Anda di halaman 1dari 39

ANALISA FARMASI

IDENTIFIKASI SENYAWA OBAT SECARA REAKSI KIMIA

DISUSUN OLEH :
R. Pebliana Syahara
1801109
S1-4C

DOSEN PENGAMPU :
Armon Fernando.M,Si,.Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah Analisa Farmasi dengan judul “Identifikasi senyawa obat secara reaksi
kimia” ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami sudah berusaha maksimal untuk menyelesaikan makalah ini, karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru, 14 April 2020

Penulis

i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan masalah.............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Reaksi identifikasi gugus fungsi..................................................................3
2.1.1 Eter..............................................................................................................5
2.1.2 Aldehida dan Keton....................................................................................6
2.1.3 Haloalkana (alkil halogenida).....................................................................8
2.1.4 Amina.......................................................................................................10
2.1.5 Amida.......................................................................................................11
2.1.6 Gugus Nitro..............................................................................................12
2.1.7 Gugus Sulfon dan Sulfonat.....................................................................13
2.1.8 Gugus Guanidin.......................................................................................13
2.2 Reaksi identifikasi karbohidrat.................................................................13
2.3 Reaksi identifikasi alcohol, fenol, dan karboksilat..................................18
2.3.1 Alkohol dan fenol.....................................................................................18
2.3.2 Fenol.........................................................................................................21
2.3.3 Asam karboksilat......................................................................................23
2.4 Reaksi identifikasi golongan obat alkaloid dan steroid...........................23
2.4.1. Uji golongan alkaloid...............................................................................23
2.4.2 reaksi identifikasi steroid..........................................................................25
2.5 Reaksi identifikasi obat antibiotic dan turunan sulfomida.....................27
2.5.1 Reaksi identfikasi obat antibiotic..............................................................27
2.5.2 Reaksi identifikasi turunan sulfonamide..................................................31
BAB III.......................................................................................................................34

ii
PENUTUP..................................................................................................................34
3.1. Kesimpulan..................................................................................................34
3.2. Saran............................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang melekat
pada suatu senyawa dan berperan memberikan sifat yang khas dan
berpengaruh pada sifat fisik dan kimia senyawa tersebut. Senyawa organik
yang mempunyai gugus fungsional sama akan ditempatkan pada deret
homolog yang sama. Ikatan tunggal karbon-karbon dan karbon-oksigen dalam
senyawa organik biasanya tidak reaktif karena mereka non polar.
Golongan polar membentuk bagian yang reaktf dalam suatu molekul
organik yaitu gugus fungsional tersebut. Misal, alkohol adalah suatu golongan
senyawa yang mengandung gugus fungsi hodroksil (-OH) terikat pada karbon.
Semua alkohol mempunyai reaksi kimia yang sama karena mengandung
gugus fungsional ini. Ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga yang
menghubungkan atom-atom karbon juga dianggap gugusan fungsional, sebab
lebih reaktif daripada ikatan tunggal karbon-karbon.
Tujuan dari identifikasi adalah untuk mengenali gugus fungsi tertentu
yang terdapat dalam suatu senyawa melalui reaksi kimia tertentu yang
spesifik, yaitu reaksi kimia yang hanya dapat bereaksi dengan senyawa yang
mengandung gugus fungsi tertentu dan tidak dapat bereaksi dengan gugus
fungsi yang lain. Masing-masing senyawa organik memiliki sifat tertentu
yang bergantung pada gugus fungsionil yang dimilikinya. Beberapa senyawa
dengan gugus fungsi berbeda dapat memiliki sifat yang sama/mirip. Gugus
fungsionil adalah gugus yang terdapat dalam suatu senyawa organic yang
berperan pada analisa senyawa tersebut

1
Karbohidrat merupakan polimer alami yang dihasilkan oleh tumbuh-
tumbuhan dan sangat dibutuhkan oleh manusia dan hewan. Karbohidrat juga
merupakan sumber energi yang terdiri atas unsur-unusr C, O, dan H dengan
rumus molekul Cn(H2O)n. Pada senyawa karbohidrat terdapat berbaga gugus
fungsi yang diikatnya yaitu gugus fungsi keton, aldehid, dan gugus hidroksi.

1.2 Rumusan masalah

Adapaun rumusan masalah yang mendasari penulisan makalah ini antara lain:

1. Bagaimana cara identifikasi gugus fungsi ?


2. Bagaimana cara identifikasi karbohidrat ?
3. Bagaimana cara identifikasi alcohol dan fenol ?
4. Bagaimana cara identifikasi asam karboksilat ?
5. Bagaimana cara identifikasi golongan obat alkaloid dan steroid ?
6. Bagaimana cara identifikasi golongan obat antibiotic dan turunan
sulfonamide ?

1.3 Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui cara identfikasi gugus fungsi


2. Untuk mengetahui reagen yang digunakan dalam identifikasi karbohidart
3. Untuk mengetahui reagen yang digunakan dalam identifikasi alcohol dan
fenol secara umum
4. Untuk mengetahui reagen yang digunakan dalam identifikasi sam
karboksilat
5. Untuk mengetahui reagen yang digunakan dalam identifikasi golongan
obat alkaloid dan steroid
6. Untuk mengetahui reagen yang digunakan dalam identifikasi golongan
obat antibiotic dan turunan sulfonamide

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Reaksi identifikasi gugus fungsi


Gugus fungsionil adalah gugus yang terdapat dalam suatu senyawa organic
yang berperan pada analisa senyawa tersebut. Yang termasuk gugus fungsionil
antara lain:

3
Ikatan Tidak Jenuh Reaksi pengenal:
1. Reaksi addisi terhadap Aqua Brom
0,1 g sampel padat atau 0,2 ml sampel cair ditambahkan larutan
Brom 5% dalam CHCl3 setetes demi setetes sambil dikocok. Warna Brom
hilang dan larutan tidak terbentuk HBr. - C = C – + Br2 → - HCBr - BrCH
– Adanya gugus yang bermuatan negatif yang terikat pada atom C tidak
jenuh dapat memperlambat atau menghalangi terjadinya reaksi, misalnya
pada reaksi: C6H5CH=CHCOOH + Br2 → C6H5CHBr - BrHCCOOH
(lambat) Pada beberapa senyawa (phenol, amin primer aromatis)
penghilangan warna Brom dapat terjadi karena reaksi substitusi; Senyawa-
senyawa reduktor juga dapat menghilangkan warna Brom (terbentuk HBr).

2. Reaksi terhadap larutan KmnO4 (Reaksi Baeyer).

4
Pada larutan sampel tambahkan larutan KmnO4 2% setetes demi
setetes sambil dikocok, warna ungu akan hilang. Tambahkan KmnO4
sampai sedikit berlebih (berwarna rosa). Jika ada ikatan tidak jenuh, mula-
mula terbentuk glikol, jika dipanaskan terjadi oksidasi lebih lanjut dan
terbentuk asam karboksilat. 2 KmnO4 + H2O → 2 KOH + 2 MnO2 + 3 (O)
C C + (O) + H2O → C C OH OH → C O OH + O C OH Reaksi Baeyer ini
tidak spesifik untuk ikatan tidak jenuh, karena senyawa-senyawa yang
mudah teroksidasi seperti: Alkohol, Fenol, Aldehid, dan lain-lain juga
memberi hasil positif

2.1.1 Eter

Eter merupakan senyawa organik yang memiliki gugus fungsi -0-R'.


