Anda di halaman 1dari 35

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI KECAMATAN


NGAMPEL KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH

Ns. Sri Wahyuni, M.Kep., Sp.Kep.Mat


Departemen Maternitas, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan Agung, Jalan Raya
Kaligawe Km.4 Semarang, Jawa Tengah
mbakri_2008@yahoo.co.id

Abstrak

Latar Belakang, deteksi dini kanker serviks merupakan upaya untuk pencegahan kejadian kanker
servik. Tujuan, penelitian ini bertujuan untuk menguji mengetahui faktor yang peling
mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks. Metodologi, penelitian ini merupakan jenis
penelitian kuantitatif non eksperimental dengan studi korelasi. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner. Jumlah responden 80 yang diambil dengan teknik simple random sampling. Pengolahan
data menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian, faktor yang paling mempengaruhi perilaku
deteksi dini kanker serviks adalah dukungan suami dengan nilai p=0,010 dan OR 3,050. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dukungan suami 3,05 kali mempengaruhi perilaku dalam deteksi dini
kanker serviks.

Kata Kunci: faktor-faktor, perilaku, deteksi dini kanker serviks

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Di Kecamatan Ngampel 55
Kabupaten Kendal Jawa Tengah
Sri Wahyuni
PENDAHULUAN bervasiasi, yang mengatakan belum

Kanker serviks merupakan jenis mengetahui 10%, tidak mempunyai

kanker terbanyak kedua pada wanita uang 30%, kurangnya dukungan

yang menjadi penyebab kematian suami 20% dan 40% lainnya

setelah penyakit kardio vaskuler. ( mengatakan sebagian besar wanita

Rasjidi, 2009; Longo, 2009). disekitarnya juga belum pernah

Insiden Kanker serviks, menurut melakukan periksaan deteksi dini

perkiraan Departemen Kesehatan, kanker serviks.

100 per 100.000 penduduk


pertahun(Yatim, 2005). METODOLOGI
Jenis penelitian kuantitatif non

Insiden kematian meningkat akibat eksperimental dengan studi korelasi.

masyarakat enggan elakukan Pengumpulan data menggunakan

pemeriksaan, sehingga kanker kuesioner. Populasi pada penelitian

terdiagnosa setelah dalam stadium ini wanita yang sudah melakukan

lanjut. Sebagaimana ditemukan di deteksi dini kanker serviks yang

wilayah kecamatan Ngampel tinggal di wilayah Kecamatan

Kabupaten Kendal berdasarkan data Ngampel Kabupaten Kendal. Jumlah

yang diperoleh pada bulan sampel 60 orang yang diambil

September 2012, bahwa sosialisasi dengan teknik random sampling.

tentang kanker serviks sudah Tempat penelitian dilakukan di

dilakukan dengan cara membagikan wilayah Kecamatan Ngampel,

leaflet, penyuluhan dan Kabupaten Kendal, Jawa Tengah,

menyelenggarakan papsmear masal, dalam rentang waktu November

namun tingkat kehadiran masyarakat sampai sampai dengan Desember

masih rendah, yaitu sekitar 30% - 2012. Data yang diperoleh diolah

40%. Hasil wawancara pada 10 secara statistik dengan menggunakan

orang yang belum melakukan uji regresi logistik.

papsmear didapatkan alasan yang

56 Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 55-60


HASIL
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, pendidikan, status
ekonomi, keterjangkauan pelayanan kesehatan, pengetahuan, sikap, dukungan
suami dan dukungan sebaya di Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal
Jawa Tengah Tahun 2012 (n=80)
Variabel Frekuensi prosentase
n (%)
Usia
Muda 47 58,751
Tua 33 41,25
Pendidikan
Rendah 75 93,75
Tinggi 5 6,25
Ekonomi
Rendah 67 83,75
Tinggi 13 16,25
Keterjangkauan
Tidak terjangkau 31 38,75
Terjangkau 49 61,25
Pengetahuan
Rendah 52 65
Tinggi 28 35
Sikap
Negatif 48 60
Positif 32 40
Dukungan suami
Tidak baik 15 18,75
Baik 65 81,25
Dukungan sebaya
Tidak baik 22 27,5
Baik 58 72,5

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Di Kecamatan Ngampel 57
Kabupaten Kendal Jawa Tengah
Sri Wahyuni
Tabel 2. Hubungan antara usia, pendidikan, status ekonomi, keterjangkauan,
pengetahuan, sikap, dukungan suami dan dukungan sebaya terhadap perilaku
deteksi dini kanker serviks di Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal Jawa
Tengah Tahun 2012 (n=80)

Variabel Perilaku p Value


Tidak baik Baik α � 0,05
n %) n (%)
Usia
Muda 0 0 47 100 0,540
Tua 4 12 29 88
Pendidikan
Rendah 8 10,6 67 89,4 0,392
Tinggi 0 0 5 100
Ekonomi
Rendah 7 10,4 60 89,5 0,428
Tinggi 1 7,6 12 92,4
Keterjangkauan
Tidak terjangkau 4 12,9 27 87,1 0,385
Terjangkau 4 9,75 37 90,25
Pengetahuan
Rendah 0 0 78 100 0,000
Tinggi 15 19,2 63 80,8
Sikap
Negatif 42 87,5 6 12,5 0,000
Positif 6 18,75 26 81,25
Dukungan Suami
Tidak Baik 4 26,7 11 73,3 0,000
Baik 53 81,5 12 18,46
Dukungan Sebaya
Tidak Baik 6 27,27 16 72,73 0,000
Baik 47 81,03 11 18,97

Berdasarkan uji bivariat yang sudah dilakukan, maka faktor-faktor yang masuk
kedalam kandidat uji multivariat adalah pengetahuan, sikap, dukungan suami dan
dukungan sebaya.

Tabel 3. Hasil analisis pemodelan pengetahuan, sikap, dukungan suami dan


dukungan sebaya terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks di kecamatan
Ngampel Kabupaten Kendal Jawa Tengah Tahun 2012 (n=80)
Variabel B SE Wald df PV OR CI 95%
Pengetahuan -1,327 0,521 6,471 1 0,011 0,265 0,095-0,737
Sikap 0,784 0,387 4,115 1 0,043 2,191 1,027-4,674
Dkng suami 1,115 0,431 6,706 1 0,010 3,050 1,312-7,095
Dkng sebaya 1,015 0,342 5,608 1 0,032 2,483 1,127-4,774
Konstanta -0,821

58 Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 55-60


kesehatan wanita. Dukungan
suami dapat memberikan
DISKUSI
keuntungan emosional atau
Dukungan suami menjadi faktor
berpengaruh pada tingkah laku
penentu karena dukungan
termasuk dalam melakukan
pasangan akan memberikan
deteksi dini kanker serviks
penguatan terhadap motivasi
(Supartiningsih, 2003).
untuk melakukan deteksi dini
kanker serviks. Suami yang
Kultur masyarakat jawa yang masih
mempunyai pemahaman lebih
sangat kental di wilayah
dapat memberikan penjelasan dan
kecamatan Ngampel Kabupaten
dukungannya pada istri untuk
Kendal yang menempatkan suami
melaksanakan perilaku sehat.
sebagai penentu pengambil
Sebagaimana penelitian yang
keputusan sangat mempengaruhi
dilakukan oleh oleh Shevrin pada
perilaku ibu dalam melakukan
tahun 2008 di Amerika. Pada
deteksi dini kanker serviks.
penelitian yang bertujuan untuk
Sehingga dukungan suami sangat
menilai pengaruh pasangan dalam
bermakna dalam keberlangsungan
skrining kanker payudara dan
perilaku sehat mengingat suami,
kanker serviks. Hasil yang di
seringkali bertindak sebagai
dapatkan dari penelitian
pengambil keputusan terhadap
menunjukkan bahwa pengetahuan
upaya pemeliharaan kesehatan
pasangan tentang kanker payudara
keluarganya (UNFPA, 2004).
dan kanker serviks mempengaruhi
dukungan terhadap wanita untuk
melakukan skrining. KESIMPULAN

Banyak faktor yang mempengaruhi


Keberhasilah dan keberlangsungan
seorang wanita berperilaku sehat
periaku sehat sangat
dengan melakukan deteksi dini
membutuhkan dukungan dari
kanker serviks, namun faktor yang
keluarga. Dukungan keluarga
paling mempengaruhi adalah
khususnya suami sangat bermakna
dukungan suami. Dukungan
untuk guna meningkatkan status

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Di Kecamatan Ngampel 59
Kabupaten Kendal Jawa Tengah
Sri Wahyuni
suami 3,05 kali mempengaruhi
Rasjidi, I. (2009). Deteksi dini
wanita untuk melakukan deteksi
pencegahan kanker pada wanita.
dini kanker serviks dibandingkan Edisi I. Jakarta: Sagung Seto.
faktor yang lain.
Shevrin. (2008). Mexican immigrant
male knowledge and support
toward breast and cervical cancer
SARAN screening. J Immigrant Minority
Health. Vol. 11. Hal. 326 – 333.
Penelitian ini masih perlu ditelusuri Diunduh tanggal 24 Februari
lebih jauh terutama faktor 2011.
eksternal yang mempengaruhi Supartiningsih. (2003). Peran Ganda
pengambilan keputusan, Perempuan, Sebuah Analisis
Filosofis Kritis. Jurnal Filsafat,
disarankan agar dapat dilakukan April 2003, Jilid 33, Nomor 1.
penelitian lebih lanjut tentang diunduh tanggal 29 Mei 2012.
peran suami dalam meningkatkan UNFPA. (2004). Investing in People
motivasi wanita untuk melakukan National Progress in
Implementing The ICPD Program
deteksi dini kanker serviks. of Action.

Yatim, F. (2005). Penyakit


DAFTAR PUSTAKA kandungan: myoma, kanker
Longo, D.L. (2009). Harrison’s rahim/ lehar rahim dan indung
hematology and oncology. telur, kista serta gangguan
Derived from Harrison’s lainnya. Jakarta: Pustaka Populer
Principles of Internal Medicine. Obor.
17th Edition. Mc Graw Hill.
Toronto: Medical Publishing
Division.

60 Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 55-60


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
PENCEGAHAN KANKER SERVIKS PADA WANITA USIA SUBUR

Dwikha Gustiana1, Yulia Irvani Dewi2, Sofiana Nurchayati3


Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau
Email: dwikha.tya@gmail.com

Abstract

This research aims to determine the influence factors of cervical cancer prevention behavior of childbearing woman.
Methodology on this research was a survey design with cross sectional approach. The sample in this research were 99
respondents who live in Rejosari with snowball sampling technique. Measuring instruments used was a questionnaire. The
analysis used was univariate and bivariate analysis using Chi-Square test and Fisher Exact test. The results showed there were
relations between knowledge (ρ=0.045) and social support (ρ=0.000) toward behavior cervical cancer prevention. While age
(ρ=0.306), education (ρ=1.000), and economy (ρ=0.561) there were not the relations toward behavior cervical cancer
prevention. Based on the results of this research, it is recommended for health care institutions especially for public health
center staff to increased a health education of cervical cancer prevention and extend a health promotion target.

Keyword: Cervical cancer, childbearing woman, prevention behavior

PENDAHULUAN berumur antara 17-45 tahun (Medical Record


Kesehatan reproduksi adalah keadaan RSUD Arifin Achmad, 2012).
sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang Pekanbaru merupakan kota yang memiliki
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau penduduk terbanyak di Provinsi Riau dengan
kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi yang
sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya tinggi. Salah satu Kelurahan yang memiliki
(Prawiroharjo, 2008). Salah satu penyakit yang jumlah penduduk terbanyak khususnya WUS
dapat menganggu kesehatan organ reproduksi adalah Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan
wanita adalah kanker serviks yang merupakan Raya dengan jumlah WUS yang telah menikah
kanker yang paling sering menyerang wanita di sebanyak 7.263 jiwa. Menurut data Medical
seluruh dunia (Kemenkes, 2012). Record RSUD Arifin Achmad (2012) terdapat
Kanker merupakan suatu keadaan sel yang sebanyak 17 kasus kanker serviks berasal dari
bersifat abnormal dimana sel-sel pada bagian Kecamatan Tenayan Raya dan 826 kasus infeksi
tubuh tertentu tumbuh diluar kendali dan dapat menular seksual (Dinas Kesehatan Kota, 2013).
menyerang jaringan lain untuk membentuk sel-sel Kejadian infeksi menular seksual dapat
kanker lainnya (Dirjen Pengendalian Penyakit dan meningkatkan resiko kanker serviks, hal ini
Penyehatan Lingkungan, 2009). Hal ini pula yang karena Human Papilloma Virus (HPV) bisa ikut
dapat terjadi pada sel-sel yang melapisi leher tertularkan bersamaan dengan penyebab penyakit
rahim, yang kemudian dikenal dengan sebutan kelamin lainnya saat terjadi hubungan kelamin
kanker serviks. Dari data World Health (Samadi, 2011).
Organization (WHO) tahun 2010, diketahui Ada beberapa faktor yang dapat
terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker mempengaruhi perilaku seseorang. Faktor-faktor
serviks baru di dunia dengan angka kematian tersebut terdiri dari faktor eksternal dan faktor
karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per internal. Faktor eksternal dan internal dapat
tahun. mempengaruhi perilaku WUS untuk melakukan
Menurut data Medical Record Rumah Sakit pencegahan kanker serviks. Penelitian yang
Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru dilakukan oleh Murniati (2013) tentang hubungan
tahun 2012, kasus kanker serviks setiap tahunnya pengetahuan dan tingkat ekonomi dengan perilaku
terjadi peningkatan. Pada tahun 2010 terdapat 113 deteksi dini kanker serviks menggunakan metode
kasus dan pada tahun 2011 terjadi peningkatan IVA didapatkan hasil ada hubungan antara
menjadi 132 kasus. Data dari poli kebidanan pengetahuan dan tingkat ekonomi dengan perilaku
berdasarkan pemeriksaan pap smear selama tahun deteksi dini kanker serviks menggunakan metode
2011 didapatkan wanita yang melakukan IVA.
pemeriksaan pap smear terdeteksi kanker serviks

