen & Bobak,
1981).
Ternyata, waktu ibu memakan obat ini, artinya pada hari kehamilan keberapa,
akan menyebabkan cacat atau gangguan pertumbuhan organ tertentu pula;
contohnya, ibu yang memakan obat ini pada hari kehamilan ke-34 sampai 38,
akan melahirkan bayi yang tidak mempunyai telinga.
Kecacatan yang ditimbulkannya adalah tidak tumbuh atau tidak lengkapnya
anggota tubuh terutama lengan, tungkai dan jari. Obat ini akhirnya dilarang.
 Alkohol
Alkohol yang diminum ibu hamil dapat memembus plasenta dan
menyebabkan kerusakan susunan syaraf janin (West, 1986). Ibu peminun
alkohol besar kemungkinannya untuk melahirkan bayi dengan suatu bentuk
kecacatan yang disebut Fetal Alcohol Syndrome.
Anak- anak dengan sindroma ini akan menunjukkan hambatan pertumbuhan
yang menetap, mikrosefali dan sel otak yang abnormal; cacat bentuk pada
mata, telinga dan wajah; gangguan persendian, cacat jantung, keterbelakangan
mental dan kesukaran memusatkan perhatian.
Ibu hamil yang minum alkohol setiap hari walaupun dalam jumlah kecil, besar
kemungkinannya akan melahirkan anak yang pada usia 4 tahun akan memiliki
tingkat inteligensi yang rendah dan kemampuan motorik yang buruk (Barr,
Streisguth, Darby & Sampson, 1990; Streisguth et al, 1989).
 Narkotika
Pemakaian narkotika akan menyebabkan prematuritas, berat badan bayi
rendah atau kematian janin. Janin yang dilahirkan akan menunjukkan gejala
withdrawal 4 sampai 24 jam setelah lahir.
Mereka akan gelisah dan menangis dengan nada tinggi, mengalami tremor,
tidak dapat tidur, hiperaktif, sulit bernafas, rakus, mencret, dan muntah-
muntah. Keadaan ini dapat berlangsung sampai 8 minggu (Davis & Templer,
1988).
Walaupun dampak jangka panjang belum jelas, dapat diperkirakan bahwa
bayi-bayi dari ibu alkoholik akan mengalami kesulitan dalam pengasuhan,
kelekatan (attachment) dengan ibu kurang sehingga besar kemungkinan
mengalami gagguan perkembangan perilaku (Rodning, Beckwith & Howard,
1980).
 Rokok
Penelitian Simpson (1957) menunjukkan bahwa ibu perokok lebih besar
kemungkinannya untuk melahirkan bayi prematur. Penelitian selanjutnya
membuktikan bahwa merokok itu berkaitan erat dengan prematuritas, dan
berat badan bayi yang rendah.
Belum jelas benar dampak jangka panjangnya walaupun ada yang melaporkan
gangguan pada kemampuan kognitif seperti kemampuan bicara (Fried &
Watkinson, 1990).
 Ganja
Bayi akan lebih sukar tidur (Scherr et al. 1989). Juga kemungkinan mengalami
kesulitan dalam kemampuan berbahasa dan kemampuan memori (Fried &
Watkinson, 1990).
 Kafein
Kafein dapat menembus plasenta. Bayi yang dilahirkan kemungkinan berat
badannya rendah dan kemungkinan lebih besar untuk menderita kecacatan
(Buelke-Sam, 1986). Kemungkinan lain bayi akan menderita kelemahan otot
(Hronsky & Emory, 1987).
 Aspirin
Wanita hamil sering memakan aspirin sebagai obat sakit kepala. Aspirin dapat
menyebabkan pendarahan intrakranial pada bayi (Stuart et al, 1987).