Sehinga strukturnya R-O-R', jika R = R', disebut eter sederhana atau eter
tunggal. Dalam rumus umumnya eter merupakan turunan alkana dengan
mengganti salah satu atom H dengan gugus alkolasi (-OR) sehingga disebut
alkoksialkana.

Isomer pada eter Isomer pada eter mulai ada pada suku yang memiliki
empat atom C. Makin banyak atom C yang dimiliki suatu eter, makin banyak
isomernya. Eter dengan atom C lima memiliki enam isomer, yaitu empat
isomer merupakan butil metil eter, dan dua isomer merupakan etilpropil eter.

Sifat Eter

Eter memiliki titik didih jauh lebih kecil dari pada alkohol dengan
jumlah atom Cyang sama. Kelarutan eter dalam air sangat kecil sehingga
dapat disebut tidak bercampur dengan air. Pada temperatur kamar, kelarutan
dieti eter hanya 8 g/100 mL Eter jauh kurang reaktif jika dibandingkan dengan
alkohol. Sebagaimana alkohol, eter mudah terbakar membentuk gas karbon
dioksida dan uap air.

5
Reaksi Identifikasi Gugus Fungsi pada Eter

• Eter tidak bereaksi dengan logam aktif, misalnya natrium. Sifat ini dapat
digunakan untuk membedakan eter dengan alkohol

• Eter dan alkohol dapat bereaksi dengan PCL, reaksi alkohol dengan PCL,
sedang kan eter tidak membebaskan HCL. Reaksi ini dapat digunakan untuk
membedakan alkohol dengan eter.

• Eter akan terurai oleh asam halida menjadi alkohol dan haloalkana (alkil
halida)

• Dengan asam halida berlebihan, eter dapat membentuk alkil halida (R-X)
dan H,0.

Kegunaan Eter

Etil eter banyak digunakan untuk pelarut organik dan obat bius yang
diberikan melalui pernapasan pada proses operasi. Sebagai obat bius, etil eter
diberikan melalui pernapasan. Selain etil eter, senyawa eter yang banyak
digunakan adalah metil ters-butil eter (MTBE).senyawa ini digunakan untuk
menaikkan angka oktan bensin.

2.1.2 Aldehida dan Keton

Rumus struktur aldehida dapat ditulis R-C-H atau R-CHO dengan R


merupakan gugus alkil dan -CHO merupakan gugus fungsi aldehida. Dengan
demikian, aldehida merupakan senyawa turunan alkana yang salah satu atom
hidrogennya diganti dengan gugus fungsi aldehida. Aldehida merupakan
turunan alkana yang disebut alkanal. Gugus fungsi aldehida biasa disebut
gugus formil.

6
Identifikasi gugus aldehida dapat dilakukan dengan melakukan Tes
Tollens. Tes tollens ini menggunakan reagen Tollen. Tes ini didasarkan pada
oksidasi suatu aldehid oleh larutan ion perak (Ag+) dalam basa amonia.
Larutan ini mengandung ion kompleks [Ag(NH3)2]+. Oksidasi terhadap
aldehid diikuti dengan reduksi ion perak menjadi logam perak yang tampak
sebagai cermin perak. Tes Fehling juga dapat mendeteksi aldehid. Tes Fehling
dilakukan menggunakan larutan Fehling, dimana larutan ini mengandung ion
kompleks tembaga (II) yang disiapkan dengan mencampurkan larutan Fehling
A yang mengandung tembaga sulfat, ke dalam larutan Fehling B yang
mengandung natrium hidroksida dan garam Rochelle (natrium kalium
tartarat). Selama oksidasi aldehid menjadi asam karboksilat, ion tembaga (II)
direduksimenjadi tembaga (I) yang mengendap sebagai tembaga (I) oksida
yang berwarna merah

Uji terhadap Aldehida

a. Tes Fehling,
Dilakukan untuk menguji adanya gugus aldehid, positif jika terjadi
perubahan ada endapan merah bata untuk sampel aldehid atau keton
(aseton). Reagen: Fehling A: 34,64 gram CuSO4.5H2O dalam 500 mL
larutan Fehling B: 65 g NaOH dan 173 gram KNaTartrat dalam 500 mL
larutan Kedalam tabung reaksi yang bersih dan kering dimasukkan 1 mL
Fehling A dan 1 mL Fehling B. Dipanaskan tabung reaksi di dalam
penangas air mendidih selama 10 menit, diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi. Tes positif jika terjadi perubahan ada endapan merah bata
untuk sampel aldehid atau keton (aseton).

b. Tes Tollen,
Dilakukan untuk menguji adanya gugus aldehid atau keton, positif jika
terbentuk cerminperak Reagen: larutan 5% AgNO3, larutan 5% NaOH,
larutan NH3 encer Ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering,

7
dimasukkan 1 mL sampel, seperti aseton, benzaldehida, fruktosa, atau
yang lain, 1 mL larutan 5% AgNO3 dan 1 mL larutan 5% NaOH serta 5
tetes ammonia. Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih
selama 10 menit, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel
aldehida atau keton (aseton).
c. . Reaksi Schiff.
Pereaksi: 0,2 g p. Rosanilin HCl (Fuchsin) dilarutkan dalam 2 ml HCl
pekat, encerkan dengan 200 ml air dan kedalamnya dilarutkan 2 g
NaHSO3 (pereaksi tidak berwarna; jika disimpan lama dan telah
berwarna rosa, pereaksi tidak dapat dipakai). Cara melakukan: Dalam
tabung masukkan 2 ml air dan 1 tetes Aldehyda, lalu tambahkan 1-2 tetes
pereaksi, akan terbentuk warna merah sampai merah ungu. Catatan:
Beberapa aldehyd aromatis (misalnya; Vanilin, p-dimetil amino
benzaldehyd) memberi hasil negative

Sifat Aldehida Aldehida termasuk senyawa organik polar dan


mampu membentuk ikatan hidrogen sehingga larut dalam air dan memiliki
titik didih yang cukup tinggi. Kelarutan dan titik didih aldehida berbanding
terbalik dengan jumlah atom C. Makin banyak atom C, makin rendah
kelarutan aldehida.Kegunaan Aldehida Aldehida yang paling penting dan
paling banyak diproduksi adalah formaldehida. Larutan formaldehida 40%
dalam air biasa disebut formalin yang banyak digunakan untuk mengawetkan
spesimen biologi, termasuk mayat. Hal itu disebabkan formaldehida dapat
bereaksi dengan jaringan tubuh. Oleh karena itu, formalin tidak boleh
digunakan sebgai pengawet makanan. Formaldehida dapat digunakan sebagai
bahan penghilang bau pada sumbu dan lilin serta untuk membuat plastik tahan
panas (plastik termoseting).

8
2.1.3 Haloalkana (alkil halogenida)

Merupakan senyawa turunan alkana di mana salah satu atom H diganti


dengan atom halogen (F, CI, Br, I). Mempunyai rumus umum: X unsur
halogen (F, Cl, Br, I) Sifat Haloalkana Atom halogen lebih elektronegatif
daripada atom karbon sehingga haloalkana bersifat polar. Untuk mengetahui
polaritas senyawa haloalkana, dapat dilihat dari besar momen dipol setiap
senyawa. CH;F p= 1,81 D u = 1,86 D Karena bersifat polar, terjadi polarisasi
sehingga atom karbon bermuatan parsial positif dan atom halogen bermuatan
parsial negatif. CH,CI CH,Br CH3I u = 1,78 D p = 1,64 D Energi ikatan rata-
rata (dalam kJ mol-1): C-F = 485; c-Cl = 339; C-Br 284; C-I = 213. Hal ini
menunjukkan bahwa senyawa iodoalkana paling reaktif untuk gugus alkil
yang sama. Ikatan C-F adalah paling kuat sehingga senyawa fluoroalkana
relatif stabil. Sebagian besar haloalkana tidak larut dalam air, tetapi arut dalam
pelarut organik. Makin banyak atom halogen yang liikat oleh karbon, makin
besar massa molekulnya. Penambahan massa molekul menyebabkan kenaikan
titik didih (makin panjang rantai karbon makin tinggi titik didihnya) dan
kenaikan rapat jenis.

Sifat-sifat haloalkana lainnya : Pada suhu kamar haloalkana rantai


pendek berwujud gas, sedang haloalkana rantai panjang berwujud cair sampai
padat. Dapat disubstitusi dengan suatu basa kuat. Dapat mengalami reaksi
eliminasi membentuk alkena

Reaksi-reaksi pada Haloalkana Adanya muatan parsial, menyebabkan


senyaw haloalkana mengalami beberapa reaksi, antara lain:

• Reaksi Substitusi adalah reaksi penggantian suat atom, ion, atau gugus
fungsi dengan atom, ion, atal gugus lain. Dalam reaksi substitusi
haloalkana, atom halogen digantikan dengan atom atau gugus lain.

9
• Reaksi Eliminasi terjadi jika haloalkana direaksikan dengan basa kuat
dan sebuah molekul kehilangan atom atau ion dari strukturnya. Dalam
reaksi ini atom H dan X (atom halogen) keluar dari haloalkana. Reaksi ini
disebut juga reaksi dehidrohalogenasi. Awalan de berarti minus atau
hilang.

Kegunaan Haloalkana - CH,CI (klorometana) yaitu sebagai bahan


pendingin, pembuatan silikon, dan zat warna CH,Br (bromometana) yaitu
sebagai bahan pemadam kebakaran di pesawat - C,H,CI (kloretana) yaitu
untuk anestesi local , membuat TI - CHCI, (Kloroform) yaitu untuk pelarut,
anestesi. Akibat: merusak hati, ginjal, dan jantung. Bereaksi dengan udara
membentuk gas fosgen (COCI,) yang beracun. - CFC ( Freon) yaitu sebagai
zat pendingin. Akibat : menipisn lapisan ozon. - C,H,CI (vinil klorida) sebagai
monomer pembuatan PVC (plastik)

Uji halogen

a. Reagen 2% AgNO3
No. Sampel Sebelum +AgNO3 Pemanasan
1. Klorobenzena Tidak berwarna Tetap Tetap
2. Toluena Tidak berwarna Tetap Tetap
3. Kloroform Tidak berwarna Tetap Tetap

b. Reagen larutan 15% NaI dalam aseton kering


No. Sampel Sebelum +AgNO3 Pemanasan Waktu
1. Tidak Kuning
Klorobenzena Putih ↓ 9 menit
berwarna muda
2. Tidak Kuning
Toluena Putih ↓ 9 menit
berwarna muda
3. Tidak
Kloroform Kuning Putih ↓ 9 menit
berwarna

2.1.4 Amina

10
Amina adalah senyáwa organik yang mengandung atom nitrogen
trivalent yang berikatan satu,dua, atau tiga atom karbon. Dengan gugus fungsi
-NH, dan rumus umum : C,H2n+3N - Amina tergolong ke dalam basa organik
lemah yang dapat bereaksi dengan asam membentuk garam yang dapat larut
dalam air, tetapi dalam keadaan bebas amina sulit atau hampir tidak larut
dalam air kecuali dengan senyawa amina yang berwujud gas.

Amina dibagi 3, yaitu: Amina Primer 1 atom H diganti dengan alkil •


Amina Sekunder 2 atom H diganti dengan alkil Amina Tersier 3 atom H
diganti dengan alkil. Kegunaan Amina Untuk menghambat korosi pada logam
Untuk membuat insektisida Untuk membuat bahan flotasi Dan digunakan
dalam pembuatan zat warna

2.1.5 Amida

Amida merupakan senyawa organik dengan gugus As (R-C=0) yang


terhubung dengan Atom Nitrogen. Amida juga sering dihubungkan sebagai
senyawa turunan dari Amonia maupun Amina. • Amida yang paling
sederhana merupakan turunan dari Amonia dengan satu hidrogen didalamnya
tergantikan dengan gugus Asil. Amida mengandung -CONH2 dimana -OH
dari asam digantikan oleh --NH2. Amida biasanya dituliskan dengan
RC(0)NH2. Sedangkan senyawa amida yang paling sederhana adalah
Ethanamida. Amida biasanya dibentuk dengan mereaksikan Asam Karboksilat
dengan Amina.

Sifat-sifat Amida Mudah mengalami substitusi nukleofilik. Reaksi


substitus nukleofilik pada amida (turunan asam karboksilat) berlangsung lebih
cepat dari pada reaksi substitusi nukleofilik pada rantai karbon jenuh (gugus
alkil). • Mudah larut di dalam air karena dengan adanya gugus C=0 dan N-H
memungkinkan terbentuknya ikatan hidrogen. Umumnya berupa padat pada
suhu kamar kecuali: formamida berbentuk cair pada TR. Polar

11
• Titik didihnya cukup tinggi.

• Semua turunan asam karboksilat dapat larut dalam pelarut organik,


sedangkan dalam air kelarutannya tergantung pada jumlah atom
karbon yang terdapat dalam molekulnya.

Kegunaan Senyawa Amida Senyawa amida jenuh rantai panjang


dipakal intermediet dalam produksi textil tahan air tipe Zelan atau Velan.
Sebagai bahan baku setengah jadi (intermediate raw material) untuk produksi
fatty nitril dan fatty amina. Amida dapat digunakan untuk identifikasi asam
yang berbentuk cair. • Amida dapat digunakan untuk sintesis nilon.
Memperbaiki sifat-sifat dari tinta, yaitu membantu slip, mengurangi block dan
tack.

2.1.6 Gugus Nitro


Gugus Nitro dibedakan atas : Nitro alifatis R- NO2

Nitro aromatis Ar-NO2

Reaksi umum :

1. Reaksi dengan basa NaOH atau KOH

Senyawa nitro alifatis akan menghasilkan warna kuning jika


direaksikan dengan NaOH, bila diasamkan dengan asam asetat pekat,
senyawa nitro akan terbentuk kembali. Senyawa nitro aromatis yang
mengandung 2 atau lebih gugus nitro, jika dilarutkan dalam alkohol atau
aseton dan direaksikan dengan NaOH 10% akan menghasilkan warna
merah atau rosa (purple).

2. Reduksi dalam suasana asam menjadi amin primer.

Senyawa nitro direduksi dalam suasana asam menjadi senyawa


amin primer. Sebagai reduktor dapat dipakai Zn dan HCl atau Sn dan HCl.
Amin yang terbentuk dapat ditest dengan reaksi Azo dan pDAB HCl. Cara

12
melakukan: sampel dilarutkan dalam etanol, tambahkan 3 ml HCl encer,
masukkan serbuk Zn dan sedikit air, panaskan dipenangas air selama 10
menit. Sampel dibagi 2: a. pada filtrat ditambahkan 2 tetes larutan NaNO2
dan larutan ß naftol dalam NaOH akan terbentuk warna atau endapan
jingga. b. Pada filtra ditambahkan 2 tetes p DAB HCl akan terbentuk warna
kuning.

2.1.7 Gugus Sulfon dan Sulfonat


Senyawa Sulfon dan Sulfonat, jika dioksidasi dengan oksidator kuat
(H2O2 30%) akan teroksidasi menjadi sulfat dan dapat ditest dengan
larutan BaCl2 sehingga terbentuk endapan putih BaSO4 .

2.1.8 Gugus Guanidin


Reaksi identifikasi:

1. Sampel dimasukkan dalam tabung, keringkan pada 180o (pada penangas


gliserin) selama 10 menit, mulut tabung ditutup dengan kertas saring yang
sudah dibasahi dengan pereaksi Nessler maka akan terbentuk warna kuning
sampai coklat.

2. Reaksi Sakaguchi Cara melakukan: Kedalam larutan sample


ditambahkan beberapa tetes NaOH 10% dan beberapa tetes larutan αnaftol
dalam etanol, dinginkan (15o ) Tambahkan 3 tetes larutan NaOCl akan
terbentuk warna merah ungu.

2.2 Reaksi identifikasi karbohidrat


Karbohidrat merupakan polimer alami yang dihasilkan oleh tumbuh-
tumbuhan dan sangat dibutuhkan oleh manusia dan hewan. Karbohidrat juga
merupakan sumber energi yang terdiri atas unsur-unusr C, O, dan H dengan
rumus molekul Cn(H2O)n. Pada senyawa karbohidrat terdapat berbaga gugus
fungsi yang diikatnya yaitu gugus fungsi keton, aldehid, dan gugus hidroksi.

13
Berdasarkan gugus fungsi yang diikat, karbohidrat digolongkan ke dalam dua
jenis:

1. Aldosa: karbohidrat yang mengikat gugus aldehid. Contoh: glukosa,


galaktosa, ribosa
2. Ketosa: karbohdrat yang mengikat gugus keton. Contoh: fruktosa

Berdasarkan hasil hidrolisis, karbohidrat dibagi menjadi tiga:

1. Monosakarida: karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul-


molekul karbohidrat yang lebih sederhana lagi. Misalnya: glukosa, fruktosa,
ribosa, galaktosa
2. Disakarida: karbohidrat yang terbentuk dari kondensasi 2 molekul
monosakarida. Misalnya: sukrosa (gula tebu), laktosa (gula susu), dan maltosa
(gula pati)
3. Oligosakarida: karbohidrat yang jika dihidrolisis akan terurai menghasilkan 3
– 10 monosakarida, misalnya dekstrin dan maltopentosa
4. Polisakarida: karbohirdat yang terbentuk dari banyak molekul monosakarida.
Misalnya pati (amilum), selulosa, dan glikogen.

 Glukosa

Glukosa dapat diperoleh dari hidrolisis sukrosa (gula tebu) atau pati (amilum).
Di alam glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Dalam alam
glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan
sinar matahari dan klorofil dalam daun serta mempunyai sifat:

 Memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan (+52.70)


 Dapat mereduksi larutan fehling dan membuat larutan merah bata
 Dapat mengalami mutarotasiDapat difermentasi menghasilkan alkohol
(etanol) dengan reaksi sebagai berikut:

14
C6H12O6 –> 2C2H5OH + 2CO2

Rumus molekul : C6H12O6.H20


Pemeriaan : Hablur tidak bewarna, tidak berbau, rasa manis, serbuk hablur
atau garnul putih.
Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih,
larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam etanol
Reaksi identifikasi : tambahkan beberapa tetes larutan pada 5 ml tembaga
(II) tatrat alkali LP panas terbentuk endapan merah tembaga
oksida

 Laktosa

Laktosa memiliki gugus karbonil yang berpotensi bebas pada residu glukosa.
Laktosa adalah disakarida pereduksi. Selama proses pencernaan, laktosa
mengalami proses hidrolisis enzimatik oleh laktase dari sel-sel mukosa usus.
Beberapa sifat lakotsa:

 Hidrolisis laktosa menghasilkan molekul glukosa dan galaktosa


 Hanya terdapat pada binatang mamalia dan manusia
 Dapat dperoleh dari hasil samping pembuatan keju
 Bereaksi positif terhadap pereaksi fehling, benedict, dan tollens

Rumus molekul : C12H22O11


Pemeriaan : serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem, tidak
berbau dan rasa sedikit manis
Kelarutan : mudah ( dan pelan – pelan ) larut dalam air dan lebih mudah larut
dalam air mendidih , sangat sukar larut daalam etanol, tidak larut
dalam kloroform dan eter

15
Reaksi identifikasi : tambahkan 5 ml natrium hidroksida 1 N pada 5 ml
dalam larutan jenuh laktosa panas dan hangatkan hati-hati.
Cairan menjadi kuning dan akhirnya merah kecoklatan.
Dinginkan hingga suhu kamar, dan tambahkan beberapa tetes
tembaga (II) tatrat alkali LP, terbentuk endapan merah tembaga
(I) oksida.

 Sukrosa

Sukrosa atau gula tebu adalah disakarida dari glukosa dan fruktosa.
Sukrosa dibentuk oleh banyak tanaman tetapi tidak terdapat pada hewan
tingkat tinggi. Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke
kanan. Hasil yang diperoleh dari reaksi hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa
dalam jumlah yang ekuimolekular. Sukrosa bereaks negatif terhadap pereaksi
fehling, benedict, dan tollens.

Rumusan molekul : C12H22O11


Pemeriaan : hablur putih atau tidak bewarna, massa hablur atau
berebntukkubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
manis.
Kelarutan : sangat ,udah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih, sukar larut dalam etnalo, tidak berbau, rasa manis.
Reaksi identifikasi : -

 Amilum

 Polimer dari glukosa

16
 Apabila dilarutkan dalam air panas, pati dapat dipisahkan menjadi
amilosa dan amilopektin
 Amilopektin merupakan polimer yang lebih besar dari amilosa
 Hirdolisis parsial akan menghasilkan amilosa
 Hidrolisis lengkap akan menghasilkan glukosa

Rumsan molekul : -
Pemeriaan : serbuk sangat halus, putih
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol
Reaksi identifikasi : panaskan sampai mendidih selama 1 menit suspense 1
gram dalam 50 ml air, dinginkan berbentuk larutan kanji
yang necer. Campur 1 ml larutan iodium 0,005 M, terjadi
warna biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul
kembali pada pendinginan.
5. Maltosa

Beberapa sifat maltosa:

 Hidrolisis maltosa menghasilkan 2 molekul glukosa


 Digunakan dalam makanan bayi dan susu bubuk beragi (malted milk)
 Bereaksi positif terhadap pereaksi fehling, benedict, dan tollens

6. Galaktosa

Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula


yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang cahaya
terpolarisasi ke kanan. Pada proses oksidasi oleh asam nitrat pekat dan dalam
keadaan panas galaktosa menghasilkan asam musat yang kurang larut dalam
air bila dibandingkan dengan asam sakarat yang dihasilkan oleh oksidasi

17
glukosa. Dapat diperoleh dari hidrolisis gula susu (laktosa), dan mempunyai
sifat:

 Dapat mereduksi larutan fehling membentuk endapan merah bata


 Tidak dapat difermentasi

2.3 Reaksi identifikasi alcohol, fenol, dan karboksilat

2.3.1 Alkohol dan fenol

 Alkohol Primer : Pada alkohol primer (1o), atom karbon yang


membawa gugus –OH hanya terikat pada satu gugus alkil, contohnya
etanol Alkohol primer akan teroksidasi menjadi aldehid dan pada
oksidasi lebih lanjut akan menghasilkan asam karboksilat.
 Alkohol sekunder : Pada alkohol sekunder (2o), atom karbon yang
mengikat gugus –OH berikatan langsung dengan dua gugus alkil bisa
sama atau berbeda, contohnya isopropil alkohol. Alkohol sekunder
akan teroksidasi menjadi keton
 Alkohol tersier : pada alkohol tersier (3o), atom karbon ysng mengikat
gugus –OH berikatan langsung dengan tiga gugus alkil yang bisa
merupakan kombinasi dari alkil yang sama atau berbeda. alkohol tersier
ini tidak dapat teroksidasi

a. Metanol
Sampel metanol berwarna bening dimasukkan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 0,5ml. Kemudian ditambahkan reagen lucas sebanyak 3 ml. Metanol
yang telah dicampur dengan reagen lucas dan dikocok tetap berwarna bening.
Setelahnya ditunggu selama 15 menit, campuran tersebut tetap berwarna
bening. Kemudian larutan tersebut dimasukkan kedalam gelas beker berisi air

18
mendidih dan ditunggu selama 10 menit, dan larutan tetap berwarna bening.
Hal ini menandakan bahwa larutan tersebut merupakan alkohol primer karena
hasilnya negatif. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa fenol tidak bereaksi
dengan reagen Lucas.

b. Etanol
Pada sampel etanol juga berwarna bening yang kemudian
dicampurkan dengan reagen lucas dan dikocok hasilnya tetap berwarna
bening. Setelahnya ditunggu selama 15 menit, warna yang terlihat tetap
berwarna bening. Lalu ditabung reaksi dicelupkan ke dalam air mendidih
sekitar 600C tetap tidak menunjukan terjadinya reaksi dengan tetap berwarna
bening. Halm tersebut menyimpulkan bahwa etanol merupakan alkohol
primer karena hasil yang didapat negatif.

c. 2-propanol
Sampel 2-propanol berwarna bening kemudian dicampurkan dengan
reagen lucas dan dikocok tetap berwarna bening. Setelah dibiarkan selama 15
menit , tetap berwarna bening. Lalu direndam dalam air mendidih dan
ditunggu selama 10 menit hasilnya membentuk kabut putih dibagian atas dan
lapisan bawah berwarna bening. Hal tersebut membuktikan 2-propanol
termasuk kedalam alkohol sekunder karena hasil yang diperoleh positif.

Reaksi identifikasi alkohol


1. Reagen Lucas (HCl dan ZnCl2)
 HCl
HCl adalah senyawa yang bersifat asam, memiliki titik didih
510C dan larut sempurna dalam air. Asam klorida pekat akan
membentuk kabut, berwarna jernih namun bersifat korosif, toksik,
dan iritatif karena dapat merusak kulit. HCl bersifat stabil dan sangat
reaktif dengan logam, agen pengoksidasi, material organik, alkali,

19
dan air. Digunakan dalam industri kimia dan penggunaan dalam
laboratorium (Katritzky, 2012).
 ZnCl2
ZnCl2 adalah senyawa yang berwujud solid (padat) dan tidak
berbau, berwarna putih dengan titik didih 7320C dan titik beku
2900C. Senyawa ini bersifat stabil dan reaktif dengan agen
pengoksidasi dan logam. Seng klorida (ZnCl2) adalah senyawa
padatan putih yang bersifat higroskopis. Digunakan sebagai katalis,
zat pendehidrasi, dan fluks solder kertas

Tes Lucas

Sampel Sampel+Reagen Lucas Hasil Uji (+)/(-)

Metanol Methanol+ ZnCl2 Bening (-)

Etanol Etanol+ ZnCl2 Bening (-)

2-propanol 2-propanol+ ZnCl2 Berkabut putih (+)

2. Reagen Ferri Klorida (FeCl3)


Ferri klorida atau Besi (III) klorida merupakan senyawa kimia
yang digunakan sebagai pereaksi atau pendeteksi fenol. Ferri klorida
memiliki titik didih 3160C dan titik beku 3060C, serta berat molekul
162,2 gr/mol. Ferri klorida mudah terhidrollisis dalam udara lembab,
larut dalam pelarut organik, dan memiliki daya hantar listrik yang
rendah

Tes ferri klorida

Sampel Sampel+Reagen Ferri Hasil Uji (+)/(-)


Klorida

20
1ml aquades + 1ml aquades + 5 tetes Kuning (-)
5 tetes methanol + FeCl3 5% 2
methanol tetes
1ml aquades + 1ml aquades + 5 tetes Kuning (-)
5 tetes etanol etanol+ FeCl3 5% 2 tetes
1ml aquades 1ml aquades + 5 tetes 2- Kuning (-)
+ 5 tetes 2- propanol+ FeCl3 5% 2
propanol tetes
1ml aquades 1ml aquades + 5 tetes Ungu (-)
+ 5 tetes fenol fenol+ FeCl3 5% 2 tetes

Identifikasi reaksi secara umum

No Perlakuan Hasil
1 Etanol
Etanol + K2CR2O7 + H2SO4 50% Larutan warna biru
Gliserin
- Gliserin + 1 tts CuSO4 + dibasahkan NaOH - Gliserin + CuSO4 -> biru jernih
+ NaOH -> larutan jernih
- Dikisatkan - Menjadi cair
Mentol
- Mentol + H2SO4 + Vanilin sulfat - Endapan putih

2.3.2 Fenol

Pada sampel fenol juga berwarna bening yang kemudian


dicampurkan dengan reagen lucas dan dikocok hasilnya tetap berwarna
bening. Setelahnya ditunggu selama 15 menit, warna yang terlihat tetap
berwarna bening. Lalu ditabung reaksi dicelupkan ke dalam air mendidih
sekitar 600C tetap tidak menunjukan terjadinya reaksi dengan tetap

21
berwarna bening. Halm tersebut menyimpulkan bahwa fenol merupakan
alkohol primer karena hasil yang didapat negatif.

No Perlakuan Hasil
1 Fenol
- Fenol + FeCl3 - Larutan hitam abu abu
- Fenol + Ρ-DAB - Endapan coklat kekuningan

- Fenol + lieberman - Larutan ungu kehitaman


- Fenol + K2CR2O7 - Larutan kuning orange

2 Nipagin
- Nipagin + FeCl3 - Terbentuk ungu kehitaman

- Nipagin + HNO3 - Tiada perubahan, nipagin larut sedikit


3 Hidrokuinon
- Hidrokuinon + Ag - Larutan hijau lumut
(NH3)NO3
- Hidrokuinon + FeCl3 - Endapan hitam
- Hidrokuinon + - Precipitasi putih
Pb( CH3COO)2 + NH4OH
- Hidrokuinon + NaOH - Bewarna cokelat
4 Resirnol
- Resirnol + H2O + P-DAB - Larutan merah muda

- Resirnol + FeCl3
- Resirnol + lieberman - Larutan ungu kehitaman

- Resirnol + Ag (NH3)NO3 - Larutan kuning telur


- Larutan hitam
5 Asetosal
- Reaksi marquis - Marquis -> putih

- + FeCl3 - Keunguan

22
2.3.3 Asam karboksilat

Asam karboksilat dapat dilakukan dengan cara dimasukkankedalam


tabung reaksi senyawa asam karboksilat (asam salisilat ) sebanyak 5 tetes
ditambahkan 5 tetes NaHCO2. Dan cara membedakan karboksilat mono
dan poli dengan mereaksikan asam oksalat dan asam asetat ke dalam
tabung reakksi kemudian ditambahkan 3 tetes FeSO4 1 M dan NaOH
sebanyak 5 tetes akan mengalami terbentuknya gas dan larutan tak
bewarna.

No Perlakuan Hasil
1 Asam tatrat
- Asam tatrat + CuSO4 + - Larutan warna biru muda
NaOH
2 Asam benzoate
- Panaskan sampel + H2SO4 - Larutan kuning bening
- Asam benzoate + FeCl3 - Menjadi larutan kuning tua dan
terbentuk endapan
3 Asam stearate -

2.4 Reaksi identifikasi golongan obat alkaloid dan steroid

2.4.1. Uji golongan alkaloid

1. Uji penggolongan

No Perlakuan Hasil Senyawa


1 Gol. Alkaloid Endapan putih Kafein, theofillin, aminofillin,
+ mayer piramidin, antalgin, paracetamol,
kuinin, kodein, atropine, efedrin,
INH, papaverin, reserpin
2 Gol. Anastetik Tidak Lidokain, prokain
+ mayer terbentuk
endapan
3 Gol. Hormo Tidak Hidrokortison, prednisone
+ mayer terbentuk
endepan

23
2. Uji penetapan

No Perlakuan Reagen Hasil (larutan)


1 - Aminofilin + FeCl3 - Coklat
- Paracetamol - Biru ungu
- Antalgin - Biru hijau kuning
- INH - Coklat ada gas
- Efedrin - Kuning
2 - Pirimidin + FeCl3 - Ungu lama lama rosa
- Kodein - Ungu
3 - kafein + FeCl3 tidak terjadi perubahan warna
- teofillin
- atropine
- paperin
- kuinin
- reserpine

3. uji penegasan
 uji penegasan pirimidin dan kodein

No Sampel Reagen Hasil


1 Pirimidin + AgNO3 Endapan putih
2 Kodein +AgNO3 Ungu

 uji kafein, teofillin, atropine, kuinin, atropine,paperin,reserpine

No Sampel Reagen Hasil


1 - atropine + HNO3 - Larutan ungu

- papaverin - Larutan jingga

2 - Kafein + HNO3 - Tidak terbentuk


+ titan yellow + NaOH - Larutan merah
- Teofilin + HNO3 - Tidak terbentuk
+ titan yellow + NaOH - Tidak terbentuk
+ pany - Larutan ungu
- Kuinin + HNO3 - tidak terbentuk
+ titan yellow + NaOH - tidak terbentuk
+ pany - tidak terbentuk
+ HCl encer + aqua brom + - hijau muda

24
NaOH
- reserpine + HNO3 - tidak terbentuk
+ titan yellow + NaOH - tidak terbentuk
+ pany - tidak terbentuk
- tidak terbentuk

2.4.2 reaksi identifikasi steroid


Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang
dapat dihasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Steroid merupakan
kelompok senyawa yang penting dengan struktur dasar sterana jenuh (bahasa
Inggris: saturated tetracyclic hydrocarbon : 1,2-cyclo pentane perhydro
phenanthrene) dengan 17 atom karbon dan 4 cincin. Senyawa yang termasuk
turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, progesteron, dan estrogen.
Pada umunya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur
dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang membentuk tiga cincin
sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan jenis steroid yang satu
dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh ke-
empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin.

Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol,


ergosterol,progesteron, dan estrogen. Pada umunya steroid berfungsi sebagai
hormon. Steroidmempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon
yang membentuk tigacincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana.
Perbedaan jenis steroid yang satudengan steroid yang lain terletak pada
gugus fungsional yang diikat oleh ke-empatcincin ini dan tahap oksidasi tiap-
tiap cincin

Sifat Steroid

Beberapa steroid bersifat anabolik, antara lain testosteron,


metandienon, nandrolon dekanoat, 4-androstena-3 17-dion. Steroid anabolik
dapat mengakibatkan sejumlah efek samping yang berbahaya, seperti
menurunkan rasio lipoprotein densitas tinggi, yang berguna bagi jantung,

25
menurunkan rasio lipoprotein densitas rendah, stimulasi tumor prostat,
kelainan koagulasi dan gangguan hati, kebotakan, menebalnya rambut,
tumbuhnya jerawat dan timbulnya payudara pada pria. Secara fisiologi,
steroid anabolik dapat membuat seseorang menjadi agresif.

Reaksi Identifikasi Steroid

Sebanyak 9 mL etanol ditambahkan pada 1 mL ekstrak dan direfluks


selama beberapa menit dan disaring. Filtratnya dipekatkan sampai 2,5 mL
dalam tangas air mendidih. Sebanyak 5 mL air suling ditambahkan pada
larutan pekat itu, diamkan selama 1 jam dan kemudian disaring. Filtratnya
disari dengan 2,5 mL kloroform dengan menggunakan corong pisah. Sari
kloroform itu digunakan untuk uji berikut :

a. Uji Liebermann Buchard : Sebanyak 0,5 mL sari kloroform teteskan


dalam plat tetes, biarkan kering, setelah kering ditambahkan asam
asetat anhidrat dan asam sulfat pekat apabila terbentuk warna merah
ini menyatakan positif untuk terpenoid dan warna hijau positif untuk
steroid.
b. Uji Salkowiski untuk steroid : Sebanyak 0,5 mL sari kloroform dalam
tabung reaksi ditambahkan hati-hati dengan 1 mL asam sulfat pekat
sehingga membentuk lapisan bawah. Timbulnya warna merah
kebiruan sampai warna merah cherry dalam lapisan kloroform dan
fluoresensi hijau pada lapisan asam menunjukkan adanya senyawa
steroid.

Pembuatan Pereaksi Steroid

 Salkowski

Larutan A : Kloroform pekat

26
Larutan B : Asam sulfat pekat

 Liebermann-Buchard

Larutan A : Asam sulfat pekat

Larutan B : Asam asetat anhidrat

2.5 Reaksi identifikasi obat antibiotic dan turunan sulfomida

2.5.1 Reaksi identfikasi obat antibiotic

Antibiotic adalah zat zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi
dan bakteri tanah, yang dapat menghambat pertumbuha atau membasmi
mikroba jenis lain, sedangkan toksisitasnya terhadap manusia relative kecil.
Penggolongan antibiotic berdasarkan struktur kimianya :
 Golongan aminoglikosida ( amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin,
neomisin, netilmisin)
 Golongan β-laktam ( golongan karbanem, golongan sefalosporin,
golongan β-laktam monosiklik, dan golongan penicillin)
 Golongan glikopeptida ( vankomisin, teikoplanin, ramoplanin)
 Golongan polikeptida (golongan makrolida, golongan ketolida, golongan
tetrasiklin)
 Golongan kinolon atau fluorokinolon ( asam nalidiksat, siprofloksasin,
ofloksasin, norflosaksin, levofloksasin)
 Golongan streptogranin ( pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan
kinupristindalfopristin )
 Golongan oksazolidinon ( linezolid)
 Golongan sulfanamid ( kotrimoksazol dan trimetropin )
 Antibiotic lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin, dan
asam fusidat.
Metode identfikasi senyawa obat

27
Identifikasi senyawa obat merupakan analisis kualitatif yang bertujuan
untuk mengetahui atau menemukan komponen suatu obat. Identfikasi obat
dapat dilakukan dengan cara, anatara lain sebagai berikut :
 Organoleptis
Dalam cara ini suatu zat dapat dikenal berdasarkan sifat-sifat
fisikanya, yaitu dengan menggunakan panca indra (berupa rasa, tekstur,
warna, dan bau)
 Pemanasan pada cawan porselin
Dengan pemanasan, zat zat tersebut dapat mencair, memadat, dan
menguap atau segara menyublim. Adapula zat yang dapat terbakar pada
pemanasan.
 Kelarutan
Dalam melihat kelarutannya dalam keadaan dingin dan panas dalam
pelarut aquadest, asam (HCl), basa (NaOH), da alcohol (-OH)
 Direaksikan dengan pereaksi
Dengan menggunkan pereaksi yang dapat bereaksi dengan senyawa
yang dianalisis dan dapat menimbulkan gejala- gejala yang dapat diamati
seperti adanya perubahan warna, terbentuknya endapan, terbentuknya
Kristal, dan perubahan spesifik lainnya.
Identifikasi uji senyawa obat antibiotic:
1. Organoleptis

No Sampel Rumus molekul Warna Bau Rasa Bemtuk


1 Tetrasiklin C22H24N2O8 Kuning Tidak - Serbuk
berbau hablur
2 Kloramfenik C11H12Cl2N2O Putih- Tidak Sangat Hablur
ol putih berbau pahit harus
kelabu berbentuk
atau jarum atau
putih lempeng
kekuning memanjang
an
3 Ampisilina C16H19N3O4S Putih Tidak Rasa Serbuk
berbau pahit hablur

28
atau
hamper
tidak
berbau
4 Eritromisina C37H67NO13 Putih Tidak Rasa Serbuk atau
atau agak berbau agak hablur
kuning pahit
5 Amoksisilin C16H19N3O5 . Putih Praktis Rasa Serbuk
3H2O tidak pahit hablur
berbau

2. Kelarutan
 Tetrasiklin
Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 50 bagian etanol
(95%) P, tidak larut dalam kloroform P, dan dalam eter P, larut
dalam asam encer, larut dalam alkali disertai peruaraian.
 Kloramfenikol
Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2.5 bagian
etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilen glikol P, sukar larut
dalam kloroform P dan dalam eter P
 Ampisilina
Larut dalam 170 bagian air, praktik tidak larut dalam 2.5
bagian etanol (95%) P, dalam kloroform P, dalam eter P, dalam
aseton P dan dalam minyak lemak.
 Eritromisina
Larut dalam lebih kurang 1000 bagian air, larut dalam etanol
(95%) P, dalam kloroform P dan dalam eter P.
 Amoksisilini
Sukar larut dalam air dan methanol, tidak larut dalam benzana,
dalam karbon tetraklorida, dan dalam kloroform.

3. Reaksi identfikasi

No Sampel Reagen Hasil


1 Tetrasiklin + H2SO4 + air Merang ungu kuning tua

29
Reaksi marquis : Merah anggur
+ formalin + H2SO4 pekat
Reaksi frohde : Merah anggur
+ammonium moblidat + H2SO4
pekat
+ vitali Kuning-coklat
+ Millon Rase, aduk coklat
+ nessler (+NaOH) Coklat hitam
+ aqua bromate Endapan kuning
+ ammonium moblidat Biru hitam
2 Kloramfenikol + NaOH (dipanaskan) Orange merah
Reaksi cuprifil : Endapan merah bata
Lar. (dlm air) + NaOH ad basa +
CuSO4
Jika dipanaskan
+ HCl pekat + serbuk Zn Warna orange/kuning
(panaskan) DAB HCl 2 tts
+ nessler Endapan abu-abu
+ Cu(FO3)2 amoniakal Abu abu coklat
+ metanol+CaCl2 + serbuk Zn Merah ungu
Panaskan 10 menit tuang
filtrat pada tabung lain + kristal
Na-asetat + benzoil klorida 2 tts
(kocok 1 menit) + bbrpa tts
FeCL3 + HCl encer
3 Ampisilina Suspensikan 10% zat dlm air + 2 Violet
ml fehling dan 6 ml air
+ zat dalam alkohol + H2SO4 + Hijau kuning
Resorsim (dipanaskan)
Lar. Zat dlm alkohol + lar. Hijau kuning tua
Tembaga nitrat amoniakal
(panaskan)
Teteskan 0.1 ml lar. Ninhidrida P Lembayung muda
0,1 % b/v diatas kertas saring P,
keringkan pada suhu 105º, lapisan
0,1 ml lar. Uji 0,1% b/v panaskan
pada suhu 105º selama 5 menit
(biarkan dingin)
Suspensikan 10 mg dlm 1ml air, Violet
+ 2 ml lar. Kalium tembaga (II)
tartar P dan 6 ml air
4 Eritromisina + H2SO4 conc Coklat merah
+ nessler Abu abu hitam
Larutan zat dlm aseton + HCl Jingga yang berubah menjadi
conc. merah keunguan
+ CHCl3 (kocok) Lapisan CHCl3 menjadi ungu
+ Cu (NO3)2 ammoniakal Abu abu coklat
(biarkan 5 menit )

30
+ HNO3 pekat + air Kuning hiaju
± 5 mg + 2 ml asam sufat P Coklat merah
(kocok perlahan)
± 3 mg dlm 2 ml aseton P,+ 2 ml Jingga menjadi merah
HCl P
+ 2ml kloroform P (kocok) Lapisan kloroform ungu
5 Amoksisilin Lar. 10 mg amoksisilin dlm 2 ml Merah
air (panaskan selama 2 menit ) +
0,5 ml merkuri nitrit suasana
asam
n

2.5.2 Reaksi identifikasi turunan sulfonamide

Sulfonamide adalah obat antimikroba turunan para-


aminobenzensulfonamida yang digunakan secara sistemik untuk mengobati
dan mencegah beberapa infeksi. Turunan sulfonamide ini dapat dibuat secara
sintesis dilaboratorium dari senyawa bahan alam alkaloid papaverin dengan
terelbih dahulu melakukan reaksi sulfonasi sehingga diperoleh papaverin
sulfonil klorid.
Sulfonasi merupakan reaksi subtitusi elektrofilik, dima terjadi
pembentukan gugus –SO3H, - SO2Cl dalam molekulnya. Pereaksi sulfonasi
dapat berupa oleum, asam sulfat pekat dan asam klorosulfonat. Reaksi
sulfonasi merupakan reaksi dapat balik, dapat berbentuk produk ataupun
kembali kereaktannya yang bergantung pada konidisi reaksi. Reaksi sulfonasi
denga oleum akan berjalan lebih cepat dibandingkan dengan asam sulfat
sebagai pereaksi dan perak sulfat sebagai katalis.
Sifat fisika dan kimia sulfonamide :
1. Bersifat amfoter, karena itu sukr dipindahkan dengan cara pengocokan
yang digunakan dalam analisa organik
2. Mudah larut dalam aseton, kecuali sulfasuksidin, ftalazol, dan elkosin

Kelarutan sulfonamide :

1. Umumnya tidak melarut dalam air, tapi adakalanya akan larut dalam air
panas. Elkosin biasanya larut dalam air panas dan dingin

31
2. Tidak larut dalam eter, kloroform, proteulom eter
3. Larut dalam aseton
4. Sulfa-sulfa yang mempunyai gugus amin aromatic tidak bebas akan
mudah larut dalam HCl encer, irgamid, dan irfagon tidak larut dalam HCl
encer.
5. Sulfa-sulfa dengan gugus aromatic sekunder sukar larut dalam HCl,
misalnya septazin, soluseptazin, sulfasuksidin larut dalam HCl, akan tetapi
larut dalam NaOH

Reaksi identifikasi sulfonamide :


1. Uji organoleptis

N Sampel Bau Rasa Bentuk Warna


o
1 Sulfadiazine Tidak berbau Tidak Serbuk Putih
berasa halus
2 Sulfamerazin Tidak berbau Tidak Serbuk Putih
berasa halus
3 Sulfanilamide Tidak berbau Agak Serbuk Putih
pahit halus kekuningan

2. Uji pendahuluan

N Sampel Pereaksi Hasil


o
1 Sulfadiazine +HCl Kuning
2 Sulfamerazin +HCl Merah
3 Sulfanilamide + HCl Kuning

3. Uji penegasan
 Pereaksi parri

N Sampel Pereaks Hasil

32
o
1 Sulfadiazine Alcohol + parri + Merah tua
NH4OH 1 tts
2 Sulfamerazin Alcohol + parri + Violet-merah jambu
NH4OH 1 tts
3 Sulfanilamide Alcohol + parri + Merah
NH4OH 1 tts

 Pereaksi vanillin

N Sampel Pereaksi Hasil


o
1 sulfadiazin Vanillin + H2SO4 coklat
2 Sulfamerazin Vanillin + H2SO4 Merah
3 Sulfanilamide Vanillin + H2SO4 Spesifik biru

 Pereaksi CuSO4

N Sampel Pereaksi Hasil


o
1 Sulfadiazine NaOH + CuSO4 Kuning lama lama violet
2 Sulfamerazin NaOH + CuSO4 Hijau abu abu coklat
3 Sulfanilamide NaOH + CuSO4 Biru-ungu

 Dengan pereaksi lain dan golongan sulfamid lain

Sulf Sulfame Sulfanila Sulfagua Sulfaceta Sulfadiazi Sulfamer


a zatin mid nidin mid d azin

Pereaksi
Korek api Kuning Orange Kuning Jingga Kuning -
jingga orange
p-DAB Jingga Kuning Kuning Jingga Kuning Merah
HCl hijau orange jingga orange hijau
Zwikker - Biru Violet Biru- Pink -
violet violet
Roux Ungu, Hijau Kuning Hijau Ungu, Kuning
merah, coklat – hijau zambrut biru, hijau
coklat, hijau kuning,
hijau ungu hijau
kotor
Indfenol Merah Biru langit Kuning Hijau Merah rose Merah
kecoklatan

33
NaOH + - - - Biru Hijau -
CuSO4 kemerahan zaitun

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Identifikasi senyawa awal senyawa obat yang telah terekstraksi yang diperiksa
organoleptiknyameliputi bentuk, bau, rasa dan kelarutan. Pereaksi golongan yaitu
pereaksi yang memberikan warna seusai dengan golongan. Reaksi penegasan
adalah reaksi yang memberikan warna yang spesifik pada setiap sampel.Hasil
reaksi dapat berupa perubahan warna untuk pencampuran suatu bahan obat
dengan reagen, terlihatnya warna khas suatu bahan obat pada analisis UV VIS,
dan tercium bau khas pada analisis organoleptis.Dimana identifikasi obat dapat
digolongkan berdasarkan gugus fungsi, asam karboksilat, turunan obat sulfamida,
dan obat golongan alkaloid.

3.2. Saran
Mempelajari senyawa kimia memang sulit apalagi bagi yang belum
mempunyai dasar ilmu kimia sama sekali. Janganlah kita mempelajari materi
yang sulit langsung. Tapi hendaknya kita mempelajari materi dasar dulu sebelum
mendalami ilmu kimia.

34
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi ke-3 jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Fasenden, J Ralp. 2006. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Prasojo. 2010. Kimia Organik 1 . Yogyakarta : Gajah Mada Press.
Sudarmono. 2006. Kimia Organik 1. Jakarta : Erlangga.
Tim Dosen Kimia Organik. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember :
Universitas Jember.

35

Anda mungkin juga menyukai