Abstrak
Latar Belakang, deteksi dini kanker serviks merupakan upaya untuk pencegahan kejadian kanker
servik. Tujuan, penelitian ini bertujuan untuk menguji mengetahui faktor yang peling
mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks. Metodologi, penelitian ini merupakan jenis
penelitian kuantitatif non eksperimental dengan studi korelasi. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner. Jumlah responden 80 yang diambil dengan teknik simple random sampling. Pengolahan
data menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian, faktor yang paling mempengaruhi perilaku
deteksi dini kanker serviks adalah dukungan suami dengan nilai p=0,010 dan OR 3,050. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dukungan suami 3,05 kali mempengaruhi perilaku dalam deteksi dini
kanker serviks.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Di Kecamatan Ngampel 55
Kabupaten Kendal Jawa Tengah
Sri Wahyuni
PENDAHULUAN bervasiasi, yang mengatakan belum
masih rendah, yaitu sekitar 30% - 2012. Data yang diperoleh diolah
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Di Kecamatan Ngampel 57
Kabupaten Kendal Jawa Tengah
Sri Wahyuni
Tabel 2. Hubungan antara usia, pendidikan, status ekonomi, keterjangkauan,
pengetahuan, sikap, dukungan suami dan dukungan sebaya terhadap perilaku
deteksi dini kanker serviks di Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal Jawa
Tengah Tahun 2012 (n=80)
Berdasarkan uji bivariat yang sudah dilakukan, maka faktor-faktor yang masuk
kedalam kandidat uji multivariat adalah pengetahuan, sikap, dukungan suami dan
dukungan sebaya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Di Kecamatan Ngampel 59
Kabupaten Kendal Jawa Tengah
Sri Wahyuni
suami 3,05 kali mempengaruhi
Rasjidi, I. (2009). Deteksi dini
wanita untuk melakukan deteksi
pencegahan kanker pada wanita.
dini kanker serviks dibandingkan Edisi I. Jakarta: Sagung Seto.
faktor yang lain.
Shevrin. (2008). Mexican immigrant
male knowledge and support
toward breast and cervical cancer
SARAN screening. J Immigrant Minority
Health. Vol. 11. Hal. 326 – 333.
Penelitian ini masih perlu ditelusuri Diunduh tanggal 24 Februari
lebih jauh terutama faktor 2011.
eksternal yang mempengaruhi Supartiningsih. (2003). Peran Ganda
pengambilan keputusan, Perempuan, Sebuah Analisis
Filosofis Kritis. Jurnal Filsafat,
disarankan agar dapat dilakukan April 2003, Jilid 33, Nomor 1.
penelitian lebih lanjut tentang diunduh tanggal 29 Mei 2012.
peran suami dalam meningkatkan UNFPA. (2004). Investing in People
motivasi wanita untuk melakukan National Progress in
Implementing The ICPD Program
deteksi dini kanker serviks. of Action.
Abstract
This research aims to determine the influence factors of cervical cancer prevention behavior of childbearing woman.
Methodology on this research was a survey design with cross sectional approach. The sample in this research were 99
respondents who live in Rejosari with snowball sampling technique. Measuring instruments used was a questionnaire. The
analysis used was univariate and bivariate analysis using Chi-Square test and Fisher Exact test. The results showed there were
relations between knowledge (ρ=0.045) and social support (ρ=0.000) toward behavior cervical cancer prevention. While age
(ρ=0.306), education (ρ=1.000), and economy (ρ=0.561) there were not the relations toward behavior cervical cancer
prevention. Based on the results of this research, it is recommended for health care institutions especially for public health
center staff to increased a health education of cervical cancer prevention and extend a health promotion target.
Relationship between family support and anxiety level on palliative cervix cancer patients
in RSUP Dr Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati
Departemen Keperawatan Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas
Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275, Indonesia
email: suziebima@gmail.com
ABSTRAK
Kanker serviks adalah kanker yang menyerang uterus yaitu bagian serviks uterus atau leher rahim,
merupakan penyakit keganasan yang paling banyak ditemukan pada perempuan. Di Indonesia prevalensi
kanker serviks 4, 3 per 1000 penduduk. Prevalensi tertinggi di Yogyakarta 9, 6 per 1000 penduduk. Angka
harapan kesembuhan penderita kanker serviks stadium paliatif adalah kecil, penderita sering mengalami
penderitaan fisik dan psikososial sehingga menimbulkan kecemasan. Penderita kanker serviks memerlukan
dukungan keluarga. Bentuk dukungan keluarga berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan materi dan dukungan informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks. Penelitian ini adalah deskriptif
korelatif dengan rancangan crossectional. Data diperoleh dengan cara responden mengisi kuesioner. Sampel
penelitian yaitu penderita kanker serviks paliatif di Poliklinik Penyakit Kandungan dan IRNA (Anggrek I)
RSUP Dr Sardjito dan memenuhi kriteria inklusi. Data hubungan dianalisis dengan menggunakan Gamma
Corelation. Terdapat hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita
kanker serviks paliatif (r) -1,000. Perawat senantiasa meningkatkan pelayanan kepada penderita kanker
serviks dengan memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio dan spiritual melalui pendidikan kesehatan dan
konseling kepada penderita maupun keluarga.
ABSTRACT
Cervical cancer attacks the part of uterus or cervix which is the most common cancer in women. In
Indonesia, cervical carcinoma prevalence is 4.3 per citizen. Moreover, the highest prevalence in Yogyakarta
is approximately 9.6 per citizen. Life expectation rate of cervical cancer in palliative stadium is low since
patient usually suffers from physical and psychosocial disruption. Family support such as emotional,
appraisal, material and information support is required for cervical cancer patient. To conduct correlation
between family support and level of anxiety in cervical cancer patient. This was correlation descriptive
research with cross sectional design. Data were obtained by respondent which occupy questionnaire.
Sample was cervical carcinoma patient in palliative stadium in Polyclinic of Obstetric & Gynecology
and Patient Room I of CDS Ward (Anggrek I) which fulfill inclusion criteria. Data were analyzed by
Gamma Correlation. The result showed that there was significant correlation between family support and
anxiety level of cervical cancer patient in palliative stadium (r) -1,000. Nurse should increase their
caring and occupy attention in order to fulfill cervical cancer patient’s bio-psycho-sosio and spiritual
needs through health education and patient/family counseling.
Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 87
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071
kematian (Allan et al. 2006; Schiffman et al. 7 (5, 7%) (BPPK, 2008) dan pada tahun 2011
2007). Kanker adalah sekelompok penyakit prevalensi kanker di Indonesia adalah 4, 3 per
yang dicirikan dengan pertumbuhan dan 1000 penduduk, artinya dari setiap 1000 orang
penyebaran sel tidak terkontrol dan sel yang Indonesia sekitar 4 orang di antaranya
abnormal. Salah satu jenis penyakit kanker menderita kanker. Prevalensi kanker tertinggi
adalah kanker serviks. di Indonesia dilaporkan di Provinsi Daerah
Kanker serviks adalah kanker yang Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu 9,6 per
menyerang uterus, yaitu pada bagian serviks 1000 penduduk.Penyebab kanker serviks
uterus (leher rahim), suatu daerah pada organ Sebagian besar (95%) berasal dari lingkungan
reproduksi perempuan yang merupakan pintu berupa virus human papilloma virus (HPV),
masuk ke arah rahim (uterus) yang terletak sementara 5% lainnya adalah faktor
antara rahim dengan liang senggama (vagina) keturunan.
atau rahim bagian bawah. Kanker serviks Human Papiloma Virus (HPV)
(leher rahim) adalah penyakit keganasan yang merupakan faktor inisiator dari kanker serviks
paling banyak ditemukan pada perempuan yang dapat menyebabkan terjadinya
yang dapat berdampak terhadap fisik, mental gangguan sel serviks. Oncoprotein E6 dan E7
dan sosial, bahkan kematian penderitanya. yang berasal dari HPV merupakan penyebab
Kondisi demikian sangat merugikan sehingga terjadinya degenerasi keganasan (Schiffman
tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa et al. 2007). Oncoprotein E6 akan mengikat
Cancer is a public health problem” (Allan p53 sehingga TSG p53 akan kehilangan
et al. 2006; Schiffman et al. 2007). fungsinya. Sedangkan oncoprotein E7 akan
Kanker serviks adalah jenis kanker mengikat TSG Rb, ikatan ini menyebabkan
kedua setelah kanker payudara yang paling terlepasnya E2F, E2F merupakan faktor
umum diderita oleh perempuan dan transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa
diperkirakan pada tahun 2006 ada sekitar 1,4 control. Virus HPV ditularkan melalui
juta penderita di seluruh dunia. Setiap tahun, hubungan seksual. Perempuan dapat tertular
terjadi lebih dari 460.000 kasus kanker serviks dari mitra seksualnya dan laki-laki juga dapat
dan sekitar 231.000 penderita meninggal terjangkit infeksi virus setelah berhubungan
karena penyakit tersebut dan hampir 80% dengan perempuan yang terinfeksi HPV, oleh
kasus berada di negara-negara yang sedang karena itu penyakit kanker serviks sering
berkembang (Aziz, 2007). Menurut badan disebut penyakit akibat hubungan seksual
registrasi kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi (Schiffman et al. 2007).
Indonesia (IDAPI), pada tahun 2008 dari data Kanker serviks terdiri dari stadium I, II,
di 13 rumah sakit pemerintah di Indonesia, III dan stadium IV. Stadium I invasive kanker
kanker leher rahim(serviks) bahkan masih terbatas serviks, stadium II invasive
menduduki peringkat pertama dari seluruh kanker telah menembus serviks tetapi belum
kasus kanker (17,2%), diikuti kanker menembus dinding pelvis atau sepertiga bawah
payudara (12,2%). Kejadian kanker serviks vagina. Kanker pada stadium III telah
di negara negara maju mulai menurun mengalami perluasan lokal dan regional,
disebabkan oleh meningkatnya kesadaran sedangkan pada stase IV, kanker mengalami
untuk deteksi dini dan penatalaksanaan yang metastasis yang sangat meluas (Pradjatmo
adekuat bila dijumpai kelainan pada serviks. 2000; Gakidau et al. 2008). Penderita kanker
Menurut data Departemen Kesehatan serviks yang memiliki stadium penyakit III
Republik Indonesia ditemukan kanker serviks dan IV memiliki prognosis yang buruk atau
sebanyak 100 kasus per 100 ribu penduduk dapat disebut dengan kanker paliatif. Kanker
atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Penyakit paliatif adalah istilah perawatan untuk kanker
kanker merupakan penyebab kematian nomor stadium terminal. Stadium terminal pada
88 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358
kanker secara umum terjadi pada tahap Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang
lanjutan, telah menyebar jauh dan merusak penuh dengan kekhawatiran atau ketegangan
berbagai macam organ dari fungsinya, terhadap suatu ancaman yang sumbernya
bermetastase, menyebabkan kondisi lemah tidak diketahui, bersifat internal, samar-samar
secara umum (Pradjatmo 2000; Gakidau et dan konfliktual. Emosi seperti sedih dan sakit
al. 2008). umumnya akan hilang dengan hilangnya
Angka harapan kesembuhan penderita penyebab, namun tidak dengan
kanker serviks stadium III dan IV sangat kecemasan.Kecemasan merupakan reaksi
kecil, karenaberakibat serius pada kehidupan, normal terhadap situasi yang sangat menekan
penderita sering mengalami penderitaan fisik, kehidupan seseorang dan karena itu
psikososial dan berbagai masalah lain bahkan berlangsung tidak lama. Penting sekali untuk
kematian penderitanya. Pengobatan mungkin mengingat bahwa kecemasan bisa muncul
terus dilakukan tetapi bukan untuk mengobati sendiri atau bergabung dengan gejala–gejala
penyakitnya melainkan hanya untuk lain dari gangguan emosi. Pada penderita
mengurangi atau menghilangkan gejalanya. kanker tahap terminal kecemasan memiliki
Makin lanjut stadiumnya akan memberikan beberapa pengaruh yang sangat merugikan
penderitaan yang makin berat. Penderitaan antara lain, meningkatkan kejadian insomnia,
itu tidak saja dirasakan oleh penderita sendiri, berkurangnya rasa percaya terhadap
tetapi juga keluarganya. Masalah fisik yang kemampuan fisik, dan rendahnya partisipasi
terjadi pada penderita kanker serviks adalah dalam pengobatan dan menjadi rendahnya
adanya nyeri, perubahan warna kulit dan kualitas hidup penderita (Pradjatmo 2000;
konstipasi. Apabila kanker serviks sudah Gakidau et al. 2008).
mengalami progresivitas atau stadium lanjut, The Psychosocial Collaborative
maka gejala-gejala yang timbul antara lain Oncology Group (PSYCOG)
perdarahan setelah melakukan hubungan mengidentifikasi gangguan psikiatri pada
seksual, perdarahan spontan yang terjadi di penderita kanker sebesar 47% yang meliputi
antara periode menstruasi rutin, timbulnya depresi dan ansietas (68%), depresi major
keputihan yang bercampur darah dan berbau, (13%), gangguan mental organik (8%), dan
nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak gangguan kepribadian (7%). Efek negatif dari
bisa buang air kecil, nyeri ketika berhubungan penderita kanker serviks yang depresi dan
seksual (Allan et al. 2006; Schiffman et al. ansietas adalah penderita lebih berisiko tiga
2007). Selain permasalahan fisik, penderita kali lipat menjadi tidak patuh berobat dibanding
kanker serviks sering mengalami masalah penderita yang tidak depresi. Penderita yang
psikologi karena diagnosa kanker serviks tidak patuh berobat apalagi sampai putus
merupakan salah satu peristiwa paling pengobatan akan berdampak buruk bagi
menakutkan yang menyebabkan kecemasan kesehatannya bahkan berakibat kematian,
baik bagi penderita maupun keluarga. oleh karena itu diperlukan adanya dukungan
Masalah sosial yang sering muncul pada keluarga.
penderita kanker serviks adalah isolasi sosial, Dukungan keluarga adalah bantuan
gangguan peran, adanya ketergantungan, yang dapat diberikan kepada anggota
kehilangan kontrol dan kehilangan keluarga lain berupa barang, jasa, informasi
produktifitas (Pradjatmo 2000; Gakidau et al. dan nasihat yang mampu membuat penerima
2008). dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan
Penderita yang mengetahui dirinya tenteram.Dukungan ini merupakan sikap,
mengidap kanker serviks biasanya akan tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
mengalami kecemasan dan merasa cepat penderita yang sakit. Anggota keluarga
akan mati dalam keadaan yang menyedihkan. memandang bahwa orang yang bersifat
Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 89
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071
90 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358
adalah penderita yang terdiagnosa kanker gangguan kecemasan dan panik secara
serviks paliatif (derajat III dan IV) di Poliklinik umum. Penelitian Chang et al cit Jensen
Penyakit Kandungan dan penderita yang (2003) menunjukkan nilai validitas r > 0,7.45.
menjalani rawat inap di Ruang Anggrek Reliabilitas Anxiety VAS sebesar r = 0,78
RSUP DR. Sardjito. Besar sampel dalam menggunakan metode test-retest dengan
penelitian ini adalah seluruh penderita yang selang waktu selama lima menit dan
di Poliklinik Penyakit Kandungan dan didapatkan r = 0,75 dengan selang waktu test-
penderita yang menjalani rawat inap di Ruang retest selama 1 minggu.kuesioner yang lain
Anggrek RSUP DR Sardjito selama bulan adalah tentang dukungan keluarga meliputi
Desember sejumlah 30 responden. Kriteria dukungan emosional, dukungan penghargaan,
inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) dukungan materi dan dukungan informasi.
Penderita yang terdiagnosa kanker serviks Bentuk instrument adalah kuesioner yang
paliatif yang berobat di Poliklinik Penyakit berupa pertanyaan tertutup. Kuesioner
Kandungan dan yang menjalani rawat inap dukungan keluarga pada penderita kanker
di Ruang Anggrek RSUP DR. Sardjito. 2) serviks dibuat sendiri oleh peneliti dengan
Memiliki kesadaran penuh (compos mentis). pengorganisasian terdiri dari empat domain
3) Berusia diatas delapan belas tahun. 4) yaitu: Dukungan Emosional (Emosional
Bersedia mengikuti penelitian. Support, Dukungan Penghargaan (Apprasial
Instrumen yang digunakan dalam Assistance). Dukungan Materi (Tangibile
penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Assistance), Dukungan Informasi (informasi
Peneliti mengumpulkan data secara formal support). Struktur kuesioner pada domain
kepada subyek untuk menjawab pertanyaan dukungan materi dibuat berdasar penelitian
secara tertulis. Pertanyaan dalam kuesioner dari Pearlin et al. (1990); Given and Given
ini terdiri dari beberapa bagian antara lain (1990); Given et al. (2001) mengenai
tentang data karakteristik responden yang dukungan pemenuhan kebutuhan penderita
terdiri dari umur, alamat, pendidikan terakhir, akibat sakit kronis yang terdiri dari dukungan
pekerjaan dalam. Untuk mengetahui tingkat kebutuhan secara langsung dan kebutuhan
kecemasan, yaitu mengukur tingkat tidak langsung.48,49,50 Pertanyaan untuk
kecemasan dengan menggunakan Anxiety dukungan penghargaan dibuat berdasar
Visual Analog Scale (Anxiety VAS). petunjuk dari National Health and Medical
Dengan menggunakan sebuah garis horizontal Research Council Australia (2003) mengenai
yang berupa skala sepanjang 10 cm atau 100 emotional and sosial support.Struktur
mm dengan penilaian dari garis ujung sebelah kuesioner pada domain informasi dan
kiri yang mengindikasikan “tidak ada dukungan emosional secara operasional dibuat
kecemasan” hingga ujung sebelah kanan berdasar definisi teori yang diadopsi dari
yang menyatakan kecemasan luar biasa. instrumen penelitian sebelumnya dari Hoskins
Penderita diminta memberi tanda dengan (1988) dan Kristjanson (1991) pada penelitian
garis vertikal pada garis yang Eriksson and Laur i (2000) mengenai
menggambarkan perasaan cemas yang informational and emotional support for
dialami saat itu. Davey et al. (2007) cancer patient’s relaives.