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 1


Penelitian lain yang dilakukan oleh Wahyuni primer seperti setia pada pasangan, menikah pada
(2013) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi usia rata-rata 23 tahun, dan tidak merokok.
perilaku deteksi dini kanker serviks di Kecamatan Namun beberapa perilaku pencegahan lain belum
Ngampel Kabupaten Kendal Jawa Tengah dilakukan oleh WUS seperti berperilaku hidup
didapatkan adanya pengaruh faktor pengetahuan, sehat dengan diet seimbang, olahraga teratur dan
sikap, dukungan suami dan dukungan sebaya melakukan pencegahan sekunder yaitu melakukan
terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks. deteksi dini kanker serviks karena hanya 2 orang
Sementara itu dari faktor usia, pendidikan, saja yang melakukan pemeriksaan kanker serviks
ekonomi, dan keterjangkauan menunjukkan tidak berupa IVA. Dari 2 orang tersebut mengatakan
ada pengaruh terhadap perilaku deteksi dini yang melakukan pemeriksaan IVA atas dukungan dari
dilakukan oleh WUS. teman mereka. Dari penjabaran latar belakang
Strategi dalam pencegahan kanker serviks tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
adalah dengan melakukan pencegahan primer penelitian mengenai faktor-faktor yang
seperti mencegah faktor resiko terjadinya kanker berhubungan dengan perilaku pencegahan pada
serviks dan vaksinasi, dilanjutkan dengan WUS.
melakukan pencegahan sekunder. Pencegahan Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
sekunder dengan melakukan skrining pap smear faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
mampu mendeteksi perubahan pada serviks secara pencegahan kanker serviks pada WUS. Hasil
dini sebelum berkembang menjadi kanker penelitian ini dapat digunakan untuk
sehingga dapat disembuhkan dengan segera pengembangan ilmu keperawatan kedepannya
(Andrijono, 2009). Menurut penelitian yang khususnya pada WUS melalui upaya promotif dan
dilakukan Kamaliah (2012) didapatkan hasil preventif, sehingga didapatkan perilaku
bahwa pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan pencegahan yang baik pada WUS.
tradisi wanita usia subur berpengaruh terhadap
pemeriksaan pap smear dalam upaya deteksi dini METODOLOGI PENELITIAN
kanker serviks. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
Di Pekanbaru telah banyak dilakukan desain penelitian survei analitik, yaitu suatu
penyuluhan dan pemeriksaan deteksi dini kanker metode penelitian yang mencoba menggali
serviks oleh beberapa pihak terkait. Lembaga bagaimana fenomena kesehatan itu terjadi, yang
Penyuluhan Kanker Indonesia (LPKI) Provinsi kemudian datanya dianalisis korelasi /hubungan
Riau telah melakukan sosialisasi dan penyuluhan antar variabel (Notoatmodjo, 2003). Sampel
pencegahan dan deteksi dini kanker serviks pada penelitian berjumlah 99 orang wanita usia subur
bulan Januari 2012 yang bertempat di Perumahan dari 6 RW di Kelurahan Rejosari. Dari 6 RW
Anggrek Mas Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan tersebut kemudian di stratifikasi dan didapatkan
Raya. Pada bulan April 2012 Yayasan Kanker sampel sebanyak 17 dan 16 orang. Selanjutnya
Indonesia (YKI) melakukan kegiatan penyuluhan untuk memilih responden digunakan teknik
kepada masyarakat dan melakukan pelayanan snowball sampling. Alat pengumpul data berupa
deteksi dini melalui pemeriksaan Pap Smear dan kuesioner yang telah diuji validitas dan
IVA. Sementara itu pada bulan Januari 2013 reliabilitasnya. Analisa data yang digunakan yaitu
deteksi dini kanker serviks dilakukan kembali analisa univariat dan analisa bivariat
melalui bakti sosial. Namun ini belum dapat menggunakan uji Chi-Square untuk variabel
menjangkau seluruh wanita yang ada di umur, status ekonomi, pengetahuan dan dukungan
Pekanbaru. sosial. Sementara uji Fisher Exact dengan batas
Berdasarkan studi pendahuluan yang derajat kepercayaan ( = 0.05) digunakan untuk
dilakukan pada tanggal 20 Februari 2014 melalui variabel pendidikan karena tidak memenuhi syarat
wawancara pada 10 WUS dengan rentang usia uji Chi-Square.
antara 25-35 tahun didapatkan 8 WUS
berpendidikan terakhir SMA dan 2 WUS
berpendidikan terakhir sarjana, 6 dari 10 WUS
tersebut tidak mengetahui mengenai kanker
serviks, sementara 4 WUS lainnya mengetahui
pengertian dan beberapa tanda dan gejalanya saja.
Dalam perilaku pencegahan kanker serviks 10
WUS telah melakukan beberapa pencegahan

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 2


HASIL PENELITIAN Tabel 4
Analisis Univariat Distribusi Frekuensi Perilaku Responden
Tabel 1 terhadap Pencegahan Kanker Serviks
Distribusi Frekuensi Usia, Pendidikan dan No Perilaku pencegahan Jumlah Persentase (%)
Pendapatan Responden 1 Baik 63 63.6
No Karakteristik Frekuensi Persentase 2 Buruk 36 36.4
Responden (%) Total 99 100
1 Umur Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan
< 20 dan > 35 31 31.3 bahwa mayoritas responden memiliki perilaku
tahun (beresiko) pencegahan baik terhadap kanker serviks
20-35 Tahun sebanyak 63 orang (63.6%).
(tidak beresiko) 68 68.7
2 Pendidikan
Tinggi 96 97.0 Analisis Bivariat
Rendah 3 3.0 Tabel 5
3 Pendapatan Hubungan Umur dan Perilaku Pencegahan
Tinggi 78 78.8 Kanker Serviks Responden
(> UMR)
Rendah 21 21.2 Umur Perilaku Total ρ OR
(< UMR) Pencegahan value (95%
Berdasarkan pada tabel 1 didapatkan bahwa Buruk Baik CI)
mayoritas responden berusia 20-35 tahun Beresiko 9 22 31 0.306 0.62
(29.0%) (71.0%) (0.25-
sebanyak 68 orang (68.7%), dengan pendidikan
Tidak 27 41 68 1.55)
tinggi sebanyak 96 orang (97.0%), dan mayoritas beresiko (39.7%) (60.3%)
memiliki pendapatan > UMR sebanyak 78 orang Total 36 63 99
(78.8%). Tabel 5 menunjukkan hasil responden yang
berusia tidak beresiko (20-35 tahun) memiliki
Tabel 2 perilaku pencegahan baik sebanyak 41 (60.3%).
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Sedangkan responden yang berusia beresiko (< 20
Responden terhadap Pencegahan Kanker Serviks dan > 35 tahun) memiliki pengetahuan yang baik
No Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%) sebanyak 22 (71.0%). Dilihat dari hasil
1 Tinggi 53 53.5 persentase, jumlah perilaku pencegahan lebih
2 Sedang 17 17.2 tinggi pada responden yang berusia beresiko.
3 Rendah 29 29.3 Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan
Total 99 100 umur terhadap perilaku pencegahan kanker
Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas serviks (ρ=0.306 > α=0.05). Dari hasil analisis
responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi diperoleh nilai OR=0.62 artinya responden yang
tentang pencegahan kanker serviks sebanyak 53 berumur 20-35 tahun mempunyai peluang 0.62
orang (53.5%). kali berperilaku pencegahan baik terhadap kanker
serviks dibandingkan responden yang berumur <
Tabel 3 20 dan > 35 tahun.
Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial Responden
terhadap Pencegahan Kanker Serviks Tabel 6
No Dukungan sosial Jumlah Persentase (%) Hubungan Pendidikan dan Perilaku Pencegahan
1 Baik 51 51.5 Kanker Serviks Responden
2 Buruk 48 48.5
Total 99 100 Pendidikan Perilaku Total ρ OR
Tabel diatas menunjukkan bahwa responden Pencegahan value (95%
Buruk Baik CI)
yang memiliki dukungan sosial baik mengenai
Rendah 1 2 3 0.87
pencegahan kanker serviks sebanyak 51 orang (33.3%) (66.7%) (0.07-
(51.5%). 1.000
Tinggi 35 61 96 9.96)
(36.5%) (63.5%)
Total 36 63 99
Hasil penelitian didapatkan responden
berpendidikan tinggi memiliki perilaku
pencegahan baik sebanyak 61 (63.5%) dan

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 3


responden yang berpendidikan rendah memiliki tinggi memiliki perilaku pencegahan yang baik.
perilaku pencegahan baik sebanyak 2 (66.7%). Sementara responden yang memiliki pengetahuan
Persentase perilaku pencegahan lebih tinggi pada rendah sebanyak 21 (72.4%) responden memiliki
responden yang berpendidikan rendah yaitu perilaku pencegahan yang baik. Hasil dari
66.7%. Hasil uji statistik didapatkan tidak ada persentase menunjukkan nilai perilaku
hubungan pendidikan terhadap perilaku pencegahan yang lebih tinggi pada responden
pencegahan kanker serviks (ρ=1.000 > α=0.05). dengan tingkat pengetahuan sedang sebesar
Hasil analisis diperoleh nilai OR=0.87 artinya 82.4%. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan
responden yang berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan terhadap perilaku pencegahan kanker
peluang untuk berperilaku pencegahan baik serviks (ρ=0.045 < α=0.05). Hasil analisis
sebesar 0.87 kali dibandingkan responden yang menunjukkan responden yang memiliki
berpendidikan rendah. pengetahuan tinggi berpeluang 2.34 kali untuk
melakukan perilaku pencegahan yang baik
Tabel 7 dibandingkan responden yang berpengetahuan
Hubungan Status Ekonomi dan Perilaku rendah. Responden yang berpengetahuan tinggi
Pencegahan Kanker Serviks Responden juga berpeluang 4.16 kali untuk melakukan
perilaku pencegahan yang baik dibandingkan
Status Perilaku Total ρ OR
Ekonomi Pencegahan value (95% responden yang berpengetahuan sedang.
Buruk Baik CI)
Rendah 6 15 21 0.64 Tabel 9
(28.6%) (71.4%) (0.22- Hubungan Dukungan Sosial dan Perilaku
0.561
Tinggi 30 48 78 1.83) Pencegahan Kanker Serviks Responden
(38.5%) (61.5%)
Total 36 63 99 Dukungan Perilaku Total ρ OR
Hasil penelitian didapatkan bahwa responden Sosial Pencegahan value (95%
Buruk Baik CI)
yang memiliki pendapatan tinggi (> UMR)
Buruk 29 19 48 9.59
sebanyak 48 (61.5%) memiliki perilaku (60.4%) (39.6%) (3.58-
pencegahan yang baik. Dilihat dari hasil 0.000
Baik 7 44 51 25.6)
persentase, responden yang memiliki pendapatan (13.7%) (86.3%)
rendah (< UMR) memiliki perilaku pencegahan Total 36 63 99
lebih tinggi dari responden yang memiliki Hasil penelitian didapatkan bahwa responden
pendapatan tinggi yaitu sebanyak 71.4%. Hasil yang memiliki dukungan sosial baik melakukan
uji statistik didapatkan tidak ada hubungan status perilaku pencegahan kanker serviks yang baik
ekonomi terhadap perilaku pencegahan kanker sebanyak 44 (86.3%). Sedangkan responden yang
serviks (ρ=0.561 > α=0.05). Dari hasil analisis memiliki dukungan sosial buruk sebanyak 19
didapatkan nilai OR=0.64 artinya responden yang (39.6%) memiliki perilaku pencegahan terhadap
memiliki pendapatan tinggi berpeluang melakukan kanker serviks yang baik. Dengan demikian secara
perilaku pencegahan baik 0.64 kali dibandingkan persentase responden yang memiliki dukungan
responden yang berpendapatan rendah. sosial baik mampu dengan baik pula melakukan
pencegahan terhadap kanker serviks. Hasil uji
Tabel 8 statistik didapatkan ada hubungan dukungan sosial
Hubungan Pengetahuan dan Perilaku terhadap perilaku pencegahan kanker serviks
Pencegahan Kanker Serviks Responden (ρ=0.000 < α=0.05). Dari nilai OR dapat
disimpulkan bahwa responden yang memiliki
Pengetahuan Perilaku Total ρ OR
Pencegahan value (95%
dukungan sosial baik berpeluang melakukan
Buruk Baik CI) melakukan perilaku pencegahan baik 9.59 kali
Rendah 8 21 29 2.34 dibandingkan responden yang memiliki dukungan
(27.6%) (72.4%) (0.88- sosial buruk.
Sedang 3 14 17 6.22)
0.045
(17.6%) (82.4%) 4.16
(1.07-
PEMBAHASAN
Tinggi 25 28 53
(47.2%) (52.8%) 16.2) Univariat
Total 36 63 99 1. Karakteristik responden
Hasil penelitian didapatkan sebanyak 28 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
(52.8%) responden dengan tingkat pengetahuan sebagian besar responden berusia tidak
beresiko (20-35 tahun) yaitu berjumlah 68
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 4
orang (68.7%). Pada usia 20-35 tahun wanita adanya tekanan ataupun stres akan cenderung
berada pada usia produktif. Di usia ini wanita lebih sehat (Sarafino, 2004).
lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar 4. Perilaku pencegahan responden
selalu dalam kondisi prima dan bugar agar Hasil dari penelitian didapatkan mayoritas
terhindar dari berbagai macam penyakit responden memiliki perilaku pencegahan baik
khususnya untuk persiapan masa tua nantinya. terhadap kanker serviks 63.6%. Hasil penelitian
Hasil penelitian didapatkan responden paling ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
banyak berpendidikan tinggi sebanyak 96 oleh Efrida (2013) sebanyak 62.9% memiliki
orang (97.0%). Pendidikan mempengaruhi perilaku pencegahan kanker serviks yang baik.
proses belajar, makin tinggi pendidikan Notoatmodjo (2005), mengatakan perilaku
seseorang makin mudah orang tersebut untuk adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
menerima informasi (Wawan, 2010). atau makhluk hidup yang bersangkutan. Setiap
Hasil penelitian didapatkan mayoritas WUS perlu melakukan perilaku pencegahan
responden memiliki pendapatan tinggi (> terhadap kanker serviks, karena pada usia
UMR) sebanyak 78 orang (78.8%). Kanker tersebut dapat beresiko terjadi kanker serviks.
serviks banyak dijumpai pada golongan sosial Perilaku terbentuk di dalam diri seseorang dari
ekonomi rendah yang berkaitan dengan gizi dua faktor utama yaitu stimulus dan respon
dan imunitas, pada sosial ekonomi rendah (Notoatmodjo, 2005). Dimana stimulus
umumnya kualitas dan kuantitas makanan merupakan faktor dari luar diri seseorang
kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh (faktor eksternal), dan respon merupakan faktor
(Nuranna, 2008). dari dalam diri seseorang (faktor internal).
2. Pengetahuan responden Faktor eksternal dan internal inilah yang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah mempengaruhi seseorang untuk berperilaku
dilakukan terhadap 99 orang responden terhadap pencegahan kanker serviks.
menunjukkan bahwa pengetahuan responden
tentang pencegahan kanker serviks adalah Bivariat
tinggi yaitu sebanyak 53.5%. Hasil penelitian 1. Hubungan umur terhadap perilaku pencegahan
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan kanker serviks
oleh Komalasari (2012) didapatkan sebanyak Pada penelitian yang dilakukan Darayati &
52.0% responden memiliki pengetahuan yang Sumawati (2011) didapatkan wanita yang
tinggi mengenai pencegahan kanker serviks. paling banyak terkena kanker serviks adalah
Sebagian besar pengetahuan seseorang kelompok umur 41-65 tahun. Meningkatnya
diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), resiko kanker serviks pada usia ini merupakan
dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan gabungan dari meningkatnya dan bertambah
seseorang terhadap objek mempunyai intesitas lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen
atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, serta makin melemahnya kekebalan tubuh
2005). akibat usia. Pada usia tersebut terjadi pula
3. Dukungan sosial responden perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim.
Dukungan sosial pada wanita usia subur Oleh sebab itu sebaiknya pencegahan telah
dapat bersumber dari pasangan, keluarga, dilakukan dibawah usia tersebut.
teman dan tenaga kesehatan. Berdasarkan hasil Hasil penelitian didapatkan tidak ada
penelitian didapatkan responden mendapat hubungan umur terhadap perilaku pencegahan
dukungan sosial sebanyak 51.5%. Hasil kanker serviks (ρ=0.306). Hasil penelitian ini
penelitian ini sesuai dengan penelitian Wahyuni sesuai dengan penelitian Yuliwati (2012)
(2013) sebanyak 81.25% responden dimana tidak ada hubungan yang signifikan
mendapatkan dukungan suami yang baik dan antara umur dengan deteksi dini kanker serviks.
72.5% mendapat dukungan yang baik dari Hal ini bisa dikaitkan dengan kerentanan
teman sebaya. Pengaruh sebuah dukungan terhadap penyakit. Pada penelitian ini
sosial yang dijelaskan dalam model main effect didapatkan mayoritas responden berumur 20-35
hypothesis menunjukkan bahwa dukungan tahun sehingga merasa belum rentan terhadap
sosial dapat meningkatkan kesehatan fisik dan kanker serviks. Secara psikologis seseorang
psikologis individu dengan ataupun tanpa akan banyak melakukan tindakan pencegahan
tekanan, dengan kata lain seseorang yang karena merasa lebih rentan terhadap penyakit
menerima dukungan sosial dengan atau tanpa (Sarafino, 2004).