Dampak jangka panjangnya adalah tingkat intelegensi yang rendah dan
kekurangmampuan untuk memusatkan perhatian dan kekurangan dalam
kemampuan motorik ( Barr et al, 1990; Streisguth et al, 1987).
c. Ancaman Lingkungan
Salah satu akibat dari industrialisai adalah manusia makin terpapar kepada
toksin-toksin yang terdapat dalam makanan, air, dan udara. Seringkali kadar toksin
itu rendah sehingga tidak membahayakan orang dewasa, tetapi tetap berbahaya bagi
janin atau bayi. Contohnya, ibu-ibu hamil di Jepang yang memakan ikan yang telah
tercemar dengan air raksa limbah industri, melahirkan bayi dengan cerebral palsy
atau penyakit Miyamata. Begitu pula berbagai pestisida dan bahan kimia dapat
merugikan janin.
Sinar X juga dapat menyebabkan leukemia, mikrosefali, katarak, keguguran,
kekerdilan, dan kematian janin. Dosis sinar X yang biasa dipakai dalam dunia
kedokteran masih berada dalam batas-batas aman. Namun sebaiknya wanita hamil
hendaknya sesedikit mungkin mengalami penyinaran. Begitu pula sinar lain seperti
yang dipancarkan dari mikrowave, perlu diwaspadai.
Beberapa jenis pekerjaan juga cukup berbahaya bagi wanita hamil. Wanita
pekerja di pabrik alat listrik atau logam lebih besar kemungkinannya untuk
melahirkan bayi prematur atau rendah berat badannya (Sanjose, Roman, & Beral,
1991). Bekerja terlalu berat juga mempunyai dampak buruk kepada kehamilan.
d. Pengaruh Ayah
Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa jantan yang diberi narkotika,
alkohol dan kafein akan menghasilkan keturunan yang cacat. Begitu pula halnya
dengan toksin. Istri dari personil kamar operasi yang selalu menghirup gas-gas
anesthesia lebih besar kemungkinannya untuk mengalami keguguran dan keturunan
mereka lebih banyak yang menderita cacat (Kolata, 1978). Bahan-bahan yang
merusak ini mungkin disalurkan oleh ayah melalui sperma dan sperma pun mungkin
megalami kerusakan.
Pengaruh buruk dari faktor lingkungan yang berbahaya bagi janin ini, cara
kerja dan sifatnya sangat kompleks, sehingga sukar untuk menentukan secara tepat,
aman atau tidaknya sesuatu subtansi. Sikap yang patut diambil adalah selama
kehamilan menghindar sebanyak mungkin dari kontak dengan bahan-bahan yang
dapat membahayakan janin.

TAHAP KELAHIRAN
a. Tahap Pertama
Tahap ini adalah tahap yang terlama yaitu antara 12-24 jam, khususnya bagi kelahiran
pertama. Tahap ini dimulai dengan kontraksi rahim yang mula-mula frekuensinya jarang
dan lemah, tetapi makin mendekati saat kelahiran frekuensinya makin bertambah cepat
dan makin kuat. Kontraksi rahim ini bertujuan untuk mendorong bayi ke arah saluran
peranakan.
Bersamaan dengan itu terjadi dua proses penting yang lain. Serfiks yaitu mulut rahim
yang biasanya tebal dan menutup rapat saat ini mulai membuka. Pada tahap pertama ini
serfiks harus mulai membuka seperti layaknya sebuah lensa pada kamera (disebut
pelebaran) dan juga merata. Serfiks harus terbuka merata (kurang lebih 10 cm pada
kebanyakan wanita) sebelum bayi lahir. Umumnya, pada akhir dari tahap pertama ini,
serfiks membuka sebesar 7-8 cm.
Untuk mengurangi rasa sakit yang terjadi akibat kontraksi rahim dapat digunakan
program Lamaze (Lamaze, 1970 dalam kail, R.V & Nelson, R.W., 1993). Program ini
mengajarkan beberapa teknik yang dapat membantu calon ibu agar lebih tenang dan santai
selama proses melahirkan. Caranya adalah pengaturan pernafasan si calon ibu yang
dilakukan dengan dukungan suaminya.
