Anda di halaman 1dari 10

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional


Konsep dari penelitian ini adalah menata koridor yang berkaitan dengan meningkatkan
kulitas estetika visual bangunan di koridor jalan Raya candi untuk menciptakan pandangan
visual yang nyaman dipandang. Rekomendasi penataan ditinjau dari saran untuk menata
bangunan yang berada di koridor jalan raya candi dan sesuai dengan variabel serta literatur
yang digunakan.
3.2 Jenis dan Metode Penelitian
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian Kualitas estetika Visual Koridor Jalan
Raya Candi dengan presepsi pengunjung dan masyarakat dibedakan berdasarkan sumber data
dan bentuk data. Metode kuantitatif berlandaskan pada filsafat positivisme yang merupakan
suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu - satunya sumber pengetahuan
yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik di mana semua didasarkan
pada data empiris (Sugiyono, 2011). Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada
populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil
dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian – kejadian relatif, distribusi dan hubungan
– hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Penelitian survei pada umumnya
dilakukan untuk mengambil suatu generelisasi dari pengamatan yang tidak mendalam
(Sugiyono, 2011). Penelitian deskriptif yaitu didasarkan atas informasi yang akan diselidiki
bersumber dari studi literatur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas estetika
visual di koridor kawasan Jalan Raya Candi serta mengetahui rekomendasi penataan yang
sesuai.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif adalah data yang berbentuk scoring. Metode pengumpulan data yang akan
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
3.3.1 Survei Primer
Survei primer merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan responden
langsung terhadap area penelitian. Perolehan data melalui survei primer dilakukan dalam
bentuk observasi/pengamatan lapangan, wawancara, dan kuisioner.
1. Observasi/pengamatan lapangan
Observasi merupakan proses pengumpulan data dan informasi dengan melihat secara
langsung dan mengamati di lapangan terkait karakteristik fisik kawasan. Dalam
penelitian ini observasi meliputi observasi kondisi fisik kawasan dan dokumentasi.
2. Wawancara
Metode ini dilakukan untuk menyerap pendapat, persepsi, atau opini yang berasal dari
pengunjung dengan pertanyaan terbuka untuk mengarahkan responden membuat peta
mental di lapangan yang sifatnya subyektif dan mengetahui apa saja yang membuat
pengunjung ingat dari objek tersebut. Metode wawancara bertujuan untuk memperoleh
informasi terkait elemen pembentuk dan rangkaian serial vision Koridor jalan Raya
Candi. Wawancara dilakukan pada para pengunjung yang memahami dan mengetahui
apa saja bentuk objek yang menonjol dan mengetahui gangguan estetika apa saja yang
terdapat dari objek tersebut.
3. Kuisioner
Penyebaran kuisioner berupa foto lanskap lokasi penelitian kepada responden
bertujuan untuk mengetahui penilaian oleh responden terhadap lokasi penelitian.
Penyebaran kuisioner sesuai dengan titik yang telah di tentukan sebelumnya serta
penilaian yang diberikan oleh responden terkait dengan variabel yang digunakan pada
penelitian .Pada penelitian ini digunakan skala tertentu untuk penilaian oleh responden.
3.3.2 Jenis Data
1. Data Primer
a. Vintage Point atau titik pengamatan
Vantage point merupakan titik titik pemotretan lanskap pada lokasi penelitian.
Pada penelitian ini vantage point yang dimaksud tidak mengikuti seperti yang ada
di dalam buku Daniel dan Boster, namun menggunakan serial vision dari Gordon
Cullen. Hal tersebut dikarenakan lokasi studi yang berbentuk koridor sehingga
digunakan serial vision sebagai vantage point.
b. Foto lanskap
Foto lanskap diambil sesuai kaidah fotografi yaitu perspektif, foreground
background, serta sejajar dengan pengelihatan manusia serta memperlihatkan sisi
kiri dan kanan jalan. Hal tersebut dilakukan agar responden lebih mudah menilai
kualitas lanskap yang ada. Pengambilan foto lanskap menggunakan teori serial
vision. Menurut Cullen (1961) serial vision merupakan rekaman pandangan oleh
pengamat itu menjadi potongan potongan gambar yang bertahap dan membentuk
satu kesatuan rekaman gambar kawasan bagi pengamat. Potongan gambar yang
dihasilkan terdiri dari pandangan yang ada saat ini atau existing view dan
pandangan yang akan muncul atau emerging view.
Pengambilan foto yang dilakukan pada koridor dengan jarak tiap titik pengamatan
20 meter. Berdasarkan penentuan jarak yang tidak terlalu jauh antar titik
pengamatan, maka hasil foto yang dihasilkan tidak memiliki banyak perbedaan dari
foto sebelumnya sehingga dari foto-foto yang memiliki kesamaan tersebut akan di
pilih salah satu sebagai foto lanskap yang akan dinilai. Selain itu pengambilan foto
lanskap dilakukan di dua sisi koridor jalan yaitu kiri dan kanan. Serangkaian
pemotretan lanskap yang dihasilkan merupakan serangkaian serial vision, di mana
masing - masing foto yang ada merupakan sebuah sequence pembentuk serial
vision.
Eleminasi foto dilakukan berdasarkan kesamaan karakteristik antar foto seperti
adanya bentuk vegetasi yang serupa, tataan vegetasi, atau lainnya berdasarkan
elemen lanskap yang ada pada foto, sehingga foto yang dipilih merupakan foto
yang memiliki perbedaan karakteristik dari satu foto dengan foto lainnya. Hal
tersebut dilakukan agar penilaian yang diberikan oleh responden sesuai dengan
keseluruhan karakteristik yang ada di koridor serta responden tidak menilai foto
yang mirip atau memiliki karakteristik yang sama.
2. Data Sekunder
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini hanya membutuhkan peta administrasi pada
lokasi penelitian. Data teresebut berguna untuk pembuatan foto mapping untuk
mempermudah dalam pembacaan analisis.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi fokus dalam suatu
penelitian. Berdasarkan literatur yang digunakan dalam penelitian ini, terdapat beberapa
variabel yang dapat mempengaruhi visual lanskap. Namun tidak seluruh variabel yang ada
pada literatur dapat digunakan untuk menilai kualitas visual dengan menggunakan metode
SBE. Penjelasan mengenai variabel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3. 1 Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Parameter Sumber
Estetika Visual Bentuk bangunan Menunjukkan Keaslian Bentuk
Bangunan Bangunan - Tidak
menunjukkan keaslian bentuk
bangunan
Struktur banguna Menunjukkan keaslian struktur
bangunan – Tidak
Hastijanti,2008
menunjukkan keaslian struktur
bangunan
Ornament bangunan Menunjukkan ornament khas
bangunan– Tidak
menunjukkan ornament khas
bangunan
Elemen-elemen yang Reklame Besar-kecil, berwarna warni-
mempengaruhi kualitas tidak berwarna warni, rapi-
estetika visua tidak rapi, kesan mengganggu Cullen,1996
visual-kesan mendukung
visual
Vegetasi Rapi-semrawut, harmonis-
tidak harmonis, kesan
mengganggu bangunan-kesan
Taufik, 2008
mendukung bangunan
Elemen lain Mengganggu visual-Tidak
mengganggu visual

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian


3.5.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan bagian dari subjek ataupun obejek penelitian yang
akan dilaksanakan. Teknik sampling diambil berdasarkan keberadaan dari pengunjung yang
melintas di koridor jalan raya candi yang akan diteliti.
3.5.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil dengan suatu metode tertentu,
hal tersebut dikatakan sebagai teknik sampling. Sedangkan ukuran sampel merupakan jumlah
dari anggota populasi yang dipilih. Adapun jumlah pejalan kaki yang ada di koridor jalan
Raya Candi tidak tentu setiap harinya. Oleh karena itu metode sampling yang digunakan
dalam penelitian ini mengguakan Time Linear Function. Metode perhitungan sampel
menggunakan Time Linear Function dikarenakan pada metode tersebut menggunakan waktu
penelitian atau waktu pengambilan data sehingga lebih mudah digunakan serta lebih fleksibel.
Berikut rumus Time Linear Function :
T −¿
n=
t1

Keterangan :
n = jumlah sampel yang terpilih
T = waktu yang tersedia bagi pelaksanaan penelitian
(10 hari x 24 jam = 240 jam)
t0 = waktu tetap lama survey (9 jam/hari x 10 hari = 90 jam)
t1 = waktu survey yang digunakan bagi masing - masing sampling unit
(0,25 jam x 10 hari = 2,5 jam)
T −¿ 240−90 150
n= = = =60 Responden
t1 2,5 2,5
Berdasarkan perhitungan jumlah sampel, diperoleh jumlah sampel pada penelitian ini
yaitu sebanyak 60 orang responden. Kemudian untuk penyebaran kuisioner pada masing -
masing responden digunakan metode pengambilan sampel yaitu menggunakan Purposive
Sampling. Purposive Sampling merupakan teknik sampling yang satuan samplingnya dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang
memiliki karakteristik atau kriteria yang dikehendaki dalam pengambilan sampel. Purposive
Sampling menurut [ CITATION Pri05 \l 1033 ] memiliki kesamaan dengan Judgmental
Sampling di mana pada dasarnya terletak pada keputusan dari peneliti dan tujuan studi.
3.6 Diagram Alir

Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian


3.7 Metode Analisis
3.7.1 Analisis SBE
Hasil yang diperoleh dari penyebaran kuisioner kepada responden akan menghasilkan
rentan nilai 1 hingga 10 di mana angka 1 menunjukkan nilai visual lanskap pada foto buruk.
Penilaian responden pada tiap tiap foto lanskap berdasarkan masing - masing variabel yang
digunakan dalam penelitian sehingga dapat dilihat unsur apa yang paling menonjol dan unsur
yang paling buruk pada foto tersebut. Total keseluruahan dari nilai nilai tersebut kemudian di
rata rata sehingga menghasilkan sebuah nilai. Nilai tersebut yang akan di masukkan kedalam
rumus SBE untuk mengetahui nilai SBE dari masing - masing foto.
Tahapan perhitungan nilai visual dengan metode SBE diawali dengan tabulasi data,
perhitungan frekuensi setiap skor (f), perhitungan frekuensi kumulatif (cf) dan cumulative
probabilities (cp). Selanjutnya ditentukan nilai z untuk setiap nilai cp.
Frekuensi merupakan banyaknya suatu nilai muncul, sedangkan cf atau frekuensi
kumulatif merupakan banyaknya pengamatan yang jatuh di atas atau di bawah sebuah nilai
tertentu. Berbeda dengan cf atau cumulative probabilities yaitu ukuran numerik tentang
seberapa sering peristiwa itu akan terjadi. Nilai dari probabilitas berkisar antara 0 dan 1.
Semakin dekat nilai probabilitas ke nilai 0 semakin kecil kemungkinan suatu kejadian akan
terjadi. Semakin dekat nilai probabilitas ke nilai 1 semakin besar peluang suatu kejadian akan
terjadi. Nilai cp diperoleh melalui pembagian antara frekuensi kumulatif di masing - masing
nilai dengan jumlah pengamatan yang dilakukan.
Pada rumus SBE menggunakan nilai Z atau Z-score yang diperoleh dari perhitungan Z.
Z-score digunakan untuk mengetahui lebih detail di mana posisi suatu skor dalam suatu
distribusi. Posisi dalam suatu distribusi itu sendiri ditunjukan dengan simbol +/- yang
menunjukan bahwa kalau positif berada di atas mean dan kalo negatif menandakan sebaliknya.
Z-score juga menginformasikan berapa jarak skor itu sendiri dengan mean [ CITATION
Ron95 \l 1033 ]. Khusus untuk nilai cp = 1.00 atau cp = 0, digunakan rumus perhitungan cp =
1 – 1/(2n) atau cp = 1/(2n) (Daniel dan Boster, 1976). Berikut rumus untuk Z-score:
x−μ
Z= σ

Keterangan :
x= nilai dari lanskap ke
μ= nilai tengah
σ = simpangan baku
Nilai z rata rata yang diperoleh untuk setiap fotonya kemudian dimasukkan dalam
rumus SBE sebagai berikut:

SBEx = (Zx – Zo) x 100


Keterangan :
SBEx = nilai SBE lanskap ke x
Zx = nilai rata rata Z lanskap ke x
Zo = nilai rata rata Z suatu lanskap standar (nilai rata rata z yang paling
mendekati nol)

Setelah nilai SBE diperoleh, kemudian masing - masing foto di setiap titik dilakukan
pengklasifikasian yang memiliki nilai tertinggi dan terendah. Foto dengan nilai tertinggi dan
terrendah tersebut kemudian diolah mengguakan sketsa foto untuk mengidentifikasi kualitas
visual yang ada. Selain itu foto dengan nilai SBE terendah akan diprioritaskan untuk dilakukan
perbaikan, sedangkan untuk foto dengan nilai SBE tertinggi dapat digunakan sebagai referensi
atau perbandngan dalam melakukan rekomendasi penataan.
3.7.2 Analisis Deskriptif
Setelah melakukan perhitungan kualitas visual selanjutnya menggunakan analisis
deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk memepermudah peneliti dalam
mengimpretasikan hasil dari analisis yang sudah dikelola. Selain itu mempermudah bagi
membaca hasil analisis yang ditambah kan foto mapping pada penelitian ini.
Teknik analisis yang digunakan selain dengan foto mapping, juga menggunakan
teknik sketsa seletah melakukan penilaian kepada responden. Foto yang telah ada dikonversi
menjadi sketsa, lalu dalam sketsa tersebut dapat dihilangkan elemen atau objek yang tidak
perlu sehingga rekomendasi penataan lebih terlihat nyata. Selain itu akan dijelaskan mengenai
identifikasi koridor jalan raya candi. Hal tersebut perlu dijelaskan supaya rekomendasi yang
dilakukan sejalan dengan tujuan atau konsep awal dibentuknya koridor jalan Raya Candi.
Sehingga penilaian yang diperoleh dari pejalan kaki di overlay dengan historis atau konsep
awal dari Koridor Jalan Raya Candi. Hasil dari overlay tersebut dapat dilihat apakah Koridor
tersebut khususnya Koridor Jalan Raya Candi dapat ditangkap oleh pejalan kaki.
3.8 Kerangka Analisis

Gambar 3. 2 Kerangka Analisis


3.9 Desain Survei
Tabel 3. 2 Desain Survei
Metode
Sub Sumber Metode
Tujuan Variabel Pengumpul Output
variabel Data Analisis
an Data
 Mengetahui  Karakteris  Lokasi  Observa  Survei  SBE  Kualitas
kualitas tik Reklame si Primer (Scenic estetika
estetika Reklame  Dimensi Lapang  Survei Beauty visual
visual  Karakteris Reklame an Sekunder Estimatio dalam
bangunan tik  Bentuk  Kuesion n) bentuk
terhadap Vegetasi Reklame er ranking dan
adanya  Karakteris  Jumlah kelompok
reklame dan tik Reklame berdasarkan
vegetasi di Bangunan  Lokasi tingkat
koridor Vegetasi estetika
Jalan Raya  Bentuk visual
Candi Vegetasi bangunan
 Jumlah
Vegetasi

 Mengetahui  Tingkat  Modern-  Kuesion  Survei  Analisis  Hubungan


elemen- Keklasika Klasik er primer deskriptif kualitas
elemen n  Semraw  Observa reklame dan
pada  Tingkat ut-Rapi si vegetasi
kondisi Kerapian  Berwarn dengan
eksisting  Tingkat a warni- estetika
reklame dan Warna tidak visual
vegetasi berwarn bangunan
yang a warni dan elemen-
mempengar elemen
uhi kualitas yang
estetika mempengar
visual uhi kualitas
banguan di estetika
koridor visual
jl.raya candi Bangunan

Anda mungkin juga menyukai