Anda di halaman 1dari 22

1.

Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga : Germas dan PHBS


GERMAS adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk memasyarakatkan
budaya hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat
yang kurang sehat. Aksi GERMAS ini juga diikuti dengan memasyarakatkan
perilaku hidup bersih sehat dan dukungan untuk program infrastruktur dengan
basis masyarakat. Program ini memiliki beberapa fokus seperti membangun
akses untuk memenuhi kebutuhan air minum, instalasi kesehatan masyarakat
serta pembangunan pemukiman yang layak huni. Ketiganya merupakan
infrastruktur dasar yang menjadi pondasi dari gerakan masyarakat hidup
sehat.

7 Langkah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat


Setidaknya terdapat 7 langkah penting dalam rangka menjalankan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat. Ketujuh langkah tersebut merupakan bagian penting
dari pembiasaan pola hidup sehat dalam masyarakat guna mencegah berbagai
masalah kesehatan yang beresiko dialami oleh masyarakat Indonesia. Berikut
ini 7 langkah GERMAS yang dapat menjadi panduan menjalani pola hidup
yang lebih sehat.

1) Melakukan Aktivitas Fisik


Perilaku kehidupan modern seringkali membuat banyak orang minim
melakukan aktivitas fisik; baik itu aktivitas fisik karena bekerja maupun
berolah raga. Kemudahan – kemudahan dalam kehidupan sehari – hari karena
bantuan teknologi dan minimnya waktu karena banyaknya kesibukan telah
menjadikan banyak orang menjalani gaya hidup yang kurang sehat. Bagian
germas aktivitas fisik merupakan salah satu gerakan yang diutamakan untuk
meningkatkan kualitas kesehatan seseorang.
2) Makan Buah dan Sayur
Keinginan untuk makan makanan praktis dan enak seringkali menjadikan
berkurangnya waktu untuk makan buah dan sayur yang sebenarnya jauh lebih
sehat dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Beberapa jenis makanan dan
minuman seperti junk food dan minuman bersoda sebaiknya dikurangi atau
dihentikan konsumsinya. Menambah jumlah konsumsi makanan dari buah
dan sayur merupakan contoh GERMAS yang dapat dilakukan oleh siapapun.

Masalah selanjutnya adalah bagaimana cara mengatasi agar anak mau makan
buah dan sayur, untuk hal ini anda dapat mengaplikasikan jurus tips anak mau
makan buah dan sayur sebagai berikut yaitu salah satunya dengan
mengkreasikan makanan dari buah dan sayur dengan mengubahnya menjadi
tampilan yang menarik, contohnya dari karakter kartun yang disukai anak
menggunakan buah tomat dan sayur ketimun sehingga tadinya anak susah
makan buah dan sayur menjadi mau makan sayur dan buah
Adapun salah satu kampanye GERMAS adalah kampanye makan buah dan
sayur yang memberikan informasi betapa besarnya manfaat dan kenapa harus
makan buah dan sayur setiap hari. Karena anda harus memahami pentingnya
kenapa harus makan buah dan sayur setiap hari, berikut adalah dampak akibat
kurang makan buah dan sayur untuk kesehatan tubuh, contohnya seperti
permasalahan BAB, peningkatan risiko penyakit tidak menular, tekan darah
tinggi dan lainnya.

Dengan memahami pentingnya perilaku makan buah dan sayur, diharapkan


masyarakat dapat dengan lebih aktif untuk meningkatkan kampanye makan
buah dan sayur untuk tingkatkan kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia

3) Tidak Merokok
Merokok merupakan kebiasaan yang banyak memberi dampak buruk bagi
kesehatan. Berhenti merokok menjadi bagian penting dari gerakan hidup
sehat dan akan berdampak tidak pada diri perokok; tetapi juga bagi orang –
orang di sekitarnya. Meminta bantuan ahli melalui hipnosis atau metode
bantuan berhenti merokok yang lain dapat menjadi alternatif untuk
menghentikan kebiasaan buruk tersebut.

4) Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol


Minuman beralkohol memiliki efek buruk yang serupa dengan merokok; baik
itu efek buruk bagi kesehatan hingga efek sosial pada orang – orang di
sekitarnya.

5) Melakukan Cek Kesehatan Berkala


Salah satu bagian dari arti germas sebagai gerakan masyarakat hidup sehat
adalah dengan lebih baik dalam mengelola kesehatan. Diantaranya adalah
dengan melakukan cek kesehatan secara rutin dan tidak hanya datang ke
rumah sakit atau puskesmas ketika sakit saja. Langkah ini memiliki manfaat
untuk dapat memudahkan mendeteksi penyakit atau masalah kesehatan lebih
dini.

Ada beragam informasi media cek kesehatan yang memberikan tips cek
kesehatan secara berkala, apa saja sebenarnya jenis cek kesehatan berkala
yang dapat anda lakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan anda? Berikut
adalah beberapa contoh pengecekan yang bisa dilakukan.

Cek Kesehatan Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) Secara Rutin
Melakukan Pengecekan Berat Badan berguna agar anda bisa mendapatkan
nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) yang nantinya dapat menentukan apakah
berat badan dan tinggi badan Anda sudah berada dalam kondisi ideal atau
berisiko terkena penyakit tidak menular (PTM)

Cek Lingkar Perut Secara Berkala


Dengan melakukan Cek Lingkar Perut secara berkala anda bisa mengontrol
lemak perut, jika berlebihan dapat menyebabkan penyakit seperti stroke,
diabetes hingga serangan jantung

Cek Tekanan Darah


Pengecekan Tekanan Darah dapat membantu anda mendeteksi adanya risiko
stroke, hipertensi hingga jantung
Cek Kadar Gula Darah Berkala
Anda dapat mengetahui kadar glukosa dalam darah dengan jenis pengecekan
kesehatan berkala ini, hasilnya anda dapat mengetahui potensi diabetes

Cek Fungsi Mata Telinga

Cek Kolesterol Tetap


Pengecekan Kolesterol terbagi tiga yaitu LDL (Kolesterol "Buruk"), HDL
(Kolesterol "Baik") dan Trigliserida

Cek Arus Puncak Ekspirasi


Pengecekan ini adalah salah satu cek kesehatan dalam pengujian fungsi paru,
pengecekan ini biasa dilakukan pada penderita asma atau penyakit lainnya
untuk menilai kemampuan paru-paru

Cek dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim


Pengecekan ini biasanya dilakukan dengan pemeriksaan berkala seperti Test
PAP SMEAR dan Test IVA

Cek Sadari Periksa Payudara Sendiri


Lalu berikutnya dalam ragam cek kesehatan berkala yaitu dengan
pemeriksaan payudara sendiri.

6) Menjaga Kebersihan Lingkungan


Bagian penting dari germas hidup sehat juga berkaitan dengan meningkatkan
kualitas lingkungan; salah satunya dengan lebih serius menjaga kebersihan
lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan dalam skala kecil seperti tingkat
rumah tangga dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah. Langkah lain
yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan guna mengurangi resiko
kesehatan seperti mencegah perkembangan vektor penyakit yang ada di
lingkungan sekitar.
7) Menggunakan Jamban
Aspek sanitasi menjadi bagian penting dari gerakan masyarakat hidup sehat;
salah satunya dengan menggunakan jamban sebagai sarana pembuangan
kotoran. Aktivitas buang kotoran di luar jamban dapat meningkatkan resiko
penularan berbagai jenis penyakit sekaligus menurunkan kualitas lingkungan.

PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan sebanyak


mungkin anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu
meningkatkan kualitas perilaku sehari – hari dengan tujuan hidup bersih dan
sehat.
Tujuan utama dari gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas kesehatan
melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu –
individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari – hari yang bersih dan
sehat. Manfaat PHBS yang paling utama adalah terciptanya masyarakat yang
sadar kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran untuk
menjalani perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar
kesehatan.