Sebelum sampai pada tahap kedua, terdapat suatu masa transisi (yang biasanya sangat
singkat) yaitu terjadinya pembukaan 2-3 cm yang terakhir. Periode ini kurang
menyenangkan bagi calon ibu karena kontraksi rahim sangat bertubi-tubi dan sangat kuat.
Untuk mendorong bayi keluar, calon ibu perlu mengedan. Bila bidan atau dokter melihat
bahwa serfiks telah sepenuhnya terbuka, maka calon ibu disuruh mengedan lebih kuat lagi,
dan tahap kedua dimulai.
b. Tahap Kedua
Tahap ini sering disebut sebagai kelahiran, yaitu saat keluarnya bayi dari saluran
peranakan. Tahap kedua kelahiran mulai ketika kepala bayi mulai bergerak melalui leher
rahim dan saluran peranakan.
Tahap ini berakhir ketika bayi benar-benar keluar dari tubuh ibu. Tahap ini
berlangsung kira-kira 1 ½ jam. Pada setiap kontraksi, ibu mengalami kesakitan untuk
mendorong bayi keluar dari tubuhnya. Pada waktu kepala bayi keluar dari tubuh ibu,
kontraksi terjadi hampir setiap menit dan berlangsung kira-kira selama satu menit.
c. Tahap Ketiga
Setelah kelahiran ialah tahap ketiga; pada waktu inilah ari-ari, tali pusar, dan selaput
lain dilepaskan dan dibuang. Tahap akhir ini adalah tahap yang paling pendek dari tiga
tahap kelahiran, yang berlangsung hanya beberapa menit.

METODE PERSALINAN
a. Persalinan secara Alamiah dan Dipersiapkan
Calon ibu dipersiapkan untuk melahirkan secara alamiah. Untuk mengurangi rasa
takut, calon ibu diberi pengetahuan tentang faal alat reproduksi dan proses persalinan serta
dilatih mengatur pernafasan, relaksasi dan kebugaran jasmani.
b. Persalinan dengan Pembiusan
Calon ibu dibius secara total atau sebagian dengan analgesik (penghilang rasa sakit).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa cara ini membawa akibat pada perkembangan
anak. Anak yang dilahirkan dengan metode ini perkembangannya lebih lambat ketimbang
anak yang lahir secara alamiah. Karena itu, penggunaan metode ini perlu pertimbangan
yang matang agar tidak merugikan anak.
c. Persalinan Bedah Cesar
Pembedahan cesar (cesarean Section) ialah pemindahan bayi dari peranakan atau
rahim melalui pembedahan. Pembedahan cesar bisanya dilaksanakan jika bayi berada
dalam posisi sungsang, jika bayi terletak melintang di dalam peranakan, jika kepala bayi
terlalu besar untuk melewati pinggul ibu, jika bayi mengalami komplikasi, atau vagina ibu
mengalami pendarahan.
Melahirkan melalui pembedahan cesar lebih aman bagi bayi, tetapi bagi sang ibu
operasi ini beresiko lebih tinggi tingkat infeksinya, lebih lama tinggal di rumah sakit, lebih
mahal biayanya, dan stres yang menyertai pembedahan adalah konsekuensi dari cara
melahirkan melalui pembedahan cesar.

KOMPLIKASI MELAHIRKAN
Biasanya persalinan adalah suatu proses alamiah dan bayi yang dilahirkan umumnya
sehat. Namun berbagai hal seperti posisi janin dalam rahim, proses dan saat kelahiran yang
kurang tepat, atau penggunaan obat-obatan dapat menyebabkan bayi mengalami komplikasi
dan bahkan cacat seumur hidup.
