OLEH
(1914401182)
TA 2019/2020
PENGERTIAN STRESS
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk
ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat
produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress
adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan
stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang
menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk
mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian
stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang
mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam
ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif,
apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati
sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa
tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah
suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang
menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar
dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Arti Penting Strees :
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik
terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang
tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon
dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami
stress. Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis.
MENGHINDARI STRES
Melalui berbagai penelitian medis maupun non medis, pengamatan dan pengalaman
hal-hal yang dilakukan untuk menghindari stres adalah :
1) Jaga selalu kondisi tubuh dan diperkuat dengan mengkonsumsi makanan dan minuman
sehat (4 sehat 5 sempurna) secara disiplin (konstan makan pada jam yang
sama). Tambahkan dengan asupan multivitamin dan mineral yang cukup.
2) Tidur dan istirahat yang cukup. Tidur merupakan salah satu terapi untuk mengurangi
kemarahan dan kesedihan karena tidur memberikan kesempatan otak untuk rilex.
3) Olah Raga teratur. Gerak tubuh akan merangsang keluarnya zat ”endorphine” yaitu zat
yang dapat membuat tubuh merasa nyaman selain zat tersebut juga dikenal sebagai anti
rasa sakit pada tubuh. Itulah sebabnya yang berolah raga teratur umumnya tampak lebih fit
dan bahagia.
4) Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan ketahanan
serta kekebalan tubuh.
5) Tidak meminum minuman keras (alkohol). Dampak dari minuman keras dapat
mengakibatkan gangguan mental dan perilaku , dan juga penyakit lever yang berlanjut
pada kematian.
6) Mengontrol berat badan ideal. Orang yang obesitas atau sebaliknya akan menurunkan
daya tahan dan kekebalan tubuh.
7) Selalu berpikir positif karena tindakan atau perasaan negatif pasti berasal dari pikiran
negatif. Sebaliknya tindakan positif pasti berasal dari pikiran positif.
8) Melakukan hobby (atau hal-hal menyenangkan positif menurut kita) karena hobby dapat
membuat kita rilex dan melupakan ”sejenak” rutinitas atau masalah yang ada misalnya
olah raga, mendengarkan musik, masak, jahit, memodifikasi mobil, motor, sepeda dan
sejenisnya.
9) Sosial ekonomi. Mengatur pemasukan dan pengeluaran belanja. Penggunaan uang
sebaiknya bersifat produktif dan pengeluaran yang konsumtif sifatnya perlu dikendalikan
dan dibatasi.
10) Jangan terpaku pada ”rutinitas”, berani berubah, tidak malu dan ragu. Hal sederhana yang
dapat dilakukan adalah mulai dari menata ulang meja kerja, ruang tidur, rumah, menempuh
route yang berbeda ke kantor, sekali waktu makan siang atau malam di mall sekaligus cuci
mata, creambath di salon, pijat reflexi, berendam di air hangat yang merupakan salah satu
cara untuk memperlancar aliran darah dan meredakan ketegangan. Selain itu bila ada rejeki
lebih kita perlu juga melakukan penggantian barang-barang lama kita misalnya mengganti
hp dengan model baru, ganti velg racing atau tambah accesories pada kendaraan kita atau
sedikit merubah penampilan kita dengan sepatu baru, model rambut dll (secara phsikologi
hal ini membawa ”semangat” baru).
11) Murah senyum, tertawa lepas, bersenandung atau bernyanyi dan bersosialisasi dengan
teman atau lingkungan (perlu teman curhat, tidak memendam masalah sendiri). Kegiatan
semacam ini dapat merangsang endorphine dan serotonin dalam tubuh sehingga otak lebih
tenang.
12) Kasih sayang. Merupakan kebutuhan psikologis sehingga masing-masing orang
mempunyai rasa aman dan terlindungi untuk ketahanan dan kekebalan keluarga sehingga
tercipta hubungan yang harmonis.
