Anda di halaman 1dari 15

Mata kuliah : Keperawatan Maternitas II

Dosen : Ns. A. Sastria A,S.Kep,.M.Kep

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

 Sriwahyuni
 Riris Dwi Rizayanti
 Nur Aliah Febriyanti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS JENJANG SARJANA


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan


ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang
akut dan shock.  Sindrom cairan ketuban adalah sebuah gangguan langka dimana
sejumlah besar cairan ketuban tiba – tiba memasuki aliran darah.Emboli cairan ketuban
adalah masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu.Yang
dimaksud komponen di sini ialah unsur-unsur yang terdapat di air ketuban seperti lapisan
kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin, dan musin/cairan kental.yang
dapat menghambat pembuluh darah dan mencairkan darah yang mempengaruhi
koagulasi. Dua tempat utama masuknya cairan ketuban dalam sirkulasi darah maternal
adalah vena yang dapat robek sekalipun pada persalinan normal.Ruptura uteri
meningkatkan kemampuan masuknya cairan ketuban. (dr. Irsjad Bustaman, SpOG.2009)

Emboli cairan ketuban dapat terjadi bila ada pembukaan pada dinding pembuluh
darah dan dapat terjadi pada  wanita tua/ usia lebih dari 30 tahun, sindrom janin mati,
Multiparitas, Janin besar intrauteri, Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi,
Menconium dalam cairan ketuban dan kontraksi uterus yang kuat. Dua puluh lima persen
wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu 1 jam. Emboli air ketuban
atau EAK (Amniotic fluid embolism) merupakan kasus yang sangat jarang terjadi.
Kasusnya antara 1 : 8.000 sampai 1 : 80.000 kelahiran. Bahkan hingga tahun 1950, hanya
ada 17 kasus yang pernah dilaporkan.Sesudah tahun 1950, jumlah kasus yang dilaporkan
sedikit meningkat.Dalam kenyataannya memang emboli cairan ketuban jarang dijumpai,
namun kondisi ini dapat mengakibatkan kematian ibu dengan cepat.Sekalipun mortalitas
tinggi, emboli cairan tidak selalu membawa kematian pada tiap kasus.75% wanita
meninggal sebagai akibat langsung emboli.Sisanya meninggal akibat perdarahan yang
tidak terkendali. Meskipun jarang terjadi, tetapi bila edema cairan ketuban terjadi pada
wanita, maka akan menyumbat aliran darah ke paru, yang bila meluas akan
mengakibatkan penyumbatan dijantung, sehinggaa iskemik dan kematian jantung secara
mendadak bisa terjadi. Karena wanita tersebut akan mengalami gangguan penapasan,
syok, hipotermi, Dyspnea, Batuk, Hipotensi perubahan pada membran mukosa akibat dari
hipoksia Cardiac arrest. Koagulopati atau pendarahan parah karena tidak adanya
penjelasan lain (DIC terjadi di 83% pasien.).Risiko emboli cairan ketuban tidak bisa
diantisipasi jauh-jauh hari karena emboli paling sering terjadi saat persalinan. Dengan
kata lain, perjalanan kehamilan dari bulan ke bulan yang lancar-lancar saja, bukan
jaminan ibu aman dari ancaman EAK. Sementara bila di persalinan sebelumnya ibu
mengalami EAK, belum tentu juga kehamilan selanjutnya akan mengalami kasus serupa.
Begitu juga sebaliknya.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep teoritis dari emboli cairan ketuban?


2. Bagaimana patofisiologi/ WOC dari emboli cairan ketuban?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada emboli cairan ketuban?

Tujuan

1. Mengetahui konsep teori dari cairan ketuban dan emboli cairan ketuban
2. Mengetahui WOC emboli cairan ketuban
3. Mengetahui pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan emboli cairan ketuban
4. Mengetahui diagnosa dan intervensi yang muncul pada emboli cairan ketuban
berdasarkan NANDA, NIC NOC

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian

1. Cairan ketuban

Merupakan semacam cairan yang memenuhi seluruh rahim dan memiliki berbagai
fungsi untuk menjaga janin. Di antaranya, memungkinkan janin dapat bergerak dan
tumbuh bebas ke segala arah, melindungi terhadap benturan dari luar, barier terhadap
kuman dari luar tubuh ibu, dan menjaga kestabilan suhu tubuh janin.Ia juga membantu
proses persalinan dengan membuka jalan lahir saat persalinan berlangsung maupun
sebagai alat bantu diagnostik dokter pada pemeriksaan amniosentesis. Air ketuban mulai
terbentuk pada usia kehamilan 4 minggu dan berasal dari sel darah ibu. Namun sejak usia
kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan mengeluarkan air seni.
Sehingga terhitung sejak pertengahan usia kehamilan, air ketuban sebagian besar
terbentuk dari air seni janin.Pada kehamilan normal, saat cukup bulan, air ketuban
jumlahnya sekitar 1.000 cc.