a. Sungsang
Posisi terbalik atau sungsang (breech position) ialah posisi bayi di dalam peranakan
yang menyebabkan bokong merupakan bagian pertama yang muncul dari lubang
kemaluan. Secara normal, kepala bayi muncul terlebih dahulu melalui lubang kemaluan,
tetapi 1 dari setiap 25 orang bayi, kepala tidak muncul terlebih dahulu. Kepala bayi
sungsang masih di dalam peranakan ketika sisa tubuhnya di luar, yang dapat menyebabkan
masalah pernafasan. Beberapa bayi sungsang tidak dapat dikeluarkan melalui leher rahim
dan harus dilahirkan melalui pembedahan cesar.
b. Anoxia
Komplikasi lain adalah anoxia, yaitu kekurangan oksigen dalam waktu yang cukup
lama. Penyebabnya beraneka ragam. Misalnya karena lendir di saluran pernafasan yang
berlebihan setelah kelahiran, atau karena dampak dari pembiusan yang digunakan saat
persalinan.
Anoxia juga dapat terjadi sebagai akibat tali pusar yang terpelintir atau terjepit saat
persalinan, atau sudah terpotong sebelum kepala bayi sepenuhnya berada di luar dan bayi
belum dapat menghirup udara. Semua itu terjadi pada persalinan dimana keluar terlebih
dahulu. Pada bayi sungsang bahaya ini lebih besar lagi kerena ada perbedaan waktu yang
cukup lama antara keluarnya bagian tubuh (misalnya bokong) dengan kepala yang muncul
belakangan.
Kerusakan otak akibat kekurangan oksigen ini tergantung pada berat dan lamanya
anoxia yang dialami, kematangan dan kesehatan janin, dan banyaknya obat bius yang
ditemukan dalam darah bayi. Anoxia terutama menyebabkan kerusakan pada otak karena
susunan syaraf sangat peka terhadap kekurangan oksigen, dan kekurangan oksigen yang
berat dapat menyebabkan keterbelakangan mental dan ceberal palsy (kerusakan otak yang
mengakibatkan kelainan gerak).
c. Prematuritas
Prematuritas atau bayi yang lahir lebih cepat tiga minggu atau lebih dari waktu
kelahiran normal dan mempunyai berat badan di bawah 2500 gram. Semua bayi yang lahir
di bawah 2500 gram dikategorikan sebagai bayi prematur.
Sebetulnya ada dua macam prematuritas. Yang pertama adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram namun saat kelahirannya dekat dengan
perkiraan. Sedangkan, yang kedua adalah bayi yang lahir lebih cepat dari waktu yang
diperkirakan dan berat tubuhnya dibawah 2500 gram.
Bayi-bayi prematur ini memperlihatkan perkembangan fisik yang kurang matang,
seperti pentil buah dadanya belum kelihatan, dan jika ia laki-laki, testisnya belum turun ke
dalam skrotum. Refleks-refleksnya belum sempurna. Namun kekurangan-kekurangan ini
dapat diatasi jika bayi memperoleh perawatan yang baik di rumah sakit dan ia dimasukkan
ke dalam inkubator.
Prematuritas dapat terjadi karena berbagai hal. Antara lain karena ibu terlalu sering
hamil. Kembar dua atau kembar tiga juga banyak mengalami prematuritas. Selain itu juga
karena calon ibu kekurangan gizi atau karena plasenta dan tali pusat tidak berfungsi secara
wajar sehingga janin kekurangan makanan. Infeksi yang dialami selama masa pranatal
atau kelainan genetik dapat pula menjadi penyebab prematuritas.
Konsekuensi bayi yang mengalami prematuritas yaitu lebih sering mengalami
masalah kesehatan dibandingkan dengan bayi yang sempurna waktu kelairannya.
Kelangsungan hidup bayi prematur diragukan karena kebanyakan dari mereka tidak
mampu mengatasi infeksi. Pilek sedikit saja dapat menyebabkan sakit berat. Dan bayi
yang beratnya hanya 1,5 Kg biasanya meninggal dunia setelah lahir.
