Npm : 184110437
Kelas : Agt G
Mata Kuliah : Metode Penelitian
Dosen Pengampu : Dr. Fathurrahman SP.,M.Sc
Jawab :
a. Induktif (khusus-umum)
Induktif menjelaskan permasalahan-permasalahan yang bermula dari pernyataan
bersifat khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) dan diakhiri
dengan kesimpulan yang berupa pernyataan bersifat umum.
b. Deduktif (umum-khusus)
Deduktif merupakan kebalikan atau lawan dari Indutif. Induktif menjelaskan
permasalahan-permasalahan yang bermula dari pernyataan bersifat umum dan diakhiri
dengan kesimpulan yang berupa pernyataan bersifat khusus.
Penalaran deduktif atau bisa disebut penalaran deduksi adalah sebuah proses
penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus
berdasarkan atas fakta – fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut
deduksi karena kesimpulan deduktif di bentuk dengan cara deduksi.
Deduktif lebih ditujukan atau lebih khususnya tepat untuk meniawab pertanyaan-
pertanyaan "mengapa". Strategi ini dimulai dengan beberapa pertanyaan yang telah
diketahui dan membutuhkan penjelasan. Peneliti harus menemukan atau
memformulasikan sebuah penjelasan yang mungkin. Sebuah argumen teoritis untuk
keberadaan perilaku.
Tugasnya adalah kemudian untuk menguji teori, menyimpulkan satu atau lebih
hipotesi dari itu, dan kemudian untuk mengumpulkan data yang tepat, haruslah data
tersebut cocok dengan teorinya, beberapa dukungan akan tersedia untuk
kelanjutannya.
Contoh :
Premis mayor : Semua makluk mempunyai mata ------ Landasan [1]
Premis minor : Si Polan adalah seorang makluk ------- Landasan [2]
Kesimpulan : Jadi si Polan mempunyai mata --------- Pengetahuan
Dari premis mayor dan premis minor dapat diambil Kesimpulan bahwa si Polan
punya mata adalah pengetahuan yang sah menurut penalaran deduktif, sebab
kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya.
c. Abduktif
Abduktif adalah penggambaran atau pelukisan terhadap sebuah iklan. Pemikiran
mendasar pada bahwa sebuah hal yang mungkin untuk melukiskan dan
menggambarkan konsekuensi dari sebuah produk dalam iklan. Berdasarkan pada
pemikiran tersebut, baik atribut dari produk yang diiklankan ataupun hubungan nilai
dari pengguna produk dapat disimpulkan secara abduktif oleh penerima iklan tersebut.
Apabila kesimpulan abduktif tidak secara eksplisit ada di dalam sebuah iklan, maka
berarti dibuat secara implisit.
Contoh:
Contohnya seperti di dalam iklan untuk sebuah merek margarin (Blue Band). Orang
yang langsing dan ramping akan ditampilkan sedang menggunakan merek sebuah
margarin yang diiklankan. Dalam kasus ini, konsekuensi dari sebuah produk
ditampilkan (bahwa Blue Band itu membuat makanan enak). Dari iklan ini, sebagai
contohnya, kita bisa mendapatkan sebuah kesimpulan abduktif yaitu Blue Band
adalah margarin dengan presentase “rendah-lemak” (atributnya).
Hasil : Pengguna Blue Band mendapatkan bentuk tubuh dan figur yang baik
(ramping)
Aturan : Margarin dengan presentase “rendah-lemak” sangat baik untuk
bentuk tubuh.
Kasus : Blue Band adalah margarin dengan presentase “rendah lemak”
(kesimpulan informatif)
Jawab :
Ciri-ciri bersikap ilmiah ada tiga, yaitu berpikir skeptik, analitik dan kritik.
c. Berpikir Kritik: selalu mendasarkan pikiran atau pendapat pada logika & mampu
menimbang berbagai hal secara obyektif berdasarkan data, dan analisis akal sehat.
Berpikir Kritik adalah proses membuat dan memberikan justifikasi atau penafsiran,
pertimbangan dan pengambilan keputusan terhadap temuan ataupun mungkin
kesalahan dari hasil kajian sebelumnya.
Dengan kata lain, berpikir kritik berarti membuat dan memberikan justifikasi dari
temuan ataupun mungkin kesalahan dari hasil analisis yang telah dilakukan
a. Berdasarkan fakta
Analisis dan pengambilan kesimpulan yang dilakukan harus didasari pada fakta-fakta
yang nyata terjadi, bukan dari opini-opini peneliti saja.
Data, keterangan dan informasi yang diperoleh baik yang dianalisis dan dikumpulkan
harus berdasarkan kenyataan. Jangan melakukan penemuan tersebut berdasarakan
legenda, khayalan atau hal yang tidak logis lainya.
Saat melakukan eksperimen, peneliti tidak boleh memiliki prasangka. Peneliti boleh
memiliki hipotesis, namun eksperimen harus dijalankan secara objektif meskipun
diperkirakan hasil tidak sesuai hipotesis.
d. Menggunakan hipotesis.
Metode ilmiah melibatkan suatu perumusan masalah yang diteliti atau hipotesis
penjelasan atas terjadinya suatu fenomena.
Hasil eksperimen harus diukur dengan suatu ukuran yang objektif, bukan subjektif.
Hal ini ditujukan agar hasil eksperimen dipahami dengan mudah oleh setiap orang,
dan seminimal mungkin dipengaruhi subjektivitas peneliti. Contoh ukuran objektif
adalah satuan-satuan internasional seperti meter untuk mengukur panjang, dan
kilogram untuk mengukur massa. Contoh ukuran subjektif adalah ukuran yang relatif
terhadap benda yang tidak pasti ukurannya, seperti sejengkal, semata kaki, dan lain-
lain.
Data dari ukuran yang sifatnya kuantitatif atau jumlah satuan angkayang sudah biasa
digunakan. Teknik dari kuantifikasi tersebut sering digunakan dan mudah seperti
ukuran rating, nominal dan rangking.