2. Emboli cairan ketuban

Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban
memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan
shock. Dua puluh lima persen wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu
1 jam. Emboli cairan ketuban jarang dijumpai.Kemungkinan banyak kasus tidak
terdiagnosis yang dibuat adalah shock obastetrik, perdarahan post partum atau edema
pulmoner akut. Cara masuknya cairan ketuban Dua tempat utama masuknya cairan
ketuban kedalam sirkulasi darah maternal adalalah vena endocervical ( yang dapat
terobek sekalipun pada persalinan normal ) dan daerah utero plasenta.Ruputra uteri
meningkat kemungkinan masuknya cairan ketuban . Abruption plasenta merupakan
peristiwa yang sering di jumpai, kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode
emboli.

B.Etiologi
1. Multiparitas dan Usia lebih dari 30 tahun

Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang
proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit .Khususnya
kalau wanita itu berusia lanjut dengan janin yang amat besar , mungkin sudah meningal
dengan meconium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan kecurigaan, pada
kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .

2. Janin besar intrauteri

Menyebabkan rupture uteri saat persalinan, sehingga cairan ketubanpun dapat masuk
melalui pembuluh darah.

3. Kematian janin intrauteri

Juga akan menyebabkan perdarahan didalam, sehingga kemungkinan besar akan


ketuban pecah dan memasuki pembuluh darah ibu, dan akan menyubat aliran darah ibu,
sehingga lama kelamaan ibu akan mengalami gangguan pernapasan karena cairan ketuban
menyumbat aliran ke paru, yang lama kelamaan akan menyumbat aliran darah ke jantung,
dengan ini bila tidak tangani dengan segera dapat menyebabkan iskemik bahkan kematian
mendadak.

4. Menconium dalam cairan ketuban


5. Kontraksi uterus yang kuat

Kontraksi uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya laserasi atau
rupture uteri, hal ini juga menggambarkan pembukaan vena, dengan pembukaan vena,
maka cairan ketuban dengan mudah masuk ke pembuluh darah ibu, yang nantinya akan
menyumbat aliran darah, yang mengakibatkan hipoksia, dispue dan akan terjadi gangguan
pola pernapasan pada ibu.

6. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi


Dengan prosedur operasi tidak jauh dari adanya pembukaan pembuluh darah, dan hal
ini dapat terjadi ketuban pecah dan masuk ke pembuluh darah ibu.

7. Bakteri dalm air ketuban


 
C.Patofisologi

Saat persalinan selaput ketuban pecah dan pembuluh dara ibu (terutama) vena ,
terbuka akibat tekanan yang tinggi. Air ketuban beserta komponennya masuk
kedalam sirkulasi darah. Pada giliran berikutnya, aliran ketuban dapat menyumbat
pembuluh darah di paru-paru ibu, jika sumbatan di paru-paru meluas , lama kelamaan
akan menyumbat aliran darah ke jantung, akibatnya timbul dua gangguan sekaligus
yaitu pada jantung dan paru-paru. Kondisi tersebut bisa di perberat dengan terjadinya
gangguan pembekuan darah. Adanya penyumbaan pada vena secara otomatis akan
mendorong tubuh mengeluarkan zat-zat anti beku darah untuk membka sumabtan
tersebut. Jika didiamkan zat anti beku darah akan habis, padahal habisnya zat penting
ini berujung pada perdarahandi ajlan lahir/di bagian tubuh lainnya, ini yang disebut
dengan gangguan bekuan darah. Jika tidak dapat pertolongan segera, ibu akan
mengalami kejang-kejang karena otaknya kekurangan oksigen, bahkan bisa
mengakibatkan kematian pada ibu.

.        D.Pemeriksaan Penunjang

1.      Gas darah arteri


PO2 biasanya menurun.
2.      Tekanan vena sentralis dapat meningkat, normal ataus ubnormal tergantung
pada kuantitas hilangnya darah. Darah vena sentralis dapat mengandung debris
selular cairan amnion.
3.      Gambaran koagulasi (fibrinode, hitung jumlah trombosit, massa protombin,
produk pecah fibrin. Dan massa trombo biasanya abnormal menunjukkan DIC)

4.      EKG dapat memperlihatkan regangan jantung kanan akut.


5.      Keluaran urin dapat menurun, menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat.
6.      Foto toraks biasanya tidak diagnostic tapi dapat menunjukkan infiltrate. Scan paru
dapat memperlihatkan defek perfusi yang sesuai dengan proses emboli paru
E.Manifestasi klinis

Tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan kemungkinan emboli cairan ketuban:

1. Tekanan darah turun secara signifikan dengan hilangnya diastolik pada saat
pengukuran (Hipotensi )
2. Dyspnea, Batuk
3. Sianosis perifer dan perubahan pada membran mukosa akibat dari hipoksia.
4. Janin Bradycardia sebagai respon terhadap hipoksia, denyut jantung janin dapat
turun hingga kurang dari 110 denyut per menit (dpm). Jika penurunan ini
berlangsung selama 10 menit atau lebih, itu adalah Bradycardia. Sebuah tingkat 60
bpm atau kurang lebih 3-5 menit mungkin menunjukkan Bradycardia terminal.
5. Pulmonary edema, Cardiac arrest.
6. Koagulopati atau pendarahan parah karena tidak adanya penjelasan lain (DIC
terjadi di 83% pasien)
7. Kejang , kadang perdarahan akibat KID merupakan tand awal
8. Gawat janin (bila janin belum dilahirkan)
 

F.Penatalaksanaan

1. Terapi krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi , bantuan sirkulasi , koreksi defek


yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi ).
2. Penggatian cairan intravena & darah diperlukan untuk mengkoreksi hipovolemia
&perdarahan .
3. Oksitosin yang di tambahkan ke infus intravena membantu penanganan atonia
uteri.
4. Morfin ( 10 mg ) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancietas .
5. Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskular dengan
menghambat proses perbekuan.
6. Amniofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV mungkin berguna bila ada
bronkospasme ..
7. Isoproternol menyebabkan vasodilatasi perifer, relaksi otot polos bronkus, dan
peningkatan frekuensi dan kekuatan jantung. Obat ini di berikan perlahan – lahan
melalui Iv untuk menyokong tekanan darah sistolik kira – kira 100 mmHg.
8. Kortikosteroid secara IV mungkin bermanfaat .
9. Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskuler dengan
menghambat proses pembekuan.
10. Oksigen diberikan dengan tekanan untuk meningkatkan.
11. Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar dan
sedian trombosit.
12. Defek koagulasi  harus dikoreksi dengan menggunakan heparin / fibrinogen.

G.Komplikasi

1. Edema paru yang luas dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dan payah jantung
kanan.
2. iskemik
3. koma, kematian 

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian

Anamnesameliputi:

1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pernah mengalami benturan saat kehamilan , melahirkan dengan
operasi , kehamilan keberapa
b. Riwayat keseatan sekarang
Apakah ibu mengalami sesak nafas, wajah kebiruan, gangguan sirkulasi
jantung, tensi mendadak turun, adanya gangguan perdarahan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya penyakit keturunan seperti jantung, TB paru

B.Diagnosa

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul


1. Perfusi jaringan berhubungan dengan penghentian aliran darah
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trake bronkial untuk
bekuan darah
3. Ansietas berhubungan dengan dipsneau
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi

C.Intervensi
1. Diagnosa 1
Perfusi jaringan b/d penghentian aliran darah
a. Tujuan
Setelah dilakukan intervensi selama ...x24 jam diharapkan perfusi jaringan
adekuat
d. Intervensi
1. Auskultasi frekuensi dan irama jantung, catat bunyinya, jantung ekstra
2. Observasi perubahan status mental
3. Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa
4. Evaluasi ekstremitas untuk adanya / tidak kualitas nadi
5. Kolaborsi dalam memberikan cairan IV / oral sesuai indikasi
e. Rasional
1. Takikrdi sebagai akibat hipoksemia dan kompensasi upaya peningkatan
aliran darah dan perfusi jaringan. Gangguan irama berhubungan dengan
hipoksemia. Peningkatan regangan jantung kanan. Bunyi jantung ekstra
terlihat sebagai peningkatan kerja jantung.
2. Gelisah, bingung, disorientasi perubahan sensasi/motorik dapat
menunjukkan gangguan aliran darah, hipoksia/cedera vaskuler serebral
sebagai akibat emboli sistemik.
3. Kulit pucat/psoriasis, kuku, membran bibir dan lidah dingin kulit burik
menunjukkan vasokontiksi perifer/gangguan aliran darah sistemik
4. Ep sering di cetuskan oleh trombus yang naik dari vena profunda, tanda
dan gejala tak tampak
5. Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan hipervisikosits darah
mendukung volume sirkulasi/perfusi jaringan

2. Diagnosa 2
Pola nafas tidak efektif b/d obstruksi trake bronial untuk bekuan darah
a. Tujuan
Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam
rentang normal dan paru jelas bersih
b. Intervensi
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada, catat upaya
pernafasan , termasuk penggunaan otot bantu/pelebaran nasal
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius
seperti krekels, mengi, gesekan pleural
3. Bantu pasien mengatasi ansietas/takut
4. Kolaborasi dalam memberikan oksigen tambahan
5. Bantu fisioterapi dada
6. Siapkan untuk bantu bronskopi
c. Rasional
1. Kecepatan biasanya meingkat, dispneau dan terjadi peningkatan kerja
nafas, kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas.
Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis / nyeri
dada pleuritik
2. Bunyi nafas menurun/tidak ada bila jalan nafas obstruksi skunder
terhdap perdarahan, bkuan / kolaps jalan nafas. Ronki dan mengi
menyertai obstruksi jalan nafas/legagalan pernafasan
3. Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan
ketidakmampuan bernafas/terjadinya hipoksemia
4. Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
5. Memudahkan upaya pernafasan dalam dan meningkatan drainase
dari sekamen paru kedalam bronkus
6. Kadang-kadang berguna untuk membuang bekuan darah dan
membersihkan jalan nafas

3. Diagnosa 3
Ansietas b/d dipsneau
a. Tujuan
ansietas hilang sampai tingkat yang dapat di tangani
b. Intervensi
1. Catat derajat ansietas dan takut , informasikan pasien atau orang
terdekat bahwa perasaannya normal dan dorong mengekspresikan
perasaan
2. Berikan tindakan nyaman seperti pijatan punggung
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku membantu seperti fokus
bernafas , teknik relaksasi
4. Dukung pasien atau orang terdekat dalam memberi realita situasi
khusunya rencana untuk periode penyembuhan yang lama
5. Waspadai untuk perilaku di lar kontrol / peningkatan disfungsi
kardiopulmonal.
c. Rasional
1. Pemahaman bahwa perasaan normal dapat membantu pasien
meningkatkan bebrapa perasaan kontrol emosi
2. Alat untuk menurunkan stres dan perhatian tidak langsung untuk
meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping
3. Memberikan pasien tindakan mengontrol untuk menurunkan ansietas
dan ketegangan otot.
4. Mekanisme koping partisipasi dalam program pengobatan mungkin
meningkatkan belajar pasien untuk menerima hasil yang diharapkan
5. Pengembangan dalam kapasitas ansietas memrlukan evaluasi lanjut
dan memungkikan intevensi dengan obat anti ansietas

4. Diagnosa 4
Penurunan curah jantung b/d vasokontriksi
a. Tujuan
1. Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima
2. Mempertahankan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang
normal pasien
b. Intervensi
1. Catat keeradaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
2. Amati warna kulit, kelembaban, suhu pada masa pengisian kapiler
3. Catat edema umum
4. Berikan lingkungan tenang, nyaman dan kurangi aktivitas
c. Rasional
1. Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis
2. Adanya pucat , dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat,
mungkin berkaitan dengan vasoontriksi
3. Dapat menidentivikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler
4. Untuk meningkatkan relaksasi dan membantu untuk menurunkan
rangsangan simpatis.

BAB III
PENUTUP
 
Kesimpulan

Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban
memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan
shock. Cara masuknya cairan ketuban Dua tempat utama masuknya cairan ketuban
kedalam sirkulasi darah maternal adalalah vena endocervical (yang dapat terobek
sekalipun pada persalinan normal) dan daerah utero plasenta.Ruputra uteri meningkat
kemungkinan masuknya cairan ketuban.Abruption plasenta merupakan peristiwa yang
sering di jumpai, kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode emboli.
Etiologinya Kematian janin intrauteri, Janin besar intrauteri, Multiparitas dan  Usia lebih
dari 30 tahun. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi, Menconium dalam cairan
ketuban, Kontraksi uterus yang kuat

Ketika emboli cairan ketuban terjadi, maka akan terjadi penyumbatan aliran darah ibu,
lama-kelamaan akan mengalami penumbatan diparu, bila meluas akan terjadi
penyumbatan aliran darah ke jantung, hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan di
jantung, dan dapat menyebabkan kematian, terutama pada wanita yang sudah tua.

Perdarahan juga bisa terjadi, akibat emboli cairan ketuban, sehingga pasien akan
mengalami kekurangan volume cairan akibat perdarahan, jika tidak diatasi segera, pasien
dapat mengalami syok. 

Saran

Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep teori beserta
asuhan keperawatan emboli cairan ketuban, meskipun emboli cairan ketuban jarang
ditemukan, namun sebagai tim medis harus tetap waspada akan terjadinya emboli cairan
ketuban, sehingga secara tidak langsung dapat mengurango mortalitas ibu dan bayi.

Anda mungkin juga menyukai