Drillen, 1964 (dalam Berger, 1983:98) menyatakan bahwa kebanyakan anak prematur
mengalami kesulitan belajar bila dibandingkan dengan anak yang lahir purna waktu.
Namun penelitian akhir-akhir ini memperlihatkan bahwa anak prematur mempunyai
kemampuan yang sama dengan anak yang tidak prematur yang berasal dari kelas sosial
sama dan seusia kecuali jika mereka mengalami kerusakan otak. Anak prematur akan
berkembang sama baiknya dengan anak-anak lain jika keluarga mengasuh mereka dengan
baik dan memberikan pendidikan yang baik pula.

PASCA-KELAHIRAN
a. Hakikat Periode Pasca-Kelahiran
Periode pasca-kelahiran (postpartal period) juga disebut ”postpartum period” ialah
periode setelah kelahiran bayi atau persalinan. Ini adalah masa dimana si ibu
menyesuaikan diri, baik fisik, maupun psikologis, dengan proses pengasuhan anak.
Periode ini berlangsung kira-kira selama 6 minggu atau hingga tubuh menyelesaikan
penyesuaian dirinya dan kembali ke keadaan yang mirip dengan sebelum kehamilan.
Periode pasca-kelahiran sebagai ”trisemester ke-4.” Walaupun rentang waktu peride
pasca-kelahiran tidak perlu mencakup 3 bulan. Metode persalinan dan keadaan sekeliling
persalinan mempengaruhi kecepatan tubuh perempuan menyesuaikan diri kembali selama
periode pasca-kelahiran. Periode pasca-kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri
dan pembiasaan diri, yaitu:
 Bayi harus diurus
 Ibu harus pulih kembali dari persalinan anak
 Ibu harus belajar bagaimana merawat bayi
 Ibu perlu belajar merasa puas/ bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu
 Ayah perlu belajar bagaimana mengurus istrinya yang sedang dalam proses pemulihan
 Ayah perlu belajar bagaimana merasa puas terhadap dirinya sendiri sebagai seorang
ayah.

b. Penyesuaian Fisik
Tubuh perempuan melakukan berbagai penyesuaian fisik pada hari-hari dan minggu-
minggu pertama setelah kelahiran anak. Involusi (involution) ialah proses kembalinya
peranakan ke ukurannya sebelum kehamilan 5 atau 6 minggu setelah kelahiran. Setelah
kelahiran, berat peranakan 2 hingga 3 pon pada akhir 5 atau 6 minggu, berat peranakan 2
hingga 3½ ons dan ini telah kembali ke ukurannya sebelum kehamilan. Sehingga, merawat
bayi menolong mengkontraksikan peranakan pada tingkat yang cepat.
Ketika ari-ari dilahirkan, tingkat estrogen dan progesterone menurun cepat dan tetap
rendah hingga indung telur mulai memproduksi hormon lagi. Perempuan kemungkinan
akan mulai haid lagi dalam 4 hingga 8 minggu kalau ia tidak menyusui. Kalau ia
menyusui, ia mungkin tidak haid selama beberapa bulan, walaupun pembuahan dapat
terjadi selama waktu ini.
Beberapa periode haid pertama menyusul persalinan dapat lebih berat dari biasanya,
tetapi akan segera normal kembali. Apabila perempuan terlibat secara teratur dalam
olahraga pengkondisian selama kehamilan, olahraga akan menolongnya memulihkan
kontur tubuh dan kekuatannya selama periode pasca-melahirkan.

c. Penyesuaian Emosional dan Psikologis


Naik-turunnya emosi lazim bagi ibu pada periode pasca-melahirkan.Naik-turunnya
emosi ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor:
 Perubahan hormon
 Kelelahan
 Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya-diri dengan bayi yang baru lahir,
atau;
 Waktu dan tuntutan yang ekstensif yang terlibat dalam perawatan bayi yang baru
lahir.
