Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

HIV/AIDS

OLEH:

NAMA : SANCE YANIDAS METKONO

KELAS :B

SEMESTER :IV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2020
1. Terapi komplementer adalah terapi yang dilakukan untuk menangani penyakit di luar tindakan
konvensional dari dokter. Disebut sebagai terapi komplementer karena beberapa terapi
tersebut melengkapi penanganan medis oleh dokter dan rumah sakit

2. Terapi Komplementer Tingkatkan Kekebalan Tubuh

10 Juni 2020

Akupunkturis dan herbalis Putu Oka Sukanta menganjurkan terapi komplementer bagi
pengidap HIV untuk membantu pengobatan modern yang menggunakan obat
antiretroviral atau ARV.

“HIV itu penyakit kronis. Karena itu kita berupaya mendukung orang-orang dengan HIV
agar tetap sehat dengan terapi komplementer,” kata Putu Oka Sukanta, yang sekaligus
Direktur Program Yayasan Taman Sringanis Putu Oka Sukanta pada diskusi HIV/AIDS
di Jakarta, Rabu (24/1).

3. tinjauan agama (Kristen,katolik,islam,budha,konghucu) terkait HIV/AIDS

1. Kristen

HIV/AIDS, terkadang banyak pendapat yang langsung bersifat menghakimi dari orang Kristen.
Menurut mereka para penderita terkena penyakit yang mematikan disebabkan oleh tindakan
mereka yang melanggar perintah Allah ( Kel. 20 :14). Allah adalah kudus dan Dia menginginkan
manusia hidup kudus. Oleh sebab itu menurut mereka menjaga kekudusan perkawinan
sangatlah penting. Pendapat ini sedemikian berakar kuat didalam diri sebagian orang Kristen,
sehingga banyak diantara mereka yang sama sekali tidak mau mempedulikan para penderita.
Dipihak lain ada orang Kristen yang berjiwa sosial, sangat memperdulikan akan para penderita.
Dengan menerapkan hukum kasih, mereka berusaha untuk menjadi berkat bagi orang lain.
Mengadakan penyuluhan dan seminar bagi masyarakat mengenai bahayanya penyakit ini.

2. Katolik

Pencegahan HIV dalam perspektif agama Katolik mengandung mitos. Disebutkan penularan HIV
(2). Melalui cairan kelamin (air mani, cairan vagina dalam hubungan seksual) dengan cara
pencegahanya adalah: (1). Hindari hubungan seks di luar nikah dan berganti-ganti pasangan, dan
(2). Gunakan kondom bagi mereka yang mempunyai pasangan HIV positif. Tidak ada kaitan
langsung antara penularan HIV dan hubungan seks di luar nikah. Penularan HIV melalui
hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah (sifat hubungan seksual) jika salah satu
dari pasangan tsb. mengidap HIV dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali sanggama
(kondisi hubungan seksual). Buktinya, 12 persen kasus HIV/AIDS di Jakarta terdeteksi pada ibu
rumah tangga. Mereka tertular dari suaminya melalui hubungan seksual di dalam ikatan
pernikahan yang sah.
3. Islam

Pencegahan HIV dalam perspektif agama Islam juga tidak menyebutkan cara pencegahan
melalui hubungan seksual. Sedangkan mencegah (d) Penularan virus dari ibu hamil yang
mengidap virus HIV kepada bayinya disebutkan (a). Bagi wanita pengidap HIV dianjurkan untuk
tidak hamil. Perempuan yang mengidap HIV sudah hamil tentulah pencegahan pada masa
kehamilan bukan melarang perempuan hamil yang mengidap HIV itu hamil lagi. Pencegahan HIV
pada penularan vertikal dari ibu-ke-bayi yang dikandungnya adalah dengan pemberian obat
antiretroviral (ARV) dan persalinan dengan operasi Caesar.

4. Hindu

Pencegahan HIV dalam perspektif agama Hindu sama sekali tidak menyebutkan cara-cara
yang konkret untuk mencegah penularan HIV yang disebutkan.

5. Budha

Pencegahan HIV dalam perspektif agama Buddha tidak konkret. Disebutkan penularan HIV
terjadi (a). Melalui hubungan seksual (homo,maupun heteroseksual) dengan seseorangyang
mengidap virus HIV. Tapi tidak ada pencegahan yang ditawarakan.

Disebutkan pula penularan HIV melalui (b). Transfusi darah yang mengandung virus HIV. Pencegahan
yang ditawarkan adalah: (b). Tidak menerima transfusi/spesimen darah dari sumber yang tidak jelas
dan (c). Bagi pengidap HIV jangan menjadi donor darah.

6. Konghucu

Pencegahan HIV dalam perspektif agama Konghucu juga tidak komprehensif. Tidak ada cara
pencegahan untuk penularan Dari ibu hamil positif HIV kepada bayinya serta Melalui transfusi darah
yang mengandung HIV.

Sedangkan cara pencegahan untuk penularan HIV Melalui hubungan seksual yang berisiko dengan
pasangan yang terinfeksi HIV disebutkan: Hindari hubungan seksual sebelum menikah, Bersikap saling
setia pada pasangan yang sah, Gunakan kondom jika salah satu pasangan terinfeksi HIV atau infeksi
menular seksual. Ini juga mitos karena penularan HIV tidak terkait dengan sifat hubungan seksual.
Sesudah menikah pun tetap ada risiko tertular HIV jika dilakukan tanpa kndom di dalam dan di luar
nikah dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti
pekerja seks komersial atau pelaku kawin-carai.
Terapi komplementer adalah terapi yang dilakukan untuk menangani penyakit di luar tindakan
konvensional dari dokter. Disebut sebagai terapi komplementer karena beberapa terapi tersebut
melengkapi penanganan medis oleh dokter dan rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai