Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KEPERAWATAN HIV/AIDS

“ MAKALAH ANALISA JURNAL TERAPI PADA PASIEN HIV/AIDS”

OLEH :

Ni Putu Leni Angggraeni


C1118048
IV.B Keperawatan

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI

2020
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisa jurnal Terapi pada pasien HIV /
AIDS”. Tugas ini sudah penulis susun dengan maksimal dan dapat bantuan dari
berbagai layanan internet dan dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Makalah ini masih sangat kekurangannya dan saya mohon untuk kritik dan
saran demi kesempurnaan dan perbaikannnya, sehingga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembacanya. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.

Tabanan, 10 Juni 2020

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................................II
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan penulisan makalah.....................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Pengertian HIV AIDS...........................................................................................3
B. kepatuhan dan dukungan keluarga........................................................................4
C. fungsi keluarga pada keberhasilan terapi HIV AIDS............................................4
D. Keberhasilan Terapi ARV.....................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................8
PENUTUP.....................................................................................................................8
KESIMPULAN..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................9

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia
dan banyak negara di seluruh dunia. Sejak ditemukan kasus pertama di Bali
pada tahun 1987, epidermis AIDS di Indonesia dalam periode kurang lebih 20
tahun menunjukkan kecendrungan yang luar biasa. Jumlah kasus HIV/AIDS di
Indonesia layaknya fenomena gunung es, namun makin banyak yang terdeteksi,
makin banyak juga masyarakat yang mau melakukan tes dan mengetahui
statusnya. HIV atau Human Immunodeficiency Virus dan AIDS belum bisa
disembuhkan, namun infeksi ini dapat dikendalikan dengan obat antiretroviral
(ARV). Oleh kerena itu, pencegahan positif untuk meningkatkan mutu hidup
ODHA dan memotong rantai penularan HIV harus dilakukan.
HIV adalah sejenis virus, singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu
virus yang menurunkan kekebalan tubuh manusia dan termasuk golongan
retrovirus yang terutama ditemukan dalam cairan tubuh, seperti darah, cairan
mani, cairan vagina dan air susu ibu (KPA). Biasanya tubuh dilindungi oleh sel-
sel darah putih yang berperan menjaga kekebalan didalam tubuh, virus HIV
justru menyerang sel-sel darah putih. Akibatnya jumlah sel darah putih
berkurang dan lama-lama sistem kekebalan tubuh melemah. Virus HIV
retrovirus termasuk golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA
sebagai molekul pembawa informasi genetik. Virus HIV pertama kali
ditemukan pada Januari 1984 oleh Lue Montaigner di Prancis pada seorang
pasien limpadenopati yang kemudian dinamakan LAV (Lymph
Adenopathy Virus).
Kemudian, pada bulan Maret 1984, Robert Gallo di Amerika Serikat
menemukan virus serupa pada penderita AIDS yang kemudian disebut HTLV-
III. Pada bulan Mei 1986 Komisi Toksonomi Internasional memberi nama HIV
(Human Immunodeficiency Virus) yang sampai saat ini secara resmi digunakan.
Sebagai retrovirus HIV yang memiliki sifat khas karena memiliki enzim reverse
trascriptase yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA yang kemudian
diintegrasikan ke dalam informasi genetik sel limfosit untuk mengkopi dirinya
menjadi virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV (Djuanda, dkk., 2007).
HIV dapat ditemukan dan diisolasikan dari sel limposit T, Limposit B, sel
makrofag (di otak dan paru) dan berbagai cairan di tubuh. Akan tetapi, sampai
saat ini hanya darah dan air mani yang jelas terbukti sebagai sumber penularan
serta ASI yang mampu menularkan HIV dari ibu ke bayi. Tanda-tanda terinfeksi

1
HIV antara lain berat badan yang turun secara drastis, mencret yang
berkepanjangan, demam/berkeringat malam, dan pembengkakan pada leher dan
pelipatan. Namun, pada umumnya pada fase awal tidak ada tanda-tanda bahkan
terlihat sehat.HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara yaitu
secara vertikal, horizontal, dan transeksual (Nasronudin dan Margarita, 2007)

B. Rumusan Masalah
1.Apa fungsi Dukungan Keluarga Terhadap Keberhasilan Terapi Antiretroviral
C. Tujuan penulisan makalah
1. Untuk mengetahui dari keberhasilan terapi ARV Melalui dukungan social
keluarga .

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian HIV AIDS


HIV ialah retrovirus yang disebut Lympha Denopathy
AssociatedVirus (LAV) atau Human T-Cell Leukemia Virus III (HTLV-III)
yang disebut juga Human T-Cell Lymphotrophic Virus (retrovirus) (Djuanda,
dkk., 2007).
HIV adalah sejenis virus, singkatan dari Human Immunodeficiency Virus,
yaitu virus yang menurunkan kekebalan tubuh manusia dan termasuk
golongan retrovirus yang terutama ditemukan dalam cairan tubuh, seperti
darah, cairan mani, cairan vagina dan air susu ibu (KPA). Biasanya tubuh
dilindungi oleh sel-sel darah putih yang berperan menjaga kekebalan didalam
tubuh, virus HIV justru menyerang sel-sel darah putih. Akibatnya jumlah sel
darah putih berkurang dan lama-lama sistem kekebalan tubuh melemah. Virus
HIV retrovirus termasuk golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan
RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik. Virus HIV pertama kali
ditemukan pada Januari 1984 oleh Lue Montaigner di Prancis pada seorang
pasien limpadenopati yang kemudian dinamakan LAV (Lymph
Adenopathy Virus).
Kemudian, pada bulan Maret 1984, Robert Gallo di Amerika Serikat
menemukan virus serupa pada penderita AIDS yang kemudian disebut
HTLV-III. Pada bulan Mei 1986 Komisi Toksonomi Internasional memberi
nama HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang sampai saat ini secara
resmi digunakan. Sebagai retrovirus HIV yang memiliki sifat khas karena
memiliki enzim reverse trascriptase yang berada dalam RNA ke dalam bentuk
DNA yang kemudian diintegrasikan ke dalam informasi genetik sel limfosit
untuk mengkopi dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV
(Djuanda, dkk., 2007).
HIV dapat ditemukan dan diisolasikan dari sel limposit T, Limposit B,
sel makrofag (di otak dan paru) dan berbagai cairan di tubuh. Akan tetapi,
sampai saat ini hanya darah dan air mani yang jelas terbukti sebagai sumber
penularan serta ASI yang mampu menularkan HIV dari ibu ke bayi. Tanda-
tanda terinfeksi HIV antara lain berat badan yang turun secara drastis, mencret
yang berkepanjangan, demam/berkeringat malam, dan pembengkakan pada
leher dan pelipatan. Namun, pada umumnya pada fase awal tidak ada tanda-

3
tanda bahkan terlihat sehat.HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui
berbagai cara yaitu secara vertikal, horizontal, dan transeksual (Nasronudin
dan Margarita, 2007)
B. kepatuhan dan dukungan keluarga
Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis
dari dokter yang mengobatinya (Kaplan dan Saddock, 2007). Sacket dalam
Niven (2000) menjelaskan kepatuhan adalah sejumlah mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan.
Kepatuhan berarti memakai obat perisi sesuai dengan aturan, yaitu obat yang
benar, pada waktu yang benar, dengan cara yang benar (Yayasan Spiritia,
2013). Kepatuhan adalah istilah yang menggambarkan penggunaan terapi
antiretroviral (ART) sesuai dengan petunjuk pada resep. Ini mencangkup
penggunan obat pada waktu yang benar dan mengikuti aturan makan
tertentu. (Yayasan Spiritia 405, 2013).
Dukungan keluarga didefinisikan oleh Gottlieb (1983) yaitu
informasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang
diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan
sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam
hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional
merasa lega diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan
pada dirinya.
Menurut Sarason (1983) dukungan keluarga adalah keberatan,
kesedihan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai
dan menyayangi kita. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Cobb
(2001) yang mendefinisikan dukungan ke luarga sebagai adanya
kenyamanan, perhati an, penghargaan atau menolong orang dengan sikap
menerima kondisinya.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggotanya. Anggota keluarga di pandang sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan ( Friedman, 1998).
C. fungsi keluarga pada keberhasilan terapi HIV AIDS
1. Fungsi efektif (fungsi pemeliharaan kepribadian), yaitu untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta
saling menerima dan dukungan.

4
2. Fungsi sosialisasi dan fungsi penempatan sosial, yaitu proses perkembangan
dan perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial
dan belajar berperan di lingkungan.
3. Fungsi reproduksi, yaitu untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomis, yaitu untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
sandang, pangan dan papan.
5. Fungsi perawatan kesehatan, yaitu untuk merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman
(1998:12) membagi lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus
dilakukan yaitu sebagai berikut ini.
1. Keluarga mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya
perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi
dan seberapa besar perubahannya.
2. Keluarga mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. Tugas
ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga. Dengan pertimbangan siapa di antara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan
teratasi.
3. Keluarga memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga mempunyai
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau pelayanan
kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih
parah tidak terjadi.
4. Keluarga mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
Menurut Sarason, et al., (1987:813815), ada tiga bentuk pengukuran
dukungan sosial keluarga, yaitu sebagai berikut ini.
1. Social embeddednes, di mana dukungan sosial yang diterima individu di
ukur dari jumlah hubungan atau interaksi yang dijalin individu dengan

5
orang-orang di sekitarnya. Individu yang memiliki hubungan yang lebih
bayak dinilai memiliki dukungan sosial yang sangat besar. Dengan demikian,
bentuk pengukuran ini tidak memandang kualitas interaksi yang terjalin.
2. Enacted social support, di mana dukungan sosial yang diterima seseorang
didasarkan pada frekuensi tingkah laku dukungan yang diterima individu.
Jadi konkretnya, berapa jumlah orang yang mendukung, berapa banyak
dukungan tersebut diberikan menjadi ukurannya.
3. Perceived social support, adalah evaluasi subjektif dari kualitas dukugan
yang diterima atau didapatkan (Procidano (1992) dalam McCaskill dan
Lakey 1992;820)). Bentuk pengukuran ini didasarkan pada kualitas
dukungan sosial yang diterima atau didapatkan. Bentuk pengukuran ini
didasarkan pada kualitas dukungan sosial yang diterima semakin kuat
seseorang mendapatkan dukungan, semakin kuat kualitas dukungan yang
diterima, sehingga, dapat terjadi seseorang mempersepsikan dukungan sosial
yang diterimanya kurang, padahal individu tersebut memiliki jaringan sosial
yang banyak. Sebaliknya, individu bisa mempersepsikan dukungan sosial
yang diterima lebih besar dari pada yang sebenarnya diberikan oleh
sumbernya.
D. Keberhasilan Terapi ARV
Dukungan dari keluarga adalah memberikan motivasi kepada ODHA
dan mengingatkan kepatuhan untuk minum obat. Hasil penelitian Payuk
Irma (2012) menunjukkan bahwa ODHA yang memiliki dukungan keluarga
cukup memiliki kualitas hidup yang baik, berbanding terbalik dengan ODHA
yang mendapatkan dukungan yang kurang Dukungan dari orangtua dan
keluarga dapat meningkatkan kepatuhan minum obat ARV bagi ODHA.
Bagi ODHA yang sudah diketahui statusnya oleh keluarga dan keluarganya
dapat menerima kondisi mereka, maka faktor keluarga biasanya menjadi
pendukung utama. Biasanya orang tua, suami/istri, anak menjadi orang-
orang terdekat yang mengingatkan untuk minum obat. Keluarga dalam hal
ini bisa berfungsi menjadi pengawas minum obat (PMO) bagi ODHA. Akan
tetapi, ada kondisi keluarga yang justru menghambat kepatuhan misalnya
takut diketahui pasangannya sebagai ODHA sehingga menjadi berhenti
minum obat.
Dukungan dari teman melalui untuk mengingatkan jadwal minum
obat memberikan pengaruh dalam meningkatkan kepatuhan minum obat.
Sesuai dengan penelitian Yuniar (2013), bahwa SMS reminder mampu
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi ARV. Hasil ini juga sesuai
dengan penelitian Payuk (2012), ODHA yang mendapatkan dukungan dari
teman yang cukup, memiliki proporsi kualitas hidup baik dibandingkan
dengan yang tidak mendapatkan dukungan dari teman.