Berikut ini 5 tatanan PBHS yang dapat menjadi simpul – simpul untuk


memulai proses penyadartahuan tentang perilaku hidup bersih sehat :
 PHBS di Rumah tangga
 PHBS di Sekolah
 PHBS di Tempat kerja
 PHBS di Sarana kesehatan
 PHBS di Tempat umum
Manfaat PHBS
Manfaat PHBS secara umum adalah meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk mau menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut agar masyarakat
bisa mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan. Selain itu, dengan
menerapkan PHBS masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang sehat
dan meningkatkan kualitas hidup.
 Manfaat PHBS Di Sekolah
PHBS di sekolah merupakan kegiatan memberdayakan siswa,guru dan
masyarakat lingkungan sekolah untuk mau melakukan pola hidup sehat untuk
menciptakan sekolah sehat. Manfaat PHBS di Sekolah mampu menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat, meningkatkan proses belajarmengajar dan
para siswa, guru hingga masyarakat lingkungan sekolah menjadi sehat.
 Manfaat PHBS Di Rumah Tangga
Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan keluarga sehat
dan mampu meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di Rumah
tangga antara lain, setiap anggota keluarga mampu meningkatkan
kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit, rumah tangga sehat mampu
meningkatkan produktifitas anggota rumah tangga dan manfaat phbs rumah
tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola
hidup sehat dan anak dpt tumbuh sehat dan tercukupi gizi
 Manfaat PHBS Di Tempat Kerja
PHBS di Tempat kerja adalah kegiatan untuk memberdayakan para pekerja
agar tahu dan mau untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dan
berperan dalam menciptakan tempat kerja yang sehat. manfaat PHBS di
tempat kerja yaitu para pekerja mampu meningkatkan kesehatannya dan tidak
mudah sakit, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan citra
tempat kerja yang positif .
 Manfaat PHBS di Masyarakat
Manfaat PHBS di masyarakat adalah masyarakat mampu menciptakan
lingkungan yang sehat, mencegah penyebaran penyakit, masyarakat
memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan dan mampu mengembangkan
kesehatan yang bersumber dari masyarakat.
Indikator PHBS Di Sekolah
PHBS Di Sekolah merupakan langkah untuk memberdayakan siswa,guru dan
masyarakat lingkungan sekolah agar bisa dan mau melakukan perilaku hidup
bersih dan sehat dalam menciptakan sekolah yang sehat.
Contoh phbs di sekolah
a. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,
b. Mengkonsumsi jajanan sehat,
c. Menggunakan jamban bersih dan sehat
d. Olahraga yang teratur
e. Memberantas jentik nyamuk
f. Tidak merokok di lingkungan sekolah
g. Membuang sampah pada tempatnya, dan
h. Melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah untuk
menciptakan lingkungan yang sehat.
Tatanan PHBS Rumah Tangga
Salah satu tatanan PHBS yang utama adalah PHBS rumah tangga yang
bertujuan memberdayakan anggota sebuah rumah tangga untuk tahu, mau dan
mampu menjalankan perilaku kehidupan yang bersih dan sehat serta memiliki
peran yang aktif pada gerakan di tingkat masyarakat. Tujuan utama dari
tatanan PHBS di tingkat rumah tangga adalah tercapainya rumah tangga yang
sehat.
Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang dapat
dijadikan acuan untuk mengenali keberhasilan dari praktek perilaku hidup
bersih dan sehat pada tingkatan rumah tangga. Berikut ini 10 indikator
PHBS pada tingkatan rumah tangga :
1. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik
itu dokter, bidan ataupun paramedis memiliki standar dalam penggunaan
peralatan yang bersih, steril dan juga aman. Langkah tersebut dapat
mencegah infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi keselamatan ibu dan
bayi yang dilahirkan.

2. Pemberian ASI eksklusif


Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan
menjadi bagian penting dari indikator keberhasilan praktek perilaku hidup
bersih dan sehat pada tingkat rumah tangga.

3. Menimbang bayi dan balita secara berkala


Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi.
Penimbangan dapat dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan
hingga 5 tahun. Posyandu dapat menjadi tempat memantau pertumbuhan
anak dan menyediakan kelengkapan imunisasi. Penimbangan secara
teratur juga dapat memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.

4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih


Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri
sekaligus langkah pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat
tangan yang bersih dan bebas dari kuman.

5. Menggunakan air bersih


Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.

6. Menggunakan jamban sehat


Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan
unit pembuangan kotoran dan air untuk keperluan pembersihan.

7. Memberantas jentik nyamuk


Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus
hidup makhluk tersebut menjadi bagian penting dalam pencegahan
berbagai penyakit.

8. Konsumsi buah dan sayur


Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta
serat yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari


Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja
yang melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.

10. Tidak merokok di dalam rumah


Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah
kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak
merokok di dalam rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai
masalah kesehatan.

2. Program Imunisasi Nasional (Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional)


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Pelaksanaan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional (GAIN) UCI, yang
meliputi:
a. Penguatan PWS dengan memetakan wilayah berdasarkan cakupan dan
analisa masalah untuk menyusun kegiatan dalam rangka mengatasi
permasalahan setempat.
b. Menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan termasuk tenaga, logistik
(vaksin, alat suntik dan safety box), biaya dan sarana pelayanan.
c. Pemberdayaan masyarakat melalui TOGA, TOMA, aparat desa dan
kader.
d. Pemerataan jangkauan terhadap semua desa/kelurahan yang sulit atau
tidak terjangkau pelayanan.

Tujuan program imunisasi:


Menurunkan kesakitan & kematian akibat Penyakit-penyakit yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
3. Program Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman (Tuberkulosis, ISPA, Kusta, Malaria,
Filiaris, dll)
Tujuan program Pemberantasan Penyakit Menular:
Tujuan program ini adalah meningkatkan mutu dan pemerataan kualitas
pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit, menanggulangi
kejadian luar biasa dan penanggulangan bencana akibat penyakit menular
Sasaran program Pemberantasan Penyakit Menular : 
 Menurunnya angka kesakitan Demam Berdarah, Malaria dan kusta;
tercapainya angka kesembuhan TB Paru, menurunnya angka kematian
pneumonia balita dan diare balita serta tercegahnya peningkatan
prevalensi infeksi HIV
 Tercegahnya kejadian luar biasa
 Terbebasnya Kabupaten Sukoharjo dari  penyakit Rabies, Anthraks,
Pes dan Tetanus Neonatorum
 Menurunnya angka kesakitan penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) dengan prioritas pada bayi, balita, anak sekolah dan
wanita usia subur termasuk ibu hamil
 Tersedianya data dan informasi penyakit tidak menular
 Berkembangnya system kewaspadaan dini kejadian luar biasa,
pencegahan dan penanggulangan bencana secara terpadu dengan
melibatkan peran serta aktif masyarakat
Tujuan Penyehatan Lingkungan Pemukiman:
Program Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
terdiri Pengelolaan Air limbah, Persampahan dan Sistem Saluran
Drainase. Di harapkan dengan pembenahan ketiga sektor tersebut maka
kehidupan masyarakat dalam hal kesehatan dan kebersihan, khususnya di
kawasan perkotaan bisa ditingkatkan. Tujuan Program ini adalah
terwujudnya penyelenggaraan prasarana dan sarana penyehatan
lingkungan permukiman dalam rangka mewujudkan kawasan
permukiman yang layak huni, sehat, aman, produktif dan berkelanjutan
melalui peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dan menjaga
kelestarian lingkungan.
Program Pengawasan Terhadap Penyakit Menular
Pokok Persoalan dan Tantangan:
Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem pemerintahannya
menjadi sistem desentralisasi yang membahayakan sistem pengawasan
Penyakit Menular.
Sasaran:
 Memperkuat pengawasan penyakit yang menular melalui hubungan
seksual (STI).
 Memperkuat pengawasan HIV.
Program Pencegahan, Pemberantasan Dan Pengawasan Terhadap
Penyakit Menular
Pokok Persoalan dan Tantangan:
Infeksi Filariasis dan penularannya selalu terdapat di banyak
daerah tanpa kegiatan pengawasan yang cukup. Proyek percobaan untuk
ELF memperlihatkan hasil yang menjanjikan yang perlu ditingkatkan ke
tingkat propinsi, sesuai dengan komitmen untuk target penghapusan global
(Mekhong Plus).
Infeksi Dengue dan komplikasinya seperti demam berdarah terus
meningkat di daerah kota dan pinggir kota dengan meningkatnya angka
kesakitan namun menurunnya angka kematian yang menjanjikan.
Partisipasi dan jaringan masyarakat diperlukan untuk memulai
pengawasan dari penularan dengue (terutama di perkotaan) dan filariasis
(terutama di pedesaan).
Leptospirosis tetap menjadi hal yang serius meskipun tidak ada laporan
yang mengancam. Rabies dan Japanese Encephalitis adalah masalah utama
yang memerlukan dukungan dari sistem pemerintahan untuk memperkuat
pengawasan dan vaksin pencegahan.
Frambesia dan kusta adalah penyakit menular yang dapat diobati,
namun dengan penularan utama yang terjadi di daerah yang miskin,
terpencil, kurang pelayanannya, diperlukan kesadaran yang ditingkatkan
dan dukungan dari pemerintah setempat, dan juga tingkat daerah.
Helminthiasis yang sangat umum dan sangat endemis dengan pengaruh
kesehatan yang kronik yang dapat secara luas ditingkatkan melalui
pemberantasan cacing yang berulang-ulang secara masal, yang harus
dikoordinasikan dengan perawatan ELF dimanapun memungkinkan.
Sasaran:
 Meningkatkan dan mempertahankan kualitas dari komponen-komponen
terpilih dan bidang-bidang yang termasuk dalam program nasional untuk
mencegah, mengawasi, dan menghapuskan penyakit-penyakit yang
ditargetkan, termasuk ELF, partisipasi dan jaringan masyarakat untuk
pengawasan dengue dan arbovirus lainnya, anti-helminthiasis deworming,
leptospirosis, rabies, yaws dan kusta.
Program Pemberantasan Malaria
Pokok Persoalan dan Tantangan:
Malaria tetap menjadi salah satu penyakit menular yang utama di
sebagian besar daerah di Indonesia. Ancaman yang muncul kembali telah
terjadi di daerah-daerah pengawasan efektif sebelumnya. Angka kesakitan
dan kematian Malaria secara bermakna mempengaruhi bagian-bagian yang
lebih miskin di negara. Sebuah rencana pembangunan telah
dikembangkan, bersama dengan meningkatnya pendanaan yang baru-baru
ini disetujui melalui Global Fund untuk AIDS, TB dan Malaria, namun
pelaksanaanya belum dimulai. Kini desentralisasi sedang berjalan yang
memerintahkan pelaksanaan tanggung jawab di tingkat daerah dan
propinsi. Unit Malaria di DepKes meneruskan kebutuhan untuk
memperkuat fungsinya sebagai koordinator dari "Gebrak Malaria" dan
GFATM. Kebijakan perawatan obat-obatan perlu terus diawasi dengan
timbulnya kembali pola resistansi.
Sasaran:
Meningkatkan dan memelihara kualitas dari komponen-komponen terpilih
dan daerah-daerah yang terjangkau oleh rencana kerjasama "Gebrak
Malaria" untuk dilaksanakan dibawah GFATM dan sumber donatur
lainnya.
Program Pemberantasan Tuberculosis
Pokok Persoalan dan Tantangan:
Indonesia telah mengembangkan dan memulai penerapan rencana
pembangunan lima tahun untuk pemberantasan TB (2002-2006). Telah ada
peningkatan marginal dalam kasus tingkat deteksi selama dua tahun
terakhir hanya karena Pusat Kesehatan telah melaksanakan DOTS. Untuk
memperbaiki hal ini, Badan Swasta dan Tempat Kesehatan Masyarakat
lainnya harus terlibat dalam pelaksanaan DOTS. Kualitas pelaksanaan
DOTS, terutama sistem pencatatan dan pelaporan, pada saat ini mengalami
beberapa kekurangan yang perlu diatasi dengan memperkuat dan
meluruskan kegiatan DOTS di tingkat pusat, propinsi dan daerah. Agar
dapat menyediakan dukungan teknis yang berkesinambungan untuk
mengatasi hal ini, maka penting untuk memperkuat dukungan teknis dalam
negeri dengan menambah staf di tingkat nasional dan lapangan.
Sasaran:
Memperbaiki pelaksanaan pelayanan DOTS di seluruh negeri
dengan membentuk kemitraan yang efektif dengan provider kesehatan di
sektor lain (publik-gabungan publik & publik - gabungan swasta), dan
penyediaan dukungan teknis yang berkesinambungan.

4. Program Gizi Nasional Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGM)

Tujuan Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat(UPGM)


         Adapun tujuan daripada Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGM)
yakni :
 Terwujudnya kemandirian masyarakat dalam upaya peningkatan
status gizi masyarakat dan keluarga sadar gizi.
 Meningkatnya status gizi yang diarahkan pada peningkatan
kecerdasan, produktifitas dan prestasi kerja serta penurunan angka gizi
kurang dan gizi lebih.
 Meningkatnya penganekaragaman konsumsi pangan untuk
memantapkan swasembada pangan (Depkes RI, 2006).
Pokok Kegiatan  Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGM)
Adapun pokok kegiatan dari Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
(UPGM) adalah sebagai berikut :
a) Pemantauan dan Promosi Pertumbuhan Balita
Pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan utama perbaikan gizi
yang dilaksanakan di posyandu, dimana pelaksanaannya melibatkan
ibu balita, kader dan petugas kesehatan. Pemantauan pertumbuhan
balita dilakukan melalui penimbangan berat badan balita, Penilaian
status pertumbuhan balita, konseling pertumbuhan balita dan Rujukan.
b) Konseling Gizi
Konseling gizi adalah adalah upaya perbaikan gizi masyarakat melalui
kegiatan konsultasi mengenai gizi oleh masyarakat terhadap tenaga
kesehatan terutama tenaga gizi baik di klinik pemerintah maupun di
klinik swasta.
c) Peningkatan Cakupan dan Mutu Pelayanan Gizi dan Kesehatan
Peningkatan cakupan pelayanan gizi  dan kesehatan diupayakan agar
setiap tahunnya terjadi peningkatan status gizi masyarakat
melalui  peningkatan pelaksanaan kegiatan – kegiatan gizi secara
optimal dan terorientasi serta terkoordinasi. Peningkatan Cakupan dan
mutu pelayanan gizi dan kesehatan yang optimal dapat diusahakan
dengan prosedur pelayanan gizi dan rujukan standar.
d) Pemberdayaan Ekonomi dan Ketahanan Pangan Keluarga ( Depkes
RI, 2006).

5. Desa Siaga
Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan kesehatan
dari sebelumnya bersifat sentralistik dan top down menjadi lebih partisipatif
dan bottom up. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan Desa siaga, desa siaga merupakan desa yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan
untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa siaga adalah suatu konsep
peran serta dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa, disertai dengan
pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara
kesehatannya secara mandiri.
Desa yang dimaksud di sini dapat berarti kelurahan atau nagari atau
istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asalusul dan adat-istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Depkes, 2007).
Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang
bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah
bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan dan 2 orang kader desa. Di
samping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus desa untuk mendorong peran
serta masyarakat dalam program kesehatan seperti imunisasi dan posyandu
(Depkes 2009).
Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah terwujudnya
masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di wilayahnya. Selanjutnya, secara khusus, tujuan pengembangan
desa siaga (Depkes, 2006), adalah :
1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan.
2. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
3. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat.
4. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut
(Depkes, 2006) :
1. Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan
sekurang-kurangnya 2 orang kader desa.
2. Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta
peralatan dan perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh
masyarakat yang dikenal dengan istilah upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) yang melaksanakan kegiatan-kegiatan minimal :
 Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi
kejadian luar biasa serta faktor-faktor risikonya.
 Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta
kekurangan gizi.
 Kesiapsiagaan    penanggulangan    bencana    dan kegawatdaruratan
kesehatan.
 Pelayanan    kesehatan    dasar,    sesuai    dengan kompetensinya.
 Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS,
penyehatan lingkungan dan lain-lain.
Prinsip pengembangan desa siaga (Depkes, 2008), yaitu :
1. Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program
kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya
masyarakat yang terorganisir.
2. Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan “kesiagaan” Kesiagaan
masyarakat dapat didorong dengan memberi informasi yang akurat dan
cepat tentang situasi dan masalah-masalah yang mereka hadapi.
3. Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu
masalah, mereka melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah
yang perlu dan apabila langkah tersebut tidak cukup, sistem kesehatan
akan memberikan bantuan (termasuk pustu, puskesmas, Dinkes, dan
RSUD).
4. Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem pelayanan
kesehatan untuk menyelenggarakan berbagai program kesehatan.

Kegiatan pokok desa siaga


1. Surveilans dan pemetaan : Setiap ada masalah kesehatan di rumah tangga
akan dicatat dalam kartu sehat keluarga. Selanjutnya, semua informasi
tersebut akan direkapitulasi dalam sebuah peta desa (spasial) dan peta
tersebut dipaparkan di poskesdes.
2. Perencanaan partisipatif: Perencanaan partisipatif di laksanakan melal ui
survei mawas diri (SMD) dan musyawarah masyarakat desa (MMD).
Melalui SMD, desa siaga menentukan prioritas masalah. Selanjutnya,
melalui MMD, desa siaga menentukan target dan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai target tersebut. Selanjutnya melakukan
penyusunan anggaran.
3. Mobilisasi sumber daya masyarakat : Melalui forum desa siaga,
masyarakat dihimbau memberikan kontribusi dana sesuai dengan
kemampuannya. Dana yang terkumpul bisa dipergunakan sebagai
tambahan biaya operasional poskesdes. Desa siaga juga bisa
mengembangkan kegiatan peningkatan pendapatan, misalnya dengan
koperasi desa. Mobilisasi sumber daya masyarakat sangat penting agar
desa siaga berkelanjutan (sustainable).
4. Kegiatan khusus: Desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus yang
efektif mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan. Dasar penentuan
kegiatan tersebut adalah pedoman standar yang sudah ada untuk program
tertentu, seperti malaria, TBC dan lain-lain. Dalam mengembangkan
kegiatan khusus ini, pengurus desa siaga dibantu oleh fasilitator dan pihak
puskesmas.
5. Monitoring kinerja : Monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai
bagian dari surveilans rutin. Setiap rumah tangga akan diberi Kartu
Kesehatan Keluarga untuk diisi sesuai dengan keadaan dalam keluarga
tersebut. Kemudian pengurus desa siaga atau kader secara berkala
mengumpulkan data dari Kartu Kesehatan Keluarga untuk dimasukkan
dalam peta desa.
6. Manajemen keuangan: Desa siaga akan mendapat dana hibah (block grant)
setiap tahun dari DHS-2 guna mendukung kegiatannya. Besarnya sesuai
dengan proposal yang diajukan dan proposal tersebut sebelumnya sudah
direview oleh Dewan Kesehatan Desa, kepala desa, fasilitator dan
Puskesmas. Untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas, penggunaan
dana tersebut harus dicatat dan dilaporkan sesuai dengan pedoman yang
ada.
Tahapan pengembangan desa siaga
Pengembangan desa siaga merupakan aktivitas yang berkelanjutan dan
bersifat siklus. Setiap tahapan meliputi banyak aktivitas.
1. Pada tahap 1 dilakukan sosialisasi dan survei mawas diri (SMD),
dengan kegiatan antara lain : Sosialisasi, Pengenalan kondisi desa,
Membentuk kelompok masyarakat yang melaksanakan SMD,
pertemuan pengurus, kader dan warga desa untuk merumuskan
masalah kesehatan yang dihadapi dan menentukan masalah prioritas
yang akan diatasi.
2. Pada tahap 2 dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya,
terdiri dari penentuan prioritas masalah dan perumusan alternatif
pemecahan masalah. Aktivitas tersebut, dilakukan pada saat
musyawarah masyarakat 2 (MMD-2). Selanjutnya, penyusunan
rencana kegiatan, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 3
(MMD-3). Sedangkan kegiatan antara lain memutuskan prioritas
masalah, menentukan tujuan, menyusun rencana kegiatan dan rencana
biaya, pemilihan pengurus desa siaga, presentasi rencana kegiatan
kepada masyarakat, serta koreksi dan persetujuan masyarakat.
3. Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring, dengan
kegiatan berupa pelaksanaan dan monitoring rencana kegiatan.
4. Tahap 4, yaitu : kegiatan evaluasi atau penilaian, dengan kegiatan
berupa pertanggung jawaban.

6. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular


Tujuan Umum
Meningkatnya perilaku masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko Penyakit Tidak Menular guna menurunkan
angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit Tidak Menular
secara terpadu, komprehensif dan terintegrasi dengan melibatkan
stakeholder, dan masyarakat dan pemerintah.
Tujuan Khusus
 Meningkatnya dukungan kebijakan pemerintah pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam pencegahan faktor risiko Penyakit Tidak
Menular
 Meningkatnya aksi nyata dari berbagai komponen di masyarakat
dalam pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait
perilaku tidak merokok, aktivitas fisik, dan peningkatan konsumsi
sayur dan buah dalam upaya pengendalian Penyakit Tidak Menular.
 Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko PTM.

Indikator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


Program Kegiatan
Program Pencegahan dan Pengendalian melalui penyusunan Norma,
Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) untuk  :
1) Penyakit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik
2) Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi
3) Penyakit Kanker dan Kelainan Darah
4) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
5) Gangguan Indera dan Fungsional
Selanjutnya secara khusus dilakukan advokasi, kemitraan, jejaring,
peningkatan kapasitas dan tata laksana Pencegahan dan Pengendalian PTM
melalui berbagai program antara lain : 
1) Pemeriksaan kesehatan standar penduduk usia 15-59 tahun(satu tahun
sekali), dilakukan di Pos Pembinaan Terpadu(Posbindu) PTM .
2) Pemeriksaan kesehatan standar penduduk usia 60 tahun keatas,
dilakukan di Posbindu PTM .
3) Akses ke standarisasi Manajemen kasus Hipertensi melalui
Penatalaksanaan Terpadu (PANDU) PTM di Puskesmas.
4) Akses ke standarisasi Manajeman Kasus Diabetes melalui PANDU
PTM di Puskesmas.
5) Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Payudara pada perempuan usia
30 - 50  tahun di Puskesmas.
6) Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok di sekolah (Perda Provinsi, Perda Kab/kota, Perbub/Perwali
tentang KTR).
7) Quitline  Upaya Berhenti Merokok, layanan konseling bebas biaya
melalui hotline 0- 800-177-6565.
8) Klinik Konseling berhenti merokok (Hidup Sehat Tanpa Rokok).
9) Pengendalian Konsumsi Rokok.
10) Pembatasan Konsumsi Gula , Garam, Lemk (GGL) melalui diet sehat
gizi seimbang.
11) Deteksi Dini dan Rujukan kasus katarak di Puskesmas serta upaya
percepatan eliminasi kebutaan akibat katarak.
12) Deteksi Dini Gangguan Penglihatan dan Pendengaran.
13) Rehabilitasi bersumberdaya masyarakat (RBM) untuk penyandang
Disabilitas.
14) Penemuan Dini Kanker pada Anak dan Paliatif Kanker.
15) Deteksi Dini Gangguan Imunologi dan peningkatan kepedulian pada
penyakit gangguan imunologi (Kampanye Saluri- Periksa Lupus
Sendiri ; Psoriasis).
16) Deteksi Dini Osteoporosis melalui Tes Satu Menit untuk Ketahui
Risiko Osteoporosis.
17) Gerakan Nusantara Tekan Obesitas (GENTAS).
18) Deteksi Dini Gangguan Tyroid (Kampanye kesadaran akan gangguan
tyroid -Itu Bukan Kamu tapi Tyroidmu).
19) Skrining thalasemia pada remaja.
20) Kampanye pencegahan penyakit kanker (Sadari, Sadanis, Kita Bisa
Cegah Kanker, Aku Bisa Mengerti dan Melakukan Deteksi Dini)
21) Kampanye aktivitas fisik (Ayo Bergerak Untuk Lebih sehat)
22) Kendalikan hipertensi dengan PATUH
23) Cegah, Obati dan Lawan Diabetes
24) Perilaku Sehat untuk Ginjal Sehat
25) Kampanye pencegahan dan pengendalian PTM dengan
mengoptimalkan media sosial, jejaring media(cetak-elektronik),
bloger, netizen untuk meningkatkan kesadaran pada pencegahan PTM
26) Menguatkan strategi komunikasi untuk pencegahan PTM melalui situs
interaktif, website P2PTM, aplikasi ponsel, kampanye #CERDIK
#DukungGermas pada media sosial melalui berbagai platform ,
kampanye multimedia intensif.
27) Kemitraan untuk mencegah PTM dengan melibatkan Lembaga
Swadaya Masyarakat/ Organisasi Profesi/ Organisasi berbasis agama
yang potensial dll( PKK, OASE, Pramuka, Dompet Dhuafa,
Organisasi Wanita, LSM peduli Rokok, TNP2K, NGO internasional)
28) Memperluas jangkauan Posbindu PTM dengan pendekatan
berdasarkan 7 tatanan yaitu :sekolah, tempat kerja, haji, tempat umum,
fasilitas kesehatan, kantor lintas sektor, rumah ibadah.
29) Meningkatkan keterlibatan sektor swasta dalam usaha promosi dan
pencegahan (CSR- Corporate Social Responsibility), PPP - Public
Private Partnership
30) Meningkatkan partisipasi masyarakat dan deteksi dini faktor risiko
PTM melalui perubahan perilaku melalui pendekatan per area - satu
desa satu Posbindu PTM.
31) Memperkuat kapasitas pelayanan kesehatan, berkolaborasi dengan
sektor swasta dan profesional dalam layanan paket PTM Puskesmas
(PANDU PTM)tak hanya hipertensi dan Diabetes Melitus namun
kemudian diperluas dengan emnanggung juga masalah
kardiovaskular, Asma, PPOK, Stroke, Kanker, Gangguan Penglihatan
dan Kebutaan.
32) Memperkuat riset dan survailans PTM berupa registrasi penyakit dan
surveilans/monitoring ( Kanker Registry, Sistem Surveilans Berbasis
Web PTM, Sistem Pengawasan PTM selaras dengan Sistem Informasi
Kesehatan, P-Care(aplikasi digital JKN) dan Sistem informasi
berdasarkan populasi, Aplikasi Ponsel Surveilans ; Riset bekerjasama
dengan Balitbangkes, UGM.

Anda mungkin juga menyukai