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 5


Umur tidak bisa dijadikan patokan untuk memiliki status ekonomi rendah juga memiliki
seseorang melakukan pencegahan kanker perilaku pencegahan yang baik.
serviks. Hal ini dapat disebabkan karena 4. Hubungan pengetahuan terhadap perilaku
ketidaktahuan, tidak ada keluhan ataupun pencegahan kanker serviks
menganggap pencegahan kanker serviks belum Meningkatnya pengetahuan juga dapat
diperlukan (Dalimartha, 2004). mengubah perilaku masyarakat dari yang
2. Hubungan pendidikan terhadap perilaku negatif menjadi positif, selain itu pengetahuan
pencegahan kanker serviks juga membentuk kepercayaan (Wawan, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan ada
tidak ada hubungan pendidikan terhadap hubungan pengetahuan terhadap perilaku
perilaku pencegahan kanker serviks (ρ=1.000). pencegahan kanker serviks (ρ=0.045). Hasil
Penelitian yang dilakukan oleh Darnindro penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
(2006) di rumah susun Klender Jakarta tentang yang dilakukan oleh Yuliwati (2012); Murniati
pengetahuan, sikap, perilaku wanita yang sudah (2013); dan Wahyuni (2013) dimana terdapat
menikah mengenai pap smear dan faktor-faktor hubungan pengetahuan terhadap deteksi dini
yang berhubungan, menyatakan bahwa kanker serviks.
pendidikan tidak mempunyai hubungan secara Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan
bermakna dengan pap smear. Darnindro Penyehatan Lingkungan (2009) perilaku
menyatakan perilaku pencegahan seseorang pencegahan kanker serviks adalah menghindari
tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh tingkat faktor resiko lain yang dapat memicu terjadinya
pendidikan namun lebih dipengaruhi oleh kanker seperti paparan asap rokok,
paparan informasi yang dimilikinya. menindaklanjuti hasil pemeriksaan pap smear
Penelitian Octavia (2009) menunjukkan dan IVA dengan hasil positif dan meningkatkan
bahwa tidak ada hubungan pendidikan terhadap daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
pemeriksaan pap smear, rendahnya partisipasi makanan dengan gizi seimbang dan banyak
masyarakat dalam melakukan tindakan mengandung vitamin C, A dan asam folat.
pemeriksaan pap smear di Indonesia banyak Dalam melakukan perilaku pencegahan
disebabkan oleh kurangnya tingkat dibutuhkan pengetahuan mengenai faktor
kewaspadaan masyarakat terhadap kanker resiko yang harus dihindari dan pemeriksaan
serviks serta informasi mengenai cara deteksi dini serta peningkatan asupan nutrisi.
pencegahan dan deteksi dininya. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
3. Hubungan status ekonomi terhadap perilaku lebih langgeng daripada yang tidak didasari
pencegahan kanker serviks pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Hidayat (2007) keadaan sosial 5. Hubungan dukungan sosial terhadap
ekonomi mempengaruhi proses perubahan pencegahan kanker serviks
status kesehatan karena akan mempengaruhi Berdasarkan penelitian didapatkan ada
pemikiran atau keyakinan sehingga dapat hubungan dukungan sosial terhadap perilaku
menimbulkan perubahan dalam perilaku pencegahan kanker serviks (ρ=0.000).
kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Dukungan sosial pada wanita usia subur dapat
Pukkala, Malila, & Hakama (2010) yang bersumber dari pasangan, keluarga, teman dan
mempelajari kejadian kanker serviks menurut tenaga kesehatan. Hasil penelitian tersebut
status sosial selama beberapa tahun didapatkan sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
hasil bahwa angka kejadian kanker serviks Wahyuni (2013) dimana terdapat hubungan
lebih besar dua kali lipat pada wanita yang antara dukungan suami dan dukungan teman
memiliki kelas sosial rendah. sebaya terhadap perilaku deteksi dini kanker
Pada penelitian ini didapatkan tidak ada serviks.
hubungan status ekonomi terhadap perilaku Bentuk dukungan sosial diantaranya adalah
pencegahan kanker serviks (ρ=0.561). Hasil dukungan emosional, dukungan penghargaan,
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dukungan instrumental, dukungan informasi
dilakukan oleh Wahyuni (2013) dimana tidak dan dukungan kelompok. Menurut penelitian
ada hubungan status ekonomi terhadap perilaku Sarini (2011) didapatkan adanya hubungan
deteksi dini kanker serviks. Pada hasil dukungan suami terhadap pemeriksaan pap
penelitian ditemukan bahwa responden yang smear sehingga informasi mengenai kanker
serviks dan pemeriksaan deteksi dini kanker

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 6


serviks tidak hanya wanita yang menjadi fokus mempengaruhi perilaku pencegahan seperti sikap,
utama, namun pria juga merupakan sasaran motivasi, pengalaman dan fasilitas kesehatan.
yang sangat potensial. Menurut penelitian
Sakanti (2007), Wanita yang diingatkan oleh 1. Dwikha Gustiana. Mahasiswa Program Studi
petugas kesehatan untuk melakukan Ilmu Keperawatan Universitas Riau.
pemeriksaan kesehatan cenderung memiliki 2. Yulia Irvani Dewi, M.Kep, Sp.Mat. Dosen
keinginan yang kuat untuk melaksanakan Departemen Keperawatan Maternitas Program
pemeriksaan tersebut. Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.
3. Ns. Sofiana Nurchayati, M.Kep. Dosen
KESIMPULAN DAN SARAN Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Setelah dilakukan penelitian tentang faktor- Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
faktor yang berhubungan dengan perilaku Riau.
pencegahan kanker serviks pada wanita usia
subur, diketahui bahwa mayoritas responden
berusia 20-35 tahun (68.7%), berpendidikan tinggi DAFTAR PUSTAKA
(97.0%), dan berpendapatan tinggi (78.8%).
Mayoritas responden juga memiliki pengetahuan Andrijono. (2009). Kanker serviks. Jakarta: Divisi
tinggi tentang pencegahan kanker serviks (53.5%), Onkologi Departemen Obstetri-Ginekologi
memiliki dukungan sosial baik (51.5%), dan Fakultas Kedokteran Universitas
memiliki perilaku pencegahan baik terhadap Indonesia.
kanker serviks (63.6%). Dalimartha, S. (2004). Deteksi dini kanker dan
Hasil analisa bivariat menunjukkan variabel simplisia anti kanker. Jakarta: Penebar
yang berhubungan terhadap perilaku pencegahan Swadaya.
kanker serviks adalah variabel pengetahuan Darayati, M. D., & Sumawati, N. M. (2011).
(ρ=0.045) dan dukungan sosial (ρ=0.000). Hubungan umur dengan kejadian ca
Sedangkan variabel umur (ρ=0.306), pendidikan serviks di laboratorium patologi anatomi
(ρ=1.000), status ekonomi (ρ=0.561) RSUP Sanglah. Diperoleh tanggal 04 Juli
menunjukkan tidak ada hubungan dengan perilaku 2014 dari http://triatma-mapindo.ac.id.
pencegahan kanker serviks. Darnindro, N. (2006). Pengetahuan sikap perilaku
Peneliti berharap masyarakat khususnya perempuan yang sudah menikah mengenai
wanita usia subur dapat meningkatkan perilaku pap smear dan faktor-faktor yang
pencegahan kanker serviks dengan mencari berhubungan di rumah susun klender
berbagai macam informasi dan melakukan jakarta 2006. Diperoleh tanggal 04 Juli
pencegahan secara terus-menerus. Masyarakat 2014 dari http://repository.ui.ac.id.
yang telah melakukan pencegahan kanker serviks Dinas Kesehatan Kota. (2013). Data statistik
disarankan untuk memberikan dukungan pada infeksi menular seksual. Pekanbaru:
wanita disekelilingnya untuk melakukan perilaku Dinkes kota.
pencegahan kanker serviks. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Peneliti berharap perawat Puskesmas/ Lingkungan. (2009). Buku saku
komunitas dapat meningkatkan kegiatan pencegahan kanker leher rahim dan
pendidikan kesehatan tentang pencegahan kanker kenker payudara. Jakarta: Depkes RI.
serviks melalui penyuluhan di acara-acara Efrida, M. (2013). Hubungan pengetahuan dan
masyarakat. Pihak Puskesmas disarankan untuk minat remaja putri dengan pencegahan
memperluas sasaran promosi kesehatan, tidak kanker serviks di Madrasah Aliyah Negeri
hanya kepada ibu saja, namun juga kepada suami Darussalam Kabupaten Aceh Besar.
atau ayah agar nantinya juga mendukung istri atau Diperoleh tanggal 04 Juli 2014 dari
anak perempuannya untuk melakukan pencegahan http://stmikubudiyah.ac.id
terhadap kanker serviks. Hidayat, A. A. (2007b). Pengantar konsep dasar
Pada peneliti selanjutnya dapat untuk keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
melanjutkan penelitian ini dengan metode Kamaliah. (2011). Pengaruh pengetahuan, sikap,
observasi langsung untuk mendapatkan hasil yang kepercayaan dan tradisi wanita usia subur
maksimal, jumlah sampel yang lebih banyak serta (WUS) terhadap pemeriksaan pap smear
menghubungkan faktor-faktor lain yang dalam upaya deteksi dini kanker serviks di
rsud dr. Pirngadi medan Tahun 2011.

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 7


Diperoleh tanggal 06 Desember 2014 dari Sarini, N. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan
http://repository.usu.ac.id. dengan pemeriksaan pap smear pada
Kemenkes. (2012). Gerakan perempuan melawan wanita usia subur di Desa Pacung.
kanker serviks. Diperoleh tanggal 25 Diperoleh tanggal 04 Juli 2014 dari
November 2013 dari www.depkes.go.id. http://repository.ui.ac.id.
Komalasari, K. W. (2012). Tingkat pengetahuan Wahyuni, S. (2013). Faktor-faktor yang
mahasiswa fakultas kedokteranUniversitas mempengaruhi perilaku deteksi dini
Diponegoro angkatan 2011 terhadap kanker serviks di kecamatan ngampel
pencegahan kanker leher rahim. Diperoleh Kabupaten Kendal Jawa Tengah.
tanggal 04 Juli 2014 dari Diperoleh tanggal 16 Desember 2013 dari
http://eprints.undip.ac.id. https://bem.unimus.ac.id.
Medical Record RSUD Arifin Achmad. (2012). Wawan, A., & Dewi. (2010). Teori dan
Data kanker serviks. Pekanbaru: RSUD pengukuran pengetahuan dan perilaku
Arifin Achmad. manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Murniati. (2013). Hubungan pengetahuan dan World Health Organization. (2010). Human
tingkat ekonomi dengan perilaku deteksi papillovirus and related cancer in
dini kanker serviks menggunakan metode Indonesia. (3thed). Diperoleh tanggal 20
IVA. Jurnal delima harapan. Diperoleh Desember 2014 dari
tanggal 04 Juli 2014 dari www.who.int/hpvcentre.
http://akbidharapanmulya.ac.id. Yuliwati. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan
Notoatmodjo, S. (2003). Metodologi penelitian dengan perilaku WUS dalam deteksi dini
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. kanker lehar rahim metode IVA di
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi kesehatan teori Wilayah Puskesmas Prembun 2012.
dan aplikasi. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Diperoleh tanggal 04 Juli 2014 dari
Nuranna, L. (2008). Skrining kanker leher rahim http://repository.ui.ac.id.
dengan merode inspeksi visual asam asetat
(IVA). Diperoleh tanggal 27 Desember
2013 dari http://buk.depkes.go.id.
Octavia, C. (2009). Gambaran pengetahuan ibu
mengenai pemeriksaan pap smear di
kelurahan petisah tengah tahun 2009.
Diperoleh tanggal 04 Juli 2014 dari
http://repository.usu.ac.id.
Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu kandungan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Pukkala, E., Malila, N., & Hakama, M. (2010).
Socioeconomic differences in incidence of
cervical cancer in Finland by cell type.
Acta Oncologica, 49(2), 180-184.
Diperoleh tanggal 03 Desember 2014 dari
http://informahealthcare.com.

Sakanti, A. (2007). Faktor-faktor yang


berhubungan dengan perilaku pemeriksaan
pap smear pada wanita usia subur di
Puskesmas Kecamatan Makasar tahun
2007. Diperoleh tanggal 04 Juli 2014 dari
http://repository.ui.ac.id.
Samadi, H. P. (2011). Yes, i know everything
about kanker serviks!. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Sarafino, E. P. (2004). Health psychology,
biopsychosocial interaction. New York:
Jhon Wiley & Sons, Inc.

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 8


Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PENDERITA KANKER SERVIKS PALIATIF DI RSUP DR
SARDJITO YOGYAKARTA

Relationship between family support and anxiety level on palliative cervix cancer patients
in RSUP Dr Sardjito Yogyakarta

Dwi Susilawati

Departemen Keperawatan Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas
Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275, Indonesia
email: suziebima@gmail.com

ABSTRAK

Kanker serviks adalah kanker yang menyerang uterus yaitu bagian serviks uterus atau leher rahim,
merupakan penyakit keganasan yang paling banyak ditemukan pada perempuan. Di Indonesia prevalensi
kanker serviks 4, 3 per 1000 penduduk. Prevalensi tertinggi di Yogyakarta 9, 6 per 1000 penduduk. Angka
harapan kesembuhan penderita kanker serviks stadium paliatif adalah kecil, penderita sering mengalami
penderitaan fisik dan psikososial sehingga menimbulkan kecemasan. Penderita kanker serviks memerlukan
dukungan keluarga. Bentuk dukungan keluarga berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan materi dan dukungan informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks. Penelitian ini adalah deskriptif
korelatif dengan rancangan crossectional. Data diperoleh dengan cara responden mengisi kuesioner. Sampel
penelitian yaitu penderita kanker serviks paliatif di Poliklinik Penyakit Kandungan dan IRNA (Anggrek I)
RSUP Dr Sardjito dan memenuhi kriteria inklusi. Data hubungan dianalisis dengan menggunakan Gamma
Corelation. Terdapat hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita
kanker serviks paliatif (r) -1,000. Perawat senantiasa meningkatkan pelayanan kepada penderita kanker
serviks dengan memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio dan spiritual melalui pendidikan kesehatan dan
konseling kepada penderita maupun keluarga.

Kata kunci: dukungan keluarga, tingkat kecemasan, kanker serviks.

ABSTRACT

Cervical cancer attacks the part of uterus or cervix which is the most common cancer in women. In
Indonesia, cervical carcinoma prevalence is 4.3 per citizen. Moreover, the highest prevalence in Yogyakarta
is approximately 9.6 per citizen. Life expectation rate of cervical cancer in palliative stadium is low since
patient usually suffers from physical and psychosocial disruption. Family support such as emotional,
appraisal, material and information support is required for cervical cancer patient. To conduct correlation
between family support and level of anxiety in cervical cancer patient. This was correlation descriptive
research with cross sectional design. Data were obtained by respondent which occupy questionnaire.
Sample was cervical carcinoma patient in palliative stadium in Polyclinic of Obstetric & Gynecology
and Patient Room I of CDS Ward (Anggrek I) which fulfill inclusion criteria. Data were analyzed by
Gamma Correlation. The result showed that there was significant correlation between family support and
anxiety level of cervical cancer patient in palliative stadium (r) -1,000. Nurse should increase their
caring and occupy attention in order to fulfill cervical cancer patient’s bio-psycho-sosio and spiritual
needs through health education and patient/family counseling.

Keywords: Family support, anxiety level, cervical cancers

LATAR BELAKANG jaringan tubuh yang berubah menjadi sel


kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel
Kanker adalah penyakit akibat kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh
pertumbuhan tidak normal dari sel-sel lainnya sehingga dapat menyebabkan

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 87
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

kematian (Allan et al. 2006; Schiffman et al. 7 (5, 7%) (BPPK, 2008) dan pada tahun 2011
2007). Kanker adalah sekelompok penyakit prevalensi kanker di Indonesia adalah 4, 3 per
yang dicirikan dengan pertumbuhan dan 1000 penduduk, artinya dari setiap 1000 orang
penyebaran sel tidak terkontrol dan sel yang Indonesia sekitar 4 orang di antaranya
abnormal. Salah satu jenis penyakit kanker menderita kanker. Prevalensi kanker tertinggi
adalah kanker serviks. di Indonesia dilaporkan di Provinsi Daerah
Kanker serviks adalah kanker yang Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu 9,6 per
menyerang uterus, yaitu pada bagian serviks 1000 penduduk.Penyebab kanker serviks
uterus (leher rahim), suatu daerah pada organ Sebagian besar (95%) berasal dari lingkungan
reproduksi perempuan yang merupakan pintu berupa virus human papilloma virus (HPV),
masuk ke arah rahim (uterus) yang terletak sementara 5% lainnya adalah faktor
antara rahim dengan liang senggama (vagina) keturunan.
atau rahim bagian bawah. Kanker serviks Human Papiloma Virus (HPV)
(leher rahim) adalah penyakit keganasan yang merupakan faktor inisiator dari kanker serviks
paling banyak ditemukan pada perempuan yang dapat menyebabkan terjadinya
yang dapat berdampak terhadap fisik, mental gangguan sel serviks. Oncoprotein E6 dan E7
dan sosial, bahkan kematian penderitanya. yang berasal dari HPV merupakan penyebab
Kondisi demikian sangat merugikan sehingga terjadinya degenerasi keganasan (Schiffman
tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa et al. 2007). Oncoprotein E6 akan mengikat
Cancer is a public health problem” (Allan p53 sehingga TSG p53 akan kehilangan
et al. 2006; Schiffman et al. 2007). fungsinya. Sedangkan oncoprotein E7 akan
Kanker serviks adalah jenis kanker mengikat TSG Rb, ikatan ini menyebabkan
kedua setelah kanker payudara yang paling terlepasnya E2F, E2F merupakan faktor
umum diderita oleh perempuan dan transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa
diperkirakan pada tahun 2006 ada sekitar 1,4 control. Virus HPV ditularkan melalui
juta penderita di seluruh dunia. Setiap tahun, hubungan seksual. Perempuan dapat tertular
terjadi lebih dari 460.000 kasus kanker serviks dari mitra seksualnya dan laki-laki juga dapat
dan sekitar 231.000 penderita meninggal terjangkit infeksi virus setelah berhubungan
karena penyakit tersebut dan hampir 80% dengan perempuan yang terinfeksi HPV, oleh
kasus berada di negara-negara yang sedang karena itu penyakit kanker serviks sering
berkembang (Aziz, 2007). Menurut badan disebut penyakit akibat hubungan seksual
registrasi kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi (Schiffman et al. 2007).
Indonesia (IDAPI), pada tahun 2008 dari data Kanker serviks terdiri dari stadium I, II,
di 13 rumah sakit pemerintah di Indonesia, III dan stadium IV. Stadium I invasive kanker
kanker leher rahim(serviks) bahkan masih terbatas serviks, stadium II invasive
menduduki peringkat pertama dari seluruh kanker telah menembus serviks tetapi belum
kasus kanker (17,2%), diikuti kanker menembus dinding pelvis atau sepertiga bawah
payudara (12,2%). Kejadian kanker serviks vagina. Kanker pada stadium III telah
di negara negara maju mulai menurun mengalami perluasan lokal dan regional,
disebabkan oleh meningkatnya kesadaran sedangkan pada stase IV, kanker mengalami
untuk deteksi dini dan penatalaksanaan yang metastasis yang sangat meluas (Pradjatmo
adekuat bila dijumpai kelainan pada serviks. 2000; Gakidau et al. 2008). Penderita kanker
Menurut data Departemen Kesehatan serviks yang memiliki stadium penyakit III
Republik Indonesia ditemukan kanker serviks dan IV memiliki prognosis yang buruk atau
sebanyak 100 kasus per 100 ribu penduduk dapat disebut dengan kanker paliatif. Kanker
atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Penyakit paliatif adalah istilah perawatan untuk kanker
kanker merupakan penyebab kematian nomor stadium terminal. Stadium terminal pada

88 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358

kanker secara umum terjadi pada tahap Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang
lanjutan, telah menyebar jauh dan merusak penuh dengan kekhawatiran atau ketegangan
berbagai macam organ dari fungsinya, terhadap suatu ancaman yang sumbernya
bermetastase, menyebabkan kondisi lemah tidak diketahui, bersifat internal, samar-samar
secara umum (Pradjatmo 2000; Gakidau et dan konfliktual. Emosi seperti sedih dan sakit
al. 2008). umumnya akan hilang dengan hilangnya
Angka harapan kesembuhan penderita penyebab, namun tidak dengan
kanker serviks stadium III dan IV sangat kecemasan.Kecemasan merupakan reaksi
kecil, karenaberakibat serius pada kehidupan, normal terhadap situasi yang sangat menekan
penderita sering mengalami penderitaan fisik, kehidupan seseorang dan karena itu
psikososial dan berbagai masalah lain bahkan berlangsung tidak lama. Penting sekali untuk
kematian penderitanya. Pengobatan mungkin mengingat bahwa kecemasan bisa muncul
terus dilakukan tetapi bukan untuk mengobati sendiri atau bergabung dengan gejala–gejala
penyakitnya melainkan hanya untuk lain dari gangguan emosi. Pada penderita
mengurangi atau menghilangkan gejalanya. kanker tahap terminal kecemasan memiliki
Makin lanjut stadiumnya akan memberikan beberapa pengaruh yang sangat merugikan
penderitaan yang makin berat. Penderitaan antara lain, meningkatkan kejadian insomnia,
itu tidak saja dirasakan oleh penderita sendiri, berkurangnya rasa percaya terhadap
tetapi juga keluarganya. Masalah fisik yang kemampuan fisik, dan rendahnya partisipasi
terjadi pada penderita kanker serviks adalah dalam pengobatan dan menjadi rendahnya
adanya nyeri, perubahan warna kulit dan kualitas hidup penderita (Pradjatmo 2000;
konstipasi. Apabila kanker serviks sudah Gakidau et al. 2008).
mengalami progresivitas atau stadium lanjut, The Psychosocial Collaborative
maka gejala-gejala yang timbul antara lain Oncology Group (PSYCOG)
perdarahan setelah melakukan hubungan mengidentifikasi gangguan psikiatri pada
seksual, perdarahan spontan yang terjadi di penderita kanker sebesar 47% yang meliputi
antara periode menstruasi rutin, timbulnya depresi dan ansietas (68%), depresi major
keputihan yang bercampur darah dan berbau, (13%), gangguan mental organik (8%), dan
nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak gangguan kepribadian (7%). Efek negatif dari
bisa buang air kecil, nyeri ketika berhubungan penderita kanker serviks yang depresi dan
seksual (Allan et al. 2006; Schiffman et al. ansietas adalah penderita lebih berisiko tiga
2007). Selain permasalahan fisik, penderita kali lipat menjadi tidak patuh berobat dibanding
kanker serviks sering mengalami masalah penderita yang tidak depresi. Penderita yang
psikologi karena diagnosa kanker serviks tidak patuh berobat apalagi sampai putus
merupakan salah satu peristiwa paling pengobatan akan berdampak buruk bagi
menakutkan yang menyebabkan kecemasan kesehatannya bahkan berakibat kematian,
baik bagi penderita maupun keluarga. oleh karena itu diperlukan adanya dukungan
Masalah sosial yang sering muncul pada keluarga.
penderita kanker serviks adalah isolasi sosial, Dukungan keluarga adalah bantuan
gangguan peran, adanya ketergantungan, yang dapat diberikan kepada anggota
kehilangan kontrol dan kehilangan keluarga lain berupa barang, jasa, informasi
produktifitas (Pradjatmo 2000; Gakidau et al. dan nasihat yang mampu membuat penerima
2008). dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan
Penderita yang mengetahui dirinya tenteram.Dukungan ini merupakan sikap,
mengidap kanker serviks biasanya akan tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
mengalami kecemasan dan merasa cepat penderita yang sakit. Anggota keluarga
akan mati dalam keadaan yang menyedihkan. memandang bahwa orang yang bersifat

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 89
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

mendukung akan selalu siap member ketidakberhasilan pengobatan. Sedangkan


pertolongan dan bantuan yang diperlukan. hasil wawancara dengan keluarga penderita
Dukungan keluarga yang diterima salah satu diperoleh data rata- rata peran keluarga yang
anggota keluarga dari anggota keluarga yang mereka berikan terhadap penderita kanker
lainnya dalam rangka menjalankan fungsi- serviks berupa motivasi, membantu kebutuhan
fungsi yang terdapat dalam sebuah keluarga. sehari hari dan membantu selama proses
Bentuk dukungan keluarga terhadap anggota pengobatan.
keluarga adalah secara moral atau material.
Adanya dukungan keluarga akan berdampak METODE
pada peningkatan rasa percaya diri pada
penderita dalam menghadapi pr oses Penelitian ini merupakan penelitian
pengobatan penyakitnya (Pradjatmo 2000; deskriptif korelasi atau penelitian hubungan
Gakidau et al. 2008). Dengan adanya antara dua variabel pada suatu situasi atau
dukungan keluarga mempermudah penderita kelompok subyek. Variabel tersebut adalah
dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dukungan keluarga sebagai variabel
dengan persoalan–persoalan yang independent dan kecemasan pada penderita
dihadapinya juga merasa dicintai dan bisa kanker serviks paliatif sebagai variabel
berbagi beban, mengekspresikan perasaan dependent. Desain penelitian yang digunakan
secara terbuka dapat membantu dalam adalah cross sectional yaitu, suatu penelitian
menghadapi permasalahan yang sedang untuk mempelajari dinamika korelasi antara
terjadi. Jenis dukungan keluarga memiliki variabel dengan cara pendekatan, observasi
beberapa fungsi yaitu dukungan informasional, atau pengumpulan data sekaligus pada saat
dukungan penilaian, dukungan instrumen dan bersamaan.Penelitian menggunakan
dukungan emosional. pendekatan kuantitatif dengan desain
Berdasarkan survey pendahuluan yang deskriptif korelasi.
dilakukan peneliti pada bulan September 2012 Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik
diperoleh data pada tahun 2010 jumlah Penyakit Kandungan dan Ruang Anggrek
penderita kanker serviks yang menjalani Instalasi Rawat Inap I (IRNA I) RSUP.DR.
rawat inap 498 orang menempati urutan ke SardjitoYogyakarta yaitu rumah sakit terbesar
19 dari 26 pola penyakit terbanyak penderita di Yogyakarta yang ditunjuk pemerintah
rawat inap. Pada tahun 2011 berjumlah 500 sebagai rumah sakit rujukan untuk kasus
penderita rawat inap menempati urutan ke paliatif. Jumlah penderita dengan kasus
20 dari 30 pola penyakit terbanyak penderita kanker serviks di rumah sakit tersebut
rawat inap di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr cenderung meningkat. Penelitian ini dilakukan
Sardjito Yogyakarta. Pada bulan Januari pada tanggal 1 sd 31 Desembar 2012.
sampai dengan bulan Juni tahun 2012 Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah
diperoleh data, penderita kanker serviks yang semua penderita kanker serviks paliatif di
menjalani rawat inap di Ruang Anggrek 2 RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Teknik
RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta sejumlah 186 pengambilan sampling pada penelitian ini
orang yang rata rata sudah stadium III dan adalah total sampling. Total sampling
IV. Hasil observasi dan wawancara perawat adalah sampel tehnik penentuan sampel
jaga dan penderita yang menjalani rawat inap apabila semua anggota populasi digunakan
diperoleh data rata- rata penderita mengeluh sebagai sampel.Dalam penelitian kriteria
mual, muntah, mengalami kerontokan rambut sampel dapat meliputi kriteria inklusi dan
dan susah tidur. Perubahan fisik yang dialami kriteria eksklusi,yang mana kriteria tersebut
menyebabkan perasaan cemas pada menentukan dapat atau tidaknya sampel yang
penderita disamping kemungkinan akan digunakan. Sampel dalam penelitian ini

90 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358

adalah penderita yang terdiagnosa kanker gangguan kecemasan dan panik secara
serviks paliatif (derajat III dan IV) di Poliklinik umum. Penelitian Chang et al cit Jensen
Penyakit Kandungan dan penderita yang (2003) menunjukkan nilai validitas r > 0,7.45.
menjalani rawat inap di Ruang Anggrek Reliabilitas Anxiety VAS sebesar r = 0,78
RSUP DR. Sardjito. Besar sampel dalam menggunakan metode test-retest dengan
penelitian ini adalah seluruh penderita yang selang waktu selama lima menit dan
di Poliklinik Penyakit Kandungan dan didapatkan r = 0,75 dengan selang waktu test-
penderita yang menjalani rawat inap di Ruang retest selama 1 minggu.kuesioner yang lain
Anggrek RSUP DR Sardjito selama bulan adalah tentang dukungan keluarga meliputi
Desember sejumlah 30 responden. Kriteria dukungan emosional, dukungan penghargaan,
inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) dukungan materi dan dukungan informasi.
Penderita yang terdiagnosa kanker serviks Bentuk instrument adalah kuesioner yang
paliatif yang berobat di Poliklinik Penyakit berupa pertanyaan tertutup. Kuesioner
Kandungan dan yang menjalani rawat inap dukungan keluarga pada penderita kanker
di Ruang Anggrek RSUP DR. Sardjito. 2) serviks dibuat sendiri oleh peneliti dengan
Memiliki kesadaran penuh (compos mentis). pengorganisasian terdiri dari empat domain
3) Berusia diatas delapan belas tahun. 4) yaitu: Dukungan Emosional (Emosional
Bersedia mengikuti penelitian. Support, Dukungan Penghargaan (Apprasial
Instrumen yang digunakan dalam Assistance). Dukungan Materi (Tangibile
penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Assistance), Dukungan Informasi (informasi
Peneliti mengumpulkan data secara formal support). Struktur kuesioner pada domain
kepada subyek untuk menjawab pertanyaan dukungan materi dibuat berdasar penelitian
secara tertulis. Pertanyaan dalam kuesioner dari Pearlin et al. (1990); Given and Given
ini terdiri dari beberapa bagian antara lain (1990); Given et al. (2001) mengenai
tentang data karakteristik responden yang dukungan pemenuhan kebutuhan penderita
terdiri dari umur, alamat, pendidikan terakhir, akibat sakit kronis yang terdiri dari dukungan
pekerjaan dalam. Untuk mengetahui tingkat kebutuhan secara langsung dan kebutuhan
kecemasan, yaitu mengukur tingkat tidak langsung.48,49,50 Pertanyaan untuk
kecemasan dengan menggunakan Anxiety dukungan penghargaan dibuat berdasar
Visual Analog Scale (Anxiety VAS). petunjuk dari National Health and Medical
Dengan menggunakan sebuah garis horizontal Research Council Australia (2003) mengenai
yang berupa skala sepanjang 10 cm atau 100 emotional and sosial support.Struktur
mm dengan penilaian dari garis ujung sebelah kuesioner pada domain informasi dan
kiri yang mengindikasikan “tidak ada dukungan emosional secara operasional dibuat
kecemasan” hingga ujung sebelah kanan berdasar definisi teori yang diadopsi dari
yang menyatakan kecemasan luar biasa. instrumen penelitian sebelumnya dari Hoskins
Penderita diminta memberi tanda dengan (1988) dan Kristjanson (1991) pada penelitian
garis vertikal pada garis yang Eriksson and Laur i (2000) mengenai
menggambarkan perasaan cemas yang informational and emotional support for
dialami saat itu. Davey et al. (2007) cancer patient’s relaives.
melaporkan bahwa Anxiety VAS merupakan Uji validitas kuesioner dukungan
alat ukur yang cukup reliable untuk digunakan keluarga menggunakan Pearson product
pada pengukuran cemas. moment dan di dapatkan hasil r hitung terendah
Beberapa studi lainnya menunjukkan bernilai 0,098 dan tertinggi 0,769 dengan r hitung
bahwa Anxiety VAS merupakan alat ukur > 0,312 dilakukan pada 40 penderita kanker
yang valid dan reliable pada pengukuran serviks paliatif. Uji reliabilitas menggunakan
tingkat kecemasan pada penderita dengan Alpha Cronbach didapatkan nilai alpha >

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 91
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

0,878. Analisis univariat digunakan untuk (ordinal) dan tingkat kecemasan penderita
mendiskripsikan variabel variabel penelitian (data ordinal). Sebelum dilakukan uji
yaitu data demografi responden, dukungan hubungan dilakukan uji normalitas terhadap
keluarga dan kecemasan penderita kanker data tersebut. Data tingkat kecemasan dan
serviks paliatif di RSUP DR Sardjito dukungan keluarga diuji normalitas datanya
Yogyakarta. Data demografi responden terdiri dengan uji Shapiro-Wilk oleh karena jumlah
dari usia, pekerjaaan dan tingkat pendidikan. sampel kurang dari 50 sampel. Didapatkan
Data demografi dalam bentuk kategorikal hasil p = 0,001 untuk tingkat kecemasan dan
akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi p = 0,002untuk data dukungan keluarga.
dan persentase. Analisa univariat dilakukan Kedua data tersebut kurang dari 0,05 yang
pula untuk data tingkat kecemasan dan berarti data tidak terdistribusi normal.
dukungan keluarga.Tingkat kecemasan Datayang tidak terdistribusi normal maka uji
dikategorikan menjadi tidak cemas (0-4 mm), hipotesis hubungan menggunakan uji gamma
cemas ringan (5-44 mm), cemas sedang (45- correlation (uji non parametrik) dengan
74 mm) dan cemas berat (75-100 mm). tingkat kemaknaan (á) < 0,05 (CI 95%).
Dukungan keluarga dikategorikan dalam
bentuk ada dukungan buruk (skor 0 - 7), HASIL DAN PEMBAHASAN
dukungan cukup (skor 8-14), dukungan baik
(skor 15 - 22). Kedua data akan disajikan Hasil
dalam bentuk frekuensi dan persentase.
Analisa bivariat dilakukan untuk menguji Karakteristik Responden
hipotesis hubungan antara dukungan keluarga

Tabel 1 Karakteristik responden penelitian, penderita kanker serviks paliatif di Poliklinik Penyakit
Kandungan dan IRNA I, RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, bulan Desember 2012 (n=30)

No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)


1. Usia
19 – 30 th 0 0
31 – 50 th 6 20,0
• – 64 th 16 53,3
> 65 th 8 26,7
2. Pendidikan
Tidak lulus SD 5 16,7
SD 14 46,7
SMP 4 13,3
SMA 5 16,7
Perguruan Tinggi 2 2,7
3. Pekerjaan
Tidak bekerja 2 6,7
Petani 2 6,7
PNS 3 10,0
Wiraswasta 8 26,7
Ibu Rumah tangga 15 50,0

Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa responden mayoritas bekerja sebagai ibu
mayoritas usia responden direntang 51 sd 64 rumah tangga (50%).
tahun (53,3%), tingkat pendidikan responden
mayor itas SD 14 orang (46,7%) dan

92 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358

Dukungan Keluarga Tabel di atas menunjukkan mayoritas


responden mengalami tingkat kecemasan
Tabel 2 Gambaran dukungan keluarga sedang (50%)
penderita kanker serviks paliatif, di
Poliklinik Penyakit Kandungan dan
IRNA I RSUP. Dr. Sardjito Hubungan antara dukungan keluarga
Yogyakarta, bulan Desember 2012 dengan tingkat kecemasan penderita
(n=30) kanker serviks paliatif.
Variabel Frekuensi Persentase
(%) Tabel 4. menunjukkan hasil hubungan
Dukungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
keluarga kecemasan penderita kanker serviks paliatif.
Buruk 1 3,3 Hasil penelitian ini untuk variabel dukungan
Cukup 6 20,0
Baik 23 76,7 keluarga mayoritas dukungannya baik (76,7%)
dan variabel tingkat kecemasan dalam
Tingkat Kecemasan.
kategori tingkat kecemasan sedang (50%).
Berdasarkan uji statistik menggunakan
Tabel 3. Gambaran tingkat kecemasan
Gamma Corelation didapatkan tingkat
penderita kanker serviks paliatif, di
kemaknaan (p)=0,001 sehingga dapat
Poliklinik Penyakit Kandungan dan
disimpulkan terdapat hubungan antara
IRNA I RSUP. Dr. Sardjito
dukungan keluarga dengan tingkat
Yogyakarta, bulan Desember 2012
kecemasan penderita kanker serviks paliatif
(n=30)
di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Koefisien
Variabel Tingkat Frekuensi Persentase korelasi dalam penelitian ini memiliki nilai -
Kecemasan (%) 1,000 yang berarti nilai hubungan kedua
Tidak cemas 0 0 variabel ini sangat kuat dan berhubungan
Cemas ringan 6 20 berbanding terbalik.
Cemas sedang 15 50
Cemas berat 9 30

Tabel 4. Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif,
di Poliklinik Penyakit Kandungan dan IRNA I, RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, bulan
Desember 2012 (n=30).
Tingkat Kecemasan Kemaknaan Koefisien
Variabel Ringan Sedang Berat Total (P) Korelasi (R)
(F) (%) (F) (%) (F)(%)
Kategori 0,001 -1,000
dukungan
Buruk 0 0 1(3,3) 1(3,3)
Cukup 0 0 6(20) 6(20)
Baik 6(20) 15(50) 2(6,7) 23(76,7)
Total 6(20) 15(50) 9(30) 30(100)

Pembahasan Berdasarkan teori perkembangan kanker


Karakteristik Responden serviksmenurut Heardman et.al, proses
Usia terjadinya kanker serviks berhubungan
dengan proses metaplasia.59 Sekitar 95% dari
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kanker serviks adalah sel squamosa yang
mayor itas usia responden 16 orang mengalami dysplasia. Lesi prakanker biasa
(53,3%)adalah di rentang usia 51-64 tahun. disebut neoplasia intra-epitelial cervical (CIN)

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 93
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

umumnya terjadi pada usia 40 sampai 50 disusul pada rentang usia 31 tahun 40
tahun. CIN kemudian berkembang menjadi tahun.Sesuai dengan hasil penelitian ini dan
karsinoma in-situ dan akhirnya menjadi penelitian sebelumnya, terlihat bahwa
karsinoma invasif. umumnya penderita ditemukan pada usia
Menurut WHO, waktu yang dibutuhkan diatas 40 tahun. Hal tersebut disebabkan
bervariasai dari awal terjadinya infeksi HPV karena usia 40 tahun ke atas merupakan usia
menjadi sel kanker. Waktu dari yang rentan dengan terjadinya gangguan
teridentifikasinya karsinoma in-situ biasanya kesehatan karena proses degeneratif.
memerlukan waktu 10-20 tahun untuk
berkembang menjadi karsinoma invasif, hal Tingkat Pendidikan
ini memungkinkan untuk pengendalian kanker
serviks bisa dilakukan melalui skrining.Secara Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
umum cakupan skrining di negara mayoritas tingkat pendidikan responden
berkembang sangat rendah. Survai berbasis adalah SD 14 orang (46,7%) dan responden
populasi yang dilakukan oleh Gakidou et.al yang tidak lulus SD ada 5 orang atau 16,7 %.
mengindikasikan bahwa cakupan skrining di Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
negara berkembang r ata-rata 19% penelitian Kusumawati yang menyimpulkan
sedangkan di negara-negara maju mencapai bahwa sebagian besar pasien kanker serviks
63%.Menurut estimasi data dari WHO di RSUP Dr Sardjito mempunyai status
cakupan angka pemeriksaan pap smear di pendidikan Sekolah Dasar (36,8%) dan tidak
negara berkembang hanya 5% termasuk di sekolah/tidak tamat SD (31,6%). Status
Indonesia.Hasil ini sesuai dengan pendidikan penderita kanker leher rahim
Champbell.et.al dalam faktor resiko kanker umumnya rendah, hal ini berhubungan dengan
serviks, menyatakan bahwa kanker serviks status sosial ekonomi yang rendah. Status
sering terjadi pada perempuan usia 40 sampai pendidikan yang rendah sangat berpengaruh
60 tahun meskipun ada perempuan yang terhadap pengetahuan dan sikap terhadap
menderita kanker serviks pada usia 30 adanya gejala kanker leher rahim, seperti
tahun.Hasil penelitian ini sesuai dengan perdarahan abnormal pervaginam dan
penelitian yang dilakukan oleh Yunitasari di discharge vagina abnormal. Hal serupa juga
RSU Dr Kariadi Semarang bahwa usia disimpulkan oleh Rauf dan Thamrin, yang
penderita kanker mayoritas diatas 50 tahun. melakukan penelitian pada Januari 2002
Nugrahaeni dan Salamah dalam sebuah studi sampai Desember 2003 di empat rumah sakit
kasus di RS “X” Surabaya juga menemukan di Makasar dengan 173 responden penderita
bahwa mayoritas penderita kanker serviks kanker serviks menyatakan bahwa tingkat
usianya di atas 50 tahun. Nadia dalam pendidikan penderita kanker serviks adalah
penelitiannya yang dilakukan pada penderita SD (45,7%).Tingkat pendidikan seseorang
kanker serviks di RSCM pada tahun 2007 akan berpengaruh dalam memberikan respon
menyimpulkan bahwa ada korelasi antara terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang
stadium dan usia penderita kanker serviks yang berpendidikan tinggi umumnya akan
artinya semakin lanjut usia semakin tinggi memberikan respon yang lebih rasional
stadium kanker serviks yang terdiagnosis. terhadap informasi dan berfikir jauh tentang
Ditinjau dari distribusi usia penderita kanker keuntungan yang diperoleh dari gagasan
serviks hasil penelitian ini berbeda dengan hasil tersebut. Tingkat pendidikan juga akan
penelitian yang dilakukan oleh Oemiyati mempengaruhi kemampuan individu dalam
penderita kanker serviks di DKI Jakarta mengontrol hidupnya. Individu termotivasi
mayoritas terjadi pada usia produktif yaitu untuk memelihara kesehatan dengan lebih
rentang usia 41 tahun sampai dengan 50 tahun baik dengan sikap positif dalam hidup dengan

94 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358

melakukan pemeriksaan kesehatan secara merupakan seseorang yang memegang


rutin. Tingginya kasus kanker serviks di peranan penting dalam keluarga yang dapat
Indonesia ini masih tinggi disebabkan karena memberikan dorongan kepada para wanita
masih rendahnya cakupan angka skrining untuk membuat keputusan sendiri dalam
pencegahan. Hal ini dipengaruhi oleh pencegahan penyakit kanker serviks (Gakidau
beberapa faktor antara lain para wanita et al 2008).
Indonesia sering enggan memeriksakan
kesehatannya karena ketidaktahuan, rasa Dukungan Keluarga
malu, rasa takut dan faktor biaya. Hal ini
umumnya karena disebabkan oleh rendahnya Hasil penelitian ini menunjukkan 23
tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk responden (76,6%) menyatakan dukungan
(Colegrave et al 2001). keluarga baik. Kanker serviks selain potensial
memberikan penderitaan bersifat fisik juga
Pekerjaan Responden memberikan penderitaan bersifat psikis. Jika
gangguan fisik dimanifestasikan dalam bentuk
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluhan nyeri, mual, keputihan hingga
mayoritas responden bekerja sebagai ibu perdarahan sampai komplikasi organ maka
rumah tangga (50%). Penelitian ini sesuai gangguan psikis bisa dimanifestasikan dalam
dengan hasil penelitian yang dilakukan bentuk keluhan depresi, cemas, gugup, dan
Megaputra, tentang gambaran penderita perasaan tidak berguna. Mengingat dampak
kanker serviks di Rumah Sakit Santo kanker serviks diatas maka penderita kanker
Borromeus Bandung yang menyatakan serviks membutuhkan dukungan keluarga.
bahwa 55% penderita kanker serviks adalah Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan
Ibu Rumah Tangga. Menurut penelitian yang dan penerimaan keluarga terhadap anggota
dilakukan oleh Puspitarini, tentang hubungan keluarganya yang sakit. Perhatian dari
kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan keluarga sangat membantu pemilihan
paliatif pada pasien kanker di RSUP Dr kesehatan keluarganya. Berdasarkan hasil
Sardjito juga menyatakan 23% penderita penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
kanker adalah ibu rumah tangga dan 10% keluarga dalam memberikan dukungan pada
sebagai wiraswasta. Hasil penelitian ini penderita kanker serviks dalam kategori baik
menunjukkan bahwa peker jaan karena masih kentalnya hubungan
seseorangjuga menentukan status kesehatan kekerabatan dalam sebuah keluarga tersebut.
seseorang. Siti Musrifah berpendapat ada Faktor lain adalah keluarga mampu
hubungan antara sikap ibu rumah tangga melakukan peran dan fungsinya yang
dengan praktik pencegahan penyakit kanker senantiasa mendampingi dan menjadi
serviks. Ibu rumah tangga yang melakukan pendukung utama responden selama
praktik pencegahan pada penyakit kanker perawatan penyakitnya (Gakidau et al 2008).
serviks hanya 33,7% hal ini disebabkan karena Kesimpulan ini perlu ditindaklanjuti dengan
kurangnya dukungan suami dan dukungan dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan
petugas kesehatan. Dorongan atau dukungan responden pada keluarga penderita mengingat
keluarga merupakan faktor penting dalam dukungan keluarga pada penderita kanker
meningkatkan partisipasi wanita dalam serviks dengan kecemasan sangat diperlukan
pencegahan penyakit. Pada masyarakat terutama aspek dukungan emosional.
tradisional yang masih memegang teguh adat Ketiadaan dukungan keluarga akan sangat
suami atau kepala keluarga merupakan berpengaruh pada penurunan kualitas hidup
pembuat keputusan segala atas segala penderita kanker serviks. Hasil penelitian ini
sesuatu. Suami atau kepala keluarga berbeda dengan hasil penelitian yang

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 95
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

dilakukan oleh Wahyuni dan Siburian, yang


respon emosional yang secara umum muncul
meneliti tentang Dukungan Keluarga dan
pada saat individu terdiagnosa kanker seperti
Harga Diri Pasien Kanker Payudara di RSUP
kanker serviks adalah penolakan. Pada saat
H Adam Malik Medan. Penelitian ini
individu mengalami reaksi penolakan maka
mengambil sampel 30 responden didapatkan
individu tidak mudah beradaptasi dengan
hasil bahwa 56,7% dukungan keluarga cukup,
penyakinya. Akibatnya akan menimbulkan
36,7% dukungan keluarga baik, dan 6,7%
kecemasan.
dukungan kurang. Dalam jurnal penelitiannya
Selain itu penyakit kanker serviks sulit
peneliti tidak menampilkan bentuk domain
untuk dideteksi tanda dan gejalanya,umumnya
masing-masing dukungan keluarga.
terdeteksi pada stadium lanjut ketika tumor
sudah menyebar ke organ lain beberapa
Tingkat Kecemasan penderita mengeluh nyeri berkemih,
haematuria, perdarahan rectum, atau susah
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa buang air besar.70 Keluhan-keluhan tersebut
hasil tertinggi 15 responden (50%) responden menyebabkan kecemasan (Barnes et al,
mengalami tingkat kecemasan sedang. 2002). Faktor lain yang menyebabkan
Pengambilan data tingkat kecemasan kecemasan adalah angka untuk sembuh pada
disamping melalui kuesioner peneliti juga penderita kanker serviks paliatif relative kecil.
harus mengamati ekspresi wajah dari Pada penderita kanker serviks sering dijumpai
responden untuk mendukung hasil yang penderita dikuasai perasaan tidak berguna,
obyektif. Hasil peneltian ini menjelaskan malu, serta kekhawatiran karena merasa
bahwa pada orang tua/dewasa yang menjadi beban orang lain sehingga
berhadapan dengan penyakitpenyakit yang menimbulkan perasaan cemas.Teori
mengancam kehidupan dan kondisi kesehatan kecemasan tingkat sedang memungkinkan
ternyata ditemukan pengalaman pengalaman seseorang untuk memusatkan pada hal-hal
kecemasan, depresi dan masalah emosional penting dan mengesampingkan yang lain,
lainnya. Berdasarkan penelitian Barnes et al sehingga seseorang menjadi selektif. Setiap
(2002), wanita-wanita yang terdiagnosis individu mempunyai reaksi yang berbeda pada
penyakit kanker serviks menghadapi banyak kecemasan. Manifestasi pada tingkat
keputusan keputusan yang sulit. Keputusan kecemasan ini umumnya adalah kelelahan
sulit untuk menerima kenyataan hidup yang meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara
terdiagnosa penyakit kanker sehingga cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi
menimbulkan perasaan cemas. Hasil menyempit, kemampuan konsentrasi
penelitian ini sesuai dengan studi yang menurun, mudah tersinggung, marah dan
dilakukan oleh De Groot et al (2006), yang menangis (Gakidau et al 2008).
menjelaskan bahwa para wanita, terutama Kecemasan pada penderita kanker
pada kasus kanker serviks lebih memiliki serviks akan meningkat ketika individu
pengalaman dan per asaan takut serta membayangkan adanya perubahan dalam
kekhawatiran yang lebih besar. Penelitian lain hidupnya di masa depan akibat penyakit yang
menjelaskan bahwa terdapat peningkatan diderita ataupun proses pengobatannya.
level kecemasan dan depresi pada wanita- Kecemasan ini akan memberikan dampak
wanita dengan kasus kanker serviks, bahkan buruk bagi penderita. Menurut Barnes et al
level distress emosional-nya telah sampai (2002), dampak dari kecemasan adalah
pada fase klinis-patologis. menurunnya kapasitas kognitif seseorang
Banyak faktor yang meyebabkan dalam menyelesaikan persoalan yang
penderita kanker serviks mengalami komplek. Sedangkan menurut De Groot et al
kecemasan. Menurut Lubis (2009), bentuk (2002), seseorang yang mengalami

96 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358

kecemasan akan menghindari hal-hal yang Menurut De Groot et al (2002), banyak hasil
membuat dirinya terancam dan menutup diri penelitian yang menunjukkan pengaruh
terhadap lingkungannya. Sebaliknya penderita kanker terhadap kondisi psikologis pasien
yang nyaman terhindar dari kecemasan akan yang mengalami kecemasan, namun pasien-
mencegah terjadinya penurunan system imun pasien kanker yang senantiasa memperoleh
sehingga mempercepat proses kesembuhan. dukungan keluarga ternyata berhubungan
Adanya perasaan tenang dan nyaman saat positif dengan berkurangnya
perawatan tubuh akan menghasilkan hormone kecemasan.Dukungan ini ternyata membantu
endorphin, yang menyebabkan otot tubuh perbaikan kesehatan dan hubungannya
rilek, system imun meningkat, kadar oksigen dengan kualitas kehidupan penderita kanker
dalam darah naik dan penderita akan serviks. Kecemasan pada penderita kanker
mengantuk sehingga bisa beristirahat dengan serviks paliatif tidak hanya dipengaruhi oleh
tenang. Hormon ini memperkuat system faktor dukungan keluarga semata tetapi
kekebelan tubuh untuk melawan infeksi dan banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor
dikenal sebagai morfin tubuh yang intrinsik antara lain faktor usia, pengalaman
menimbulkan efek sensasi yang sehat dan penderita menjalani pengobatan, konsep diri
nyaman. dan peran, tingkat social ekonomi, jenis
tindakan kemoterapi, dan komunikasi
Hubungan Antara Dukungan Keluarga terapeutik. Faktor ekstrinsik antara lain faktor
dengan Tingkat Kecemasan Penderita kondisi medis, tingkat pendidikan, akses
Kanker Serviks paliatif. informasi dan proses adaptasi. Hal tersebut
juga dibuktikan dari hasil penelitian ini.
Hasil penelitian ini untuk variabel Responden menyatakan bahwa mayoritas
dukungan keluarga mayoritas dukungannya dukungan keluarga baik tetapi responden juga
baik dan variabel tingkat kecemasan sedang merasa kecemasan dalam kategori sedang.
sebanyak responden (50%) dengan koefisien Hasil ini kemungkinanada faktor lain yang
korelasi -1,000 dan tingkat kemaknaan p mempengaruhi kecemasan tingkat sedang
0,001.Hubungan antara dukungan keluarga pada penderita kanker serviks, berhubungan
dengan tingkat kecemasan diuji statistic dengan faktor usia lanjut, tingkat pendidikaan
dengan menggunakan Gamma didapatkan yang rendah atau pekerjaan ibu rumah tangga
hasil nilai p value 0,001 (<0,05) maka uji yang sehari-harinya dihabiskan dengan
keputusan ini Ho ditolak dan Ha diterima, peker jaan rumah,mengurus anak dan
maknanya ada hubungan antara dukungan suaminya (Gakidau et al 2008).
keluarga dengan tingkat kecemasan penderita Kecemasan pada penderita kanker
kanker serviks paliatif. Hasil penelitian ini serviks tidak mutlak dipengaruhi oleh kualitas
sesuai dengan beberapa teori yang dukungan keluarga. Kecemasan pasien
berpendapat bahwa penderita kanker serviks kanker serviks yang paling besar berdasarkan
membutuhkan dukungan keluarga karena faktor internal adalah faktor maturitas, faktor
dukungan keluarga sangat berpengaruh tipe kepribadian dan faktor keadaan fisik.
terhadap kesehatan mental anggota Faktor eksternal menunjukkan bahwa
keluarganya yang menderita kanker serviks. kecemasan pasien kanker serviks yang paling
Menurut Barnes et al (2002), terdapat besar adalah faktor dukungan sosial dan
hubungan yang kuat antara keluarga dan status dukungan keluarga. Menurut De Groot (2002),
kesehatan anggotanya dimana peran keluarga menyatakan bahwa profil psikologis penderita
sangat penting bagi setiap aspek perawatan kanker seperti kanker serviks yang datang
kesehatan anggota keluarga, mulai dari dalam pemeriksaan medis menunjukkan
strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. tingginya tingkat kecemasan, rasa marah dan

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 97
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

keterasingan. Perawatan di rumah sakit juga keluarganya yang menderita sakit kanker
merupakan salah satu faktor yang serviks dengan memberikan dukungan sesuai
mencemaskan bagi pasien. Pada penderita dengan materi-materi dukungan emosional,
kanker serviks yang menjalani perawatan di dukungan penghargaan, dukungan materi dan
rumah sakit ketika akan dilakukan operasi, dukungan informasi dalam penelitian ini.
kemoterapi, radiotherapy atau tindakan Disarankan bagi penelitian selanjutnya,
perawatan yang lainnya, juga sering penelitian ini dijadikan sumber dan bahan
mengalami kecemasan.Selain itu, sikap yang pembanding bagi yang berkepentingan untuk
tidak personal dari dokter, perawat atau melanjutkan penelitian yang lebih komplek
petugas rumah sakit yang lain penderita misalnya penelitian kualitatif tentang persepsi
merasa menjadi obyek pemeriksaan semata. penderita kanker serviks terhadap dukungan
Kondisi demikian penderita seringkali merasa keluarga atau hubungan antara usia, tingkat
kehilangan identitas diri, dan kehilangan pendidikan dan pekerjaan dengan tingkat
kontrol atas tubuhnya sehingga membuat kecemasan penderita kanker serviks paliatif.
penderita merasa tidak nyaman menjalani
perawatan di rumah sakit (De Groot 2002). DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN DAN SARAN. Allan H., Goroll. Albert G., Mulley. 2006.
Primary Care Medicine : Office
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Evaluation and Management of the
karakteristik responden usia responden Adult Patient, Philadelphia : Lippincot
mayoritas direntang 51 sd 64 tahun,tingkat Williams & Wilkins.
pendidikan responden mayoritas adalah SD, Aziz, M.F. 2006. ‘Masalah pada Kanker
mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga. Serviks. Cermin Dunia Kedokteran,
Dukungan keluarga penderita kanker serviks vol 133; 5-7.
paliatif mayoritas baik. Tingkat kecemasan Badan Penelitian dan Pengembangan
penderita kanker serviks paliatif mayoritas Kesehatan (BPPK. 2008. Riset
mengalami tingkat kecemasan sedang. Ada Kesehatan Dasar (Online) http://
hubungan antara dukungan keluarga dengan www.terbitan.litbang.depkes.go.id/
tingkat kecemasan penderita kanker serviks pener bitan/index.php/blp/catalog,
paliatif di RSUP Dr Sardjito dengan p value (diakses tanggal 15 Desembar 2012)
0,001 (< 0,05) Barnes, J., Kroll, L., Lee, J., Burke, O., Jones,
Disarankan bagi perawat agar A., & Stein, A. 2002. ‘Factors Predicting
senantiasa meningkatkan pelayanan kepada Communication about the Diagnosis of
penderita kanker serviks dengan Maternal Breast Cancer to Children’.
memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio dan Journal of Psychosomatic Research,
spiritual melalui pendidikan kesehatan dan 52, 209 – 214.
konseling kepada penderita maupun keluarga. Colegrave, S., Holcombe, C., & Salmon, P.
Disarankan bagi institusi pendidikan hasil 2001. ‘Psychological Characteristics of
penelitian ini dapat digunakan sebagai Women Presenting with Breast Pain’.
referensi/sumbangan materi bagi mahasiswa Journal of Psychosomatic Research,
agar mahasiswa memahami tentang 50, 303 – 307.
dukungan keluarga dan kecemasan penderita De Groot, JM. 2002. ‘The Complexity of the
kanker serviks paliatif dengan mempelajari Role of Social Support in Relation to the
Psychological Distress Associated with
materi dukungan dan kecemasan dalam
Cancer ’, Journal of Psychosomatic
penelitian ini. Di saran bagi keluarga mampu
Research, 52, 277 – 278.
senantiasa mengembangkan diri dalam
rangka memberi motivasi kepada anggota

98 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358

Departemen Kesehatan RI 2008.


Penanggulangan Kanker Serviks
dengan Vaksin HPV. Jakarta: Depkes
RI.
Davey, HM, Barrut, AL, Buton, PN & Deeks,
JJ. 2007. A one-item question with a
likert or visual Analog scale adeqnately
measured current anxiety. Journal of
Clinical Epidemiology. 60(4): 356-360.
Eriksson, E & Lauri, S. 2000. Informational
and emotional support for cancer
patients’ relatives. Eur J cancer care.
9(1): 8-15.
Gakidau.E., Nordagen,S., Obermeyer, Z.
2008. ‘Coverege of Cervical Cancer
Screening in 57 Countries : Low
average level and large inequalities’.
Plos Med 5(6) 0863:0868.
Given, B, Reihard, SC, Petlick, NH & Bemis,
A. 2001. Supporting Family Caregivers
in providing care. patient safety and
quality:An evidance based handbook for
nurse. Agenay for heathcare research
and quality.
Jenkins, J.H.,Garcia, J.I.R., Chang, C.L.,
Young, J.S., Lopez, S.R. 2006, ‘ Family
Support Predicts Psichiatric Medication
Usage Among Mexican Amer ican
Individuals with Schizophrenia’. Social
Psyciatry and Psychiatric
Epidemology.
Kolva, et al. 2011. ‘Anxiety in Terminally Ill
Cancer Patients’. Journal of Pain and
Symptom Management , 42(5):691-
701.
Lubis. 2009. Gambaran Psikologis Pasien
yang Pertama Kali Terdiagnosa
Kanker Serviks. (Online) (http:// unair
respiratory.ac.id/pdf.Lubis, diakses
tanggal 3 Desember 2012)
Pradjatmo, H. 2000. Pengaruh derajat dan
jenis histopatologik karsinoma serviks
uter i terhadap kemampuan hidup
penderita. Berita Berkala Ilmu
Kedokteran. 32 (2): 111-118.
Schiffman, M, Castle, PE, Jeronimo, J,
Rodriguez, AC, Wacholder, S, 2007,
Human papillomavirus and cervical

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 99
Sardjito Yogyakarta
Nama : Maudilla rahmadhani

Nim : A21713020

Judul : Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks di kecamatan
ngampel kabupaten kendal jawa tengah

Penulis : Ns. Sri wahyuni, M.kep., Sp.kep.mat

Teori : Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita yang menjadi
penyebab kematian setelah penyakit kardio vaskuler. ( Rasjidi, 2009; Longo, 2009). Insiden
Kanker serviks, menurut perkiraan Departemen Kesehatan, 100 per 100.000 penduduk
pertahun(Yatim, 2005). Insiden kematian meningkat akibat masyarakat enggan elakukan
pemeriksaan, sehingga kanker terdiagnosa setelah dalam stadium lanjut. Sebagaimana
ditemukan di wilayah kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal berdasarkan data yang
diperoleh pada bulan September 2012, bahwa sosialisasi tentang kanker serviks sudah
dilakukan dengan cara membagikan leaflet, penyuluhan dan menyelenggarakan papsmear
masal, namun tingkat kehadiran masyarakat masih rendah, yaitu sekitar 30% - 40%. Hasil
wawancara pada 10 orang yang belum melakukan papsmear didapatkan alasan yang
bervasiasi, yang mengatakan belum mengetahui 10%, tidak mempunyai uang 30%,
kurangnya dukungan suami 20% dan 40% lainnya mengatakan sebagian besar wanita
disekitarnya juga belum pernah melakukan periksaan deteksi dini kanker serviks.

Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk menguji mengetahui faktor yang peling
mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks.

Metode : Jenis penelitian kuantitatif non eksperimental dengan studi korelasi. Pengumpulan
data menggunakan kuesioner.

Hasil dan pembahasan : Dukungan suami menjadi faktor penentu karena dukungan
pasangan akan memberikan penguatan terhadap motivasi untuk melakukan deteksi dini
kanker serviks. Suami yang mempunyai pemahaman lebih dapat memberikan penjelasan dan
dukungannya pada istri untuk melaksanakan perilaku sehat. Sebagaimana penelitian yang
dilakukan oleh oleh Shevrin pada tahun 2008 di Amerika. Pada penelitian yang bertujuan
untuk menilai pengaruh pasangan dalam skrining kanker payudara dan kanker serviks. Hasil
yang di dapatkan dari penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pasangan tentang kanker
payudara dan kanker serviks mempengaruhi dukungan terhadap wanita untuk melakukan
skrining. Keberhasilah dan keberlangsungan periaku sehat sangat membutuhkan dukungan
dari keluarga. Dukungan keluarga khususnya suami sangat bermakna untuk guna
meningkatkan status kesehatan wanita. Dukungan suami dapat memberikan keuntungan
emosional atau berpengaruh pada tingkah laku termasuk dalam melakukan deteksi dini
kanker serviks (Supartiningsih, 2003).
Kultur masyarakat jawa yang masih sangat kental di wilayah kecamatan Ngampel Kabupaten
Kendal yang menempatkan suami sebagai penentu pengambil keputusan sangat
mempengaruhi perilaku ibu dalam melakukan deteksi dini kanker serviks. Sehingga
dukungan suami sangat bermakna dalam keberlangsungan perilaku sehat mengingat suami,
seringkali bertindak sebagai pengambil keputusan terhadap upaya pemeliharaan kesehatan
keluarganya (UNFPA, 2004).

Kesimpulan : Banyak faktor yang mempengaruhi seorang wanita berperilaku sehat dengan
melakukan deteksi dini kanker serviks, namun faktor yang paling mempengaruhi adalah
dukungan suami. Dukungan suami 3,05 kali mempengaruhi wanita untuk melakukan deteksi
dini kanker serviks dibandingkan faktor yang lain.

Kelebihan : Dukungan suami menjadi faktor penentu karena dukungan pasangan akan
memberikan penguatan terhadap motivasi untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.

Kekurangan : Penelitian ini masih perlu ditelusuri lebih jauh terutama faktor eksternal yang
mempengaruhi pengambilan keputusan, disarankan agar dapat dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang peran suami dalam meningkatkan motivasi wanita untuk melakukan deteksi
dini kanker serviks.
Judul : faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan kanker serviks pada
wanita usia subur

Penulis : Dwikha gustiana, yulia irvani dewi, sofiana nurchayati

Teori : Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh
yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Prawiroharjo, 2008). Salah satu
penyakit yang dapat menganggu kesehatan organ reproduksi wanita adalah kanker serviks
yang merupakan kanker yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia (Kemenkes,
2012). Kanker merupakan suatu keadaan sel yang bersifat abnormal dimana sel-sel pada
bagian tubuh tertentu tumbuh diluar kendali dan dapat menyerang jaringan lain untuk
membentuk sel-sel kanker lainnya (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, 2009). Hal ini pula yang dapat terjadi pada sel-sel yang melapisi leher rahim,
yang kemudian dikenal dengan sebutan kanker serviks. Dari data World Health Organization
(WHO) tahun 2010, diketahui terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru
di dunia dengan angka kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun.

Tujuan : Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku pencegahan kanker serviks pada WUS. Hasil penelitian ini dapat digunakan
untuk pengembangan ilmu keperawatan kedepannya khususnya pada WUS melalui upaya
promotif dan preventif, sehingga didapatkan perilaku pencegahan yang baik pada WUS.

Metode : Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian survei analitik, yaitu
suatu metode penelitian yang mencoba menggali bagaimana fenomena kesehatan itu terjadi,
yang kemudian datanya dianalisis korelasi /hubungan antar variabel (Notoatmodjo, 2003).

Hasil dan pembahasan :

Karakteristik responden Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden


berusia tidak beresiko (20-35 tahun) yaitu berjumlah 68 orang (68.7%). Pada usia 20-35
tahun wanita berada pada usia produktif. Di usia ini wanita lebih memperhatikan kondisi
tubuhnya agar selalu dalam kondisi prima dan bugar agar terhindar dari berbagai macam
penyakit khususnya untuk persiapan masa tua nantinya. Hasil penelitian didapatkan
responden paling banyak berpendidikan tinggi sebanyak 96 orang (97.0%). Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi (Wawan, 2010). Hasil penelitian didapatkan mayoritas
responden memiliki pendapatan tinggi (> UMR) sebanyak 78 orang (78.8%). Kanker serviks
banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah yang berkaitan dengan gizi dan
imunitas, pada sosial ekonomi rendah umumnya kualitas dan kuantitas makanan kurang hal
ini mempengaruhi imunitas tubuh (Nuranna, 2008). 2. Pengetahuan responden Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 99 orang responden menunjukkan bahwa
pengetahuan responden tentang pencegahan kanker serviks adalah tinggi yaitu sebanyak
53.5%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Komalasari (2012)
didapatkan sebanyak 52.0% responden memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai
pencegahan kanker serviks. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intesitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2005). 3. Dukungan
sosial responden Dukungan sosial pada wanita usia subur dapat bersumber dari pasangan,
keluarga, teman dan tenaga kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden
mendapat dukungan sosial sebanyak 51.5%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Wahyuni (2013) sebanyak 81.25% responden mendapatkan dukungan suami yang baik dan
72.5% mendapat dukungan yang baik dari teman sebaya. Pengaruh sebuah dukungan sosial
yang dijelaskan dalam model main effect hypothesis menunjukkan bahwa dukungan sosial
dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis individu dengan ataupun tanpa tekanan,
dengan kata lain seseorang yang menerima dukungan sosial dengan atau tanpa adanya
tekanan ataupun stres akan cenderung lebih sehat (Sarafino, 2004). 4. Perilaku pencegahan
responden Hasil dari penelitian didapatkan mayoritas responden memiliki perilaku
pencegahan baik terhadap kanker serviks 63.6%. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Efrida (2013) sebanyak 62.9% memiliki perilaku pencegahan
kanker serviks yang baik. Notoatmodjo (2005), mengatakan perilaku adalah suatu kegiatan
atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Setiap WUS perlu
melakukan perilaku pencegahan terhadap kanker serviks, karena pada usia tersebut dapat
beresiko terjadi kanker serviks. Perilaku terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor
utama yaitu stimulus dan respon (Notoatmodjo, 2005). Dimana stimulus merupakan faktor
dari luar diri seseorang (faktor eksternal), dan respon merupakan faktor dari dalam diri
seseorang (faktor internal). Faktor eksternal dan internal inilah yang mempengaruhi
seseorang untuk berperilaku terhadap pencegahan kanker serviks.

Bivariat 1. Hubungan umur terhadap perilaku pencegahan kanker serviks Pada penelitian
yang dilakukan Darayati & Sumawati (2011) didapatkan wanita yang paling banyak terkena
kanker serviks adalah kelompok umur 41-65 tahun. Meningkatnya resiko kanker serviks pada
usia ini merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan
terhadap karsinogen serta makin melemahnya kekebalan tubuh akibat usia. Pada usia tersebut
terjadi pula perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim. Oleh sebab itu sebaiknya
pencegahan telah dilakukan dibawah usia tersebut. Hasil penelitian didapatkan tidak ada
hubungan umur terhadap perilaku pencegahan kanker serviks (ρ=0.306). Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Yuliwati (2012) dimana tidak ada hubungan yang signifikan antara
umur dengan deteksi dini kanker serviks. Hal ini bisa dikaitkan dengan kerentanan terhadap
penyakit. Pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden berumur 20-35 tahun sehingga
merasa belum rentan terhadap kanker serviks. Secara psikologis seseorang akan banyak
melakukan tindakan pencegahan karena merasa lebih rentan terhadap penyakit (Sarafino,
2004).
Kesimpulan : Setelah dilakukan penelitian tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan
perilaku pencegahan kanker serviks pada wanita usia subur, diketahui bahwa mayoritas
responden berusia 20-35 tahun (68.7%), berpendidikan tinggi (97.0%), dan berpendapatan
tinggi (78.8%). Mayoritas responden juga memiliki pengetahuan tinggi tentang pencegahan
kanker serviks (53.5%), memiliki dukungan sosial baik (51.5%), dan memiliki perilaku
pencegahan baik terhadap kanker serviks (63.6%). Hasil analisa bivariat menunjukkan
variabel yang berhubungan terhadap perilaku pencegahan kanker serviks adalah variabel
pengetahuan (ρ=0.045) dan dukungan sosial (ρ=0.000). Sedangkan variabel umur (ρ=0.306),
pendidikan (ρ=1.000), status ekonomi (ρ=0.561) menunjukkan tidak ada hubungan dengan
perilaku pencegahan kanker serviks.

Kelebihan : Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang memiliki dukungan sosial
baik melakukan perilaku pencegahan kanker serviks yang baik sebanyak 44 (86.3%).
Sedangkan responden yang memiliki dukungan sosial buruk sebanyak 19 (39.6%) memiliki
perilaku pencegahan terhadap kanker serviks yang baik. Dengan demikian secara persentase
responden yang memiliki dukungan sosial baik mampu dengan baik pula melakukan
pencegahan terhadap kanker serviks.

Kekurangan : Peneliti berharap masyarakat khususnya wanita usia subur dapat


meningkatkan perilaku pencegahan kanker serviks dengan mencari berbagai macam
informasi dan melakukan pencegahan secara terus-menerus. Masyarakat yang telah
melakukan pencegahan kanker serviks disarankan untuk memberikan dukungan pada wanita
disekelilingnya untuk melakukan perilaku pencegahan kanker serviks.
Judul : Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker
serviks paliatif di rsup dr sardjito yogyakarta

Penulis : dwi susilawati

Teori : Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel kematian (Allan
et al. 2006; Schiffman et al. 2007). Kanker adalah sekelompok penyakit yang dicirikan
dengan pertumbuhan dan penyebaran sel tidak terkontrol dan sel yang abnormal. Salah satu
jenis penyakit kanker adalah kanker serviks. Kanker serviks adalah kanker yang menyerang
uterus, yaitu pada bagian serviks uterus (leher rahim), suatu daerah pada organ reproduksi
perempuan yang merupakan pintu masuk ke arah rahim (uterus) yang terletak antara rahim
dengan liang senggama (vagina) atau rahim bagian bawah. Kanker serviks (leher rahim)
adalah penyakit keganasan yang paling banyak ditemukan pada perempuan yang dapat
berdampak terhadap fisik, mental dan sosial, bahkan kematian penderitanya. Kondisi
demikian sangat merugikan sehingga tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa Cancer is a
public health problem” (Allan et al. 2006; Schiffman et al. 2007). Kanker serviks adalah jenis
kanker kedua setelah kanker payudara yang paling umum diderita oleh perempuan dan
diperkirakan pada tahun 2006 ada sekitar 1,4 juta penderita di seluruh dunia. Setiap tahun,
terjadi lebih dari 460.000 kasus kanker serviks dan sekitar 231.000 penderita meninggal
karena penyakit tersebut dan hampir 80% kasus berada di negara-negara yang sedang
berkembang (Aziz, 2007). Menurut badan registrasi kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi
Indonesia (IDAPI), pada tahun 2008 dari data di 13 rumah sakit pemerintah di Indonesia,
kanker leher rahim(serviks) bahkan menduduki peringkat pertama dari seluruh kasus kanker
(17,2%), diikuti kanker payudara (12,2%). Kejadian kanker serviks di negara negara maju
mulai menurun disebabkan oleh meningkatnya kesadaran untuk deteksi dini dan
penatalaksanaan yang adekuat bila dijumpai kelainan pada serviks.
Tujuan : untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
penderita kanker serviks.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi atau penelitian hubungan
antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok subyek.

Hasil penelitian dan pembahasan : Hasil penelitian ini untuk variabel dukungan keluarga
mayoritas dukungannya baik dan variabel tingkat kecemasan sedang sebanyak responden
(50%) dengan koefisien korelasi -1,000 dan tingkat kemaknaan p 0,001.Hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan diuji statistic dengan menggunakan Gamma
didapatkan hasil nilai p value 0,001 (<0,05) maka uji keputusan ini Ho ditolak dan Ha
diterima, maknanya ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
penderita kanker serviks paliatif. Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa teori yang
berpendapat bahwa penderita kanker serviks membutuhkan dukungan keluarga karena
dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota keluarganya yang
menderita kanker serviks. Menurut Barnes et al (2002), terdapat hubungan yang kuat antara
keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap
aspek perawatan kesehatan anggota keluarga, mulai dari strategi-strategi hingga fase
rehabilitasi.

Menurut De Groot et al (2002), banyak hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh kanker
terhadap kondisi psikologis pasien yang mengalami kecemasan, namun pasienpasien kanker
yang senantiasa memperoleh dukungan keluarga ternyata berhubungan positif dengan
berkurangnya kecemasan.Dukungan ini ternyata membantu perbaikan kesehatan dan
hubungannya dengan kualitas kehidupan penderita kanker serviks. Kecemasan pada penderita
kanker serviks paliatif tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dukungan keluarga semata tetapi
banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor intrinsik antara lain faktor usia, pengalaman
penderita menjalani pengobatan, konsep diri dan peran, tingkat social ekonomi, jenis tindakan
kemoterapi, dan komunikasi terapeutik. Faktor ekstrinsik antara lain faktor kondisi medis,
tingkat pendidikan, akses informasi dan proses adaptasi. Hal tersebut juga dibuktikan dari
hasil penelitian ini. Responden menyatakan bahwa mayoritas dukungan keluarga baik tetapi
responden juga merasa kecemasan dalam kategori sedang. Hasil ini kemungkinanada faktor
lain yang mempengaruhi kecemasan tingkat sedang pada penderita kanker serviks,
berhubungan dengan faktor usia lanjut, tingkat pendidikaan yang rendah atau pekerjaan ibu
rumah tangga yang sehari-harinya dihabiskan dengan pekerjaan rumah,mengurus anak dan
suaminya (Gakidau et al 2008). Kecemasan pada penderita kanker serviks tidak mutlak
dipengaruhi oleh kualitas dukungan keluarga. Kecemasan pasien kanker serviks yang paling
besar berdasarkan faktor internal adalah faktor maturitas, faktor tipe kepribadian dan faktor
keadaan fisik. Faktor eksternal menunjukkan bahwa kecemasan pasien kanker serviks yang
paling besar adalah faktor dukungan sosial dan dukungan keluarga. Menurut De Groot
(2002), menyatakan bahwa profil psikologis penderita kanker seperti kanker serviks yang
datang dalam pemeriksaan medis menunjukkan tingginya tingkat kecemasan, rasa marah dan
keterasingan. Perawatan di rumah sakit juga merupakan salah satu faktor yang mencemaskan
bagi pasien. Pada penderita kanker serviks yang menjalani perawatan di rumah sakit ketika
akan dilakukan operasi, kemoterapi, radiotherapy atau tindakan perawatan yang lainnya, juga
sering mengalami kecemasan.Selain itu, sikap yang tidak personal dari dokter, perawat atau
petugas rumah sakit yang lain penderita merasa menjadi obyek pemeriksaan semata. Kondisi
demikian penderita seringkali merasa kehilangan identitas diri, dan kehilangan kontrol atas
tubuhnya sehingga membuat penderita merasa tidak nyaman menjalani perawatan di rumah
sakit (De Groot 2002).

Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden usia responden


mayoritas direntang 51 sd 64 tahun,tingkat pendidikan responden mayoritas adalah SD,
mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dukungan keluarga penderita kanker serviks
paliatif mayoritas baik. Tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif mayoritas
mengalami tingkat kecemasan sedang. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif di RSUP Dr Sardjito dengan p value
0,001 (< 0,05)

Kelebihan : Hasil penelitian ini untuk variabel dukungan keluarga mayoritas dukungannya
baik dan variabel tingkat kecemasan sedang sebanyak responden (50%) dengan koefisien
korelasi -1,000 dan tingkat kemaknaan p 0,001

Kekurangan : bagi perawat agar senantiasa meningkatkan pelayanan kepada penderita


kanker serviks dengan memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio dan spiritual melalui
pendidikan kesehatan dan konseling kepada penderita maupun keluarga.

Anda mungkin juga menyukai