Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK A.

DENGAN
CYTOMEGALOVIRUS (CMV) DI RUANG MELATI 2
RSUP DR. SARJITO

Disusun Oleh :
BETA MARTANTO (1720206014)
MUHAMMAD ALGHIFHARI. B (1720206022)

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
KONSEP DASAR
“CYTOMEGALOVIRUS (CMV)”

A. Definisi
CMV adalah virus yang diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes.
CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat system kekebalan
tubuh lemah.
Cytomegalovirus adalah virus herpes DNA yang menginfeksi sebagian
besar orang. Virus ini merupakan penyebab infeksi perinatal tersering dan
infeksi pada janin ditemukan 0,5-2 % dari neonatus.
Infeksi Sitomegalovirus adalah suatu penyakit virus yang bisa
menyebabkan kerusakan otak dan kematian pada bayi baru lahir. Bisa di dapat
sebelum lahir atau setelah lahir.

B. Klasifikasi
CMV dapat mengenai hampir semua organ dan menyebabkan hampir
semua jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:
1. CMV nefritis (ginjal).
2. CMV hepatitis (hati).
3. CMV myocarditis (jantung).
4. CMV pneumonitis (paru-paru).
5. CMV retinitis (mata).
6. CMV gastritis (lambung).
7. CMV colitis (usus).
8. CMV encephalitis (otak).
(Nanda, 2008. Nursing Diagnosis: Definition & Classification.
Philadelphia: Nanda International)
C. Faktor Pencetus
Penyebab utama dari TORCH sebagian besar adalah hewan-hewan yang
ada di sekitar kita seperti kucing, ayam, burung, tikus, kambing, sapi, anjing,
babi, dan lainnya yang mengandung virus dan parasit TORCH di dalam
darahnya. Hewan-hewan tersebut bisa sebagai pembawa langsung TORCH
melalui interaksi dengan manusia, dan bisa juga sebagai perantara (pembawa tak
langsung) TORCH melaui kotorannya.
Kotorannya yang mengandung TORCH bisa mencemari tanah, sehingga
juga bisa mencemari sayuran yang tumbuh di tanah. Kotoran hewan yang
terinfeksi TORCH bisa terbang terbawa bersama lalat, serangga atau burung dan
menempel pada makanan, kemudian makanan tersebut masuk ke dalam mulut
manusia dan hidup dalam darah manusia. (Mulyana S. 2008)

D. Etiologi
Etiologi berdasarkan jenis CMV dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi
yang lahir dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan
terinfeksi CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah penyakit
inklusi sito megalik.
2. Akut: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala mirip
dengan mononucleosis( malaise, demam, faringitis, splenomegali, ruam
petekia, gejala pernapasan). Infeksi bukan tanpa sekuela, terutama pada
anak-anak yang masih kecil, dan dapat terjadi akibat tranfusi.
3. Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita
imunosupresi, terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ.
Gejala-gejalanya termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leucopenia, yang
kadang-kadang fatal. Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan
dan dapat menyebabkan reaktivasi virus. (Betz, Cecily L, 2012).
E. Patofisiologi
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus congenital
di amerika utara. Terdapat sejumlah strain CMV yang berhubungan, virus ini
adalah anggota dari ember herpes. CMV agaknya ditularkan dari orang ke orang
melalui kontak langsung dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin,
darah, liur, secret servikal, semen dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui,
berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi: setelah lahir 3 sampai 12 minggu,
setelah tranfusi 3 sampai 12 minggu, dan setelah transplantasi 4 minggu sampai
4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa
tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh
seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada
imunisasi untuk mencegah penyakit ini. (Akhter, K. 2010)

