Makalah
Makalah
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK KIMIA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar ........................................................................................................................... i
1. Kesimpulan .....................................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
A. KOLOID
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat
homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm),
sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh
oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi
pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki
oleh campuran biasa (suspensi).
B. KIMIA PERMUKAAN
Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk
menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic. Selain itu,
tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair
untuk selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar
atau bulat seperti bola atau ringkasnya didefinisikan sebagai usaha yang membentuk luas
permukaan baru. Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil di
permukaannya. Seperti silet, berat silet menyebabkan permukaan zat cair sedikit melengkung
ke bawah tampak silet itu berada. Lengkungan itu memperluas permukaan zat cair namun zat
cair dengan tegangan permukaannya berusaha mempertahankan luas permukaan-nya sekecil
mungkin. Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair
(fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan permukaan didefinisikan sebagai
gaya F persatuan panjang L yang bekerja tegak lurus pada setia garis di permukaan fluida.
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua fase
cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pad tegangan
permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur lebih besar dari pada adhesi
antara cairan dan udara Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung
1
untuk menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesiv berlaku bahwa besar
gaya kohesinya lebih kecil dari pada gaya adesinya dan pada zat yang non-adesiv berlaku
sebaliknya. Salah satu model peralatan yang sering digunakan untuk mengukur.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN KOLOID
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar
secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid
berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar,
maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang
terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat
banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu
koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan
ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang
terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom,
molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel
dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih.
Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8.
Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin.
Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.
3
perkamen.
Jernih Keruh Keruh
Berbentuk ion, molekul Molekul besar, partikel Partikel besar
kecil
Dalam kehidupan sehari – hari, kita sering menemukan zat yang tergolong larutan,
koloid, dan suspensi.
Contoh larutan : larutan gula, larutan garam dapur, larutan cuka, larutan alcohol, dan udara.
Contoh koloid : susu, santan, busa sabun, salad krim, margarine, lateks dan asap.
Contoh suspensi : air sungai yang keruh, tanah liat dengan air, pasir dengan air, dan air kapur.
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran
(sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel
terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen
berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasiatau gaya lain yang dikenakan
kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki
oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
4
Seperti yang sudah diketahui bahwa wujud ( fase ) benda terdiri dari padat, cair dan
gas. Tiap wujud tersebut dapat menjadi medium pendispersi ataupun fase terdispersi, kecuali
untuk gas. Gas sebagai fase perdispensi pada medium pendispersi tidak membentuk koloid.
Gas dengan gas merupakan campuran yang homogen. Berdasarkan hal tersebut, sistem koloid
dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
a. Emulsi : sistem koloid yang fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersinya
berupa zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat dikenal dengan emulsi padat.
b. Sol : sistem koloid yang fase terdispersinya berupa zat padat dan medium pendispersinya
berupa zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat, disebut sol padat.
c. Busa : sistem koloid yang fase terdispersinya berupa gas dan medium pendispersiya berupa
zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat disebut busa padat.
d. Aerosol : sistem koloid yang medium pendispersinya berwujud gas, sedangkan fase
terdispersinya berupa zat cair atau zat padat.
Penampilan sistem koloid pada umumnya keruh, tapi beberapa koloid tampak bening
dan sukar dibedakan dengan larutan sejati. Salah satu cara yang sangat sederhana untuk
mengenali koloid yaitu dengan melewatkan seberkas sinar kepada obyek yang diamati.
Larutan sejati akan meneruskan cahaya (transparan), sedangkan koloid akan
menghamburkan cahaya tetapi partikel terdispersinya tidak tampak. Suspensi akan
5
menghamburkan cahaya, tetapi partikel terdispersinya tampak. Jadi, Efek Tyndall adalah
peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
Apabila susu didiamkan untuk beberapa lama, kita tidak akan mendapatkan endapan
susu. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan adanya gerak Brown.
Gerak Brown adalah gerak acak (gerak tak beraturan; patah-patah; zig-zag) partikel
koloid dalam medium pendispersinya. Gerak Brown dapat diamati menggunakan
mikroskop ultra
Pada dasarnya, partikel-partikel dalam zat selalu bergerak. Gerak Brown terjadi
sebagai akibat adanya tumbukan dari molekul- molekul pendispersi terhadap partikel
terdispersi, sehingga partikel terdispersi akan terlontar. Lontaran tersebut akan
mengakibatkan partikel terdispersi menumbuk partikel terdispersi yang lain dan akibatnya
partikel yang tertumbuk akan terlontar. Peristiwa ini terjadi terus menerus yang
diakibatkan karena ukuran partikel yang terdispersi relatif besar dibandingkan medium
pendispersinya. Gerak Brown dipengaruh oleh ukuran partikel dan suhu.
Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown, karena ukuran partikel cukup besar
sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami
gerak Brown akan tetapi tidak dapat diamati. Gerak Brown merupakan salah satu faktor
yang menstabilkan koloid. Partikel-partikel koloid relatif stabil, karena partikelnya
bergerak terus-menerus, maka gaya gravitasi dapat diimbangi sehingga tidak terjadi
sedimentasi (pengendapan).
Muatan koloid merupakan salah satu sifat koloid yang terpenting. Muatan koloid juga
merupakan faktor yang menstabilkan koloid, di samping gerak Brown. Semua partikel
koloid mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh karena bermuatan sejenis
maka partikel-partikel koloid saling tolak-menolak, sehingga terhindar dari
pengelompokan antarsesama partikel koloid itu (jika partikel- partikel koloid saling
bertumbukan dan kemudian bersatu, maka lama- kelamaan dapat terbentuk partikel yang
cukup besar dan akhirnya mengendap).
6
Bagaimana partikel koloid memiliki muatan? Partikel koloid dapat memiliki muatan
karena adanya proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikel koloid.
Beberapa sifat elektrik koloid antara lain:
1. Elektroforesis
2. Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses penyerapan suatu zat di permukaan zat lain. Sebagai contoh,
penyerapan air oleh kapur tulis). Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga
bermuatan positif, sedangkan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan
negatif. Contoh pemanfaatan sifat adsorpsi koloid yaitu: proses pemurnian gula tebu, proses
penyembuhan sakit perut dengan obat norit, dan proses penjernihan air minum.
3. Koagulasi
Koagulasi dapat diakukan dengan cara mekanik (misal pemanasan, pendinginan, dan
pengadukan) dan dengan cara kimiawi, misal penetralan silang (pencampuran dua jenis koloid
yang bermuatan berlawanan) atau penghilangan muatan elektrolisis, dan penambahan
elektrolit (pengkoagulasian karet alam/lateks dengan asam asetat).
7
Contoh proses-proses yang memanfaatkan sifat koagulasi: proses pengolahan karet,
penjernihan air dengan tawas, proses terjadinya delta pada muara, proses penggumpalan debu
atau asap pabrik dengan pesawat Cottrel.
d. Koloid Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Di
lain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat distabilkan dengan
menambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung adalah koloid
yang berfungsi melindungi koloid lain supaya tidak terjadi koagulasi. Koloid pelindung
ini akan membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
2. Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.
3. Kasein dalam susu melindungi minyak atau lemak dalam medium cair.
5. PEMBUATAN KOLOID
Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan dan susupensi, sehingga sistem
partikel koloid dapat dibuat dengan pengelompokkan (agregasi) partikel larutan (cara ini
disebut cara kondensasi) atau dengan menghaluskan partikel-partikel kasar dari suspensi,
kemudian mendispersikannya ke dalam medium pendispersi (cara dispersi).
1. Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi, partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi
partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks,
8
hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan cara fisika: pengembunan uap dan
pergantian pelarut.
Cara Kimia
Contoh 1:
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang
dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih
ditambahkan larutan FeCl3, maka akan terbentuk sol Fe(OH)3.