6
Dukungan dari petugas kesehatan dan manager kasus (MK) adalah
penting karena menurut ODHA, MK yang paling mengerti apa saja keluhan
mereka selama minum obat. Dari hasil penelitian, terlihat pemantauan yang
dilakukan MK selama kurang lebih satu bulan dengan kunjungan MK selama
tiga sampai dengan empat kali kunjungan menunjukkan kepatuhan minum
obat >95%. Hasil ini sesuai dengan Purwaningtyas (2007), manajer kasus
bertugas mengkoordinasi tim pelayanan HIV-AIDS jika secara klinis pasien
mempunyai keluhan. Manajer kasus bertanggungjawab secara langsung jika
harus konsultasi kepada dokter, tim dokter, atau psikolog. Bila pasien
menghadapi masalah-masalah sosial, petugas sebagai manajer kasus harus
mencari solusi yang tepat.
Manager Kasus diperlukan untuk mendukung pelayanan yang
komprehensif bagi pasien HIV/ AIDS. Pada dasarnya untuk dapat menjalani
ARV dengan baik, maka ODHA sangat membutuhkan dukungan psikososial
dari segenap pihak, baik tim profesional kesehatan (dokter, perawat,
apoteker, dan lain-lain). Pemerintah, LSM, dukungan sebaya, keluarga
ODHA maupun segenap masyarakat berkewajiban turut berkontribusi dalam
rangka menjaga hak ODHA untuk memperoleh layanan kesehatan yang baik
dan optimal, utamanya layanan ARV, sehingga dapat hidup sehat, adalah
bagian dari hak asasi manusia itu sendiri (Purwaningtyas A, 2007).
Keberhasilan terapi nntiretroviral dapat diukur dari seberapa
patuhnya pasien ODHA dalam melakukan terapi ARV, dapat dilihat dari
tanda-tanda klinis pasien yang membaik setelah terapi, ukuran jumlah sel
cb4+ menjadi predictor terkuat, dilihat dari kedisiplinan pasien
mengkonsumsi obat, ketepatan waktu yang benar, dan cara yang benar sesuai
anjuran dokter. (Yayasan Spirita, 2013)

7
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Keluarga harus selalu memberikan dukungan, motivasi dan memenuhi


kebutuhan pasien sehari-hari baik fisiologi maupun psikologi selama menjalani
program pengobatan, sehingga program pengobatan dapat lancar. Keluarga
perlu menambah pengetahuan mereka tentang HIV/ AIDS, khususnya mengenai
obat ARV. Selain keluarga dan teman, peran MK dalam peningkatan kepatuhan
ODHA dalam minum obat ARV juga penting. Untuk menekan jumlah virus
HIV, diharapkan ODHA selalu minum obat sesuai yang diresepkan dan tepat
waktu.

8
DAFTAR PUSTAKA
POETRI, Dwita Hanna. ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN DAN DUKUNGAN
KELUARGA TERHADAP KEBERHASILAN TERAPI ANTIRETROVIRAL
PASIEN PENDERITA HIV/AIDS DI POLI VCT RSUD DR. H. MOCH ANSARI
SALEH BANJARMASIN. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, 2017, 3.1.
PUTRI, Yelmi Reni; ADRIANI, Adriani. Kepatuhan Pasien Odha Meminum Obat
Dengan Keberhasilan Terapi Antiretroviral (Arv). Jurnal Endurance, 2016, 1.2: 47-
56.
LARASATI, Nurina Dyah; SHALUHIYAH, Zahroh; SURYOPUTRO, Antono.
Bentuk-Bentuk Dukungan Keluarga Terhadap Ibu dengan HIV Positif dalam
Kepatuhan Terapi ARV di Kota Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia,
2015, 10.2: 116-130.
MAHARDINING, Anggipita Budi. Hubungan antara pengetahuan, motivasi, dan
dukungan keluarga dengan kepatuhan terapi ARV ODHA. KEMAS: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 2019, 5.2.

9
JIEB (ISSN : 2442-4560) available online at : ejournal.stiepancasetia.ac.id

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN DAN DUKUNGAN KELUARGA


TERHADAP KEBERHASILAN TERAPI ANTIRETROVIRAL
PASIEN PENDERITA HIV/AIDS DI POLI VCT
RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Dwita Hanna Poetri


RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh
Jln. Brigjen H. Hasan Basri No.1 Banjarmasin e-mail:
dwitahanna@gmail.com

Abstract: AIDS is a disease caused by infection with a virus called Human


Immunodeficiency Virus (HIV). One important step tackling HIV/AIDS is to improve the
compliance of PLWHA by taking antiretroviral drugs. The purpose of this study was to
determine the factors that influence HIV/AIDS patient’s adherence on antiretroviral
therapy at the Regional General Hospital dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. This
study design was cross-sectional with 76 samples obtained by proportional random
sampling. Data were obtained through questionnaires and interviews directly to the
patient. Data analysis was carried out gradually include univariate, bivariate analysis
using chi-Square test, and multivariate analysis using multiple linear regression test. The
results of this study show that there are influences of adherence level and family
support towards the success of antiretroviral therapy on HIV/AIDS patients.

Keywords: adherence, family support, HIV/AIDS, antiretroviral therapy

Abstrak: AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi dengan virus yang disebut
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Salah satu langkah penting menanggulangi
HIV/AIDS adalah dengan meningkatkan kepatuhan ODHA yang minum obat ARV. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan pasien HIV/AIDS terhadap terapi antiretroviral di Rumah Sakit Umum Daerah
dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Desain penelitian ini adalah cross-sectional
dengan 76 sampel yang diperoleh secara propotional random sampling. Data penelitian
diperoleh melalui kuesioner dan wawancara langsung terhadap pasien. Analisis data
dilakukan secara bertahap mencakup analisis univariat, analisis bivariat menggunakan
uji chi-square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi linear berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tingkat kepatuhan dan dukungan
keluarga terhadap keberhasilan terapi antiretroviral pasien penderita HIV/AIDS.

Kata kunci: kepatuhan, dukungan keluarga, HIV/AIDS, terapi antiretroviral

Latar Belakang banyak negara di seluruh dunia. Sejak


ditemukan kasus pertama di Bali pada tahun
Masalah HIV/AIDS merupakan masalah 1987, epidermis AIDS di Indonesia dalam
kesehatan yang mengancam Indonesia dan periode kurang lebih 20 tahun menunjukkan
Poetri, Analisis Tingkat Kepatuhan dan Dukungan Keluarga Terhadap …. 113
kecendrungan yang luar biasa. Jumlah kasus sesama Lelaki 24,4%. Sementara itu, kasus
HIV/AIDS di Indonesia layaknya fenomena AIDS sampai September 2015 sejumlah
gunung es, namun makin banyak yang 68.917 kasus (Kemenkes).
terdeteksi, makin banyak juga masyarakat
Penderita HIV positif di Poli VCT RSUD dr. H.
yang mau melakukan tes dan mengetahui
Moch Ansari Saleh Banjarmasin pada Tahun
statusnya. HIV atau Human
2014 terdapat 69 pasien HIV, meninggal 8
Immunodeficiency Virus dan AIDS belum bisa
orang, rujuk keluar 7 orang dan yang tidak
disembuhkan, namun infeksi ini dapat
patuh dalam menjalani terapi ARV 9 orang.
dikendalikan dengan obat antiretroviral
Kemudian, pada tahun 2015 yaitu 133 orang
(ARV). Oleh kerena itu, pencegahan positif
yang memenuhi syarat untuk melakukan
untuk meningkatkan mutu hidup ODHA dan
terapi ARV,meninggal 1 orang. Namun, hanya
memotong rantai penularan HIV harus
97 orang pasien baru yang patuh dalam
dilakukan.
melaksanakan ARV dan yang tidak patuh 35
HIV adalah suatu virus yang dapat orang.
menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini
Berdasarkan latar belakang, dapat
menyerang manusia dan menyerang sistem
dirumuskan permasalahan sebagai berikut
kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh
ini.
menjadi lemah dalam melawan infeksi.
Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam 1. Apakah tingkat kepatuhan terapi
tubuh akan menyebabkan defisiensi antiretroviral berpengaruh terhadap
(kekurangan) sistem imun atau HIV keberhasilan pasien ODHA di Poli VCT
merupakan retrovirus yang menjangkiti sel- RSUD dr. H Moch. Ansari Saleh
sel sistem kekebalan tubuh manusia Banjarmasin?.
(terutama CD4 positive T-sel dan 2. Apakah dukungan keluarga berpengaruh
macrophages yaitu komponen-komponen terhadap keberhasilan terapi
utama sistem kekebalan sel) dan antiretroviral pasien ODHA di Poli VCT
menghancurkan atau mengganggu fungsinya. RSUD dr. H Moch. Ansari Saleh
Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya Banjarmasin?.
penurunan sistem kekebalan yang terus- 3. Manakah pengaruh yang paling dominan
menerus, yang akan mengakibatkan antara tingkat kepatuhan terapi
defisiensi kekebalan tubuh. Sistem kekebalan antiretroviral dan dukungan keluarga
dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak terhadap keberhasilan terapi
dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi Antiretroviral pasien ODHA di Poli VCT
infeksi dan penyakit-penyakit. Orang yang RSUD dr. H Moch
kekebalan tubuhnya defisien Ansari Saleh Banjarmasin?
(immunodeficient) menjadi lebih rentan
terhadap berbagai ragam infeksi, yang
sebagian besar jarang menjangkiti orang yang
tidak mengalami defisiensi kekebalan. Kajian Literatur
Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
HIV ialah retrovirus yang disebut
defisiensi kekebalan yang parah dikenal
Lympha Denopathy AssociatedVirus (LAV)
sebagai "infeksi oportunistik" karena infeksi-
atau Human T-Cell Leukemia Virus III
infeksi tersebut memanfaatkan sistem
(HTLV-III) yang disebut juga Human T-Cell
kekebalan tubuh yang melemah.
Lymphotrophic Virus (retrovirus) (Djuanda,
Kasus HIV Juli-September 2015 berjumlah dkk., 2007).
6.779 kasus. Faktor risiko penularan HIV
HIV adalah sejenis virus, singkatan dari
tertinggi adalah hubungan seks tidak aman
Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus
pada heterokseksual 46,2% penggunaan
yang menurunkan kekebalan tubuh manusia
jarum suntik tidak steril 3,4% dan LSL (Lelaki
113
Poetri, Analisis Tingkat Kepatuhan dan Dukungan Keluarga Terhadap …. 114
dan termasuk golongan retrovirus yang horizontal, dan transeksual (Nasronudin dan
terutama ditemukan dalam cairan tubuh, Margarita, 2007)
seperti darah, cairan mani, cairan vagina dan
Kepatuhan adalah derajat dimana pasien
air susu ibu (KPA). Biasanya tubuh dilindungi
mengikuti anjuran klinis dari dokter yang
oleh sel-sel darah putih yang berperan
mengobatinya (Kaplan dan Saddock, 2007).
menjaga kekebalan didalam tubuh, virus HIV
