Anda di halaman 1dari 6

Nama : Syarifah Zaharatul Aini

Npm : 184110437
Kelas : Agt G
Mata Kuliah : Metode Penelitian
Dosen Pengampu : Dr. Fathurrahman SP.,M.Sc

1. Jelaskan Strategi penelitian secara mendetail

Jawab :

Strategi Penelitian ada 3, yaitu Induktif (khusus-umum), deduktif (umum-khusus), dan


(kesimpulan). Berikut adalah penjelasan mengenai Strategi Penelitian:

a. Induktif (khusus-umum)
Induktif menjelaskan permasalahan-permasalahan yang bermula dari pernyataan
bersifat khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) dan diakhiri
dengan kesimpulan yang berupa pernyataan bersifat umum.

Induktif dimulai dengan melakukan pengamatan yaitu pengumpulan data terhadap


hal-hal yang bersifat khusus, kemudian menyimpulkan hal-hal yang bersifat khusus
tersebut menjadi lebih umum berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan.
Kegiatan utama dari induktif ini adalah mengamati, menyelidiki, memeriksa,
memikirkan, dan menganalisis berdasarkan kemampuan masing-masing hal-hal yang
bersifat khusus dan membangun konsep atau generalisasi atau sifat-sifat umum
berdasar hal-hal khusus tersebut, guna untuk memperoleh generalisasi menggunakan
apa yang disebut induktif logis. Tujuannya adalah untuk menentukan kedamian,
keteraturan maupun jaringan kerja, keteraturan dalam kehidupan sosial. Strategi ini
untuk menjawab pertanyaan. Penempatan kata “apa” agak terbatas kapasitasnya
untuk menjawab "mengapa".
Contoh dari penalaran Induktif
Premis 1 : Kuda Sumba punya sebuah jantung.
Premis 2 : Kuda Australia punya sebuah jantung.
Premis 3 : Kuda Amerika punya sebuah jantung.
Premis 4 : kuda Inggris punya sebuah jantung.
Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung
Berdasarkan sumber dari google, langkah yang digunakan dalam induktif adalah
berikut ini.
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif adalah
(Rahmawati , 2011:75) :
1) Memilih konsep, prinsip, aturan, yang akan disajikan dengan pendekatan induktif.
2) Menyajiakan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu
memungkinkan kita memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung
dalam contoh-contoh itu.
3) Disajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau
menyangkal perkiraan itu.
4) Disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan
langkah-langkah yang terdahulu.
Sumber :(http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21410150139.pdf)

b. Deduktif (umum-khusus)
Deduktif merupakan kebalikan atau lawan dari Indutif. Induktif menjelaskan
permasalahan-permasalahan yang bermula dari pernyataan bersifat umum dan diakhiri
dengan kesimpulan yang berupa pernyataan bersifat khusus.
Penalaran deduktif atau bisa disebut penalaran deduksi adalah sebuah proses
penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus
berdasarkan atas fakta – fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut
deduksi karena kesimpulan deduktif di bentuk dengan cara deduksi.
Deduktif lebih ditujukan atau lebih khususnya tepat untuk meniawab pertanyaan-
pertanyaan "mengapa". Strategi ini dimulai dengan beberapa pertanyaan yang telah
diketahui dan membutuhkan penjelasan. Peneliti harus menemukan atau
memformulasikan sebuah penjelasan yang mungkin. Sebuah argumen teoritis untuk
keberadaan perilaku.
Tugasnya adalah kemudian untuk menguji teori, menyimpulkan satu atau lebih
hipotesi dari itu, dan kemudian untuk mengumpulkan data yang tepat, haruslah data
tersebut cocok dengan teorinya, beberapa dukungan akan tersedia untuk
kelanjutannya.
Contoh :
Premis mayor : Semua makluk mempunyai mata ------ Landasan [1]
Premis minor : Si Polan adalah seorang makluk ------- Landasan [2]
Kesimpulan : Jadi si Polan mempunyai mata --------- Pengetahuan
Dari premis mayor dan premis minor dapat diambil Kesimpulan bahwa si Polan
punya mata adalah pengetahuan yang sah menurut penalaran deduktif, sebab
kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya.

Apabila kebenaran dari kesimpulan/pengetahuan yang diambil dipertanyakan, maka


harus dikembalikan kepada kebenaran premis yang mendahuluinya.
Sekiranya kedua premis yang mendukungnya adalah benar maka dapat dipastikan
bahwa kesimpulan yang ditariknya juga benar. Tetapi ada kemungkinan bahwa
kesimpulan yang diambil bisa salah, meskipun kedua premisnya benar. Kesimpulan
yang salah dikarena cara penarikan kesimpulannya tidak sah.

c. Abduktif
Abduktif adalah penggambaran atau pelukisan terhadap sebuah iklan. Pemikiran
mendasar pada bahwa sebuah hal yang mungkin untuk melukiskan dan
menggambarkan konsekuensi dari sebuah produk dalam iklan. Berdasarkan pada
pemikiran tersebut, baik atribut dari produk yang diiklankan ataupun hubungan nilai
dari pengguna produk dapat disimpulkan secara abduktif oleh penerima iklan tersebut.
Apabila kesimpulan abduktif tidak secara eksplisit ada di dalam sebuah iklan, maka
berarti dibuat secara implisit.

Contoh:
Contohnya seperti di dalam iklan untuk sebuah merek margarin (Blue Band). Orang
yang langsing dan ramping akan ditampilkan sedang menggunakan merek sebuah
margarin yang diiklankan. Dalam kasus ini, konsekuensi dari sebuah produk
ditampilkan (bahwa Blue Band itu membuat makanan enak). Dari iklan ini, sebagai
contohnya, kita bisa mendapatkan sebuah kesimpulan abduktif yaitu Blue Band
adalah margarin dengan presentase “rendah-lemak” (atributnya).
Hasil : Pengguna Blue Band mendapatkan bentuk tubuh dan figur yang baik
(ramping)
Aturan : Margarin dengan presentase “rendah-lemak” sangat baik untuk
bentuk tubuh.
Kasus : Blue Band adalah margarin dengan presentase “rendah lemak”
(kesimpulan informatif)

2. Jelaskan Ciri-ciri berfikir ilmiah

Jawab :

Ciri-ciri bersikap ilmiah ada tiga, yaitu berpikir skeptik, analitik dan kritik.

a. Berpikir skeptik : selalu menanyakan bukti & fakta yg mendukung pertanyaan .


Berpikir skeptik ini mengarah pada cara berpikir yang selalu meragukan atau
mempertanyakan suatu kebenaran ataupun teori yang ada. Sebagai gantinya mereka
selalu menuntut adanya bukti-bukti atau fakta apa yang mendukung suatu argumentasi
yang diajukan tersebut, sehingga memperoleh suatu kebenaran yang meyakinkan.
Dengan kata lain, berpikir skeptik berarti selalu mengajukan bukti-bukti yang relevan
dalam mengajukan sesuatu.

b. Berpikir analitik : selalu menganalisis setiap pertanyaan atau persoalan.


Berpikir analitik merupakan Suatu proses berfikir yang selalu mencari hubungan-
hubungan dari sesuatu yang diamati, apakah mengenai situasi, karakter dan
sebagainya ke dalam bagian yang memungkinkan dengan diiringi dengan uraian-
uraian yang jelas mengenai suatu peristiwa ataupun penjelasan yang berhubungan
melalui proses penafsiran, pertimbangan dan keputusan tertentu.
Dengan kata lain, berpikir analitik berarti menempatkan uraian hubungan keterkaitan
peristiwa yang diamati secara jelas sesuai dengan porsinya (mana yang berhubungan
dan mana yang tidak berhubungan) atas dasar justifikasi tertentu.

c. Berpikir Kritik: selalu mendasarkan pikiran atau pendapat pada logika & mampu
menimbang berbagai hal secara obyektif berdasarkan data, dan analisis akal sehat.
Berpikir Kritik adalah proses membuat dan memberikan justifikasi atau penafsiran,
pertimbangan dan pengambilan keputusan terhadap temuan ataupun mungkin
kesalahan dari hasil kajian sebelumnya.
Dengan kata lain, berpikir kritik berarti membuat dan memberikan justifikasi dari
temuan ataupun mungkin kesalahan dari hasil analisis yang telah dilakukan

3. Jelaskan Kriteria metode ilmiah

a. Berdasarkan fakta

Analisis dan pengambilan kesimpulan yang dilakukan harus didasari pada fakta-fakta
yang nyata terjadi, bukan dari opini-opini peneliti saja.

Data, keterangan dan informasi yang diperoleh baik yang dianalisis dan dikumpulkan
harus berdasarkan kenyataan. Jangan melakukan penemuan tersebut berdasarakan
legenda, khayalan atau hal yang tidak logis lainya.

Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan


dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata.
Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira,
legenda-legenda atau kegiatan sejenis.

b. Bebas dari prasangka

Pertimbangan-pertimbangan yang sifatnya subjektif dan bebas dari prasangka. Alasan


harus berdasarkan fakta dan bukti yang jelas dan objektif. Jadi suatu penelitian juga
harus menunjukan adanya kesesuaian dengan kenyataan.

Saat melakukan eksperimen, peneliti tidak boleh memiliki prasangka. Peneliti boleh
memiliki hipotesis, namun eksperimen harus dijalankan secara objektif meskipun
diperkirakan hasil tidak sesuai hipotesis.

c. Menggunakan prinsip analisis

Memberikan arti dan memahami permasalahan yang kompleks menggunakan prinsip-


prinsip analisa. Masalah divari sebabnya dan pemecahnya menggunakan prinsip
analisi yang logis. Fakta yang bisa mendukung tidak hanya dibiarkan saja atu hanya
dalam bentuk deskripsi saja. Tetapi ejadian dan faktaharus dicari sebab dan akibatnya
dengan cara analisa.
Penarikan kesimpulan berdasar metode ilmiah harus menggunakan prinsip-prinsip
analisis. Hal ini mengartikan dibutuhkannya kejelasan urutan berpikir dan kejadian
dalam menjelaskan suatu fenomena fisika. Komponen-komponen permasalahan dan
hubungan diantaranya harus diketahui dengan jelas dan dapat dijelaskan secara runut.

d. Menggunakan hipotesis.

Metode ilmiah melibatkan suatu perumusan masalah yang diteliti atau hipotesis
penjelasan atas terjadinya suatu fenomena.

Seorang yang melakukan penelitian dituntun dalam proses berfikir menggunakan


prinsip analisa. Hipotesis dibutuhkan karen amemandu pikiran ke arah tujuan sehinga
akhir dari hasil penelitian akan mencapai titik tujuan.

e. Menggunakan ukuran obyektif

Hasil eksperimen harus diukur dengan suatu ukuran yang objektif, bukan subjektif.
Hal ini ditujukan agar hasil eksperimen dipahami dengan mudah oleh setiap orang,
dan seminimal mungkin dipengaruhi subjektivitas peneliti. Contoh ukuran objektif
adalah satuan-satuan internasional seperti meter untuk mengukur panjang, dan
kilogram untuk mengukur massa. Contoh ukuran subjektif adalah ukuran yang relatif
terhadap benda yang tidak pasti ukurannya, seperti sejengkal, semata kaki, dan lain-
lain.

f. Menggunakan teknik kuantifikasi

Data dari ukuran yang sifatnya kuantitatif atau jumlah satuan angkayang sudah biasa
digunakan. Teknik dari kuantifikasi tersebut sering digunakan dan mudah seperti
ukuran rating, nominal dan rangking.

Anda mungkin juga menyukai