Bagi beberapa perempuan, naik-turunnya emosi hilang dalam beberapa minggu
setelah persalinan dan merupakan aspek kecil dari ke-ibuan mereka. Bagi ibu-ibu yang
lain, naik-turunnya emosi ini dapat berakhir lebih lama dan dapat menghasilkan perasaan
cemas, depresi, dan kesulitan mengatasi stres.
Berikut ini beberapa tanda yang dapat menunjukkan kebutuhan akan konseling
profesional tentang penyesuaian pasca-melahirkan:
 Kecemasan yang berlebihan
 Depresi
 Perubahan selera makan yang luar biasa
 Serangan tangis (gampang menangis)
 Tidak dapat tidur
Penyesuaian lain bagi ibu dan bagi ayah ialah, waktu dan pikiran yang dihabiskan
untuk menjadi orang-tua yang berkompeten bagi si bayi. Perhatian khusus dalam relasi
orang-tua terhadap bayi ialah ikatan (bonding), yakni terjadinya kontak yang erat,
khususnya fisik, antara orang-tua dan bayi yang baru lahir dalam periode setelah
kelahiran. Orang-tua dan bayi perlu membentuk suatu kedekatan emosional yang
memberi landasan bagi perkembangan yang optimal pada tahun-tahun ke depan.
Bayi-bayi yang lahir sebelum waktunya dipisahkan dari ibu mereka lebih lama
daripada bayi yang lahir tepat pada waktunya. Sehingga, hal ini semakin mempersulit
mereka dalam membangun ikatan.
Sebenarnya, bentuk ekstrim hipotesis ikatan bahwa bayi yang baru lahir harus
memiliki kontak yang dekat dengan ibu pada hari-hari pertama kehidupan untuk
berkembang secara optimal adalah tidak benar. Namun demikian, kelemahan penelitian
ikatan ibu-bayi seharusnya tidak mencegah ibu-ibu agar tetap termotivasi dan berinteraksi
dengan bayi mereka pada periode pasca-melahirkan, karena kontak semacam itu
memberikan kepuasan bagi banyak ibu.
Bayi baru juga mengubah relasi ibu dan relasi ayah dengan satu sama lain. Dalam
beberapa hal, orang-tua baru harus mempertimbangkan komitmen yang mana yang
mereka pikir paling penting, dan mana yang harus dikurangi waktunya atau dibatalkan.
Bantuan dari saudara, teman-teman, dan pengasuh bayi dapat menolong orang-tua
baru mengisi waktu mereka dengan beberapa kegiatan yang pernah mereka nikmati
sebelumnya.
Suatu persoalan khusus bagi banyak ibu baru ialah apakah mereka harus tinggal di
rumah dengan bayi atau kembali bekerja. Beberapa ibu ingin kembali bekerja secepat
mungkin setelah bayi lahir atau sampai bayi berumur beberapa bulan dan ada juga ibu-ibu
yang lain ingin tinggal di rumah selama setahun ataupun tidak bekerja lagi setelah
melahirkan.

d. Kekuatan Sentuhan dan Pijitan Dalam Perkembangan


Belakangan ini muncul suatu trend yang mengetengahkan pentingnya peran sentuhan
dan pijitan dalam dalam meningkatkan pertumbuhan, kesehatan, dan kesejahteraan bayi
dan anak-anak. Isu ini khususnya dirangsang oleh sejumlah investigasi penelitian oleh
Tiffany Field.
Dalam suatu investigasi, 40 orang bayi yang lahir sebelum waktunya yang baru saja
menjalani unit perawatan intensif dan ditempatkan di suatu perawatan transisisonal. 20
orang bayi yang lahir sebelum waktunya diberi stimulasi khusus dengan pijitan dan
olahraga selama 3 periode yang masing-masing 15 menit pada permulaan 3 jam berturut-
turut setiap pagi selama 10 hari. Misalnya masing-masing bayi ditengkurapkan dan diusap
dengan lembut. Pijitan dimulai dari kepala dan leher dan pindah ke bawah ke kaki. Pijitan
juga bergerak dari bahu turun ke tangan. Bayi kemudian diguling-guling. Masing-masing
lengan dan kaki dilenturkan dan direntangkan. Selanjutnya, pijitan diulang-ulang.
Bayi-bayi yang lahir sebelum waktunya yang dipijat dan dilatih itu memperoleh 47
persen kenaikan berat dibandingkan dengan sesama bayi yang lahir sebelum waktunya
yang tidak dipijat dilatih, walaupun kedua kelompok memiliki jumlah makanan yang sama
per hari dan rata-rata formula konsumsi yang sama. Peningkatan kegiatan bayi yang dipijat
dan dilatih tampaknya meningkatkan berat bayi. Bayi yang dipijat lebih aktif dan waspada,
dan mereka ”berprestasi” lebih baik pada tes perkembangan. Masa tinggal mereka di
rumah sakit juga kira-kira 6 hari lebih pendek dibandingkan dengan kelompok bayi yang
tidak dipijat dan dilatih. Hal ini tentu saja menghemat kira-kira 3000 dollar per bayi yang
lahir sebelum waktunya.

BAYI YANG BARU LAHIR


Pada umumnya bayi yang baru lahir mempunyai panjang 50 centimeter dan berat
badan ±3 kilogram. Kulitnya halus, kepalanya relatif besar, hidung pesek, dahi lebar dan
rahangnya agak mundur. Bentuk umum ini dengan cepat berubah sesuai dengan ciri-ciri
pribadi.
Bayi yang baru lahir kesannya kurang menarik karena mereka belum mampu berbuat
macam-macam kecuali tidur, makan, dan menangis. Sebenarnya tidak demikian, karena jika
kita perhatikan dengan seksama dan apabila kita mampu menilai, maka kita akan menemukan
berbagai hal yang menarik.
a. Refleks
Bayi yang baru lahir memiliki hampir 100 macam refleks. Beberapa diantaranya
berkaitan langsung dengan fungsi-fungsi vital, seperti bernapas, mengerdipkan mata,
bersin, menghisap, menelan. Refleksi yang primitif seperti refleks Moro, refleks
Babinski, dan refleks menggenggam tampaknya tidak mempunyai tujuan yang jelas
dan diperkirakan sebagai sisa-sisa evolusi manusia. Pemunculan, kekuatan serta saat
menghilangnya refleks-refleks primitif ini dapat dijadikan tanda mulai berfungsinya
sistem persyarafan.
b. Kapasitas Penginderaan dan kapasitas belajar
Memang sulit menentukan kualitas kemampuan penginderaan awal yang dimiliki oleh
bayi yang baru lahir karena mereka tidak dapat menuturkan kepada kita apa yang
mereka alami. Namun, dari berbagai riset ditemukan bahwa semua indera bayi yang
baru lahir telah berfungsi dalam taraf tertentu. Segera setelah lahir, si bayi dapat
melihat, mendengar, mencium, mendengar, mengecap, dan merasakan perabaan. Bayi
yang baru lahir juga dapat belajar, yaitu merubah perilakunya berdasarkan
pengalaman.
c. Tingkat kesadaran
Perilaku bayi yang baru lahir diberi klasifikasi yang didasarkan kepada tingkat
kesadarannya. Tingkat-tingkat itu adalah; tidur, mengantuk, bangun tetapi diam saja,
bangun bergerak aktif, dan menangis. Keadaan itu sangat tergantung kepada variasi
biologis, seperti rasa lapar dan siklus tidur-bangun. Lama berlangsungnya tiap-tiap
tingkat kesadaran itu, berbeda bagi setiap bayi dan akan berubah dengan perjalanan
usia. Salah satu karakteristik yang menonjol pada bayi yang baru lahir adalah masa
tidur yang panjang yang terdiri dari serangkaian masa tidur yang pendek.
