Nim : A21713020
Judul : Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks di kecamatan
ngampel kabupaten kendal jawa tengah
Teori : Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita yang menjadi
penyebab kematian setelah penyakit kardio vaskuler. ( Rasjidi, 2009; Longo, 2009). Insiden
Kanker serviks, menurut perkiraan Departemen Kesehatan, 100 per 100.000 penduduk
pertahun(Yatim, 2005). Insiden kematian meningkat akibat masyarakat enggan elakukan
pemeriksaan, sehingga kanker terdiagnosa setelah dalam stadium lanjut. Sebagaimana
ditemukan di wilayah kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal berdasarkan data yang
diperoleh pada bulan September 2012, bahwa sosialisasi tentang kanker serviks sudah
dilakukan dengan cara membagikan leaflet, penyuluhan dan menyelenggarakan papsmear
masal, namun tingkat kehadiran masyarakat masih rendah, yaitu sekitar 30% - 40%. Hasil
wawancara pada 10 orang yang belum melakukan papsmear didapatkan alasan yang
bervasiasi, yang mengatakan belum mengetahui 10%, tidak mempunyai uang 30%,
kurangnya dukungan suami 20% dan 40% lainnya mengatakan sebagian besar wanita
disekitarnya juga belum pernah melakukan periksaan deteksi dini kanker serviks.
Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk menguji mengetahui faktor yang peling
mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks.
Metode : Jenis penelitian kuantitatif non eksperimental dengan studi korelasi. Pengumpulan
data menggunakan kuesioner.
Hasil dan pembahasan : Dukungan suami menjadi faktor penentu karena dukungan
pasangan akan memberikan penguatan terhadap motivasi untuk melakukan deteksi dini
kanker serviks. Suami yang mempunyai pemahaman lebih dapat memberikan penjelasan dan
dukungannya pada istri untuk melaksanakan perilaku sehat. Sebagaimana penelitian yang
dilakukan oleh oleh Shevrin pada tahun 2008 di Amerika. Pada penelitian yang bertujuan
untuk menilai pengaruh pasangan dalam skrining kanker payudara dan kanker serviks. Hasil
yang di dapatkan dari penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pasangan tentang kanker
payudara dan kanker serviks mempengaruhi dukungan terhadap wanita untuk melakukan
skrining. Keberhasilah dan keberlangsungan periaku sehat sangat membutuhkan dukungan
dari keluarga. Dukungan keluarga khususnya suami sangat bermakna untuk guna
meningkatkan status kesehatan wanita. Dukungan suami dapat memberikan keuntungan
emosional atau berpengaruh pada tingkah laku termasuk dalam melakukan deteksi dini
kanker serviks (Supartiningsih, 2003).
Kultur masyarakat jawa yang masih sangat kental di wilayah kecamatan Ngampel Kabupaten
Kendal yang menempatkan suami sebagai penentu pengambil keputusan sangat
mempengaruhi perilaku ibu dalam melakukan deteksi dini kanker serviks. Sehingga
dukungan suami sangat bermakna dalam keberlangsungan perilaku sehat mengingat suami,
seringkali bertindak sebagai pengambil keputusan terhadap upaya pemeliharaan kesehatan
keluarganya (UNFPA, 2004).
Kesimpulan : Banyak faktor yang mempengaruhi seorang wanita berperilaku sehat dengan
melakukan deteksi dini kanker serviks, namun faktor yang paling mempengaruhi adalah
dukungan suami. Dukungan suami 3,05 kali mempengaruhi wanita untuk melakukan deteksi
dini kanker serviks dibandingkan faktor yang lain.
Kelebihan : Dukungan suami menjadi faktor penentu karena dukungan pasangan akan
memberikan penguatan terhadap motivasi untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
Kekurangan : Penelitian ini masih perlu ditelusuri lebih jauh terutama faktor eksternal yang
mempengaruhi pengambilan keputusan, disarankan agar dapat dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang peran suami dalam meningkatkan motivasi wanita untuk melakukan deteksi
dini kanker serviks.
Judul : faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan kanker serviks pada
wanita usia subur
Teori : Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh
yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Prawiroharjo, 2008). Salah satu
penyakit yang dapat menganggu kesehatan organ reproduksi wanita adalah kanker serviks
yang merupakan kanker yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia (Kemenkes,
2012). Kanker merupakan suatu keadaan sel yang bersifat abnormal dimana sel-sel pada
bagian tubuh tertentu tumbuh diluar kendali dan dapat menyerang jaringan lain untuk
membentuk sel-sel kanker lainnya (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, 2009). Hal ini pula yang dapat terjadi pada sel-sel yang melapisi leher rahim,
yang kemudian dikenal dengan sebutan kanker serviks. Dari data World Health Organization
(WHO) tahun 2010, diketahui terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru
di dunia dengan angka kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun.
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku pencegahan kanker serviks pada WUS. Hasil penelitian ini dapat digunakan
untuk pengembangan ilmu keperawatan kedepannya khususnya pada WUS melalui upaya
promotif dan preventif, sehingga didapatkan perilaku pencegahan yang baik pada WUS.
Metode : Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian survei analitik, yaitu
suatu metode penelitian yang mencoba menggali bagaimana fenomena kesehatan itu terjadi,
yang kemudian datanya dianalisis korelasi /hubungan antar variabel (Notoatmodjo, 2003).
Bivariat 1. Hubungan umur terhadap perilaku pencegahan kanker serviks Pada penelitian
yang dilakukan Darayati & Sumawati (2011) didapatkan wanita yang paling banyak terkena
kanker serviks adalah kelompok umur 41-65 tahun. Meningkatnya resiko kanker serviks pada
usia ini merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan
terhadap karsinogen serta makin melemahnya kekebalan tubuh akibat usia. Pada usia tersebut
terjadi pula perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim. Oleh sebab itu sebaiknya
pencegahan telah dilakukan dibawah usia tersebut. Hasil penelitian didapatkan tidak ada
hubungan umur terhadap perilaku pencegahan kanker serviks (ρ=0.306). Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Yuliwati (2012) dimana tidak ada hubungan yang signifikan antara
umur dengan deteksi dini kanker serviks. Hal ini bisa dikaitkan dengan kerentanan terhadap
penyakit. Pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden berumur 20-35 tahun sehingga
merasa belum rentan terhadap kanker serviks. Secara psikologis seseorang akan banyak
melakukan tindakan pencegahan karena merasa lebih rentan terhadap penyakit (Sarafino,
2004).
Kesimpulan : Setelah dilakukan penelitian tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan
perilaku pencegahan kanker serviks pada wanita usia subur, diketahui bahwa mayoritas
responden berusia 20-35 tahun (68.7%), berpendidikan tinggi (97.0%), dan berpendapatan
tinggi (78.8%). Mayoritas responden juga memiliki pengetahuan tinggi tentang pencegahan
kanker serviks (53.5%), memiliki dukungan sosial baik (51.5%), dan memiliki perilaku
pencegahan baik terhadap kanker serviks (63.6%). Hasil analisa bivariat menunjukkan
variabel yang berhubungan terhadap perilaku pencegahan kanker serviks adalah variabel
pengetahuan (ρ=0.045) dan dukungan sosial (ρ=0.000). Sedangkan variabel umur (ρ=0.306),
pendidikan (ρ=1.000), status ekonomi (ρ=0.561) menunjukkan tidak ada hubungan dengan
perilaku pencegahan kanker serviks.
Kelebihan : Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang memiliki dukungan sosial
baik melakukan perilaku pencegahan kanker serviks yang baik sebanyak 44 (86.3%).
Sedangkan responden yang memiliki dukungan sosial buruk sebanyak 19 (39.6%) memiliki
perilaku pencegahan terhadap kanker serviks yang baik. Dengan demikian secara persentase
responden yang memiliki dukungan sosial baik mampu dengan baik pula melakukan
pencegahan terhadap kanker serviks.
Teori : Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel kematian (Allan
et al. 2006; Schiffman et al. 2007). Kanker adalah sekelompok penyakit yang dicirikan
dengan pertumbuhan dan penyebaran sel tidak terkontrol dan sel yang abnormal. Salah satu
jenis penyakit kanker adalah kanker serviks. Kanker serviks adalah kanker yang menyerang
uterus, yaitu pada bagian serviks uterus (leher rahim), suatu daerah pada organ reproduksi
perempuan yang merupakan pintu masuk ke arah rahim (uterus) yang terletak antara rahim
dengan liang senggama (vagina) atau rahim bagian bawah. Kanker serviks (leher rahim)
adalah penyakit keganasan yang paling banyak ditemukan pada perempuan yang dapat
berdampak terhadap fisik, mental dan sosial, bahkan kematian penderitanya. Kondisi
demikian sangat merugikan sehingga tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa Cancer is a
public health problem” (Allan et al. 2006; Schiffman et al. 2007). Kanker serviks adalah jenis
kanker kedua setelah kanker payudara yang paling umum diderita oleh perempuan dan
diperkirakan pada tahun 2006 ada sekitar 1,4 juta penderita di seluruh dunia. Setiap tahun,
terjadi lebih dari 460.000 kasus kanker serviks dan sekitar 231.000 penderita meninggal
karena penyakit tersebut dan hampir 80% kasus berada di negara-negara yang sedang
berkembang (Aziz, 2007). Menurut badan registrasi kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi
Indonesia (IDAPI), pada tahun 2008 dari data di 13 rumah sakit pemerintah di Indonesia,
kanker leher rahim(serviks) bahkan menduduki peringkat pertama dari seluruh kasus kanker
(17,2%), diikuti kanker payudara (12,2%). Kejadian kanker serviks di negara negara maju
mulai menurun disebabkan oleh meningkatnya kesadaran untuk deteksi dini dan
penatalaksanaan yang adekuat bila dijumpai kelainan pada serviks.
Tujuan : untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
penderita kanker serviks.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi atau penelitian hubungan
antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok subyek.
Hasil penelitian dan pembahasan : Hasil penelitian ini untuk variabel dukungan keluarga
mayoritas dukungannya baik dan variabel tingkat kecemasan sedang sebanyak responden
(50%) dengan koefisien korelasi -1,000 dan tingkat kemaknaan p 0,001.Hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan diuji statistic dengan menggunakan Gamma
didapatkan hasil nilai p value 0,001 (<0,05) maka uji keputusan ini Ho ditolak dan Ha
diterima, maknanya ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
penderita kanker serviks paliatif. Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa teori yang
berpendapat bahwa penderita kanker serviks membutuhkan dukungan keluarga karena
dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota keluarganya yang
menderita kanker serviks. Menurut Barnes et al (2002), terdapat hubungan yang kuat antara
keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap
aspek perawatan kesehatan anggota keluarga, mulai dari strategi-strategi hingga fase
rehabilitasi.
Menurut De Groot et al (2002), banyak hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh kanker
terhadap kondisi psikologis pasien yang mengalami kecemasan, namun pasienpasien kanker
yang senantiasa memperoleh dukungan keluarga ternyata berhubungan positif dengan
berkurangnya kecemasan.Dukungan ini ternyata membantu perbaikan kesehatan dan
hubungannya dengan kualitas kehidupan penderita kanker serviks. Kecemasan pada penderita
kanker serviks paliatif tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dukungan keluarga semata tetapi
banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor intrinsik antara lain faktor usia, pengalaman
penderita menjalani pengobatan, konsep diri dan peran, tingkat social ekonomi, jenis tindakan
kemoterapi, dan komunikasi terapeutik. Faktor ekstrinsik antara lain faktor kondisi medis,
tingkat pendidikan, akses informasi dan proses adaptasi. Hal tersebut juga dibuktikan dari
hasil penelitian ini. Responden menyatakan bahwa mayoritas dukungan keluarga baik tetapi
responden juga merasa kecemasan dalam kategori sedang. Hasil ini kemungkinanada faktor
lain yang mempengaruhi kecemasan tingkat sedang pada penderita kanker serviks,
berhubungan dengan faktor usia lanjut, tingkat pendidikaan yang rendah atau pekerjaan ibu
rumah tangga yang sehari-harinya dihabiskan dengan pekerjaan rumah,mengurus anak dan
suaminya (Gakidau et al 2008). Kecemasan pada penderita kanker serviks tidak mutlak
dipengaruhi oleh kualitas dukungan keluarga. Kecemasan pasien kanker serviks yang paling
besar berdasarkan faktor internal adalah faktor maturitas, faktor tipe kepribadian dan faktor
keadaan fisik. Faktor eksternal menunjukkan bahwa kecemasan pasien kanker serviks yang
paling besar adalah faktor dukungan sosial dan dukungan keluarga. Menurut De Groot
(2002), menyatakan bahwa profil psikologis penderita kanker seperti kanker serviks yang
datang dalam pemeriksaan medis menunjukkan tingginya tingkat kecemasan, rasa marah dan
keterasingan. Perawatan di rumah sakit juga merupakan salah satu faktor yang mencemaskan
bagi pasien. Pada penderita kanker serviks yang menjalani perawatan di rumah sakit ketika
akan dilakukan operasi, kemoterapi, radiotherapy atau tindakan perawatan yang lainnya, juga
sering mengalami kecemasan.Selain itu, sikap yang tidak personal dari dokter, perawat atau
petugas rumah sakit yang lain penderita merasa menjadi obyek pemeriksaan semata. Kondisi
demikian penderita seringkali merasa kehilangan identitas diri, dan kehilangan kontrol atas
tubuhnya sehingga membuat penderita merasa tidak nyaman menjalani perawatan di rumah
sakit (De Groot 2002).
Kelebihan : Hasil penelitian ini untuk variabel dukungan keluarga mayoritas dukungannya
baik dan variabel tingkat kecemasan sedang sebanyak responden (50%) dengan koefisien
korelasi -1,000 dan tingkat kemaknaan p 0,001