Anda di halaman 1dari 14

PENGENALAN CONSULTATION LIAISON PSYCHIATRY PADA BIDANG

MEDIS LAIN

dr.Ida Aju Kusuma Wardani, SpKJ.MARS

ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2017
1  

 
Latar Belakang

Era kedokteran modern sekarang ini penanganan masalah kesehatan tidak lagi
ditujukan pada mengatasi gejala penyakit saja namun lebih mengutamakan kualitas
hidup. Definisi sehat WHO yang juga mencantumkan aspek mental dan sosial sebagai
bagian dari kesehatan.

Consultatio-Liaison Psychiatry merupakan terapan disiplinilmu Psikiatri dalam ilmu


Kedokteran yang menjembatani Psikiatri dengan Kedokteran Umum dan Bidang
Spesialisasi Kedokteran lainnya. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari kenyataan
bahwa tujuan terapi kedokteran adalah mengatasi kondisi sakit dalam arti
mendapatkan taraf kesehatan dengan kualitas hiduo yang lebih baik.

Definisi
Menurut Strain JJ. Grossman (1975), “CLP meningkatkan kualitas perawatan
psikologis penyakit medis dengan pencegahan berkembangnya gejala psikologis
(pencegahan primer); mengobati gejala (pencegahan sekunder); dan rehabilitasi
gejala menetap, dengan tujuan untuk mencegah kekambuhan (pencegahan tersier).

Menurut Zbigniew J, Lipowski (1996), CLP adalah subspesialis dari psikiatri yang
menggabungkan pelayanan klinik, pengajaran, dan penelitian pada bidang psikiatri
dan medis. CLP adalah subspesialis dari psikiatri yang menggabungkan pelayanan
klinik, pengajaran, dan penelitian pada bidang psikiatri dan medis.

Menurut James JS (2000), CLPàsebagai penghubung kerja sama antara psikiater


dengan spesialis medis lain.

Menurut Sasanto Wibisono (2001), CLP menurut CTP VII: “CLP adalah

2  

 
subspesialisasi cabang ilmu psikiatri yang mempelajari, mempraktekkan dan
mengajarkan mengenai ko-morbiditas medik & psikiatri”

Pada tahun 1960-1975 terjadi peningkatan perhatian terhadap metode operasional


CLP. Terdapat 5 maca model CLP:
1. Patient-oriented consultation meliputi tidak hanya wawancara diagnostic dan
penilaian tetapi juga evaluasi psikodinamik dari kepribadian pasien dan reaksi
terhadap penyakit
2. Chrisis-oriented, therapeutic consultation meliputi penilaian segera dari
masalah pasien dan tipe koping, diikuti intervensi terepetik yang tepat oleh
konsultan; model ini terinspirasi dari teori krisi Lindemann’s
3. Consultee-oriented consultation memfokuskan pad amasalah konsultasi yang
diberikan kepada pasien.
4. Situation-oriented consultation berkaiatan dengan interaksi antara pasien
dengan tim klinis
5. Expand psychiatric consultation melobatkan pasien sebagai sentral figure
dalam kelompokoperasional yang meliputi pasien, staff klinis, pasien lain, dan
keluraga pasien

PENDEKATAN CASE FINDING


• Berbeda pada model rujukan medis standar (psikiater konsultan menunggu
untuk dipanggil) model liaison adalah berdasar pada strategi deteksi dini
untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul. 
• Pelayanan liaison diarahkan pada peningkatan sensitivitas staf medis,
sehingga mampu menghasilkan deteksi dini dan manajemen yang lebih efektif
biaya terhadap pelayanan kepada pasien (Bronheim et al, 1998). 
• Pelaksanaan Case finding dapat dilakukan dengan cara
1. Wawancara tidak terstruktur pada anamnesis medis, pemeriksaan fisik,

3  

 
atau saat kunjungan pasien rawat jalan.
2. Wawancara terstruktur
3. Kuesionerself-report( Westphal&Freeman,2000).

Pedoman keadaan yang kemungkinan besar memerlukan penanganan psikiatri atara


lain dapat dilihat pada table berikut:

Sumber: diambil dari Lipowski 1967

Beberapa instrument yang digunakan sebagai skrining


1. Cage
CAGE (1970) oleh Dr. John A. Ewingà kombinasi dari 4 pertanyaan
sederhana yang dapat digunakan untuk mendeteksi alkoholisme. Total 2 atau
lebih jawaban positif menunjukkan riwayat alkoholisme positif. Instrumen ini
agar efektif harus diberikan pada pemeriksaan awal dan selama penilaian
ulang periodik pada tiap pasien (Mayfield, 1974).

4  

 
2. Cornell Psychiatric Screen
• Skrining singkat yang diberikan oleh non psikiater
• Mengidentifikasi pasien rawat inap dengan komorbiditas psikiatri yang
memerlukan evaluasi psikiatri.
• Cornell Psychiatric Screen terdiri dari dua item yang diisi berdasarkan
pengamatan pemeriksa, dan 5 item self-report. Cornell Psychiatric Screen
juga mampu mendeteksi pasien yang beresiko karena lama tinggal di
rumah sakit (Boutin-Foster et al, 2003).

3. PRIME-MD (Prime Care Evaluaton of Mental Disorder)


PRIME-MD terdiri dari 26 item yang diisi oleh pasien sendiri yang menyaring
lima kelompok gangguan psikiatri yang paling sering dijumpai, yakni depresi,
anxietas, penyalahgunaan alkohol, somatoform, dan gangguan makan, disertai
5  

 
dengan petunjuk evaluasi dokter sebanyak 12 lembar (Spitzer et al, 1994).

4. Instrumen Self Report


Sebagian besar instrumen dalam skrining adalah self-report. Beberapa contoh
skala yang banyak digunakan :
a. Beck Depression Index (BDI)Adalah instrumen praktis yang telah
distandarisasi dan digunakan untuk berbagai subjek. Hasil totalnya dapat kita
gunakan untuk menilai intensitas depresi, meskipun instrument ini bukan
merupakan alat untuk mendiagnosis.
b. Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9)
■ PHQ-9 adalah komponen dari PRIME-MD,yakni skala depresi self–report
dan terdiri dari 9 kriteria berdasarkan diagnosis depresi pada DSM-IV-TR.
■ PHQ-9 memiliki keuntungan ganda, karena dapat menegakkan diagnosis
depresi sekaligus derajat keparahan depresi (Aladjem, 2005).

5. Instrumen case finding gangguan kognitif


Instrumen skrining kognitif yang paling banyak digunakan di dunia
adalah MMSE (Mini Mental State Examination).
MMSE menguji orientasi, memori (registrasi dan recall), atensi, kalkulasi,
bahasa (penamaan, pengulangan, kemampuan mengikuti perintah, membaca,
dan menulis), dan kemampuan konstruksional.

PERAN CASE FINDING


Pintu utama menjalankan Liaison Psikiatri untuk pencegahan dini dan mendeteksi
dini adanya potensi maupun gangguan bidang psikiatri di dalam populasi maupun
pasien yang berobat mendapatkan pelayanan kesehatan.
Secara garis besar peran case finding dilakukan secara:
1. Aktif : dengan mencari kasus maupun potensi kasus gangguan psikiatri

6  

 
dan medis/bedah di populasi maupun di unit pelayanan. 
2. Pasif : mendapatkan kasus karena rujukan dan konsultasi. 
3. Team work : suatu kasus yang sejak awal dikerjakan secara tim yang semua
anggota tim terlibat langsung. 
4. Sistem Pelayanan : standar pelayanan kepada pasien rawat inap maupun rawat
jalan untuk mendapatkan pemeriksaan psikiatri. Mis: pasien rawat inap 2
minggu mendapatkan pelayanan psikiatri, setiap pasien yang akan lepas
perawatan mendapatkan pelayanan psikiatri dll. 

LANGKAH MENUJU DIAGNOSIS YANG TEPAT


Dimulai dari langkah yang sederhana seperti anamnesis yang terarah sampai kepada
pemeriksaan penunjang diagnostik dari yang sederhana sampai yang paling canggih
yang diperlukan untuk penegakan diagnosis.

Istilah psikosomatis yang sudah tidak digunakan dalam penegakan diagnosis di dalam
lingkup psikiatri sampai saat ini masih digunakan oleh kalangan di luar psikiatri, dan
tampaknya mudah digunakan untuk mengisi kekosongan diagnosis atau ada kesulitan
dokter menerangkan proses patologinya.
Beberapa bidang yang sering menjadi garapan bersama antara psikiater dengan
bidang kedokteran spesialisasi lain dalam CLP meliputi 6 bidang (Mercan, 2006;
Smith GC.,2000) yaitu:
1. Efek psikologis akibat menderita penyakit fisik atau prosedur terapi 
2. Gangguan somatoform 
3. Perilaku yang membahayakan 
4. Kedaruratan psikiatrik yang datang Ke rumahsakit 
5. Keadaangangguanfisikdanpsikologisakibatterapipsikiatris.
6. Gangguanfisikdaanperilakuakibatkekerasantermasukyang bersifat seksual 

7  

 
KAIDAH PEMERIKSAAN UMUM STATUS MENTAL
Tiga bidang utama dasar kaidah pemeriksaan status mental bagi psikiater CLP ini
yaitu meliputi 3D (Delirium, Dimensia dan Depresi) (Westphal & Freeman, 1995)
Pendapat lain mengatakan memeriksa pasien, cara yang ringkas adalah dengan
membagi menjadi 2 bagian besar yaitu komponen kognitif dan non kognitif.

PANDUAN TERAPI CLP


1. TERAPI BIOLOGIS
a. Prinsip dalam terapi
• Ingat bahwa menghentikan pengobatan sering merupakan tindakan
yang menguntungkan. 
• Bila mungkin, perlu menghindari meresepkan “pengobatan bila perlu”.

• Jika ada kebutuhan memberikan dosis “pengobatan bila perlu”, pantau
frekuensi penggunaan untuk menentukan tingkat dosis yang tepat. 
• Penting untuk menggunakan dosis minimum dalam mempertahankan
respons yang diinginkan. 
• Mengganti satu obat hanya dalam satu waktu.• Bila mungkin, gunakan
hanya satu obat untuk mengobati gangguan atau gejala pada pasien. •
Jaga campuran obat tetap sederhana. • Jangan memberikan pengobatan
profilaksis kecuali ada alasan yang rasional. • Gunakan obat yang telah
8  

 
terbukti kemanjurannya. • Ingat bahwa kadar obat dalam serum hanya
salah satu indikator dari efek, bukan merupakan bukti dari kemanjuran
atau toksisitas. • Ketahui bahwa obat generik lebih murah, tetapi
bioavailibilitasnya dapat rendah. • Pertimbangkan bahwa setiap pasien
menampilkan suatu pengalaman baru. 
b. Prinsip dalam pemilihan obat
• Efek pada masalah klinis.
• Efek pada penyakit yang mendasari.
• Implikasi gambaran efek samping.
• Interaksi dengan obat ”somatik”.
• Pengobatan oral atau parenteral.
• Fungsi hati atau ginjal dan dosis.
• Kesesuaian biologis?

c. Farmakodinamik, Farmakokinetik, interaksi dan efek samping obat


psikiatri
o Berhati-hati dan mengikuti praktek klinis yang baik 
o Menghindari pengobatan multipel target yang mempengaruhi target
nonesensial 
o Gunakan logika lebih dari pada ingatan yang samar 
o Gunakan literatur dan perangkat lunak yang tersedia 
o Bila ragu-ragu, awali dengan bertahap dan ditingkatkan dengan
bertahap 
o Pantau hasil yang tidak diharapkan 
o Antisipasi dan cegah dengan menghindari bila memungkinkan induser
atau inhibitor potensi tinggi dan obat dengan indeks terapi yang
sempit. 
o Bila memungkinkan, pilih preparat dengan risiko rendah 
9  

 
o Bila memungkinkan, pilih korban dengan jalur paralel yang multipel 
o Ingat bahwa efek samping dari banyak obat psikiatri mirip dengan
penyakit yang sedang diterapi. Kenyataannya, pasien dapat merasa
tidak bertambah baik karena pengobatan mereka daripada penyakitnya
sendiri

LIMA ALASAN UNTUK POLIFARMASI

2. Psikoterapi
ü Bentuk utama psikoterapi (Nash, 2000) :
Ø Psikoterapi dinamik.
Ø Psikoterapi humanistic-eksperiental.
Ø Psikoterapikognitif-behavioral.
Ø Psikoterapieklitikatauintegrasi.

ü Psikoterapi pada pasien yang menderita penyakit medis harus menyesuaikan


dengan kebutuhan pasien (psiko-edukasi, relaksasi, hipnosis, imaginasi, CBT,

10  

 
terapi ekspresif-suportif), bila dibutuhkan kombinasikan teknik yang ada baik
terapi individu maupun terapi kelompok. Libatkan orang-orang yang sangat
berpengaruh bagi pasien (pasangannya atau keluarga) (Sollner, 2006)

KUNCI PELAYANAN CLP YANG MANTAP DAN BERHASIL

Klasifikasi program yang lain dikemukakan oleh Greenhill (1977), yang dijelaskan
menjadi lima variasi psikiatri liasison:
1. Basic liaison model. Model liaison dasar biasanya melibatkan psikiater dari
departemen psikiatri yang ditunjuk bagi unit medis-bedah untuk memberikan
pengajaran.
2. Critical care model. Model pelayanan kritis lebih memberikan penugasan
petugas kesehatan mental bagi unit-unit pelayanan kritis daripada departemen
klinis lainnya. Tujuannya adalah pelayanan pasien dan konsultasi staf.
3. Biological model. Model biologi lebih menunjukkan variasi yang lebih jelas
pada model pelayanan kritis yang mencakup ilmu saraf, psikofarmakologi, dan
11  

 
manajemen psikologi.
4. Millieu model. Model millieu menekankan pada aspek-aspek kelompok antara
lain, proses kelompok pelayanan
5. Integral model. Model integral muncul sebagai hasil tekanan sosial terhadap
pelayanan medis. Model ini lebih mempercayakan pada pengelola rumah sakit
daripada triase oleh dokter.

PERAN KOMUNIKASI PADA PASIEN SULIT


a. Pasien dengan gangguan kepribadian
Cloninger mengajukan tiga dimensi konsep yaitu: self-directedness,
coopertiveness, dan self-transedence. Pada sistim ini, low self-directedness
dan low coopetveness sering dijumpai pada semua gangguan kepribadian.
b. Pasien dengan gangguan kepribadian kelompok B
Pasien sering pandai, menarik, dan memanipulive, dan pada awalnya mungkin
kelihatan self-directed dan coperative. Biasanya diperlukan pendekatan yang
keras. Dokter harus menerangkan pada pasien bahwa mereka harus menyadari
dan tidak akan ditoleransi pada manipulasi dan tidak bisa membantu jika
pasien menolak kerjasama yang baik
c. Pasien dengan gangguan kepribadian kelompok A
Masalah prinsip pada pasien ini adalah psychologcal personal yang kuat. Staf
medis harus mengurangi personal psikologi yang intrusive. Terkait dengan
sikap tidak ramah pasien yang dibutuhkan adalah : pada saat yang sama,
dokter harus secara elegan mengajak pasien
bekerjasama dalam proses pengobatan
d. Pasien dengan masalah perjanjian dan sistem medis
Protes dari konsumen dan ekonomi menyebabkan pentingnya kembali
pelayanan dokter umum. Dokter umum diliohat sebagai penjamin yang kuat

12  

 
hubungan dokter-pasien dan secara kontinyu merupakan bagian integral
pelayanan kesehatan.
e. Pasien gangguan somatoform
Diperlukan dukungan yang kuat dan hubungan doter pasien yang kosisten,
serta beberapa hal yang menurunkan distres akan menghasilakan kesuksesan
dalam pengobatan. Psikoterapi suportif kelompok dapat membantu pada
beberapa pasien
f. Pasien nyeri
Penting untuk membedakan antara sensasi nyeri fisik dan respon afektive dari
sensasi fisik.
Berhasil dengan program perilaku khusus yang berorientasi nyeri kronik. C-L
psikiatri diperlukan untuk mengetahui sumber lokal dalam merujuk untuk
penatalaksanaan nyeri kronik.
g. Bantuan dalam Coutertransference pada pasien sulit
Memerlukan pendekatan yang sistematis pada pasienà lebih ditekankan
kepada terapis untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan profesional
menghindari countertransferensi pasien.

KESIMPULAN
à
• Consultation-Liaison Psychiatry (CLP) suatu perkembangan lebih lanjut dari
psikiatri klinik yang merupakan subspesialisasi dalam psikiatri yang
menginkorporasikan pelayanan klinis, pengajaran, dan penelitian pada perbatasan
antara psikiatri dengan ilmu kedokteran medis/bedah.
• Case finding atau skrining à langkah awal dalam proses liaison psikiatri. Para
dokter perlu pelatihan dan pendidikan praktis dalam diagnosis dan pengobatan
klinis gangguan jiwa, terutama dalam lingkungan medis dan bedah. Edukasi
dokter non psikiater dan tenaga kesehatan yang berkaitan mengenai masalah

13  

 
medis dan psikiatri yang berhubungan dengan penyakit pasien merupakan hal
penting dalam proses case finding.
• Terapi dalam CLP sebagai integrasi dalam pengobatan dimana pasien sebagai
pusat dalam manajemen penyakit mengunakan kolaborasi antar profesional
dengan memperhatikan kompleksitas pasien secara sistem organik dan elemen
psikososial dan kompleksitas jumlah disiplin ilmu dan tipe pengobatan yang
terlibat.
• CLP sebagai salah satu upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat secara holistik dan optimal harus diketahui, dimengerti, dihayati
dan dilaksanakan dengan penuh rasa tanggungjawab sebagai insan kesehatan
yang mempunyai tugas mulia.

REFERENSI
Chanmugam A, Triplett P, Kelen G. 2013. Emergency Psychiatry. New York, United
States of America: Cambridge University Press
Hussain M, Seitz D, 2014. Integrated models of care inpatients with psychiatric
disorders: a systematic review. 55(4): 315-325
Kaplan & Sadocks: Comprehensive Textbook of Psychiatry. 11 ed 2015
Leigh H. 2008. Evolution of consultation-liaison psychiatry and psychosomatic
medicine. In: Handbook of Consultation-Liaison Psychiatry. New York, United
States of America: Springer.
Syamsulhadi M, Septiawan D. 2016. Implementasi Consultation Liaison Psychiatry
di Beberapa Bidang Medis. Surakarta, Jawa Tengah: Muhammadiyah University
Press.

14  

Anda mungkin juga menyukai