Contoh 1:
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S.
Contoh 2:
Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer dengan
larutan HCl encer.
9
AgNO3(aq) + HCl(aq) ⎯⎯→ AgCl(koloid) + HNO3(aq)
Cara Fisika
d. Pengembunan uap
Uap raksa yang dialirkan melalui air dingin dapat membentuk sol raksa.
e. Penggantian Pelarut
Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi dengan penggantian
pelarut.
Contoh: Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol, maakan
terbentuk suatu koloid berupa gel.
2. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi
dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur
Bredig).
a. Cara Mekanik
Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid
sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.
Contoh: Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersamasama
dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.
b. Cara Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan
dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir
kasar menjadi butir-butir koloid.
Contoh: Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin,
dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan
dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium dispersi,
10
kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan
terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi, sehingga membentuk
partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.
6. MANFAAT KOLOID
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan bahan- bahan kimia berbentuk
koloid. Bahan-bahan kimia tersebut dibuat oleh industri. Mengapa harus koloid? Oleh karena
koloid merupakan satu- satunya cara untuk menyajikan suatu campuran dari zat-zat yang
tidak saling melarutkan secara “homogen” dan stabil (pada tingkat makroskopis atau tidak
mudah rusak).
Industri Kosmetik Bahan kosmetik, seperti foundation, pembersih wajah, sampo, pelembap
badan, deodoran umumnya berbentuk koloid yaitu emulsi.
Industri Tekstil Pewarna tekstil berbentuk koloid karena mempunyai daya serap yang
tinggi, sehingga dapat melekat pada tekstil.
Industri Farmasi Banyak obat-obatan yang dikemas dalam bentuk koloid agar stabil atau
tidak mudah rusak.
Industri Sabun dan Detergen Sabun dan detergen merupakan emulgator untuk membentuk
emulsi antara kotoran (minyak) dengan air, sehingga sabun dan detergen dapat membersihkan
kotoran, terutama kotoran dari minyak.
Industri Makanan Banyak makanan dikemas dalam bentuk koloid untuk kestabilan dalam
jangka waktu cukup lama
Kimia permukaan adalah ilmu yang mempelajari fenomena yang terjadi pada
antarmuka dua fase zat, termasuk antarmuka padatan-cairan, padatan-gas, padatan-ruang
hampa, dan cairan-gas.
11
Tetapi jika efek permukaan diperhitungkan, maka terlihat bahwa sifat – sifat molekul atau
atom pada permukaan tidak sama jika dibandingkan dengan molekul atau atom pada fasa
ruah. Daerah tiga dimensi yang membatasi dua fasa yang berbeda disebut sebagai daerah
antar muka (interphase / interface / interfacial region). Bila salah satu fasa yang terlibat adalah
fasa gas (udara), maka daerah antar muka dapat disebut permukaan (surface region).
Daerah antar muka adalah daerah terarsir antara kedua fasa ruah, dengan ketebalan
kurang lebih 3 molekul. Efek permukaan / daerah antar muka sangat berpengaruh untuk
sistem – sistem seperti koloid (dimana perbandingan permukaan terhadap volume tinggi) atau
sistem gas – padat (dimana sejumlah gas dapat teradsorpsi pada padatan). Pengetahuan
tentang efek permukaan sangat penting dalam dunia industri dan biologi. Banyak reaksi kimia
yang berlangsung dengan bantuan katalis heterogen, yang berfungsi sebagai permukaan
tempat terjadinya reaksi.
Antar permukaan dapat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung pada fase yang
dipisahkan yaitu :
Suspensi= adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat. Atau
dengan kata lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair
tersebut.)
Dari sekian banyak jenis antar permukaan, maka di bagi lagi atas 2 kategori :
Sedangkan antar permukaan padat-padat sudah sering digunakan yaitu pada pembuatan tablet,
proses granulasi. Selain itu sangat sedikit data yang membicarakan ikatan antar partikel padat,
maka jarang dibicarakan.
12
8. PENGERTIAN TEGANGAN PERMUKAAN
Tegangan Permukaan (TP) adalah gaya per satuan panjang yang harus diberikan
sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Tegangan Antar Permukaan
(TAP) adalah gaya persatuanpanjang yang terdapat pada antar permukaan dua fase cair yang
tidak bercampur.
Pada suatu tetesa cairan , molekul-molekul yang berada pada permukaan memiliki
sifat yang berbeda dengan molekul pada bagian dalam tetesan.
Molekul dalam cairan dikelilingi oleh molekul lain dari segala arah yang memiliki
daya tarik menarik yang sama.
Sedangkan molekul pada permukaan (yakni pada antar permukaan cair- udara)
hanya dapat memiliki daya tarik menarik dengan molekul lain yang terletak di bawah atau
disampingya.
Molekul ini dapat memiliki daya tarik menarik dengan molekul yang menyusun fase
lain yang terlibat dalam antar permukaan tersebut tapi pada antar permukaan cair-gas,
antaraksi ini kecil dan bisa diabaikan.
Molekul pada permukaan tetesan tersebut akan mengalami gaya tarik ke arah dalam
sehingga akan menyusutnya permukaan.
TAP selalu lebih kecil dari TP karena gaya adhesi antara dua fase cair yang
membentuk suatu antar permukaan lebih besar dibandingkan antar cair-gas. Bila 2 cairan
bercampur sempurna maka tidak ada TAP yang terjadi.
Gaya (F) yang diperlukan untuk meregang film permukaan berbanding lurus dengan
panjang piston (l). Karena terdapat dua permukaan (depan dan belakang) pada film, maka
F = Gaya
l = Panjang kawat
13
dimana γ adalah tegangan permukaan. Satuan tegangan permukaan adalah kerja
(energi) per satuan luas. Satuan SI untuk γ adalah adalah J/m2 atau N/m, sedangkan satuan
cgs untuk γ adalah erg/cm2 atau dyn/cm.
Apabila suatu pipa kapiler ditempatkan di dalam suatu cairan dalam gelas piala, cairan
ini biasanya naik ke atas pipa sampai suatu jarak tertentu. Hal ini terjadi bila gaya adhesi antar
molekul cairan dengan dinding kapiler lebih besar dari gaya kohesi antar molekul cairan.
Cairan ini dikatakan membasahi dinding kapiler, menyebar diatasnya dan naik dalam pipa.
𝛾 = 𝑟ℎ𝑝𝑔 / 2
p = Massa jenis
g = percepatan gravitasi
Prinsip : Gaya yang diperlukan untuk melepaskan sebuah cincin paltinum iridium
yang dicelupkan pada permukaan cairan sebanding dengan tegangan permukaan cairan
tersebut.
Prinsip : TP ditentukan oleh bobot jenis cairan yang menetes secara perlahan dari ujung pipa
yang berdiri tegak.
γ = m. g /2 𝛑 f
14
9.4 Metode Menghitung Jumlah Tetes
Prinsip : Menghitung jumlah tetes yang dikandung suatu volume tertentu yang akan
diukur TP nya. Dalam hal ini harus diadakan perbandingan dengan suatu cairan pembanding
yang TP nya kira-kira sama dengan cairan yang akan diukur.
𝛾1 / 𝛾2 = 𝑁2 𝑝2 /𝑁2 𝑝2
Dimana : N = Jumlah tetes dari suatu volume cairan ρ = Bobot jenis cairan.
Bila suatu zat seperti asam oleat ditaruh pada pemukaan air, maka asam oleat dapat
menyebar pada permukaan sebagai lapisan film, bila harga koefisien sebarnya positif
S (+) Wa > Wc
Dimana : Wa = Kerja Adhesi
Wc = Kerja Kohesi
Harga koefisien sebar sangat tergantung pada kerja adhesi dan kerja kohesi
- Kerja Adhesi (Wa)
Yaitu energi yang dibutuhkan untuk memisahkan /mematahkan gaya tarik menarik
antara molekul-molekul yang tidak sejenis atau kerja yang dibutuhkan untuk memisahkan
2 cairan yang tidak bercampur.
𝑊𝑎 = 𝛾1+ 𝛾2 − 𝛾12.
Adalah kerja yang dibutuhkan untuk memisahkan molekul cairan yang menyebar
sehingga ia dapat mengalir di atas lapisan bawah.
𝑊𝑐 = 2𝛾1
15
suatu cairan dapat menyebar diatas cairan lain bila gaya adhesi lebih besar dari gaya
kohesi Wa > Wc :
S = Wa – Wc
= 𝛾2 - 𝛾1 − 𝛾12.
= 𝛾2- (𝛾1+𝛾12. )
B. Cair – padat
- Rumus Young
Rumus ini dikembangkan oleh Thomas Young Rumus ini mengukur tegangan
permukaan zat padat berdasarkan sudut kontak antara zat padat dengan suatu cairan
𝛾𝑝 = 𝛾 𝑝/𝑐 + 𝛾𝑐 𝐶𝑜𝑠 𝛳
- Rumus Dupress
Merupakan kombinasi antara rumus young dengan rumus kerja adhesi. Makin besar
kerja adhesi (Wa) maka cairan makin mudah menyebar.
𝑊𝑎𝑝𝑐 = 𝛾𝑐 + 𝛾𝑐 𝐶𝑜𝑠 𝛳
16
titik didih adsorbat
Jumlah adsorbsi pada permukaan Jumlah adsorbsi pada permukaan merupakan
merupakan fungsi adsorbat karakteristik adsorben dan adsorbat
Tidak melibatkan energi aktifasi Melibatkan energi aktifasi tersebut
Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik
4. KELARUTAN = Makin kecil kelarutan suatu zat dalam pelarut maka makin kuat
Diabsorsinya
Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya besar, seperti air,
maka tegangan permukaannyajuga besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin karena gaya
tarik antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.
11.2 Suhu
Tegangan permukaan cairan turun apabila suhu naik, karena dengan bertambahnya
suhu molekul – molekul cairan bergerak lebih cepat dan pengaruh interaksi antara molekul
berkurang sehingga tegangan permukaan menurun.
Adanya zat terlarut pada cairan dapat menaikkan tegangan permukaan. Unruk air
adanya elektrolit anorganik dan non elektrolit tertentu seperti sukrosa dan gliserin menaikkan
17
tegangan permukaan. Sedangkan, adanya zat – zat seperti sabun, detergen, dan alkohol adalah
efektif dalam menurunkan tegangan permukaan.
11.4 Surfaktan
Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk
terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas
sehhingga cenderung pada rantai lurus. Contoh darri surfaktan yaitu sabun.
Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat
– sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Solut yang
ditambahkan kedalan larutan akan menurunkan tegangan muka karena mempunyai
konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan. Sebaliknya solut yng
penambahannya kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi
dipermukaan yang lebih kecil daripada didalam larutan.
18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
19
Permukaan (TAP) adalah gaya persatuanpanjang yang terdapat pada antar
permukaan dua fase cair yang tidak bercampur.
h. Sistem pengukuran tegangan permukaan ada beberapa metode yaitu : metode
kapiler, metode cincin, metode bonot tes dan metode menghitung jumlah tetes.
i. Faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan yaitu jenis cairan, suhu, adanya
zat terlarut, surfaktan dan konsentrasi zat terlarut.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins,P.W.1994. Kimia Fisika Edisi Ke-4. Jakarta : Erlangga.
Anonim.2012.Adsorpsi. Diakses pada 3 November 2015.
www.scribd.com/kimia-koloidromdhoni.staff.gunadarma.ac.id/downloads/koloid.pdf
Bird,Tony.1987.kimia Fisika untuk Universitas.Erlangga: Jakarta
20