7983 14170 1 SM
7983 14170 1 SM
ABSTRAK
The compounds in Aegle marmelos have an activity as anti inflammation. The objective of this study is
to evaluate six active compounds in Aegle marmelos Correa, (E,R)- Marmin, skimmianine, (S)-aegeline,
aurapten, zeorin, and dustanin as anti inflammation to the COX-1 and COX-2 as target receptors. Method:
Molecular docking was done with PLANTS. Ligand preparation used MarvinSketch, and protein preparation
was done by using YASARA. The result was marmin, skimmianine, aegeline, aurapten, zeorin, and dustanin
have interaction with Arg120, tyr 355, and Ile 523 in COX-1 and Ser353, Arg 513, and Ser 530 in COX-2. Based
on the result of molecular docking, active compounds in Aegle marmelos Correa have potency as anti
inflammation agent.
Key word : Marmin, Antiinflamasi, Ligand, COX-1, Docking
ABSTRAK
Senyawa-senyawa yang terdapat dalam Aegle marmelos Correa memiliki aktivitas sebagai
antiinflamasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui enam senyawa aktif Aegle Marmelos Correa,
yaitu (E, R)-Marmin, skimmianine, (S)-aegeline, aurapten, zeorin, dan dustanin sebagai anti inflamasi pada
target reseptor COX-1 dan COX-2. Metode: Docking molekuler dilakukan dengan PLANTS. Preparasi ligand
menggunakan MarvinSketch, dengan menggambar senyawa MH2011 kemudian mengoptimasi. Preparasi
protein dilakukan dengan program YASARA. Preparasi dilakukan dengan menghilangkan protocol docking
(termasuk air jika esensial) yang tidak diperlukan. Setelah semua preparasi selesai, dilakukan docking
PLANTS. Penurunan skor menunjukkan kestabilan ikatan dengan protein. Hasil: Marmin, skimmianine,
aegeline, aurapten, zeorin, and dustanin berpotensial untuk dikembangkan sebagai agen anti inflamasi
berdasarkan interaksinya dengan residu asam amino Arg120, Tyr 355, dan Ile523 pada COX-1 dan residu
asam amino Ser353, Arg513, serta Ser530 pada COX-2. Kesimpulan: Berdasarkan hasil docking molecular,
senyawa aktif Aegle marmelos Correa beraktivitas sebagai antiinflamasi
Kata Kunci : Marmin, Antiinflamasi, Ligand, COX-1, Docking
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara dengan adalah marmin [(7-(6’,7’-dihidroksigeranil-oksi)
biodiversitas nomor dua di dunia memiliki banyak kumarin], skimmianin [4,7,8-(trimetoksifuro
potensi untuk mengembangkan pengobatan (2,3-b)quinolin], aegelin [N-[2-hidroksi-2(4-
berbahan dasar alam. Berbagai kandungan metoksifenil) etil]-3-fenil-2-propenamid],
senyawa telah berhasil diisolasi dari tanaman aurapten, zeorin, dan dustanin yang merupakan
untuk dikembangkan dan digunakan sebagai obat senyawa aktif yang banyak terkandung pada kulit
dalam terapi berbagai penyakit. Saat ini, batang dan kortek akar Aegle marmelos Correa
penelusuran senyawa obat baru dari berbagai (Nugroho et al., 2010; Nugroho et al., 2011a;
tanaman terus dilakukan, beberapa diantaranya Nugroho et al., 2011b). Marmin dilaporkan sangat
poten dalam menghambat pelepasan histamin dari
Correspondent : kultur sel RBL-2H3 melalui penghambatan Ca2+
Agung Endro Nugroho uptake secara in vitro. Marmin dengan konsentrasi
Department Pharmacologi, Faculty of Pharmacy, 100 µM mampu menekan pelepasan histamin
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Indonesia lebih dari 60% (yang diinduksi dengan DNP24-BSA
E-mail : agungendronugroho@yahoo.com dan thapsigargin) dan lebih dari 50% (yang
80 Traditional Medicine Journal, 18(2), 2013
ACTIVE COMPOUNDS FROM Aegle marmelos……..
diinduksi oleh ionomycin) dibandingkan kontrol aktif) suatu molekul secara tiga dimensi (Richon,
dari kultur sel RBL-2H3 (Nugroho et al., 2011b). 1994). Salah satu metode yang digunakan untuk
Marmin juga mampu menghambat influks Ca 2+ menganalisis afinitas suatu molekul obat adalah
ekstraseluler ke dalam sel RBL-2H3, sehingga docking molekuler.
menghambat pelapasan histamin > 70% Docking molekuler banyak digunakan untuk
dibandingkan kontrol (Nugroho et al., 2008). memberikan gambaran tentang interaksi, ikatan,
Skimmianin dengan konsentrasi 100 µM mampu maupun afinitas suatu ligan (obat) dengan
menekan pelepasan histamin hingga 60% (yang reseptornya, maupun enzim dengan substrat atau
diinduksi dengan DNP24-BSA dan thapsigargin) inhibitornya. Docking juga dapat digunakan untuk
dan lebih dari 70% (yang diinduksi oleh memprediksi apakah suatu senyawa memiliki
ionomycin) dibandingkan kontrol dari kultur sel aktivitas atau tidak, serta dapat berguna dalam
RBL-2H3 (Nugroho et al., 2010). Aegelin dengan pengembangan senyawa dengan aktivitas yang
konsentrasi 100 µM mampu menekan pelepasan lebih baik. Pengembangan senyawa aktif dari
histamin hingga 40% (yang diinduksi dengan Aegle marmelos Correa sebagai antihistamin
DNP24-BSA) dan lebih dari 50% (yang diinduksi (antagonis reseptor histamin H1) maupun
oleh thapsigargin dan ionomycin) dibandingkan antiinflamasi (inhibitor enzim COX) juga dapat
kontrol dari kultur sel RBL-2H3 (Nugroho et al., dilakukan secara kimia komputasi. Pengembangan
2011a). Selain itu, hasil penelitian Anas (2011). . tersebut di antaranya mencakup desain senyawa
Selain sebagai antihistamin, terdapat dan interaksi senyawa tersebut dengan enzim atau
beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa reseptor. Dalam hal ini, senyawa aktif dari Aegle
senyawa-senyawa yang terdapat dalam Aegle marmelos Correa perlu diuji interaksinya dengan
marmelos Correa memiliki aktivitas sebagai reseptor H1 maupun enzim COX-1 dan COX-2
antiinflamasi. Menurut Dhankhar et al (2011), melalui uji in silico. Apabila hasil uji in silico
ekstrak organik dari daun Aegle marmelos Correa menunjukkan interaksi yang baik antara senyawa
memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi akut dan aktif dari Aegle marmelos Correa dengan reseptor
sub-akut, analgesik, serta sebagai antipiretik. H1 maupun enzim COX, maka dapat dilakukan uji
Ekstrak metanolik dan ekstrak air dari biji Aegle in vivo lebih lanjut untuk mengetahui tingkat
marmelos Correa juga menunjukkan aktivitas keamanannya, sehingga senyawa tersebut dapat
antiinflamasi yang cukup baik terhadap inflamasi dikembangkan lebih lanjut sebagai sediaan
akut dan kronis (Sharma et al., 2011). Ekstrak air antihistamin maupun antisiklooksigenase
dari kulit batang akar Aegle marmelos Correa juga (antiinflamasi) yang poten.
menunjukkan aktivitas sebagai antiinflamasi
terhadap inflamasi akut dan kronis yang cukup METODOLOGI
baik (Benni et al., 2011). Obat-obat antiinflamasi Bahan dan Alat Penelitian
dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu Struktur protein-protein sebagai target
golongan kortikosteroid dan non-steroid. Obat maya, diunduh dari website Protein Data Bank
Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) yang banyak (http://www.rcsb.org/pdb). Protein-protein
beredar di pasaran saat ini bekerja dengan cara tersebut adalah enzim COX-1 dengan kode PDB
menghambat sintesis prostaglandin, suatu 1EQH, 1HT5, dan 1HT8; serta enzim COX-2 dengan
senyawa mediator inflamasi. Prostaglandin kode PDB 6COX, 4COX, dan 3PGH. Sebagai ligan uji
terbentuk dari asam arakidonat dengan bantuan digunakan 6 senyawa aktif dari Aegle marmelos
enzim siklooksigenase (COX). Enzim ini memiliki Correa, yaitu (E,R)-marmin, skimmianin, (S)-
dua isoform, yaitu COX-1 dan COX-2. Mekanisme aegelin, aurapten, zeorin, dan dustanin. Sebagai
senyawa-senyawa dalam Aegle marmelos Correa pembanding antihistamin digunakan pembanding
sebagai antiinflamasi diduga berhubungan dengan antiinflamasi digunakan paracetamol, aspirin,
interaksi senyawa tersebut dengan enzim indometasin, dan celecoxib.
siklooksigenase, yaitu sebagai penghambat enzim Alat penelitian yang dibutuhkan yaitu:
COX-1 maupun COX-2. seperangkat komputer (Windows-XP dengan
Pada saat ini, pengembangan obat-obatan prosesor Dual-Core dan RAM 1GB), jaringan
tidak hanya dilakukan secara eksperimental, internet, software PLANTS (http://www.tcd.uni-
tetapi juga dilakukan secara kimia komputasi. konstanz.de/research/plants.php), MarvinSketch
Dalam perkembangan obat, cara kimia komputasi 5.2.5.1 2009 ChemAxon ( http://www.chemaxon.
memiliki beberapa keunggulan, seperti com), YASARA 12.2.22 (http://www.yasara.org),
mengurangi biaya dan menghemat waktu Visual Molecular Dynamics 1.9.1 Windows (
penelitian. Cara kimia komputasi saat ini cukup http://www.ks.uiuc.edu/Research/vmd/),
banyak dilakukan dalam penemuan dan Pendrivelinux 2009 http://www. pendrivelinux.
pengembangan obat untuk memprediksi com).
penempatan gugus farmakofor (gugus fungsi
tersebut masih lebih tinggi bila dibandingkan baik bila dibandingkan dengan skor ligan uji.
dengan ligan native-nya, yaitu flurbiprofen. Hal ini Dengan melihat hasil scoring dan interaksi secara
dapat menunjukkan bahwa kompleks ikatan visual, marmin, aegelin, dan aurapten memiliki
protein dengan ligan native masih lebih stabil potensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai
(kuat) dibandingkan dengan kompleks antara agen antiinflamasi (COX inhibitor).
protein dengan senyawa aktif dari Aegle marmelos
Correa. Sedangkan apabila dibandingkan dengan Docking Senyawa Uji pada Enzim COX-2
senyawa pembandingnya (paracetamol, aspirin, Dalam uji in silico (docking) senyawa
indometasin, dan celecoxib), nilai skor marmin, marmin, skimmianin, aegelin, aurapten, zeorin,
aegelin, dan aurapten ternyata lebih rendah, yang dan dustanin sebagai inhibitor enzim
dapat mengindikasikan bahwa kompleks antara siklooksigenase-2 (COX-2), dipilih 3 protein dari
protein dengan marmin, aegelin, atau aurapten situs PDB, yaitu 6COX, 4COX, dan 3PGH. PDB
lebih stabil (kuat) dibandingkan dengan kompleks dengan kode 6COX merupakan kompleks antara
protein dengan senyawa pembanding. Hal ini enzim COX-2 dengan inhibitor selektif SC-558,
menunjukkan bahwa marmin, aegelin, dan 4COX merupakan kompleks antara enzim COX-2
aurapten memiliki potensi untuk dikembangkan dengan inhibitor non-selektif Indometasin,
sebagai agen antiinflamasi yang cukup poten. sedangkan 3PGH merupakan kompleks antara
Sedangkan skor skimmianin, masih lebih tinggi enzim COX-2 dengan inhibitor non-selektif
bila dibandingkan dengan indometasin, tetapi Flurbiprofen.
lebih rendah daripada skor paracetamol, aspirin, Proses docking diawali dengan preparasi
serta celecoxib, yang dapat berarti bahwa ligan uji, yaitu marmin [(7-(6’,7’-
skimmianin juga berpotensi untuk dikembangkan dihidroksigeranil-oksi) kumarin], skimmianin
sebagai antiinflamasi. Apabila skor senyawa- [4,7,8-(trimetoksifuro(2,3-b)quinolin], aegelin [N-
senyawa aktif Aegle marmelos Correa [2-hidroksi-2(4-metoksifenil) etil]-3-fenil-2-
dibandingkan, terlihat bahwa zeorin dan dustanin propenamid], aurapten, zeorin, dan dustanin, serta
menunjukkan skor yang jauh lebih tinggi, yang ligan pembanding, yaitu paracetamol, aspirin,
dapat mengindikasikan afinitas kedua senyawa indometasin, serta celecoxib dengan MarvinSketch
tersebut pada enzim COX-1 tidak baik, serta dapat version 5.2.5.1 Preparasi dilakukan dengan
dikatakan bahwa kedua senyawa tersebut tidak menggambarkan molekul ligan uji dan
memiliki aktivitas sebagai inhibitor enzim COX-1. pembanding secara manual pada jendela
Dari hasil visualisasi terlihat bahwa MarvinSketch version 5.2.5.1, seperti yang terlihat
senyawa uji (marmin, skimmianin, aegelin, pada gambar 7 dan 9 dilanjutkan dengan
aurapten, zeorin, dan dustanin) dapat berinteraksi protonasi dan pencarian 10 konformasi yang
dengan residu asam amino Arg120, Tyr 355, serta optimal dan di-docking-kan dengan software
Ile523 dari enzim COX-1 dengan jarak ikatan yang PLANTS. Skor hasil docking ligan native, ligan uji,
berbeda-beda. Apabila dilihat dari jarak ikatannya, maupun pembanding pada enzim COX-2 dapat
interaksi-interaksi tersebut dapat diduga berupa dilihat pada (tabel III)
ikatan hidrogen, maupun gaya van der Waals. Dari Dari hasil docking yang memprediksi
hasil visualisasi juga terlihat bahwa senyawa- interaksi senyawa marmin, skimmianin, dan
senyawa pembanding (paracetamol, aspirin, aegelin dengan enzim COX-2 dari protein dengan
indometasin, dan celecoxib) dapat berinteraksi kode PDB 6COX (tabel XV), terlihat bahwa
dengan Arg120, Tyr 355, serta Ile523 dari enzim marmin, skimmianin, aegelin, dan aurapten
COX-1 dengan jarak ikatan yang bervariasi. memiliki skor yang lebih rendah dibandingkan
Apabila dilihat dari jarak ikatannya, jarak ikatan dengan ligan native (SC-558). Hal ini menunjukkan
antara residu-residu asam amino tersebut dengan bahwa kompleks antara protein dengan ligan uji
ligan native dan indometasin (pembanding) lebih tersebut lebih stabil dibandingkan dengan
dekat bila dibandingkan dengan jarak ligan-ligan kompleks protein-ligan native. Apabila
uji, sedangkan jarak senyawa pembanding lain dibandingkan dengan ligan pembandingnya, skor
(paracetamol, aspirin, dan celecoxib) lebih jauh. marmin, skimmianin, aegelin, dan aurapten masih
Hal tersebut menunjukkan bahwa kekuatan ikatan lebih tinggi daripada indometasin, tetapi lebih
antara kompleks protein dengan ligan native rendah bila dibandingkan dengan pembanding
maupun indometasin lebih kuat dan stabil yang lain. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan kompleks protein dan ligan- kompleks antara protein dengan indometasin
ligan uji, dan kompleks protein-ligan uji masih menjadi kompleks yang paling stabil bila
lebih kuat dan stabil daripada kompleks protein dibadingkan dengan kompleks protein-ligan uji,
dengan paracetamol, aspirin, maupun celecoxib. dan kompleks protein-ligan uji masih lebih stabil
Kekuatan ikatan ini juga terbukti dari skor ligan bila dibandingkan dengan kompleks protein-ligan
native dan indometasin yang memang relatif lebih pembanding lainnya (paracetamol, aspirin, dan
celecoxib). Dari keenam senyawa aktif Aegle FLP > aurapten > (E,R)-marmin > (S)-aegelin >
marmelos Correa yang diuji, zeorin dan dustanin indometasin > skimmianin > aspirin >
memiliki skor yang relatif tinggi bila dibandingkan paracetamol > celecoxib > zeorin > dustanin (kode
dengan senyawa uji lain, ligan native, maupun PDB 1EQH). Aurapten > indometasin > (E,R)-
pembanding yang digunakan. Hal tersebut marmin > ligan native FL2 > (S)-aegelin > aspirin >
menunjukkan bahwa afinitas zeorin dan dustanin skimmianin > paracetamol > celecoxib > zeorin >
terhadap enzim COX-2 kurang baik, dan dapat dustanin (kode PDB 1HT5). Aurapten > (S)-aegelin
dikatakan bahwa kedua senyawa tersebut tidak > indometasin > (E,R)-marmin > ligan native 34C >
memiliki aktivitas sebagai inhibitor enzim COX-2. aspirin > celecoxib > paracetamol > skimmianin >
Hasil scoring tersebut dapat digunakan sebagai dustanin > zeorin (kode PDB 1HT8). Residu-residu
salah satu dasar pengembangan marmin, asam amino yang diduga terlibat dalam interaksi
skimmianin, aegelin, serta aurapten sebagai agen protein-ligan antara lain adalah Arg120, Tyr 355,
antiinflamasi yang cukup poten. dan Ile523.
Dari hasil visualisasi terlihat bahwa Urutan senyawa dengan skor terbaik pada
senyawa uji (marmin, skimmianin, aegelin, uji anti COX-2 adalah sebagai berikut :
aurapten, zeorin, dan dustanin) dapat berinteraksi indometasin > (S)-aegelin > aurapten > (E,R)-
dengan residu asam amino Ser353, Arg513, serta marmin > celecoxib > skimmianin > aspirin > ligan
Ser530 dari enzim COX-2 dengan jarak ikatan yang native SC-558 > paracetamol > dustanin > zeorin
bervariasi. Apabila dilihat dari jarak ikatan ligan (kode PDB 6COX). Indometasin > (S)-aegelin >
dengan residu asam amino, interaksi-interaksi (E,R)-marmin > aurapten > ligan native IMN >
tersebut dapat diduga berupa ikatan hidrogen, celecoxib > aspirin > skimmianin > paracetamol >
maupun gaya van der Waals. Apabila dilihat dari dustanin > zeorin (kode PDB 4COX). Indometasin
jarak ikatannya, jarak ikatan antara residu-residu > (S)-aegelin > (E,R)-marmin > aurapten > ligan
asam amino Ser353, Arg513, serta Ser530 dengan native FLP > celecoxib > aspirin > skimmianin >
ligan uji marmin, aegelin, dan aurapten lebih dekat paracetamol > dustanin > zeorin (kode PDB
bila dibandingkan dengan jarak residu-residu 3PGH). Residu-residu asam amino yang diduga
asam amino dengan ligan native dan pembanding terlibat dalam interaksi protein-ligan antara lain
(paracetamol, aspirin, dan celecoxib), tetapi masih adalah Ser353, Arg513, serta Ser530.
lebih jauh daripada jarak residu asam amino
dengan pembanding indometasin. Sedangkan DAFTAR PUSTAKA
jarak ikatan antara residu asam amino dengan Arul, V., Miyazaki, S., and Dhananjayan, R., 2005,
ligan uji lain masih lebih jauh bila dibandingkan Studies on The Antiinflammatory,
dengan ligan native maupun pembandingnya. Hal Antipyretic and Analgesic Properties of The
ini menunjukkan bahwa kekuatan ikatan antara Leaves of Aegle marmelos Correa. J.
protein dengan marmin, aegelin, maupun Ethnopharmacol., 96(1): 159-163 cit Anas,
aurapten lebih kuat dan stabil bila dibandingkan Y., 2011, Pengaruh Marmin, Senyawa Aktif
dengan kekuatan ikatan protein dengan ligan Aegle marmelos Correa terhadap Otot Polos
native, paracetamol, aspirin, dan celecoxib, tetapi Trakea Marmut Terisolasi, Tesis, Fakultas
lebih lemah bila dibandingkan dengan kekuatan Farmasi Universitas Gadjah Mada,
ikatan protein dengan indometasin. Di antara Yogyakarta.
senyawa-senyawa aktif dari Aegle marmelos Benni, J.M., Jayanthi, M.K., and Suresha, R.N., 2011,
Correa yang diuji, zeorin dan dustanin memiliki Evaluation of the Anti-inflammatory
kekuatan ikatan yang relatif lemah bila Activity of Aegle marmelos (Bilwa) Root,
dibandingkan dengan kekuatan ikatan antara Indian J Pharmacol, 43(4) : 393-397.
protein dengan ligan native maupun senyawa Botting, R. M., 2006, Inhibitors of Cyclooxigenases
pembanding yang digunakan. Kekuatan ikatan ini : Mechanisms, Selectivity and Uses, Journal
juga terbukti dari hasil scoring yang menunjukkan of Physiology and Pharmacology, 57 : 113-
bahwa indometasin memiliki skor terendah, 124.
zeorin dan dustanin memiliki skor yang relatif Djikstra, D., Stark, H., Chazot, D.L., Shenton, F.C.,
lebih tinggi. Dengan melihat hasil scoring dan Leurs, R., Wertel, T. and Gutzmer, R., 2008,
interaksi secara visual, marmin, aegelin, dan Human Inflammatory Dendritic Epidermal
aurapten memiliki potensi untuk dikembangkan Cells Express a Functional Histamine H4
lebih lanjut sebagai agen antiinflamasi (COX Receptor, J Invest, Dermatol, 128(7) : 1696-
inhibitor). 1703.
Escribano, L., Akin, C., Castells, M., and Schwartz,
KESIMPULAN L.B., 2006, Current Options in the
Urutan senyawa dengan skor terbaik pada Treatment of Mast Cell Mediator-related
uji anti COX-1 adalah sebagai berikut : ligan natve