Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA DENGAN PASIEN RESIKO BUNUH DIRI

Di susun oleh :
Asri Insani Rahayu Sopian
J1914901040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh Subhanahu Wata’ala,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga masih bisa
menyelesaikan tugas ini. Sholawat beserta Salam senantiasa terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga-Nya dan sahabat-sahabat yang taat
kepada-Nya serta pada pengikutnya hingga akhir jaman. Syukur Alhamdulillah
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan, yang berjudul
“LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN
PASIEN RESIKO BUNUH DIRI”.
Laporan Pendahuluan ini diajukan sebagai salah satu tugas Stage
Keperawatan Jiwa. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan
Pendahuluan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan
penyusunan yang akan datang. Akhir kata, semoga kebaikan yang telah diberikan
dapat menjadi amal soleh dan ibadah bagi kita semua, dan mendapatkan balasan
lebih dari Allah SWT dari apa yang telah diberikan.

Tasikmalaya, 30 Januari 2020

Penulis,

1. PENGERTIAN
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri
yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan
psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya.
Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan
berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme
koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan
individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi,
sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan
hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat
merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri
keputusasaan (Stuart, 2006).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri
dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan
terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Captain, 2008). Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak
diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin
merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi (Captain, 2008).

2. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Diagnosis Psikiatri: Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien
berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalah
gunaan obat, dan skizofrenia.
b. Sifat Kepribadian: Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat
dengan peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan,
impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial: Baru mengalami kehilangan, perpisahan
atau perceraian, kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan
sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh
diri.
d. Riwayat Keluarga: Riwayat keluarga yang pernah melakukan
bunuh diri merupakan faktor resiko untuk perilaku resiko bunuh
diri
e. Faktor Biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat
menimbulkan perilaku resiko bunuh diri.

3. FAKTOR PRESIPITASI
a. Faktor Mood dan Biokimiawi Otak
Ghansyam pandey menemukan bahwa aktivitas enzim di
dalam manusia bisa mempengaruhi mood yang memicu keinginan
mengakhiri nyawa sendiri. Pandey mengetahui faktor tersebut
setelah melakukan eksperimen terhadap otak 34 remaja yang 17
diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Ditemukan bahwa tingkat
aktivitas protein kinase C (PKC) pada otak pelaku bunuh diri lebih
rendah dibanding mereka yang meninggal bukan karena bunuh
diri.
b. Faktor Riwayat Gangguan Mental
Dalam otak kita gterdapat berbagai jaringan, termasuk
pembuluh darah. Di dalamnya juga terdapat serotonin, adrenalin,
dan dopamin. Ketiga cairan dalam otak itu bisa menjadi petunjuk
dalam neurotransmiter(gelombang/gerakan dalam otak) kejiwaan
manusia. Karena itu, kita harus waspadai bila terjadi peningkatan
kadar ketiga cairan itu di dalam otak. Biasanya, bila kita lihat dari
hasil otopsi para korban kasus bunuh diri, cairan otak ini tinggi,
terutama serotonin.
Apa penyebab umum yang meningkatkan kadar cairan otak
itu? Sebagai contoh adanya masalah yang membebani seseorang
sehingga terjadi stress atau depresi. Itulah yang sering membuat
kadar cairan otak meningkat.
c. Faktor Meniru, Imitasi, Dan Pembelajaran
Dalam kasus bunuh diri, dikatakan ada proses
pembelajaran. Para korban memiliki pengalaman dari salah satu
keluarganya yang pernah melakukan percobaan bunuh diri atau
meninggal karena bunuh diri. Tidak hanya itu, bisa juga terjadi
pembelajaran dari pengetahuan lainnya. Proses pembelajran di sini
merupakan asupan yang masuk ke dalam memori seseorang.
d. Faktor Isolasi Sosial Dan Human Relations
Secara umum, stress muncul karena kegagalan beradaptasi.
Ini dapat terjadi di lingkungan pekerjaan, keluarga, sekolah,
pergaulan dalam masyarakat, dan sebagainya.
e. Faktor Hilangnya Perasaan Aman Dan Ancaman Kebutuhan Dasar
Penyebab bunuh diri yang lain adalah rasa tidak aman serta
ancaman terhadap tempat tinggal mereka berpotensi kuat
memunculkan gangguan kejiwaan seseorang hingga tahap bunuh
diri.

4. PENILAIAN STRESOR
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Impulsif
d. Menunjukan perilaku yang mencurigakan
e. Mendekati orang lain dengan ancaman
f. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
g. Latar belakang keluarga

5. SUMBER KOPING
Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang
mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri.
Sering kali pasien secara sadar memilih untuk bunuh diri.

6. MEKANISME KOPING
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan
ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung
adalah penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.

7. RENTANG RESPON
a. Peningkatan diri
b. Pengambilan resiko yang meningkatkan pertumbuhan
c. Perilaku destruktif-diri tidak langsung
d. Pencederaan diri
e. Bunuh diri

8. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tujuan Khusus Intervensi


Klien dapat membina a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik,
hubungan empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan
saling percaya. interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
menantang.
Klien dapat a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
mengidentifikasi dimiliki
kemampuan dan aspek b. Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
positif yang dimiliki. c. Utamakan pemberian pujian yang realitas

Klien mampu menilai a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang


kemampuan yang dimiliki
dapat digunakan untuk b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat
diri sendiri dan dilanjutkan setelah pulang ke rumah
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Iyus, Y. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT refika Aditama.

Mukhripah Damayanti, Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:


Refika Aditama.

Restiana Nina. (2019). Modul Keperawatan Jiwa. Tasikmalaya

Sundeen, S. A. (1998). Keperawatan Jiwa Edisi III. Jakarta: EGC.

Wijayaningsih, K. s. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.


Jakarta Timur: TIM.

Anda mungkin juga menyukai