melaporkan bahwa Anxiety VAS merupakan Uji validitas kuesioner dukungan
alat ukur yang cukup reliable untuk digunakan keluarga menggunakan Pearson product
pada pengukuran cemas. moment dan di dapatkan hasil r hitung terendah
Beberapa studi lainnya menunjukkan bernilai 0,098 dan tertinggi 0,769 dengan r hitung
bahwa Anxiety VAS merupakan alat ukur > 0,312 dilakukan pada 40 penderita kanker
yang valid dan reliable pada pengukuran serviks paliatif. Uji reliabilitas menggunakan
tingkat kecemasan pada penderita dengan Alpha Cronbach didapatkan nilai alpha >
Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 91
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071
0,878. Analisis univariat digunakan untuk (ordinal) dan tingkat kecemasan penderita
mendiskripsikan variabel variabel penelitian (data ordinal). Sebelum dilakukan uji
yaitu data demografi responden, dukungan hubungan dilakukan uji normalitas terhadap
keluarga dan kecemasan penderita kanker data tersebut. Data tingkat kecemasan dan
serviks paliatif di RSUP DR Sardjito dukungan keluarga diuji normalitas datanya
Yogyakarta. Data demografi responden terdiri dengan uji Shapiro-Wilk oleh karena jumlah
dari usia, pekerjaaan dan tingkat pendidikan. sampel kurang dari 50 sampel. Didapatkan
Data demografi dalam bentuk kategorikal hasil p = 0,001 untuk tingkat kecemasan dan
akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi p = 0,002untuk data dukungan keluarga.
dan persentase. Analisa univariat dilakukan Kedua data tersebut kurang dari 0,05 yang
pula untuk data tingkat kecemasan dan berarti data tidak terdistribusi normal.
dukungan keluarga.Tingkat kecemasan Datayang tidak terdistribusi normal maka uji
dikategorikan menjadi tidak cemas (0-4 mm), hipotesis hubungan menggunakan uji gamma
cemas ringan (5-44 mm), cemas sedang (45- correlation (uji non parametrik) dengan
74 mm) dan cemas berat (75-100 mm). tingkat kemaknaan (á) < 0,05 (CI 95%).
Dukungan keluarga dikategorikan dalam
bentuk ada dukungan buruk (skor 0 - 7), HASIL DAN PEMBAHASAN
dukungan cukup (skor 8-14), dukungan baik
(skor 15 - 22). Kedua data akan disajikan Hasil
dalam bentuk frekuensi dan persentase.
Analisa bivariat dilakukan untuk menguji Karakteristik Responden
hipotesis hubungan antara dukungan keluarga
Tabel 1 Karakteristik responden penelitian, penderita kanker serviks paliatif di Poliklinik Penyakit
Kandungan dan IRNA I, RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, bulan Desember 2012 (n=30)
Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa responden mayoritas bekerja sebagai ibu
mayoritas usia responden direntang 51 sd 64 rumah tangga (50%).
tahun (53,3%), tingkat pendidikan responden
mayor itas SD 14 orang (46,7%) dan
92 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358
Tabel 4. Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif,
di Poliklinik Penyakit Kandungan dan IRNA I, RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, bulan
Desember 2012 (n=30).
Tingkat Kecemasan Kemaknaan Koefisien
Variabel Ringan Sedang Berat Total (P) Korelasi (R)
(F) (%) (F) (%) (F)(%)
Kategori 0,001 -1,000
dukungan
Buruk 0 0 1(3,3) 1(3,3)
Cukup 0 0 6(20) 6(20)
Baik 6(20) 15(50) 2(6,7) 23(76,7)
Total 6(20) 15(50) 9(30) 30(100)
Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 93
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071
umumnya terjadi pada usia 40 sampai 50 disusul pada rentang usia 31 tahun 40
tahun. CIN kemudian berkembang menjadi tahun.Sesuai dengan hasil penelitian ini dan
karsinoma in-situ dan akhirnya menjadi penelitian sebelumnya, terlihat bahwa
karsinoma invasif. umumnya penderita ditemukan pada usia
Menurut WHO, waktu yang dibutuhkan diatas 40 tahun. Hal tersebut disebabkan
bervariasai dari awal terjadinya infeksi HPV karena usia 40 tahun ke atas merupakan usia
menjadi sel kanker. Waktu dari yang rentan dengan terjadinya gangguan
teridentifikasinya karsinoma in-situ biasanya kesehatan karena proses degeneratif.
memerlukan waktu 10-20 tahun untuk
berkembang menjadi karsinoma invasif, hal Tingkat Pendidikan
ini memungkinkan untuk pengendalian kanker
serviks bisa dilakukan melalui skrining.Secara Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
umum cakupan skrining di negara mayoritas tingkat pendidikan responden
berkembang sangat rendah. Survai berbasis adalah SD 14 orang (46,7%) dan responden
populasi yang dilakukan oleh Gakidou et.al yang tidak lulus SD ada 5 orang atau 16,7 %.
mengindikasikan bahwa cakupan skrining di Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
negara berkembang r ata-rata 19% penelitian Kusumawati yang menyimpulkan
sedangkan di negara-negara maju mencapai bahwa sebagian besar pasien kanker serviks
63%.Menurut estimasi data dari WHO di RSUP Dr Sardjito mempunyai status
cakupan angka pemeriksaan pap smear di pendidikan Sekolah Dasar (36,8%) dan tidak
negara berkembang hanya 5% termasuk di sekolah/tidak tamat SD (31,6%). Status
Indonesia.Hasil ini sesuai dengan pendidikan penderita kanker leher rahim
Champbell.et.al dalam faktor resiko kanker umumnya rendah, hal ini berhubungan dengan
serviks, menyatakan bahwa kanker serviks status sosial ekonomi yang rendah. Status
sering terjadi pada perempuan usia 40 sampai pendidikan yang rendah sangat berpengaruh
60 tahun meskipun ada perempuan yang terhadap pengetahuan dan sikap terhadap
menderita kanker serviks pada usia 30 adanya gejala kanker leher rahim, seperti
tahun.Hasil penelitian ini sesuai dengan perdarahan abnormal pervaginam dan
penelitian yang dilakukan oleh Yunitasari di discharge vagina abnormal. Hal serupa juga
RSU Dr Kariadi Semarang bahwa usia disimpulkan oleh Rauf dan Thamrin, yang
penderita kanker mayoritas diatas 50 tahun. melakukan penelitian pada Januari 2002
Nugrahaeni dan Salamah dalam sebuah studi sampai Desember 2003 di empat rumah sakit
kasus di RS “X” Surabaya juga menemukan di Makasar dengan 173 responden penderita
bahwa mayoritas penderita kanker serviks kanker serviks menyatakan bahwa tingkat
usianya di atas 50 tahun. Nadia dalam pendidikan penderita kanker serviks adalah
penelitiannya yang dilakukan pada penderita SD (45,7%).Tingkat pendidikan seseorang
kanker serviks di RSCM pada tahun 2007 akan berpengaruh dalam memberikan respon
menyimpulkan bahwa ada korelasi antara terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang
stadium dan usia penderita kanker serviks yang berpendidikan tinggi umumnya akan
artinya semakin lanjut usia semakin tinggi memberikan respon yang lebih rasional
stadium kanker serviks yang terdiagnosis. terhadap informasi dan berfikir jauh tentang
Ditinjau dari distribusi usia penderita kanker keuntungan yang diperoleh dari gagasan
serviks hasil penelitian ini berbeda dengan hasil tersebut. Tingkat pendidikan juga akan
penelitian yang dilakukan oleh Oemiyati mempengaruhi kemampuan individu dalam
penderita kanker serviks di DKI Jakarta mengontrol hidupnya. Individu termotivasi
mayoritas terjadi pada usia produktif yaitu untuk memelihara kesehatan dengan lebih
rentang usia 41 tahun sampai dengan 50 tahun baik dengan sikap positif dalam hidup dengan
94 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358
Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 95
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071
96 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358
kecemasan akan menghindari hal-hal yang Menurut De Groot et al (2002), banyak hasil
membuat dirinya terancam dan menutup diri penelitian yang menunjukkan pengaruh
terhadap lingkungannya. Sebaliknya penderita kanker terhadap kondisi psikologis pasien
yang nyaman terhindar dari kecemasan akan yang mengalami kecemasan, namun pasien-
mencegah terjadinya penurunan system imun pasien kanker yang senantiasa memperoleh
sehingga mempercepat proses kesembuhan. dukungan keluarga ternyata berhubungan
Adanya perasaan tenang dan nyaman saat positif dengan berkurangnya
perawatan tubuh akan menghasilkan hormone kecemasan.Dukungan ini ternyata membantu
endorphin, yang menyebabkan otot tubuh perbaikan kesehatan dan hubungannya
rilek, system imun meningkat, kadar oksigen dengan kualitas kehidupan penderita kanker
dalam darah naik dan penderita akan serviks. Kecemasan pada penderita kanker
mengantuk sehingga bisa beristirahat dengan serviks paliatif tidak hanya dipengaruhi oleh
tenang. Hormon ini memperkuat system faktor dukungan keluarga semata tetapi
kekebelan tubuh untuk melawan infeksi dan banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor
dikenal sebagai morfin tubuh yang intrinsik antara lain faktor usia, pengalaman
menimbulkan efek sensasi yang sehat dan penderita menjalani pengobatan, konsep diri
nyaman. dan peran, tingkat social ekonomi, jenis
tindakan kemoterapi, dan komunikasi
Hubungan Antara Dukungan Keluarga terapeutik. Faktor ekstrinsik antara lain faktor
dengan Tingkat Kecemasan Penderita kondisi medis, tingkat pendidikan, akses
Kanker Serviks paliatif. informasi dan proses adaptasi. Hal tersebut
juga dibuktikan dari hasil penelitian ini.
Hasil penelitian ini untuk variabel Responden menyatakan bahwa mayoritas
dukungan keluarga mayoritas dukungannya dukungan keluarga baik tetapi responden juga
baik dan variabel tingkat kecemasan sedang merasa kecemasan dalam kategori sedang.
sebanyak responden (50%) dengan koefisien Hasil ini kemungkinanada faktor lain yang
korelasi -1,000 dan tingkat kemaknaan p mempengaruhi kecemasan tingkat sedang
0,001.Hubungan antara dukungan keluarga pada penderita kanker serviks, berhubungan
dengan tingkat kecemasan diuji statistic dengan faktor usia lanjut, tingkat pendidikaan
dengan menggunakan Gamma didapatkan yang rendah atau pekerjaan ibu rumah tangga
hasil nilai p value 0,001 (<0,05) maka uji yang sehari-harinya dihabiskan dengan
keputusan ini Ho ditolak dan Ha diterima, peker jaan rumah,mengurus anak dan
maknanya ada hubungan antara dukungan suaminya (Gakidau et al 2008).
keluarga dengan tingkat kecemasan penderita Kecemasan pada penderita kanker
kanker serviks paliatif. Hasil penelitian ini serviks tidak mutlak dipengaruhi oleh kualitas
sesuai dengan beberapa teori yang dukungan keluarga. Kecemasan pasien
berpendapat bahwa penderita kanker serviks kanker serviks yang paling besar berdasarkan
membutuhkan dukungan keluarga karena faktor internal adalah faktor maturitas, faktor
dukungan keluarga sangat berpengaruh tipe kepribadian dan faktor keadaan fisik.
terhadap kesehatan mental anggota Faktor eksternal menunjukkan bahwa
keluarganya yang menderita kanker serviks. kecemasan pasien kanker serviks yang paling
Menurut Barnes et al (2002), terdapat besar adalah faktor dukungan sosial dan
hubungan yang kuat antara keluarga dan status dukungan keluarga. Menurut De Groot (2002),
kesehatan anggotanya dimana peran keluarga menyatakan bahwa profil psikologis penderita
sangat penting bagi setiap aspek perawatan kanker seperti kanker serviks yang datang
kesehatan anggota keluarga, mulai dari dalam pemeriksaan medis menunjukkan
strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. tingginya tingkat kecemasan, rasa marah dan
Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 97
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071
keterasingan. Perawatan di rumah sakit juga keluarganya yang menderita sakit kanker
merupakan salah satu faktor yang serviks dengan memberikan dukungan sesuai
mencemaskan bagi pasien. Pada penderita dengan materi-materi dukungan emosional,
kanker serviks yang menjalani perawatan di dukungan penghargaan, dukungan materi dan
rumah sakit ketika akan dilakukan operasi, dukungan informasi dalam penelitian ini.
kemoterapi, radiotherapy atau tindakan Disarankan bagi penelitian selanjutnya,
perawatan yang lainnya, juga sering penelitian ini dijadikan sumber dan bahan
mengalami kecemasan.Selain itu, sikap yang pembanding bagi yang berkepentingan untuk
tidak personal dari dokter, perawat atau melanjutkan penelitian yang lebih komplek
petugas rumah sakit yang lain penderita misalnya penelitian kualitatif tentang persepsi
merasa menjadi obyek pemeriksaan semata. penderita kanker serviks terhadap dukungan
Kondisi demikian penderita seringkali merasa keluarga atau hubungan antara usia, tingkat
kehilangan identitas diri, dan kehilangan pendidikan dan pekerjaan dengan tingkat
kontrol atas tubuhnya sehingga membuat kecemasan penderita kanker serviks paliatif.
penderita merasa tidak nyaman menjalani
perawatan di rumah sakit (De Groot 2002). DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN. Allan H., Goroll. Albert G., Mulley. 2006.
Primary Care Medicine : Office
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Evaluation and Management of the
karakteristik responden usia responden Adult Patient, Philadelphia : Lippincot
mayoritas direntang 51 sd 64 tahun,tingkat Williams & Wilkins.
pendidikan responden mayoritas adalah SD, Aziz, M.F. 2006. ‘Masalah pada Kanker
mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga. Serviks. Cermin Dunia Kedokteran,
Dukungan keluarga penderita kanker serviks vol 133; 5-7.
paliatif mayoritas baik. Tingkat kecemasan Badan Penelitian dan Pengembangan
penderita kanker serviks paliatif mayoritas Kesehatan (BPPK. 2008. Riset
mengalami tingkat kecemasan sedang. Ada Kesehatan Dasar (Online) http://
hubungan antara dukungan keluarga dengan www.terbitan.litbang.depkes.go.id/
tingkat kecemasan penderita kanker serviks pener bitan/index.php/blp/catalog,
paliatif di RSUP Dr Sardjito dengan p value (diakses tanggal 15 Desembar 2012)
0,001 (< 0,05) Barnes, J., Kroll, L., Lee, J., Burke, O., Jones,
Disarankan bagi perawat agar A., & Stein, A. 2002. ‘Factors Predicting
senantiasa meningkatkan pelayanan kepada Communication about the Diagnosis of
penderita kanker serviks dengan Maternal Breast Cancer to Children’.
memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio dan Journal of Psychosomatic Research,
spiritual melalui pendidikan kesehatan dan 52, 209 – 214.
konseling kepada penderita maupun keluarga. Colegrave, S., Holcombe, C., & Salmon, P.
Disarankan bagi institusi pendidikan hasil 2001. ‘Psychological Characteristics of
penelitian ini dapat digunakan sebagai Women Presenting with Breast Pain’.
referensi/sumbangan materi bagi mahasiswa Journal of Psychosomatic Research,
agar mahasiswa memahami tentang 50, 303 – 307.
dukungan keluarga dan kecemasan penderita De Groot, JM. 2002. ‘The Complexity of the
kanker serviks paliatif dengan mempelajari Role of Social Support in Relation to the
Psychological Distress Associated with
materi dukungan dan kecemasan dalam
Cancer ’, Journal of Psychosomatic
penelitian ini. Di saran bagi keluarga mampu
Research, 52, 277 – 278.
senantiasa mengembangkan diri dalam
rangka memberi motivasi kepada anggota
98 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358
Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 99
Sardjito Yogyakarta
Nama : Maudilla rahmadhani
Nim : A21713020
Judul : Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks di kecamatan
ngampel kabupaten kendal jawa tengah
Teori : Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita yang menjadi
penyebab kematian setelah penyakit kardio vaskuler. ( Rasjidi, 2009; Longo, 2009). Insiden
Kanker serviks, menurut perkiraan Departemen Kesehatan, 100 per 100.000 penduduk
pertahun(Yatim, 2005). Insiden kematian meningkat akibat masyarakat enggan elakukan
pemeriksaan, sehingga kanker terdiagnosa setelah dalam stadium lanjut. Sebagaimana
ditemukan di wilayah kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal berdasarkan data yang
diperoleh pada bulan September 2012, bahwa sosialisasi tentang kanker serviks sudah
dilakukan dengan cara membagikan leaflet, penyuluhan dan menyelenggarakan papsmear
masal, namun tingkat kehadiran masyarakat masih rendah, yaitu sekitar 30% - 40%. Hasil
wawancara pada 10 orang yang belum melakukan papsmear didapatkan alasan yang
bervasiasi, yang mengatakan belum mengetahui 10%, tidak mempunyai uang 30%,
kurangnya dukungan suami 20% dan 40% lainnya mengatakan sebagian besar wanita
disekitarnya juga belum pernah melakukan periksaan deteksi dini kanker serviks.
Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk menguji mengetahui faktor yang peling
mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks.
Metode : Jenis penelitian kuantitatif non eksperimental dengan studi korelasi. Pengumpulan
data menggunakan kuesioner.
Hasil dan pembahasan : Dukungan suami menjadi faktor penentu karena dukungan
pasangan akan memberikan penguatan terhadap motivasi untuk melakukan deteksi dini
kanker serviks. Suami yang mempunyai pemahaman lebih dapat memberikan penjelasan dan
dukungannya pada istri untuk melaksanakan perilaku sehat. Sebagaimana penelitian yang
dilakukan oleh oleh Shevrin pada tahun 2008 di Amerika. Pada penelitian yang bertujuan
untuk menilai pengaruh pasangan dalam skrining kanker payudara dan kanker serviks. Hasil
yang di dapatkan dari penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pasangan tentang kanker
payudara dan kanker serviks mempengaruhi dukungan terhadap wanita untuk melakukan
skrining. Keberhasilah dan keberlangsungan periaku sehat sangat membutuhkan dukungan
dari keluarga. Dukungan keluarga khususnya suami sangat bermakna untuk guna
meningkatkan status kesehatan wanita. Dukungan suami dapat memberikan keuntungan
emosional atau berpengaruh pada tingkah laku termasuk dalam melakukan deteksi dini
kanker serviks (Supartiningsih, 2003).
Kultur masyarakat jawa yang masih sangat kental di wilayah kecamatan Ngampel Kabupaten
Kendal yang menempatkan suami sebagai penentu pengambil keputusan sangat
mempengaruhi perilaku ibu dalam melakukan deteksi dini kanker serviks. Sehingga
dukungan suami sangat bermakna dalam keberlangsungan perilaku sehat mengingat suami,
seringkali bertindak sebagai pengambil keputusan terhadap upaya pemeliharaan kesehatan
keluarganya (UNFPA, 2004).
Kesimpulan : Banyak faktor yang mempengaruhi seorang wanita berperilaku sehat dengan
melakukan deteksi dini kanker serviks, namun faktor yang paling mempengaruhi adalah
dukungan suami. Dukungan suami 3,05 kali mempengaruhi wanita untuk melakukan deteksi
dini kanker serviks dibandingkan faktor yang lain.
Kelebihan : Dukungan suami menjadi faktor penentu karena dukungan pasangan akan
memberikan penguatan terhadap motivasi untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
Kekurangan : Penelitian ini masih perlu ditelusuri lebih jauh terutama faktor eksternal yang
mempengaruhi pengambilan keputusan, disarankan agar dapat dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang peran suami dalam meningkatkan motivasi wanita untuk melakukan deteksi
dini kanker serviks.
Judul : faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan kanker serviks pada
wanita usia subur
Teori : Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh
yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Prawiroharjo, 2008). Salah satu
penyakit yang dapat menganggu kesehatan organ reproduksi wanita adalah kanker serviks
yang merupakan kanker yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia (Kemenkes,
2012). Kanker merupakan suatu keadaan sel yang bersifat abnormal dimana sel-sel pada
bagian tubuh tertentu tumbuh diluar kendali dan dapat menyerang jaringan lain untuk
membentuk sel-sel kanker lainnya (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, 2009). Hal ini pula yang dapat terjadi pada sel-sel yang melapisi leher rahim,
yang kemudian dikenal dengan sebutan kanker serviks. Dari data World Health Organization
(WHO) tahun 2010, diketahui terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru
di dunia dengan angka kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun.
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku pencegahan kanker serviks pada WUS. Hasil penelitian ini dapat digunakan
untuk pengembangan ilmu keperawatan kedepannya khususnya pada WUS melalui upaya
promotif dan preventif, sehingga didapatkan perilaku pencegahan yang baik pada WUS.
Metode : Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian survei analitik, yaitu
suatu metode penelitian yang mencoba menggali bagaimana fenomena kesehatan itu terjadi,
yang kemudian datanya dianalisis korelasi /hubungan antar variabel (Notoatmodjo, 2003).
Bivariat 1. Hubungan umur terhadap perilaku pencegahan kanker serviks Pada penelitian
yang dilakukan Darayati & Sumawati (2011) didapatkan wanita yang paling banyak terkena
kanker serviks adalah kelompok umur 41-65 tahun. Meningkatnya resiko kanker serviks pada
usia ini merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan
terhadap karsinogen serta makin melemahnya kekebalan tubuh akibat usia. Pada usia tersebut
terjadi pula perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim. Oleh sebab itu sebaiknya
pencegahan telah dilakukan dibawah usia tersebut. Hasil penelitian didapatkan tidak ada
hubungan umur terhadap perilaku pencegahan kanker serviks (ρ=0.306). Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Yuliwati (2012) dimana tidak ada hubungan yang signifikan antara
umur dengan deteksi dini kanker serviks. Hal ini bisa dikaitkan dengan kerentanan terhadap
penyakit. Pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden berumur 20-35 tahun sehingga
merasa belum rentan terhadap kanker serviks. Secara psikologis seseorang akan banyak
melakukan tindakan pencegahan karena merasa lebih rentan terhadap penyakit (Sarafino,
2004).
Kesimpulan : Setelah dilakukan penelitian tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan
perilaku pencegahan kanker serviks pada wanita usia subur, diketahui bahwa mayoritas
responden berusia 20-35 tahun (68.7%), berpendidikan tinggi (97.0%), dan berpendapatan
tinggi (78.8%). Mayoritas responden juga memiliki pengetahuan tinggi tentang pencegahan
kanker serviks (53.5%), memiliki dukungan sosial baik (51.5%), dan memiliki perilaku
pencegahan baik terhadap kanker serviks (63.6%). Hasil analisa bivariat menunjukkan
variabel yang berhubungan terhadap perilaku pencegahan kanker serviks adalah variabel
pengetahuan (ρ=0.045) dan dukungan sosial (ρ=0.000). Sedangkan variabel umur (ρ=0.306),
pendidikan (ρ=1.000), status ekonomi (ρ=0.561) menunjukkan tidak ada hubungan dengan
perilaku pencegahan kanker serviks.
Kelebihan : Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang memiliki dukungan sosial
baik melakukan perilaku pencegahan kanker serviks yang baik sebanyak 44 (86.3%).
Sedangkan responden yang memiliki dukungan sosial buruk sebanyak 19 (39.6%) memiliki
perilaku pencegahan terhadap kanker serviks yang baik. Dengan demikian secara persentase
responden yang memiliki dukungan sosial baik mampu dengan baik pula melakukan
pencegahan terhadap kanker serviks.
Teori : Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel kematian (Allan
et al. 2006; Schiffman et al. 2007). Kanker adalah sekelompok penyakit yang dicirikan
dengan pertumbuhan dan penyebaran sel tidak terkontrol dan sel yang abnormal. Salah satu
jenis penyakit kanker adalah kanker serviks. Kanker serviks adalah kanker yang menyerang
uterus, yaitu pada bagian serviks uterus (leher rahim), suatu daerah pada organ reproduksi
perempuan yang merupakan pintu masuk ke arah rahim (uterus) yang terletak antara rahim
dengan liang senggama (vagina) atau rahim bagian bawah. Kanker serviks (leher rahim)
adalah penyakit keganasan yang paling banyak ditemukan pada perempuan yang dapat
berdampak terhadap fisik, mental dan sosial, bahkan kematian penderitanya. Kondisi
demikian sangat merugikan sehingga tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa Cancer is a
public health problem” (Allan et al. 2006; Schiffman et al. 2007). Kanker serviks adalah jenis
kanker kedua setelah kanker payudara yang paling umum diderita oleh perempuan dan
diperkirakan pada tahun 2006 ada sekitar 1,4 juta penderita di seluruh dunia. Setiap tahun,
terjadi lebih dari 460.000 kasus kanker serviks dan sekitar 231.000 penderita meninggal
karena penyakit tersebut dan hampir 80% kasus berada di negara-negara yang sedang
berkembang (Aziz, 2007). Menurut badan registrasi kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi
Indonesia (IDAPI), pada tahun 2008 dari data di 13 rumah sakit pemerintah di Indonesia,
kanker leher rahim(serviks) bahkan menduduki peringkat pertama dari seluruh kasus kanker
(17,2%), diikuti kanker payudara (12,2%). Kejadian kanker serviks di negara negara maju
mulai menurun disebabkan oleh meningkatnya kesadaran untuk deteksi dini dan
penatalaksanaan yang adekuat bila dijumpai kelainan pada serviks.
Tujuan : untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
penderita kanker serviks.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi atau penelitian hubungan
antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok subyek.
Hasil penelitian dan pembahasan : Hasil penelitian ini untuk variabel dukungan keluarga
mayoritas dukungannya baik dan variabel tingkat kecemasan sedang sebanyak responden
(50%) dengan koefisien korelasi -1,000 dan tingkat kemaknaan p 0,001.Hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan diuji statistic dengan menggunakan Gamma
didapatkan hasil nilai p value 0,001 (<0,05) maka uji keputusan ini Ho ditolak dan Ha
diterima, maknanya ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
penderita kanker serviks paliatif. Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa teori yang
berpendapat bahwa penderita kanker serviks membutuhkan dukungan keluarga karena
dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota keluarganya yang
menderita kanker serviks. Menurut Barnes et al (2002), terdapat hubungan yang kuat antara
keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap
aspek perawatan kesehatan anggota keluarga, mulai dari strategi-strategi hingga fase
rehabilitasi.
Menurut De Groot et al (2002), banyak hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh kanker
terhadap kondisi psikologis pasien yang mengalami kecemasan, namun pasienpasien kanker
yang senantiasa memperoleh dukungan keluarga ternyata berhubungan positif dengan
berkurangnya kecemasan.Dukungan ini ternyata membantu perbaikan kesehatan dan
hubungannya dengan kualitas kehidupan penderita kanker serviks. Kecemasan pada penderita
kanker serviks paliatif tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dukungan keluarga semata tetapi
banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor intrinsik antara lain faktor usia, pengalaman
penderita menjalani pengobatan, konsep diri dan peran, tingkat social ekonomi, jenis tindakan
kemoterapi, dan komunikasi terapeutik. Faktor ekstrinsik antara lain faktor kondisi medis,
tingkat pendidikan, akses informasi dan proses adaptasi. Hal tersebut juga dibuktikan dari
hasil penelitian ini. Responden menyatakan bahwa mayoritas dukungan keluarga baik tetapi
responden juga merasa kecemasan dalam kategori sedang. Hasil ini kemungkinanada faktor
lain yang mempengaruhi kecemasan tingkat sedang pada penderita kanker serviks,
berhubungan dengan faktor usia lanjut, tingkat pendidikaan yang rendah atau pekerjaan ibu
rumah tangga yang sehari-harinya dihabiskan dengan pekerjaan rumah,mengurus anak dan
suaminya (Gakidau et al 2008). Kecemasan pada penderita kanker serviks tidak mutlak
dipengaruhi oleh kualitas dukungan keluarga. Kecemasan pasien kanker serviks yang paling
besar berdasarkan faktor internal adalah faktor maturitas, faktor tipe kepribadian dan faktor
keadaan fisik. Faktor eksternal menunjukkan bahwa kecemasan pasien kanker serviks yang
paling besar adalah faktor dukungan sosial dan dukungan keluarga. Menurut De Groot
(2002), menyatakan bahwa profil psikologis penderita kanker seperti kanker serviks yang
datang dalam pemeriksaan medis menunjukkan tingginya tingkat kecemasan, rasa marah dan
keterasingan. Perawatan di rumah sakit juga merupakan salah satu faktor yang mencemaskan
bagi pasien. Pada penderita kanker serviks yang menjalani perawatan di rumah sakit ketika
akan dilakukan operasi, kemoterapi, radiotherapy atau tindakan perawatan yang lainnya, juga
sering mengalami kecemasan.Selain itu, sikap yang tidak personal dari dokter, perawat atau
petugas rumah sakit yang lain penderita merasa menjadi obyek pemeriksaan semata. Kondisi
demikian penderita seringkali merasa kehilangan identitas diri, dan kehilangan kontrol atas
tubuhnya sehingga membuat penderita merasa tidak nyaman menjalani perawatan di rumah
sakit (De Groot 2002).
Kelebihan : Hasil penelitian ini untuk variabel dukungan keluarga mayoritas dukungannya
baik dan variabel tingkat kecemasan sedang sebanyak responden (50%) dengan koefisien
korelasi -1,000 dan tingkat kemaknaan p 0,001