13) Yang terakhir tetapi merupakan hal terpenting adalah Beribadah dan berdoa kepada Yang
Maha Kuasa tidak pada masa sulit saja, berbuat baik kepada semua orang, bersyukur
terhadap setiap hasil usaha kita, baik yang berhasil maupun yang tidak berhasil,
mensyukuri rejeki.
2. Terapi Somatik
Dalam pengalaman praktek sehari-hari sering dijumpai gejala atau keluhan fisik
(somatik) sebagai gejala ikutan atau akibat dari stres, kecemasan, dan depresi yang
berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik itu dapat diberikan obat-
obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
3. Psikoterapi
Pada pasien yang mengalami stres, kecemasan dan atau depresi selain diberikan
terapi psikofarmaka (anti cemas danb anti depresi) dan terapi somatik, juga diberikan terapi
kejiwaan (psikologik) yang dinamakan psikoterapi. Psikoterapi ini banyak macam
ragamnya tergantung dari kebutuhan baik individual maupun keluarga, misalnya :
a. Psikoterapi suportif
Terapi ini memberikan motivasi, semangat, dan dorongan agar pasien yang
bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri (self
confindence) bahwa dia mampu mengatasi stresor psikososial yang sedang dihadapinya.
b. Psikoterapi re-edukatif
Terapi ini memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatasi stres, kecemasan, dan depresinya itu dikarenakan faktor psiko-
edukatif masa lalu dikala yang bersangkutan dalam periode anak dan remaja. Dari terapi
ini diharapkan yang bersangkutan mampu mengatasi stresor psikososial yang sedang
dihadapinya.
c. Psikoterapi re-konstruktif
Terapi dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah
mengalami goncangan akibat stresor psikososial yang tidak mampu diatasi oleh pasien
yang bersangkutan.
d. Psikoterapi kognitif
Terapi digunakan untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan
untuk berpikir secara rasional, konsentrasi, dan daya ingat. Selain itu yang bersangkutan
mampu membedakan nilai – nilai moral etika mana yang baik dan buruk, mana yang boleh
dan tidak, mana yang haram dan halal.
e. Psikoterapi psiko-dinamik
Terapi ini dimanfaatkan untuk menganalisa proses dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang itu tidak mampu
menghadapi stresor psikososial sehingga dia jatuh sakit (stres, cemas, dan atau depresi).
Dengan mengetahui dinamika psikologis itu diharapkan yang bersangkutan mencari jalan
keluarnya.
f. Psikoterapi perilaku
Dengan terapi ini diharapkan agar dapat memulihkan gangguan perilaku yang
maladaptif (ketidakmampuan beradaptasi) akibat stresor psikososial yang dideritanya.
Dengan terapi ini diharapkan pasien yang bersangkutan dapat beradaptasi dengan kondisi
yang baru sehingga bisa berfungsi kembali secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari
baik di rumah, di sekolah atau kampus, di tempat kerja, dan lingkungan sosialnya.
g. Psikoterapi keluarga
Seseorang dapat jatuh dalam keadaan stres, kecemasan dan atau depresi yang
disebabkan oleh stresor psikososial faktor keluarga. Dengan terapi digunakan untuk
memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor tidak lagi menjadi faktor penyebab dan
faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung bagi pemulihan pasien yang
bersangkutan. Pada terapi ini tidak hanya ditujukan pada pasien yang bersangkutan saja,
tetapi juga terhadap anggota keluarga lainnya.
4. Terapi Psikoreligius
Dari berbagai penelitian yang dilakukan ternyata tingkat keimanan seseorang erat
hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan tubuh dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial. Organisasi Kesehatan seDunia
(WHO, 1984) dalam (Hawari. D, 2001) telah menetapkan unsur spiritual (agama) sebagai
salah satu dari 4 unsur kesehatan. Keempat unsur kesehatan tersebut adalah sehat fisik,
sehat psikis, sehat sosial, dan sehat spiritual. Pendekatan baru ini telah diadopsi oleh
psikiater Amerika Serikat (the American Psychiatric Asssociation/APA, 1992) yang
dikenal dengan pendekatan ”bio-psycho-socio-spiritual”.
Terapi psikoreligius dibutuhkan karena mengandung unsur kerohanian yang
membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme terhadap penyembuhan suatu penyakit
disamping obat-obatan dan tindakan medis yang diberikan.
5. Terapi Psikososial
Digunakan untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi agar yang
bersangkutan dapat kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-hari baik di
rumah, di sekolah atau kampus, di tempat kerja, maupun di lingkungan pergaulan
sosialnya.
Teknik terapi psikososial dilakukan dengan cara analisa SWOT yaitu :
a. Strength
Upaya mencari aspek-aspek yang positif pada diri seseorang yang merupakan
kekuatan yang perlu dikembangkan untuk mengatasi stresor psikososial yang dihadapi.
b. Weakness
Upaya mengetahui faktor-faktor yang merupakan kelemahan dan kekurangan pada
diri seseorang. Hal tersebut dapat dikompensasikan agar tidak menghambat penyelesaian
dalam menghadapi stresor psikososial.
c. Opportunity
Usaha melihat ke depan akan adanya kesempatan yang lebih baik untuk dijadikan
sebagai penentu keberhasilan penanggulangan stresor psikososial pada seseorang. Dan
diharapkan keberhasilan tersebut lebih baik dari sebelumnya.
d. Threat
Upaya untuk mengetahui dan menyadari adanya ancaman sebagai faktor
pengganggu bagi penanggulangan stresor bahkan dapat membahayakan atau
menggagalkan penyelesaian stresor psikososial. Oleh karena itu seseorang harus
mempertimbangkan faktor ini.
6. Konseling
Semua proses terapi tersebut di atas dilakukan melalui konseling. Konseling
dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidangnya memberikan konsultasi yaitu dokter atau
psikiater. Istilah konselor dilakukan untuk orang yang memberikan konseling, sedangkan
klien dianggap sebagai pihak yang diberi konseling.
Konseling ditujukan tidak hanya kepada individu tetapi bisa keluarga, teman dekat,
suami/istri. Selama berlangsungnya konseling suasana formal dan profesionalisme dari
pihak konselor harus mematuhi aturan terkait moral etika.
7. Teknik Simulasi
Beberapa manajemen stres yang berhubungan reaksi tubuh seseorang :
1) Peningkatan Strategi Koping
a. Berfokus pada emosi
Pengaturan pada respon emosional melalui perilaku individu dengan cara meniadakan
fakta-fakta yang tidak menyenangkan; kontrol diri, jaga jarak terhadap stres, positif
thinking, menerima tanggung jawab.
PERAWATAN LUKA
A. Pengertian
Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalut dengan tujuan mencegah
infeksi silang ( masuk melalui luka ) dan mempercepat prose penyembuhan luka.
1. Tahap respon inflantasi akut terhadap cedera. Tahap ini dimulai saat terjadinya luka
2. Tahap destruktif, pada tahap ini terjadi pemberian jaringan yang mati oleh leukosit polimer
fenuklear dan makrofag
3. Tahap poliferatif, pada tahap ini pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringa ikat dan
mengifultasi luka.
4. Tahap maturasi, pada tahap ini terjadi reepitalisasi, kontraksi luka dan organisasi jaringan
ikat
1. Vaskularisasi, mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah
yang baik untuk pertumbuhan perbaikan sel
2. Anemia ,memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan
kadar protein yang cukup.
3. Usia , kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan,kematangan usia
seseorang.
4. Nutrisi,merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel terutama karena kandungan
zat gizi yang terdapat didalamnya.
2. Luka dengan eksudat sedang di tutup dengan tegal filmated swabs atau dengan pembalut
luka lainnya.
3. Luka dengan eksudat banyak ditutup dengan surgipad atau di kompres dengan cairan suci
hama lainnya.
Untuk memberikan kenyamanan dan kebebasan bergerak bagi penderita, sebaiknya di pakai
gurita.
Setelah tindakan di kamar operasi , penderita dipindahkan dalam kamar rawat (recovery room)
yang di lengkapi dengan alat pendingin kamar udara setelah beberapa hari. Bila keadaan
penderita gawat, segera pindahkan ke unit kamar darurat(intensive care unit)
Karena selama 24 jam pertama penderita Puasa Pasca Operasi (PPO), maka pemberian cairan
perinfus harus cukup banyak perban mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan terjadi
hipertemia, dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya.
– Nyeri
Sejak penderita sadar, dalam 24jam pertama. Rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi,
untuk mengurangi rasa nyeri di berikan obat-obatan anti septic dan penenang seperti suntikan
intramuskuler pthidin dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus
atau obat lainnya.
– Mobilisasi
Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalan-jalannya
penyembuhan penderita, kemajian mobilisasi bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang di
lakukan oleh komlikasi yang mungkin di jumpai. Secara psikologis hal ini memberikan pula
kepercayaan pada si sakit bahwa ia mulai sembuh.
Perubahan gerakan dan posisi yang harus di terangkan kepada penderita atau keluarga yang
menunggunya.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombisis dam emboli sebaiknya, bila terlalau
dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan operasi, jadi mobilisasi secara
teratur dan bertahap serta di ikuti dengan istirahat adalah yang paling di anjurkan.
Cara pemilihan dan pemberian anti biotika sangat berbeda-beda disetiap institut, bahkan dalam
satu institutepun masing-masing dokter mempunyai cara dan pemilihan yang berlainan.
1. Sebelum melakukan uji biakan (culture test) dan uji kepekaan (sensitive test), pilihan
antibiotika. Pilihan antibiotika. Pembunuh kuman gram negative sebagai obat peroral atau
sebaliknya.
2. Setelah hasil uji-makan dan uji kepekaan di terima, berikan obat dengan berpedoman
dengan misi uji laboratorium tersebut dengan cara seperti diatas.
3. Posisi obat harus tepat dan akurat serta bersifat spektrum luas (Groad – Spektrum).
Untuk mencegah perut kembung dan untuk memperlancar kerja saluran pencernaan dapat
diberikan obat-obatan secara subkutan dan peroral, diantaranya : plasil, perim peran, prostigmin,
dan sebagainya. Apabila terjadi distansi abdomen, yang ditandai dengan adanya perut kembung
dan meteorimus, dilakukan dekompresi dengan pemasangan pita rektal dan pita hasal. Boleh juga
diberikan supporitoria bisa codyl, 36 jam pasca bedah.
Setelah selesai operasi, dokter bedah dan anestesi telah membuat rencana pemeriksaan rutin atau
(check up) bayi penderita pasca bedah yang diteruskan kepada dokter atau nakes lain.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran, yang diukur adalah:
o Tekanan darah
o Suhu badan
o Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi kasus periksaan dan pengukuran tersebut sekurang-
kurangnya dilakukan setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status penderita.
5. Bengkok
8. Troli
10. Perlak
12. Betadine
G. Prosedur Kerja
1. Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan.
5. Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dilakukan perawatan.
8. Olesi plester dengan kapas alcohol, agar mudah dan tidak sakit saat plester dibuka.
9. Buka plester dan kasa dengan menggunakan pinset, buang dalam bengkok.
10. Kaji luka (tekan daerah sekitar luka, lihat sudah kering atau basah.
11. Bersihkan luka dengan larutan antiseptic atau larutan gram faal.
18. Lepas sarung tangan (masukkan kedalam Waskom berisi larutan klorin 0,5% selama 10
menit ).
19. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk.
DAFTAR PUSTAKA