Dokumen - Tips - Bahan Untuk Referensi Transmisi
Dokumen - Tips - Bahan Untuk Referensi Transmisi
1
2
DAFTAR ISI
Pasal Empat : Empat Pola Pengamanan Sistem Distribusi Sistem Distribusi Di Lingkungan
PLN
4. Gangguan pada Sistem Distribusi
5.Keandalan Sistem Distribusi
6. Pengaman Sistem Distribusi.
7. Sistem Distribusi… (Pola 1)
8.Sistem Distribusi… (Pola 2)
Ayat 8 (Lanjutan)
9. Sistem Distribusi… (Pola 3)
Ayat 9 (Lanjutan)
3
Lampiran H: Perhitungan Tahanan Ekuivalent Arus Resistif Gangguan Tanah dan Contoh
Spesifikasi Peralatannya
1. Perhitungan Tahanan Ekuivalent Sisi Tegangan Tinggi atau m
2. Perhitungan Arus Gangguan Satu Fasa Ke Tanah
Lampiran H, ayat 2 (Lanjutan 1)
Lampiran H, ayat 2 (Lanjutan 2)
5
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 2
Pasal Satu
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN
Bagian 1 :
Bagian 2 :Generator.
2.Tujuan
Tujuannya ialah untuk memberikan pegangan yang terarah dan seragarn bagi
perencanaan pengamanan sistem pembangkitan, transmisi 66 kV dan 150 kV serta
sistem distribusi 6 kV dan 20 kV.
6
Pasal Dua
DEFINISI*)
Sebuah alat berwadah-sendiri, berisi sarana yang diperlukan untuk mengindera arus
lebih, mengatur waktu dan memutus arus lebih serta untuk menutup-balik secara
otomatis dan memberikan tegangan kembali pada saluran.
Sebuah alat pemutus yang secara otomatis membebaskan seksi-seksi yang tcrganggu dari
suatu sistem distribusi, tetapi tidak memutus arus gangguan, karena biasanya dipakai
dalam hubungannya dengan penutupbalikotomatis(PEO)
3. Applied Pro tectiue Relaying, Westinghouse Electric Cooperation, Coral Springs, florida
33030, 1979, hal. 10-10 T 10-11.
Bilamana terjadi gangguan pada sisi beban dari D maka unit seketika dari PMB G akan
menjatuhkan PMB G dan pada saat G menutup-balik pemadam hanya akan terjadi
sebentar saja pada seluruh sistem. Bilamana gangguan tersebut permanen, PL D akan
membuka sebelum G jatuh untuk kedua kalinya. Gambar berikut ini menunjukkan kurva-
kurva koordinasi bagi pelbagai alat pengaman pada saluran pengisi seperti terlukis di atas.
PBO H harus disetel untuk menanggapi semua gangguan sepanjang saluran pengisi
sampai kepada percabangan C dan E dan karenanya harus berkoordinasi dengan PL C dan
E. SSO F dapat disetel untuk membuka pada waktu periode buka kedua atau ketiga dari
PBO H.
8
Pasal Tiga
LATAR BELAKANG PERKEMBANGANNYA
Dengan melonjaknya permintaan akan tenaga listrik sedang kemampuan dan dana yang
tersedia sangatlah terbatas, maka pembangunan kelistrikan PLN selama Pelita II masih
banyak bersifat tambal sulam yang lebih menekankan pada pertambahan kapasitas sarana
dan kurang memperhatikan perencanaan sistemnya.
Kemudian, mengingat kurang adanya perencanaan yang menyeluruh (paripurna) untuk suatu
sistem besar yang modern, maka sistem yang telah berkembang menjadi besar secara
tambah menambah tersebut telah menjadi semakin semerawut.
Beruntunglah, menjelang dan sejak Pelita III beraneka sistem yang telah masuk telah mulai
dan dapat dikuasai, ditertibkan dan distandardisasikan sehingga efek-efek negatip yang
mungkin timbul dapat dibatasi sekecil mungkin, dan perkembangan selanjutnya dapat
ditangani lebih lancar dan teratur.
Dalam Pelita III ini, kapasitas sarana kelistrikan pada umumnya diperkirakan telah
mencapai tingkat yang memadai dalam mengejar perkembangan kebutuhan; maka dalam
9
usaha memberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen, langkah berikutnya yang
perlu diperhatikan adalah faktor perbaikan mutu pelayanan.
Pentanahan netral dengan tahanan rendah dan tinggi terdapat pada sistim fasa-tiga, 3-
kawat, sedang pentanahan netral secara langsu.ng terdapat pada sistem fasa-tiga, 4-kawat.
Dalam upaya mencari hal-hal yang dapat diseragamkan pada pola pengamanannya, perlu
diingat pula bahwa ketiga macam sistem tersebut memang mempunyai filsafat yang
berbeda yaitu:
Ketiga macam filsafat tersebut harus tetap dijadikan dasar bagi pemilihan pola
pengamanan tersebut
Pasal Empat
EMPAT POLA PENGAMANAN SISTEM DISTRIBUSI DI LINGKUNGAN
PLN
Sumber gangguan pada sistem distribusi bawah tanah, separuh berasal dari dalam
sistem dan separuh berasal dari dalam sistem dan separuhnya lagi berasal dari faktor
luar. Gangguan dari dalam antara lain:
Macam gangguan (fault) pada sistem distribusi di atas tanah (saluran udara) dapat
dibagi atas dua kelompok:
11
Gangguan yang bersifat temporer, yang dapat hilang dengan sendirinya atau
dengan memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari surnber tegangannya;
Gangguan yang bersifat permanen, dimana untuk rnembebaskarnya diperlukan
tindakan perbaikan dan/atau menyingkirkan penyebab gangguan tersebut.
Gangguan yang bersifat temporer jika tidak dapat hilang dengan segera, baik hilang
dengan sendirinya maupun karena bekerjanya alat pengaman (recloser atau PBO),
dapat berubah menjadi gangguan yang bersifat permanen dan menyebabkan
pemutusan tetap.
Jumlah gangguan pada saluran udara jauh lebih banyak daripada saluran bahwa
tanah. Tujuh puluh sampai sernbilan puluh lima prosesn dari seluruh gangguan yang
mengenai saluran udara tegangan menengah adalah bersifat temporer.
Statistik (di Perancis) mcnunjukkan bahwa jumlah gangguan pada SUTM adalah
sebesar 150 gangguan/100 km/tahun.
Dari angka statistik tcrscbut di atas tampak perbedaan yang menyolok antara angka
gangguan dan angka pemutusan khusus untuk SKTM, yang dapat disimpulkan
bahwa gangguan temporer dapat dibebaskan oleh sistem dan alat pengaman yang
sesuai dan memadai dengan baik sekali.
PLN Distribusi Jateng, JTM (6.15 dan 20 kV) (PBO belum dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya):
PLN Distribusi Jaya & Tanggerang (SUTM 12 dan 20 kV) (tanpa PBO):
Dari angka tersebut di atas dapat disimpulan pula bahwa sistem dengan netral
rnengambang banyak gunanya dalam menghilangkan gangguan temporer.
Fungsi dari sistem distribusi ialah rnenyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari
pusat suplai (gardu induk) ke pusat-pusat/kelompok beban (gardu trafo/distribusi) dan
konsumen, dengan mutu yang memadai.
Kontinuitas pelayanan (yang merupakan salah satu unsur dari mutu pelayanan) tergantung
pada macam sarana penyalur dan peralatan pengaman.
Tingkat kontinuitas pcla.yanan dari sarana penyalur disusun berdasarkan lamanya upaya
menghidupkan kembali suplai, setelah mengalami pemutusan karena gangguan. Tingkatan-
tingkatan tersebut adalah:
Tingkat 1 : Dimungkinkan padam berjam-jam; yaitu waktu yang diperlukan untuk mencari
dan memperbaiki bagian yang rusak karcna gangguan.
Tingkat 1 : Dimungkinkan padam berjam-jam; yaitu waktu yang diperlukan untuk mencari
dan memperbaiki bagian yang rusak karcna gangguan.
Tingkat 2 : Padam beberapa jam, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengirim petugas kc
lapangan, melokalisasikan kerusakan dan melakukan manipulasi untuk menghidupkan
sementara kembali dari arah atau saluran yang lain.
Tingkat 3 : Padam beberapa menit;manipulasi oleh petugas yang stand by di gardu atau
dilakukan deteksi/pengukuran dan pelaksanaan manipulasi jarak jauh (dengan bantuan
DCC).
Umumnya jaringan distribusi luar kota (pedesaan) terdiri dari jenis saluran udara dengan
cara pelayanan radial yang memenuhi kontinuitas tingkat 1 ; sedang untuk pelayanan
dalam kota susunan jaringan yang dipakai tipe’gelang’ atau ’spindle’ yang mempunyai
kontinuitas tingkat 2.
13
Bagi Indonesia sebagai negara-berkembang yang sedang dalam taraf pembangunan dan
pemerataan pembangunan, sudah selayakrya bila sebagian besar jaringan distribusi kita
adalah dari tingkat 1 dan merupakan saluran udara.*)
*) Statistik PLN Tahun 1981: panjang SKTM 35%, SUTM 65% dari panjang total saluran 20 700
km.
Keandalan dari suatu sistem adalal kebalikan dari besarnya jam pemutusan pelayanan.
Angka jam pemutusan pelayanan dari suatu sistem adalah: jumlah lamanya (jam)
pemutusan kali banyaknya konsumen yang padam, dibagi jumlah konsumen dari sistem
selama selang waktu satu tahun atau dengan rumus :
Ukuran pertama lebih sesuai untuk daerah perumahan, sedang ukuran kedua untuk
daerah industri (pemakai daya besar atau langganan TM).
Dari uraian dan rumus jam pemutusan tersebut di atas, tampak bahwa tingkat
pemutusan suatu sistem (jaringan) pelayanan adalah berbanding lurus dengan jam
tingkat kontinuitas jaringan dan frekuensi pemutusan tetap karena gangguan.
Jadi tingkat keandalan yang tinggi dapat diperoleh dengan memilih jaringan dengan
tingkat kontinuitas pelayanan yang tinggi dan frekuensi pemadaman-karena-
gangguan yang rendah.
Sistem pengamanan bertujuan untuk mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan
beserta peralatanya, dan keselamatan umum yang disebabkan karena gangguan dan
meningkatkan kelangsungan pelayanan pada konsumen.
Cara, macam dan tingkat pengamanan yang diterapkan tergantung pada banyak faktor
(antara lain: sistem yang ada termasuk cara pentanahannya, peralatan, kondisi dan
14
peraturan setempat dan macarn beban), dan merupakan kompromi praktis yang
memungkinkan untuk cukup memenuhi kebutuhan dan yang sebanding dengan biayanya.
Pelaksanaan dari tugas pemgananan, bila kita perinci lebih lanjut adalah sebagai berikut:
gangguan.
Sakelar-seksi Otomatis alat pemutus otomatis untuk mengurangi luas daerah
- :
(SSO)***) yang padam karena gangguan
dipasang pada setiap trafo tenaga di G.I. (khususnya un
tuk sistem dengan tahanan netral rendah) untuk
mengamankan gangguan tanah yang tidak dapat
- Relai gangguan tanah :
ditangkap relai arus tanah pada saluran utama,
khususnya demi keselamatan penduduk (misalnya:
kawat jatuh ke tanah dengan tahanan gangguan tinggi).
- Indikator gangguan : alat untuk mempercepat lokalisasi gangguan).
Keterangan:
dengan PBO,jumlah pemutusan tetap dapat diperkecil (95% dari gangguan, yang
bersifat temporer dapat dibebaskan).
Cara-cara koordinasi antara PMB-PSO-SSO dan pengaman lebur (Lihat Lampiran B).
7.1.Sistem jaringan
a. Tegangan nominal: 20 kV
b. Sistem pentanahan: netral kumparan TM yang dihubungkan secara bintang dari trafo
utama, ditanahkan melalui tahanan dengan nilai tahanan sebesar 500 ohm (arus hubung-
singkat ke tanah maximum 25 A).
c. Konstruksi jaringan: pada dasarnya adalah saluran udara yang terdiri dari:
o Saluran-utama: kawat AAAC 150 mm 2 fasa-tiga, 3-kawat.
o Saluran-cabang: kawat AAAC 70 mm2.
Catatan: Penghantar dapat dipilih yang setara sesuai dengan SPLN 15:1979.
7.2.Sistem pengamanan
a. Pemutus beban (PMB) utama dipasang pada saluran utama di GI sebagai pengaman
utarna jaringan, dan dilengkapi dengan alat pengaman (relai):
o Relai penutup-balik untuk memulihkan sistern dari gangguan-gangguan
yang bersifat temporer dan untuk koordinasi kerja dengan peralatan
pemutus/pengarnan lain di sisi hilir dan saluran- cabang dari jaringan antara
lain SSO dan PL.
o Relai gangguan tanah
terarah untuk
membebaskan gangguan
fasa-tanah;
o Relai arus lebih untuk
rnembebaskan
gangguan antar fasa.
7.3.Keunikan dari Sistem clengan Pentanahan Netral melalui Tahanan Tinggi ialah:
a. Pendekatan dari perencanaan sistem ini adalah pada distribusi dengan saluran
udara, dengan jaminan keselamatan umum yang lebilh baik. Sistem ini juga lebih
kebal terhadap gangguan yang bersifat temporer.
b. Mengingat kecilnya arus gangguan tanah (maks. 25 A), pengamanan dengan relai
arus lebih normal tidak dapat dipergunakan lagi, dan harus dipakai relai arus-tanah
terarah yang lebih rumit dan mahal. Demikian pula selektifitas (diskriminitas) hanya
dilakukan dengan waktu (khususnya gangguan fasa-tanah).
c. Penggunaan PB0 ke-2 di sisi hilir tidak dapat dilakukan.
17
d. SSO yang dapat dipcrgunakan pada sistem ini harus dari jenis pengindera tegangan
dan koordinasinya dilakukan dengan penyetelan waktu. SSO dengan pengindcraan arus
tidak dapat dipergunakan.
e. Alat pengaman fasa-tunggal tidak dapat dipergunakan untuk mengamankan
gangguan satu-fasa ke-tanah karena arus gangguannya yang kecil.
f. Pelayanan beban dari sistem ini adalah fasa-tiga, 3-kawat dan fasa-tunggal, 2-
kawat-fasa.
8.1.Sistem jaringan:
*) Lihat SPLN 12:1978, disebut juga sistem netral bersama yang ditanahkan sepanjang jaringan.
Catatan :Penghantar dapat dipilih yang setara sesuai dengan SYLN 15:1979
8.2.Sistem pengamanan
PBO dipasang pada saluran utama di G.I. sebagai pengaman utama jaringan.
Pada jaringan yang panjang (> 20 km), PBO yang dipasang pada ujung G.I. tidak lagi peka
untuk menangkap gangguan yang berada jauh pada ujung hilir, sehingga untuk
pengamanan terhadap gangguan temporer maupun untuk dapat membagi jaringan dalam
seksi-seksi guna dapat lebih melokalisir gangguan pada daerah sekecil mungkin, perlu
dipasang PBO ke-2 atau ke-3 pada jarak jarak tertentu sepanjang saluran-utama dan atau
pada saluran cabang.
Koordinasi antara PBO-1 dan PBO-2 dapat dilakukan dengan memilih arus-arus
nominalnya dan dengan mengurangi satu tingkat penyetelan lamanya dan banyaknya buka-
tutup bagi PBO di sisi hilirnya. Demikian pula antara PBO-2 dan 3.
Catatan:PBO mempunyai, kemampuan kerja waktu ganda (dua timing capabilities), yaitu kerja
cepat atau seketika untuk membebaskan sistem dari gangguan temporer, dan kerja tunda-waktu
(timedelay) untuk dapat berkoordinasi dengan alat pengaman lain (SSO dan PL) guna
melakolisir/seksi yang terganggu.
b.Adakalanya karena satu dan lain pertimbangan PMB dipasang pada saluran-
utama sebagai pengganti PBO-1 dan dilengkapi dengan alat pengaman (relai):
Catatan:Komponen relai arus lebih mempunyai elemen waktu-terbalik dan seketika. Keduanya
berada dalam satu rumah (housing), tctapi adakalanya mcmpunyai hanya satu kontak untuk
keduanya dan adakalanya masing-masing mempunyai kontak terpisah. Dalam hal terakhir
penyetelan elemen waktu terbalik dapat leluasa (disesuaikan) untuk memperoleh koordinasi yang
dikehendaki. Elemen seketika berfungsi untuk membebaskan sistem dan peralatan dari gangguan
temporer.
9.1.Sistem Jaringan:
o Saluran kabcl tanah bagi daerah padat beban (perkotaan) dan saluran udara
bagi daerah luar kota (pedesaan).
o Sistem SKTM mempergunakan kabel aluminium dengan isolasi kertas
berminyak tipe NAHKBA ukuran normal 150 mmz.
o Sistem saluran udara mempergunakan kawat AAAC 240 mm2 dan 150
mm2 fasa-tiga, 3-kawat bagi saluran utamanya, dan kawat AAAC 70 mm2
dan 35 mm2 fasa-tiga, 3-kawat bagi saluran cabang-cabangnya.
d.Sistem Pelayanan:
o Untuk daerah padat beban (kota) digunakan SKTM dengan susunan sistem
“spindel” (Lihat Lampiran D gambar 3).
o Untuk daerah luar kota dipergunakan SUTM dengan sistem pelayanan
“radial” (Lihat Lampiran E gambar 4).
o Pelayanan beban: fasa-tiga, 3-kawat.
e. Tiap saluran (pengisi) diamankan dengan PMB yang diperlengkapi dengan alat
pengaman arus lebih untuk gangguan antar fasa dan relai tanah/arus lebih untuk
gangguan fasa-tanah yang dikombinasikan dengan relai-waktu (jadi karakteristik rclai:
waktu-tertentu).
f. Bila salah satu bagian (seksi) dari kabel suatu saluran-beban mengalami gangguan,
maka PMB bekerja dan sakelar beban pada gardu trafo di kedua ujung seksi tersebut
dapat dibuka untuk mengisolir bagian (seksi) kabel yang terganggu. Kemudian bagian
kabel sisi hulu dapat dialiri kembali dari G.L; sedang bagian hilir dialiri dari G.H.
(sakelar-beban yang bersangkutan di G.H. ditutup) melalui kabcl expres
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 13
20
Adapun sebagai indikator dipasang salah satu dari dua altematif berikut:
Tiga buah voltmeter yang mengukur tegangan fasa kc tanah (lihat Gambar 2b), cara
ini hanyalah dapat mcmberikan indikasi adanya gangguan satu fasa kc-tanah secara
visual, sehingga dalam hal ini bila terjadi gangguan satu fasa ke-tanah penjaga
harus mengambil tindakan pengamanan lebih lanjut.
Relai tegangan lebih untuk mendeteksi tegangan urutan nol atau 3Vo lihat
Gambar 4.3), cara ini dapat memberikan sinyal dengan suara maupun visual dan
bila perlu dapat mengeluarkan pemutus-beban (PMB).Karena sistem pengamanan
ini tidak selektif maka bila terjadi gangguan satu fasa ke tanah penjaga harus
mengambil tindakan pengamanan lebih lanjut, atau untuk melegalisir feeder yang
terganggu dapat dipilih salah satu cara seperti pada lampiran F.
Di samping itu sebagai altematif ketiga dapat dipasang relai aruslebih tanah terarah
untuk mendeteksi arah arus urutan nol komponen kapasitif dengan referens
tegangan urutan nol, sudut relai dipilih 900 atau jenis sinus (lihat Gambar 4.4).
Sistem pengaman ini selektif tetapi hanya berlaku untuk feeder yang lebih dari satu
dan terutama untuk jaringan kabel tanah.
10.4.Untuk pengamanan gangguan satu fasa ke-tanah dapat pula dilaksanakan dengan
memasang pentanahan tiruan. Relai yang digunakan ialah arus lebih tanah terarah untuk
mendeteksi arus urutan nol komponen resistif dengan referensi tegangan urutan nol, sudut
relai 00 atau jenis cosinus (lihat Gambar 3). Sistem pengamanan ini selektif dan terutama
untuk jaringan udara. Dengan pentanahan tiruan ini, secara elektris sistem menjadi serupa
dengan Pola 1, dan dapat memanfaatkan PMB + PB dan SSO dari tipe yang dipakai untuk
Pola 1.
21
Penjelasan secara terperinci untuk pola pengamanan di atas dapat dilihat pada Lampiran–
lampiran F, G dan H.
Pasal Lima
POLA PENGAMANAN SISTEM DISTRIBUSI 20 kV DAN 6 kV
PMB utama ini dipasang pada saluran utama di Gardu Induk (G.L). (lihat Lampiran
A, Gambar 1a dan 1b).
13.1.Saluran udara:
Disebut juga: sistem netral bcrsama yang ditanahkan sepanjang jaringan (lihat
SPLN 12:1978).
Koordinasi kerja antara PBO kesatu dan kedua perlu dilakukan dengan baik (Lihat
Lampiran B.) Demikian pula halnya deugan PBO kedua dan ketiga.
Catatan:
Pada saluran cabang yang mclayani industri tekstil maka PBO di titik
pcrcabangan harus mcmpunyai tenggang waktu penutupan-balik (reclosing time
interval) maksimum 1 sekon. (Dari kepustakaan dipcroleh informasi bahwa
tenggang waktu penutupan-balik bagi PBO yang dipasang di sisi hulu dari PL
antara 0.417 + 2 sekon).
b. Adakalanya karena satu dan lain pertimbangan PMB dipasang sebagai pengganti
PBO kesatu dan dilengkapi dengan alat pengaman (relai):
o Relai aruslcbih-tanah waktu terbalik untuk membebaskan gangguan fasa-
tanah;
o Relai aruslebih waktu-terbalik untuk membebaskan gangguan antara fasa
dan fasa-tanah;
o Relai penutup balik untuk memulihkan sistem dari gangguan-gangguan
yang bersifat sesaat dan untuk koordinasi kerja dcngan alat
pemutus/pengaman lain di sisi hilir dan saluran cabang dari jaringan antara
lain PBO dan SSO serta PL. PMB utama ini dipasang pada saluran utama.
c. Sakelar-seksi otomatis SSO, dapat dipasang sepanjang saluran utama atau pada
percabangan untuk dapat melokalisasikan gangguan dalam seksi-seksi yang lebil
kecil (lihat Pasal Empat, Ayat 8.2 (c)). Koordinasi antara PBO dan SSO perlu
dilakukan dengan baik (Lihat Lampiran B).
d. Pelebur (PL)
PL dipakai sebagai pengaman saluran cabang terhadap gangguan-gangguan yang
bersifat permanen. PL dipakai juga sebagai pengaman transformator distribusi yang
tidak berpengaman sendiri (BPS). Koordinasi kerja antara PBO dengan PL perlu
pula dilakukan dengan sebaik-baiknya.
23
13.2.Saluran kabel:
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 15
14. Untuk sistem distribusi 20 kV fasa-tiga, 3-kawat, dengan pentanahan netral melalui
talanan rendah (Pola 3), pola pengamanannya ditetapkan sesuai dengan sistem jaringan
seperti diuraikan dalam Pasal Empat, Ayat 6.1 sebagai berikut:
14.1.Saluran udara:
Catatan: PMB shunt lebih tepat disebut penghubung shunt karena tugasnya tidak memutus,
melainkan menghubungkan sesaat (sementara) satu hantara fasa ke tanah.
14.2.Saluran kabel:
a. Untuk pengamanan gangguan antar fasa, dipasang dua buah relai aruslebih dengan
karakteristik waktu tertentu atau waktu terbalik: (Lihat Lampiran F, Gambar 2a).
b. Untuk pengamanan gangguan satu fasa ke-tanah dipasang salah satu altenatif dari
indikator atau pengaman sebagai berikut:
o Tiga buah voltmeter yang mengukur tegangan fasa ke tanah (Gambar 2b)
dan penjaga harus mengambil tindakan pengamanan lebih lanjut;
o Relai tegangan lebih untuk mendeteksi tegangan urutan nol atau 3 Vo
(Gambar 2d) yang dapat memberikan sinyal suara maupun visual dan dapat
mengeluarkan pemutus-beban (PMB). Karena pengamanan ini tidak selektif
maka bilamana terjadi gangguan satu fasa ke-tanah penjaga harus
mengambil tindakan pengamanan lebilt lanjut, atau untuk melokalisasikan
saluran pengisi (feeder) yang terganggu dapat dipilih salah satu cara seperti
pada Lampiran F;
o Relai aruslebih tanah terarah untuk mendeteksi arah arus urutan nol
komponen kapasitif dengan referens tegangan urutan nol, sudut relai dipilih
90° atau jenis sinus (Gambar 2e). Sistem pengamanan ini selektif tetapi
hanya berlaku untuk saluran pengisi yang lebih dari satu dan terutama untuk
saluran kabel tanah.
c. Bagi sistem yang sudah lebih berkembang dan diperlukan selektivitas pengamanan
yang lebih tinggi, pengamanan terhadap gangguan satu fasa ke tanah dilakukan
dengan relai arus lebih tanah terarah dengan bantuan pentanahan tiruan.
Catatan: Untuk sistem 12 kV fasa-tiga, 3-kawat dengan pentanahan netral mengambang dan
sistem 20 kV fasatiga, 3-kawat yang selama masa peralihan dengan pentanahan netral
mengambang berlaku pola pengamanan pada Pola 4 tersebut di atas.
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 16
Lampiran A
SAKELAR-SEKSI OTOMATIS PADA SISTEM DISTRIBUSI POLA 1
Peralatan ini terdiri dari pemutus (di Jawa Timur menggunakan sakelar-vakum), kotak-
pengatur dan transformator untuk memberi tegangan ke kotak-pengatur.
Gambar 1a
Misalnya gangguan terjadi pada seksi ke-III maka urutan kerja alat pengaman
adalah sebagai berikut:
Catatan:
T2 = Waktu yang disetel agar S terkunci bila waktu merasakan bertegangan lebih
kecil dari waktu T 2 yang disetel. Biasanya 4-7 detik.
S = SSO
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 17
Gambar 1b
Di sini dua saluran pengisi yang terpisah dihubungkan dengan sakelar S 3 yang pada
keadaan normal terbuka.
27
Kotak-pengatur dari sakelar SS01 dan SS02′menerima tegangan listrik dari dua sisi, sedang
S 1 dan S 1 peralatannya sama dengan sakelar untuk jaringan radial; misalnya terjadi
gangguan pada seksi-II maka:
1. PMB jatuh.
2. Sesudah selang waktu T 3, SSO1 dari SS02 terbuka.
3. Setelah waktu menutup balik dicapai, PMB masuk kembali.
4. Setelah selang waktu T I, S 1 masuk kembali dan seksi-II yang terganggu
mendapat aliran listrik.
5. PMB jatuh lagi karena masih ada gangguan, setelah selang waktu T 3, S 1
terbuka lagi, S 1 langsung terkunci karena merasa waktu bertegangannya
lebih kecil dari waktu T 2 yang disetel.
6. Setelah selang waktu T 4, SS03 akan masuk secara otomatis.
Catatan:
TS > Tr + (n+l)T1
dimana:
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 18
Lampiran B
KOORDINASI ANTARA PMB-PBO-PSO-PL
( KHUSUSNYA UNTUK SISTEM DISTRIBUSI POLA 2)
Yang pertama yang berada pada sisi bawah adalah lengkung ‘waktu lebur minimum’
(minimum melting time)dan kedua, yang berada sejajar di atasnya adalah waktu
pembebasan maximum’ (maximum clearing time) (Lihat gambar l, 2, 3, & 4).
Gambar 1:
Kurva-kurva waktu arus
29
Gambar 2:
Waktu membusur rekomendasi yang dipakai untuk
kurva-kurva karakteristik waktu arus pembebasan total bagi
kawat-kawat lebur menurut desain standar EEI-NEMA
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 19
Gambar 3:
Kurva-kurva waktu arus minimum dan maksimum yang “mewakili”
bagi kawat-kawat lebur type K (cepat) EEI-NEMA
Gambar 4:
Kurva-kurva waktu arus minimum dan maksimum yang “mewakili”
bagi kawat-kawat lebur type T (lambat) EEI-NEMA
31
Pengaman lebur mempunyai seri ukuran-ukuran standar yang dapat dikoordinasikan satu
sama lainnya dengan baik, yaitu (menurut EEI-NEMA): seri yang lebih disukai
(dianjurkan): 6, 10, 15, 25, 40, 65, 100, 140, 200 ampere; dan seri yang kurang disukai :8,
12, 20, 30, 50, 80 ampere (lihat gambar 5).
Gambar 5:
Kurva-kurva waktu pembebasan maksimum untuk ceruk K
EEI-NEMA membagi pengaman lebur dalam kelompok K (cepat) T (Lambat),
dimana lengkung kelompok K lebih curam pada arus tinggi.
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 20
Aturan koordinasi antar pengaman lebur ialah bahwa perbandingan antara waktu-
pembebasan-maks. Dari pengaman lebur sisi hilir terhadap waktu-lebur min.dari pengaman
lebur sisi hulu tidak boleh lebih besar dari 75%.
Aturan penting yang lain ialah: arus beban di tempat pengaman lebur dipasang tidak boleh
lebih besar dari kemampuan arus-terus-menerusdari pengaman lebur yang dipasang.
32
Contoh :
pemilihan dan koordinasi antar pengaman lebur ialah seperti pada Gambar 6 dan 7. Mula-
mula ditentukan fuse untuk C, yang dapat menampung arus beban maks. 21 ampere,
kemudian ditentukan pengaman lebur untuk B.
Disini pengaman lebur 25 T tidak dapat dipakai karena tidak memenuhi syarat faktor
koordinasi 75 % dan kemampuan arus terus-menerus. Jadi dipilih 30 T.
Gambar 6:
Contoh koordinasi kawat lebur
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 21
33
Secara fisik, PBO adalah semacam PMB yang mempunyai kemampuan sebagai, pemutus
arus gangguan hubung singkat, yang diperlengkapi dengan alat pengindera arus gangguan,
dan peralatan pengatur kerja membuka dan menutup rangkaian sesuai dengan waktu dan
urutan kerja yang telah ditentukan, dan membuka-terkunci bila menghadapi gangguan
permanen pada rangkaian langsung sesudah PBO.
Gambar 8 adalah suatu contoh kerja buka-tutup (reclosing) dari PBO bila ada arus
gangguan. Urutan kerja adalah dua kali buka cepat dan dua kali buka lambat (2A 2B).
Dapat puladisetel 1A 3B dan 4B.
Gambar 8:
Urutan kerja penutup balik yang khas
Gambar 9 adalah contoh karakteristik waktu arus untuk buka cepat (lengkung A), dan buka
lambat (lengkung B dan C).
Fungsi buka adalah untuk menghilanhkan gangguan temporer (buka cepat pertama
menghilangkan ± 10% gangguan temporer), sedang buka lambat untuk koordinasi dengan
alat pengaman lebur dan PBO kedua.
34
Gambar 9:
Kurva-kurva ABC yang khas untuk pemutus balik tunggal, 50 A
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 22
Koordinasi PBO-PL
Koordinasi antara PBO dengan pengaman lebur (diisi hilir) dilakukan dengan cara
memberi waktu kepada pengaman lebur untuk bekerja (lebur) di antara waktu tutup
dan bguka lambat pertama dari PBO. Maka dalam hal gangguan permanen berada
pada sisi hilir dari pengaman lebur, pengaman lebur akan putus (lebur) lebih dahulu
sebelum PBO sampai pada tutup buka lambat dan terkunci (lock-out).
Lihat contoh pada Gambar 10, 11, 12 dan 13 .Pada F1, pengaman lebur 30 T
(Gambar 11) tidak memenuhi syarat karena dari grafik tampak bahwa batas
koordinasi hanya sampai 1000 A, sedang arus hubung singkat sampai 1190 A,
Pengaman lebur 40 T memenuhi syarat keadaan diatas.
35
Gambar 10:
Situasi sistem yang khas yang memerlukan koordinasi
antara PBO dan kawt-kawat lebur pada F1 dan F2
Gambar 11:
Kurva-kurva untuk koordinasi pada sisi beban
antara kawat-kawat lebur 30 T dengan PBO terlukis pada sirkit
Gambar 10 kurva-kurva lebur minimum kawat lebur terlukis padat,
sedang kurva-kurva pembebasan maksimum terlukis putus-putus.
36
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 23
Gambar 12:
Kurva-kurva untuk koordinasi pada sisi beban
antara kawat-kawat lebur 40 T dengan PBO terlukis pada sirkit
Gambar 10 kurva-kurva lebur minimum kawat lebur terlukis padat,
sedang kurva-kurva pembebasan maksimum terlukis putus-putus.
37
Gambar 13:
Kurva-kurva untuk koordinasi pada sisi beban
antara kawat-kawat lebur 65 T dengan PBO terlukis pada sirkit
Gambar 10 kurva-kurva lebur minimum kawat lebur terlukis padat,
sedang kurva-kurva pembebasan maksimum terlukis putus-putus.
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 24
PBO kedua pada sisi hilir dipasang, bila PBO 1 tidak lagi dapat menjangkau ujung
terhilir jaringan dan untuk membatasi bagian yang padam bila ada gangguan.
Koordinasi dilakukan oleh perbedaan waktu tutup buka dari lengkung lambat (Lihat
gambar 14 dan 15
38
Gambar 14:
Sistem contoh dimana seleksi interval buka tutup harus diperhitungkan
sebagai tambahan terhadap ukuran kumparan dan urutan kerja
39
Gambar 15:
Waktu arus yang melukiskan koordinasi
antara PBO fasa-tiga pada Gambar 14
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 25
Dilihat dari urutan buka –tutupnya, koordinasi dapat dilihat dan digambarkan seperti
pada gambar 16A dan 16C. Gambar 16B adalah koordinasi yang salah (terjadi
selektivitas pada buka tutup cepat).
Gambar A:
Kerja dengan penjatuhan serentak
40
Gambar B:
Kerja tanpa penjatuhan serentak
Gambar C:
Kerja yang urutannya terkoordinasi
Gambar 16:
Kerja PBO dengan koordinasi urutan pada PBO cadangan
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 26
41
PBO dari tipe yang dipakai pada sistem dengan netral ditanahkan langsung atau
melalui tanahan rendah, dapat mengindera arus gangguan dan menghitung
banyaknya buka tutup (beberapa kali arus gangguan terputus) dari PBO membuka
(antara selang buka tutup)PSO tipe ini tidak mampu memutus arus beban dan arus
gangguan.
Koordinasi antara PBO hulu dengan PSO hilir dilakukan sebagai berikut:
Bila terjadi gangguan pada sisi hilir dari PSO, maka PBO hulu bekerja dengan buka
tutupcepat pertama atau sampai kedua untuk menghilangkan gangguan yang bersifat
temporer.
PSO mengindera arus gangguan dan menghitung banyaknya buka tutup dari PBO
(berapa kali arus gangguan terputus)
Bila gangguan bersifat permanen, maka sesuai penyetelan hitung dari PSO, PSO
akan membuka pada saat PBO membuka, sebelum buak tutup terakhir dan
mengunci (lock out).
Jadi seksi yang terganggu dapat dibebaskan dengan terbukanya PSO, kemudian
PBO masuk dan terpasang normal kembali(reset).
Gambar 17:
Waktu rekaman, tiga hitungan mengunci
42
Gambar 18:
Koordinasi dasar antara PSO-PBO
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 27
Gambar 19:
PSO-2 yang ditambahkan pada saluran cabang
43
Gambar 20:
Koordinasi PMB dan PBO pada sistem dengan pentanahan netral melalui pentanahan rendah (Pola
3)
Koordinasi anatara PBO, PSO dan PL dapat pula dilakukan atas dasar prinsip-prinsip
koordinasi PBO-PSO dan PBO-PL (Lihat gambar 21).
44
Gambar 21:
PBO tidak mempunyai pengamanan yang sempuma (Complete)
bilamana disetel pada urutan 2A dan 2C
Koordinasi PMB-PBO
Koordinasi antara PMB dan PBO dapat dilihat pada Gambar 22 dimana pada
prinsipnya PMB sebagai pengaman cadangan dari PBO
Gambar 22:
Kurva-kurva PBO dan PMB minyak
terbatas (antara 150 sampai 300 A saja), maka karakteristik relai dan PBO yang
dipakai adalah dari tipe waktu-tertentu (Lihat gambar 20).
Koordinasi antara PMB + relai penutup-balik dengan (S) pada sistem dengan
pentanahan netral melalui tahanan tinggi dapat dilihat pada Lampiran A. S dalam hal
ini mengindera tegangan (arus gangguan tanah sangat kecil) dan menghitung waktu,
untuk kerja koordinasi dengan PMB.
S dapat menutup pada arus gangguan maks. dan membuka arus beban.
Lampiran C
JARINGAN RADIAL
Saluran pengisi perimer yang radial dengan pengikat darurat dengan sirkit perimer
sebelahnya
46
(a)
(a)
Bagan sederhana saluran pengisi primer yang radial menunjukkan tempat alat-alat pemutusan seksi
yaitu :
PBO sirkit type saluran dan PL cabang yang dipasang sepanjang saluran pengisi
PBO sirkit type saluran dan PSO cabang yang dipasang sepanjang saluran pengisi
47
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983 -
Bagian 30
Lampiran D
JARINGAN SPINDEL
Gambar 1a
48
Gambar 1b
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 31
Gambar 1c
Gambar 4a
50
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 32
Gambar 4b
Pola Pengamanan Sistem Bagian 3: Sistem Distribusi 6 kV Dan 20 kV - SPLN 52-3: 1983
- Bagian 33
Lampiran F
POLA PENGAMAN SISTEM DISTRIBUSI 6kV
DENGAN PENTANAHAN MENGAMBANG
1.Pendahuluan
Dalam jangka panjangnya tegangan 6kV akan diubah menjadika 20kV, namun
demikian sistem 6kV yang masih banyak tersebar di Indonesia, yang jangka
peralihannya ke sistem 20kV, masih memerlukan waktu lama, maka perlu pemikiran
tentang sistem pengamanannya.
Berdasarkan SPLN 12: 1978 dan SPLN 26: 1980 pentanahan sistem 20kV,
ditanahkan langsung dan ditanahkan melalui tahanan.
Dalam hal ini bila terjadi gangguan satu fasa ke tanah, arus maupun tegangannya
mempunyai ciri-ciri khusus dibandingkan dengan sistem 20kV tiga fasa, 3-kawat
yang ditanahkan melalui tahanan.
Mengingat hal-hal di atas, maka masih diperlukan pola pengamanan sistem distribusi
6kV dibakukan.
2.1.Tegangan
o Tegangan fsa yang terganggu (fasa T) terhadap tanah sama dengan nol.
o Tegangan fasa yang tidak terganggu (fasa R dan S) terhadap tanah menjadi
VfV3.
o Tegangan antar fasa tetap tidak berubah yaitu VfV3.
o Bila pada sistim tersebut terdapat titik netral, maka tegangan titik netral ke
tanah menjadi Vf
52
Kemencengan tagangan pada saat terjadi gangguan satu fasa ke tanah tersebut terjadi
di seluruh sistim.
3.Cara Pengamanan
Sistim pengamanan untuk gangguan antar fasa dapat digunakan dua buah relai arus
lebih dengan karakteristik waktu-arus tertentu (difinine time) atau waktu arus
berbanding terbalik, lihat gambar 2a.
Untuk gangguan antar fasa dengan menggunakan relai tersebut pengamanan selektif.
mengingat karakteristik sistim pada saat terjadi gangguan satu fasa ke tanah seperti
yang telah diuraikan pada butir 2, maka pengamanan untuk gangguan tanah tidak
mungkin menggunakan relai arus lebih saja.
Tiga buah voltmeter yang dipasang pada ketiga fasanya ke tanah sama dengan Vf.
Sedang bila terdapat gangguan satu fasa ke tanah sempuma, Volt-meter fasa yang
terganggu menunjuk nol dan kedua voltmeter lainnya menjadi Vf √3. dalam cara
ini dapat diketahui fasa mana yang terganggu. Dalam hal ini diperlukan 3 buah
voltmeter dengan batas ukur minimum Vf V3 dan trafo tegangan dengan nominal:
Sistim ini sangat sederhana, tetapi hanya dapat diketahui adanya gangguan satu
fasa ka tanah secara visual, dan tidak dapat mengetrip P.M.T.
53
Gambar 2a
Gambar 2b
Gambar 2e
Gambar 3
b. Sebuah Volmeter
Bila pada sistem tersebut terdapat/titik netral (misalnya netral dari trafo daya atau
netral generator) maka dapat dipasang sebuah Volt-meter pada titik netralnya
seperti gambar 2c.
Dalam hal ini pada keadaan normal voltmeter akan menunjuk not, dan bila terjadi
gangguan, voltmeter akan menunjukkan tegangan Vf.
Sistem ini hanya memerlukan sebuah voltmeter dengan batas ukur minimum
sama dengan Vf dan sebuah PT
Sebuah relei tegangan lebih, yang dipasang pada sisi sekunder trafo tegangan
yang dihubungkan segitiga terbuka, lihat gambar 2d.
Pada keadaan normal tegangan pada kedua titik segitiga terbuka tersebut sama
dengan nol, sehingga relei tidak bekerja. Sedang pada keadaan gangguan satu fasa
ke tanah akan muncul 3 Vo dan akan dideteksi oleh relei tegangan lebih tersebut.
Pada sistem ini dapat pula ditambahkan sebuah voltmeter yang dipasang paralel
dengan relei tegangan lebih, pada saat tidak ada gangguan voltmeter akan
menunjuk nol, sedang pada saat terjadi gangguan satu fasa ke tanah Voltmeter
tersebut akan menunjuk:
Bila trafo tegangan tersebut juga diperlukan untuk pengukuran dapat dipilih
nominal
Pengamanan ini cukup baik karena disamping dapat diketahui secara visual juga
dapat memberi tanda suara atau pun bila diperlukan dapat memberi sinyal untuk
‘mengetrip’ PMT, dan sistem ini pada saat ini lazim digunakan. Namun demikian
sistem pengamanan ini tetap tidak dapat selektif tanpa tambahan peralatan lain.
Relei arus lebih terarah ini mendeteksi adanya arus kapasitif urutan nol 3 lo dan 3
Vo pada saat terjadi gangguan satu fasa ke tanah, sehingga relei ini mendapat
sumber dari trafo arus solonoidal dan trafo tegangan dengan hubungan sigitiga
terbuka, lihat gambar 2e. Seperti uraian pada Ayat 2 ini secara teoritis akan dapat
berfungsi baik dan selektif, pada sistem yang mempunyai panjang seluruh feeder
cukup panjang. untuk SKTM karena arus gangguannya jauh lebih besar dari pada
SUTM, maka sistem ini lebih memungkinkan untuk dapat digunakan.
56
Untuk sistem pengamanan butir 3.2.a dan 3.2.b hanyalah dapat dilakukan dengan coba-
coba (trial and error), yaitu dengan cara mengeluarkan dan memasukkan feeder satu
persatu, secara manual, bila pada saat salah satu feeder dikeluarkan, gangguan hilang maka
feeder tersebutlah yaitu feeder dikeluarkan, gangguan hilang maka feeder tersebutlah yang
terganggu.
Bila terjadi gangguan 1 fasa ke tanah semua feeder di trip, dan pada
gangguan temporer, pada saat ini gangguan akan hilang. Kemudian satu demi
satu dengan selang waktu tertentu secara otomatis feeder masuk kembali.
Bila gangguannya tetap, maka pada saat feeder yang terganggu masuk, relei
tegangan lebih gangguan tanah bekerja kembali dan semua feeder masuk
kembali, tetapi feeder yang terganggu segera dikunci (lock out) karena antara
PMT masuk dan keluar kembali hanyalah sesaat, lihat gambar 3.
Setelah itu PMT feeder yang tidak terganggu masuk kembali satu per satu.
c. Untuk sistem pengaman butir 3.2.e telah selektif, artinya hanyalah feeder yang
terganggu yang trip bila terjadi gangguan.
Sistim pentanahan mengambang, akan mempunyai sifat seperti pentanahan tahanan tinggi
bila dipasang trafo tegangan pentanahan (Grounding potential transformer, GPT) dengan
hubungan bintang pada sisi tegangan tinggi
57
Gambar 4
dan segitiga terbuka dengan dibebani tahanan pada sisi tegangan rendah, lihat
gambar 4, sistem pentanahan ini, selanjutnya disebut pentanahan tiruan.
Dengan adanya pentanahan pada GPT ini maka pada saat terjadi gangguan satu fasa
ke tanah akan mengalir disamping arus kapasitif seperti yang telah diuraikan
sebelumnya, juga akan mengalir arus resistif.
Arus resistif urutan nol yang dideteksi dengan trafo arus toroidal dan tegangan
urutan nol dari GPT dimanfaatkan untuk mendeteksi adanya gangguan relai arus
lebih terarah dengan sudut relai sama dengan nol (resistiv directional groun fault).
Sambungan relai arus terlebih terarah untuk gangguan tanah ini dapat dilihat pada
gambar 5.
Gambar 5
Sistim pengamanan dengan pola ini selektif sehingga untuk setiap feeder dapat
dibuat beberapa seksi dengan menggunakan sistim penutup balik dengan sakelar-
sakelar otomatis seperti pada Lampiran A.
58
Bila digunakan sistim ini, perlu diperhatikan besarnya tahanan, arus gangguan
resistif, kapasitas trafo tegangan pentanahan, trafo arus torsidal serta relai arus lebih
terarahnya. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran H.
Untuk pengamanan gangguan antar fasa, dipasang dua buah relai arus lebih dengan
karakteristik waktu tertentu atau waktu terbaik, lihat gambar 2a.
6.2.Untuk pengamanan/indikasi gangguan satu fasa ke tanah dipasang salah satu dari
altematif berikut:
Tiga buah voltmeter yang mengukur tegangan fasa ke tanah (lihat gambar 2b), cara
ini hanyalah dapat memberikan indikasi adanya gangguan satu fasa ke tanah secara
visuil, sehingga dalam hal ini bila terjadi gangguan satu fasa ke tanah penjaga harus
mengambil tindakan pengamanan lebih lanjut.
Relai tegangan lebih untuk mendeteksi tegangan urutan nol atau 3vo (lihat gambar
2d), cara uji dapat memberikan sinyal dengan suara maupun visual dan bila perlu
dapat mentrip pemutus tenaga. Karena sistim pengamanan ini tidak selektif maka
bila terjadi gangguan satu fasa ke tanah penjaga harus mengambil tindakan
pengamanan lebih lanjut, atau untuk melegalisir feeder yang terganggu dapat dipilih
salah satu cara seperti pada Lampiran F.
Relai arus lebih tanah terarah untuk mendeteksi arah arus urutan nol komponen
kapasitif dengan referensi tegangan urutan nol, sudut relei dipilih 90° atau jerus sinus
(lihat gambar 2e). Sistim pengamanan ini selektif tetapi hanya berlaku untuk feeder
yang lebih dari satu dan terutama untuk jaringan kabel tanah.
6.3.Untuk pengamanan gangguan satu fasa ke tanah dengan cara pentanahan tiruan
Relai yang digunakan ialah arus lebih tanah terarah untuk mendeteksi arus urutan nol
komponen resistif dengan referensi tegangan urutan nol, sudut relei .dipilih 0° atau
jenis cosinus (lihat gambar 5). Sistem pengamanan ini selektif dan terutama untuk
jaringan udara, maka untuk setiap feeder dapat dibagi menjadi beberapa seksi dan
digunakan penutup baik dengan sakelar-sakelar otomatis seperti pada Lampiran A.
Catatan: Untuk sistim 12 kV fasa 3, 3 kawat dan 20 kV dalam waktu transisi bila sistem ini
masih dalam sistem mengambang berlaku pola pengamanan seperti sistem 5 kV.
59
Lampiran G
DISTRIBUSI DAN BESARNYA ARUS GANGGUAN
SATU FASA KE TANAH
Distribusi arus gangguan satu fasa ke tanah pada sistem yang hanya terdiri dari satu
feeder, bila terjadi gangguan fasa ke tanah misalnya fasa a, arah-arah arusnya dapat
dilihat seperti gambar 1a, sedang vektor arus maupun tegangan dapat dilihat pada
gambar 1b.
Gambar 1
Besarnya tegangan dan arus gangguan serta jumlah arus urutan nol (3 Io) seperti pada
gambara di atas ialah sebagai berikut :
60
Gambar 2
Besarnya arus gangguan satu fasa ke tanah yang melalui fasa a yaitu Ia sama dengan If
ialah :
61
Lampiran H
PERHITUNGAN TAHANAN EKUIVALENT ARUS RESISTIF GANGGUAN
TANAH DAN
CONTOH SPESIFIKASI PERALATANNYA
Gambar 1
lihat gambar 1
Vf = n Vt
Pada saat terjadi gangguan satu fasa ke tanah pada Va akan sama dengan tegangan 3
Vo atau 3 Vt, dengan demikian perbandingan tegangan Vf terhadap Va ialah
Tahanan ekuivalent sisi tegangan tinggi atau m terhadap tahan yang dipasang pada
sisi tersier Γn pada saat terjadi gangguan satu fasa ketanah sama dengan kwadrat dari
perbandingan Vf dengan Va kali tahanan Γn atau
Misalkan suatu jaringan terdiri dari 2 feeder, dan feeder 1 terjadi gangguan satu fasa ke
tanah seperti pada gambar 2
63
Gambar 2
Rangkaian ekuivalent pada saat terjadi gangguan satu fasa ketanah seperti pada gambar 3a
Nilai XL1 < Vc1 dan XL2 < Xc1 maka untuk perhitungan Io, Xc1 dan Xc2 dapat
diabaikan, sehingga rangkaian ekuivalennya dapat disederhanakan menjadi seperti pada
gambar 3b.
Sesuai dengan contoh perhitungan pada butir 1, Rn sangat besar maka impedansi urutan
nol (XLo) dari jaringan dapat diabaikan, dengan demikian ekuivalent jaringannya pada saat
terjadi gangguan satu fasa ke tanah menjadi seperti gambar 4a.
Gambar 3
64
Gambar 4
Sesuai pada lampiran G, j 3 W Co merupakan kapasitansi total dari seluruh jaringan, atau
bila jumlah feeder keluar sama dengan n feeder
Bila feeder 1 yang terganggu dan relei yang ditinjau ialah pada feeder tersebut, maka
kapasitansi jaringan yang mempengaruhi arus kapasitansi pada relai ialah :
Dengan demikian pada saat terjadi gangguan satu fasa ke tanah, sirkit ekuivalent rangkaian
arus dan tegangan yang masuk kerelai arus lebih terarah menjadi seperti pada gambar 5a,
sedang vektor arus dan tegangannya yang melalui relai seperti gambar 5b.
Gambar 5
Dengan demikian arus resistif gangguan tanah pada sistim pentanahan tiruan besarnya
praktis tidak dipengaruhi tahanan gangguan.