F. Manifestasi Klinis
Pada periode bayi baru lahir, bayi yang terinfeksi sitomegalovirus
biasanya bersifat asimtomatik. Awitan infeksi yang didapat secara congenital
dapat terjadi segera setelah lahir atau sampai berusia 12 minggu.
Tidak ada indicator yang dapat diramalkan, tetapi sering dijumpai gejala-
gejala berikut ini:
1. Petekia dan ekimosis
2. Hepatosplenomegali
3. Ikterus neonatorum
4. Hiperbilirubinemia langsung
5. Mikrosefali dengan kalsifikasi periventrikular
6. Retardasi pertumbuhan intrauterine
7. Prematuritas
8. Ukuran kecil menurut usia kehamilan
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih
besar:
1. Purpura
2. Hilang pendengaran
3. Korioretinitis (buta)
4. Demam
5. Pneumonia
6. Takipnea dan dispnea
7. Kerusakan otak
(Gordon et.all, 2012).
G. Pathway
H. Komplikasi
Komplkasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
1. Kehilangan pendengaran yang bervariasi
2. IQ rendah
3. Gangguan penglihatan
4. Mikrosefali
5. Gangguan sensorineural
(http://mvzpry.blogspot.com/2009/05/laporan-pendahuluan-infeksi-
sitomegalo.html)

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.
Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan
untuk melihat vius dalam jumlah besar (pemeriksaan urin untuk
mengetahui adanya iklusi intra sel tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi
congenital harus dilakukan dalam 3 minggu pertama dari kehidupan).
2. Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan lain-lain
(toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes [TORCH])
digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.
3. Uji serologis
Titer antibody IgG dan IgM (IgM yang meningkat mengindikasikan
pajanan terhadap virus, IgG neonatal yang meningkat mengindikasikan
infeksi yang didapat pada masa prenatal, IgG maternital negative dan
IgG neonatal positif mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat
pascanatal.
4. Uji factor rheumatoid positif (positif pada 35%-45% kasus)
5. Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala dengan
maksud mengungkapkan klasifikasi intra cranial.
(Suromo, L. B. 2007)
J. Penatalaksanaan
1. Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi gejala
(misalnya: penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia, dukungan
pernapasan).
2. Ada bukti bahwa globulin imun-CMV yang diberikan melalui IV
bersama obat gansiklovir dapat mengurangi beratnya infeksi pada
individu dengan system imun yang buruk (mekanisme imunologiknya
kurang/terganggu). Vaksin CMV hidup sedang diuji coba pada pasien
transplantasi ginjal.
3. Kemoterapi ember sedikit harapan, tetapi toksisitas dan imunosupresi
akibat dari pengobatan ini meningkatkan kekhawatiran jika digunakan
pada bayi baru lahir. Dalam penatalaksanaannya tidak diperlukan
tindakan kewaspadaan khusus, tetapi perawat harus tetap memakai
sarung tangan, melakukan teknik mencuci tangan yang baik dan
menggunakan tidakan kewaspadaan umum, (Hermawan A. 2009).

A. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan NANDA (2012), maka didapatkan diagnose keperawatan
CMV sebagai berikut:
1. Hipertermia b.d. penyakit/trauma
2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan energi dalam bernapas
3. Resiko tinggi infeksi b.d. penurunan system imun, aspek kronis penyakit
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
memasukkan zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis: mual dan
muntah
5. Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan paparan
B. Intervensi
Berdasarkan NANDA (2012), maka didapatkan intervensi keperawatan
CMV sebagai berikut:
Tujuan dan Kriteria
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
1. Hipertermi b. d proses Tujuan: Setelah 1. Observaasi suhu
penyakit/trauma dilakukan tindakan tubuh secara rutin
keperawatan selama 2 x 2. Berikan kompres
24 jam demam turun/ hangat/dingin pada
tidak demam. aksila atau lipatan
paha
Kriteria Hasil: 3. Observasi nadi dan
 Suhu tubuh dalam RR
batas normal (36˚ 4. Anjurkan klien
– 37,5˚C) untuk meningkatkan
 Nadi dan RR intake cairan
dalam batas 5. Anjurkan klien
normal (60 – 100 menggunakan
x/m, 16 – 24 x/m) pakaian yang tipis
dan dapat menyerap
keringat
6. Kolaborasi dalam
pemberian
antipiretik