Pola ini secara perlahan-lahan akan berubah. Sebagai contoh, seorang bayi
yang baru lahir, tidur sepanjang 17 jam sehari, sedangkan seorang anak berusia 3-5
tahun tidur selama 11 jam sehari. Dalam perkembangannya, frekuensi tidur bayi akan
berkurang sedangkan setiap kali tidurnya lebih lama, dengan waktu tidur yang paling
lama adalah pada malam hari, suatu hal yang sangat melegakan bagi orang-tuanya.
Dengan berkurangnya tidur, maka masa bangun dimana ia sadar dan awas
akan bertambah panjang. Dalam keadaan bangun ini, ia dapat diam (tak aktif), dan
dapat pula aktif bergerak. Keadaan bangun dan diam tetapi awas itu dipandang
sebagai suatu hal yang amat penting bagi perkembangan, karena dalam keadaan inilah
ia sengaja mengamati lingkungan dan dari sini belajar mengenal dunia luar. Keadaan
sadar dan aktif akan makin berkaitan dengan lingkungan sosial. Dengan cara inilah
bayi akan menempuh urutan perkembangan yang sangat kompleks itu.
d. Ikatan antara orang-tua dan anak
Seorang bayi yang baru lahir, lebih tergantung kepada hubungannya dengan
orang-tua daripada ketergantungan kepada faktor-faktor lain. Hubungan ini berawal
dari pandangan pertama saat bayi baru lahir dan hubungan pada jam-jam serta hari-
hari selanjutnya. Ikatan ini dikenal sebagai ”bonding” antara orang-tua dengan anak.
Ikatan terjadi bukan hanya antara ibu dengan anak, tetapi akan terjadi pula
yang disebut ”keterpikatan (engrossment)” pada ayah. Keterpikatan adalah suatu
perasaan terpesona yang muncul pada diri seorang ayah tatkala ia pertama kali
melihat dan memegang bayinya yang baru lahir; dan pesona itu sendiri mengherankan
baginya yang dapat menjadi awal ikatan antara ayah dengan anak. Keterpikatan ini
terutama terjadi bila ayah ikut mendampingi ibu pada saat persalinan.
Sesungguhnya, ikatan antara orang-tua dan anak tidak akan terjadi secara
otomatis, ini dibentuk dan diusahakan kemunculannya. Ada beberapa faktor yang
dapat membantu membentuk ikatan tersebut. Pertama-tama adalah penampilan bayi
itu sendiri. Bayi yang baru lahir dengan kepala yang agak besar dibandingkan
tubuhnya, matanya yang bulat, pipinya yang gemuk, tubuhnya yang kecil, akan
menimbulkan perasaan mesra pada diri ibu serta menimbulkan dorongan untuk
memelihara dan mengasuhnya.
Memang penampilan adalah faktor yang penting sekali yang dapat
menerangkan mengapa timbul keinginan orang-tua mengasuh dan memelihara
bayinya.
Hubungan awal yang terbentuk antara orang-tua dengan anak dapat
menimbulkan ikatan yang kuat antara mereka yang dalam tahap selanjutnya akan
menumbuhkan suatu ”attachment” atau kelekatan. Kelekatan adalah suatu hubungan
antara dua individu melalui suatu ikatan perasaan yang sangat kuat dimana mereka
berusaha berbuat agar ikatan itu tetap berkesinambungan.
Indikator kelekatan adalah adanya upaya mempertahankan kontak dan
kedekatan, munculnya protes bila berpisah, munculnya was-was bila berjauhan.
Misalnya kelekatan yang terjadi pada masa bayi. Bayi biasanya selalu ingin dekat dan
melakukan kontak fisik dengan ibunya. Ketiadaan kontak fisik akan menimbulkan
kegelisahan pada diri bayi.

DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth B. Hurlock. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Airlangga
F.J. Monks & A.M.P. Knoers. (2006). Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai