Anda di halaman 1dari 1

Teori Konseling Pendekatan Afektif

Di bagian ini dibahas sejumlah.pandangan teoretis bersama dengan pendekatannya yang


praktis. Beberapa pendekatan konseling tersebut antara lain konseling pendekatan
afektif, kognitif dan behavioristik. Dari pendekatan tersebut ada beberapa
pendekatan yang membutuhkan masa latihan khusus, seperti Psikoanalisis, Psikologi
Individual, Teori Gestalt dan Analisis Transaksional. Ada teori yang mengandung
pemikiran falsafah yang jauh dari alam pikiran dan penghayatan hidup seperti
Konseling Eksistensial. Ada pendekatan yang dinilai kompleks, seperti sistematika
yang dikembangkan oleh Carkhuff. Selain itu, beberapa teori yang mengarah ke
Psikoterapi, yang diterapkan terhadap orang-orang yang mengalami gangguan kesehatan
mental yang serius. seperti Psikoanalisis dan Psikologi Individual. Namun pandangan
teoretis ini bersama dengan pendekatannya yang khas hanya diuraikan secara singkat.
Pembaca yang berminat untuk mempelajari semua pandangan ini seeara lebih mendalam
dan lebih lengkap dapat melihat literatur profesional yang relevan.

Konseling Eksistensial
Aliran Konseling Eksistensial (Existential Counseling) tidak terikat pada nama
salah seorang pelopor. Konseling Eksistensial dilaksanakan dengan berbagai variasi,
yang semuanya dengan satu atau lain cara mengambil inspirasinya dari karya-karya
ilmuwan falsafah di Eropa Barat, seperti Paul Tillich, Martin Heidegger, Jean Paul
Sarte, Ludwig Binswanger, dan Eugene Minkowski. Konseling Eksistensial sangat
menekankan implikasi dari falsafah hidup ini dalam menghayati makna kehidupan
manusia di dunia ini Jajaran promotor dari Konseling Eksistensial di Amerika
Serikat adalah Rollo May, Victor E. Frankl, dan Adrian Van Kaam.

Konseling Eksistensial berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam semesta,


yang mencakup: kemampuan kesadaran diri; kebebasan untuk memilih dan menentukan
nasib hidupnya sendiri; tanggung jawab pribadi; kecemasan sebagai unsur dasar dalam
kehidupan batin; usaha untuk menemukan makna dari kehidupan manusia; keberadaan
dalam komunikasi dengan manusia lain; kematian; serta kecenderungan dasar untuk
mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.

Selama wawancara konseling, konseli membuka pikiran dan perasaannya, bagaimana dia
menghayati dan meresapi kehidupan di dunia ini. Sebaliknya, konselor juga membuka
diri dan ingin berkomunikasi sebagai manusia yang menghadapi beraneka tuntutan
kehidupan manusiawi yang sama. Melalui proses komunikasi antarpribadi ini, konseli
mulai semakin menyadari kemampuannya sendiri untuk mengatur dan menentukan arah
hidupnya sendiri secara bebas dan bertanggung jawab. Dalam hal ini konseli belajar
dari konselor, yang mengkomunikasikan suatu sikap hidup penuh rasa dedikasi
terhadap segala tuntutan hidup sebagai tanggung jawab pribadi. Konseli diharapkan.
akan menjadi semakin mampu mengatasi beraneka kesulitan dan bermacam tantangan
dengan menempatkannya dalam kerangka suatu sikapmendasar. terhadap kehidupannya
sebagai manusia, yang harus menerima realita hidup sebagaimana adanya dan harus
memperkaya diri sendiri melalui penghayatan makna kehidupannya. Konseli yang
melibatkan diri sepenuhnya dalam hidup secara otentik (commitment to' life), akan
dapat menentukan apa yang sebaiknya dilakukannya pada saat tertentu dalam
kehidupannya.

Konselin Eksistensial, fokus pada kehidupan manusia yang mencakup kemampuan


kesadaran diri, kebebasan untuk memilih dan menentukan nasib sendiri, memiliki
tanggung jawab, usaha untuk menemukan makna hidup, dan kecenderungan untuk
mengembangkan potensi diri.

Anda mungkin juga menyukai