2. Pola nafas tidak efektif b. Tujuan: Setelah 1. Posisikan pasien


d penurunan energi dilakukan tindakan untuk
dalam bernafas keperawatan selama 2 x memaksimalkan
24 jam pola nafas efektif ventilasi
2. Auskultasi suara
Kriteri Hasil: nafas, catat adanya
 RR dalam batas suara tabahan
normal (16 – 24 3. Monitoring respirasi
x/m) dan status oksigen
 Tidak ada retraksi 4. Atur intake cairan
dinding dada untuk
 Tidak ada mengoptimalkan
pernafasan cuping keseimbangan
hidung 5. Kolaborasi dalam
pemberian obat
broncodilator sesuai
indikasi

3. Resiko tinggi infeksi b.d. Tujuan: Setelah 1. Observasi adanya


penurunan system imun, dilakukan tindakan tanda-tanda infeksi
aspek kronis penyakit keperawatan selama 2 x 2. Observasi TTV
24 jam resiko infeksi sesering mungkin
tidak menjadi aktual 3. Pertahankan teknik
isolasi
Kriteria Hasil: 4. Batasi pengunjung
 Terbebas dari bila perlu
tanda-tanda 5. Lakukan tindakan
infeksi keperawatan dengan
 TTV dalam batas tehnik aseptik
normal: 6. Anjurkan klien
Nadi = 60 – 100 untuk meningkatkan
x/m intake nutrisi
RR = 16 – 24 x/m 7. Kolaborasi dalam
Suhu = 36˚ - pemberian antibiotik
37,5˚ C sesuai indikasi
C. Implementasi
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan dalam tindakan,
selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses
keperawatan. Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan. Pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat
yang bertugas merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara
didelegasikan pada saat pelaksanaan kegiatan maka perawat harus menyesuaikan
rencana yang telah dibuat sesuai dengan kondisi klien maka validasi kembali
tentang keadaan klien perlu dilakukan sebelumnya. (Basford, 2006)

D. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan untuk mengukur
keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien. Bila
masalah tidak dipecahkan atau timbul masalah baru, maka perawat harus
berusaha untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah dengan meninjau
kembali rencana perawatan dengan menyesuaikan kembali terhadap keadaan
masalah yang ada. (Basford, 2006 hal. 24)

Daftar Pustaka
Akhter, K., 2010. Cytomegalovirus. E medicine from Web MD
Betz, Cecily L.2012. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC
Basford. 2006. Konsep Asuhan Keperawatan
Gordon Et All. 2012. NANDA Nursing Diagnoses Definition and Classification
(NIC), Second Edition. USA: Mosby
Hermawan, A.,2009. Cytomegalovirus, Virus Bandel yang Harus Diwaspadai.
Klinik online
Mulyana, S., 2008. TORCH ( Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan
Herpes ) . http://ms32.multiply.com/journal/item/22
Nanda, 2007-2008. Nursing Diagnosis: Definition & Classification.
Philadelphia: Nanda International
Suromo,L.B.,2007. Kewaspadaan Terhadap Infeksi Cytomegalovirus Serta
Kegunaan Deteksi Secara Laboratorik. Semarang: Fakultas Kedokteran
http://www.Spiritia.or.id (diakses tanggal 11 Mei 2015 jam 09.10)
http://www. Roche.Com (diakses tanggal 11 Mei 2015 jam 09.10)
(http://dasar-teori-cytomegalovirus.html) diakses tanggal 11 Mei 2015 jam 09.20
(http://harnita-novia.blogspot.com/2011/05/cytomegalovirus.html) diakses
tanggal 11 Mei 2015 jam 09.20
(http://mvzpry.blogspot.com/2009/05/laporan-pendahuluan-infeksi-
sitomegalo.html) diakses tanggal 11 Mei 2015 jam 09.20

Anda mungkin juga menyukai