Sacket dalam Niven (2000) menjelaskan
justru menyerang sel-sel darah putih.
kepatuhan adalah sejumlah mana perilaku
Akibatnya jumlah sel darah putih berkurang
pasien sesuai dengan ketentuan yang
dan lama-lama sistem kekebalan tubuh
diberikan oleh professional kesehatan.
melemah. Virus HIV retrovirus termasuk
Kepatuhan berarti memakai obat perisi
golongan virus RNA yaitu virus yang
sesuai dengan aturan, yaitu obat yang benar,
menggunakan RNA sebagai molekul
pada waktu yang benar, dengan cara yang
pembawa informasi genetik. Virus HIV
benar (Yayasan Spiritia, 2013). Kepatuhan
pertama kali ditemukan pada Januari 1984
adalah istilah yang menggambarkan
oleh Lue Montaigner di Prancis pada
penggunaan terapi antiretroviral (ART) sesuai
seorang pasien limpadenopati yang
dengan petunjuk pada resep. Ini mencangkup
kemudian dinamakan LAV (Lymph
penggunan obat pada waktu yang benar dan
Adenopathy Virus). mengikuti aturan makan tertentu. (Yayasan
Spiritia 405, 2013).
Kemudian, pada bulan Maret 1984, Robert
Gallo di Amerika Serikat menemukan virus Dukungan keluarga didefinisikan oleh
serupa pada penderita AIDS yang kemudian Gottlieb (1983) yaitu informasi verbal,
disebut HTLV-III. Pada bulan Mei 1986 sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah
Komisi Toksonomi Internasional memberi laku yang diberikan oleh orang-orang yang
nama HIV (Human Immunodeficiency Virus) akrab dengan subjek didalam lingkungan
yang sampai saat ini secara resmi digunakan. sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal
Sebagai retrovirus HIV yang memiliki sifat yang dapat memberikan keuntungan
khas karena memiliki enzim reverse emosional atau pengaruh pada tingkah laku
trascriptase yang berada dalam RNA ke penerimanya. Dalam hal ini orang yang
dalam bentuk DNA yang kemudian merasa memperoleh dukungan sosial, secara
diintegrasikan ke dalam informasi genetik sel emosional merasa lega diperhatikan,
limfosit untuk mengkopi dirinya menjadi mendapat saran atau kesan yang
virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV menyenangkan pada dirinya.
(Djuanda, dkk., 2007).
Menurut Sarason (1983) dukungan keluarga
HIV dapat ditemukan dan diisolasikan dari sel adalah keberatan, kesedihan, kepedulian dari
limposit T, Limposit B, sel makrofag (di otak orang-orang yang dapat diandalkan,
dan paru) dan berbagai cairan di tubuh. Akan menghargai dan menyayangi kita. Pandangan
tetapi, sampai saat ini hanya darah dan air yang sama juga dikemukakan oleh Cobb
mani yang jelas terbukti sebagai sumber (2001) yang mendefinisikan dukungan ke
penularan serta ASI yang mampu menularkan luarga sebagai adanya kenyamanan, perhati
HIV dari ibu ke bayi. Tanda-tanda terinfeksi an, penghargaan atau menolong orang
HIV antara lain berat badan yang turun dengan sikap menerima kondisinya.
secara drastis, mencret yang
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan
berkepanjangan, demam/berkeringat malam,
dan penerimaan keluarga terhadap
dan pembengkakan pada leher dan
anggotanya. Anggota keluarga di pandang
pelipatan. Namun, pada umumnya pada fase
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
awal tidak ada tanda-tanda bahkan terlihat
lingkungan keluarga. Anggota keluarga
sehat.HIV masuk ke dalam tubuh manusia
memandang bahwa orang yang bersifat
melalui berbagai cara yaitu secara vertikal,
mendukung siap memberikan pertolongan
114
Poetri, Analisis Tingkat Kepatuhan dan Dukungan Keluarga Terhadap …. 115
dan bantuan jika diperlukan ( Friedman, yang tepat agar masalah kesehatan dapat
1998). dikurangi atau bahkan teratasi.
3. Keluarga memberikan keperawatan
Fungsi keluarga biasanya didefinisikan
anggotanya yang sakit atau yang tidak
sebagai hasil atau konsekuensi dar struktur dapat membantu dirinya sendiri karena
keluarga. Adapun fungsi keluarga tersebut cacat atau usianya terlalu muda.
adalah sebagai berikut ini (Friedman, 1998). Perawatan ini dapat dilakukan dirumah
apabila keluarga mempunyai kemampuan
1. Fungsi efektif (fungsi pemeliharaan
melakukan tindakan untuk pertolongan
kepribadian), yaitu untuk pemenuhan
pertama atau pelayanan kesehatan untuk
kebutuhan psikososial, saling mengasuh
memperoleh tindakan lanjutan agar
dan memberikan cinta kasih, serta saling
masalah yang lebih parah tidak terjadi.
menerima dan dukungan.
2. Fungsi sosialisasi dan fungsi penempatan
4. Keluarga mempertahankan suasana
rumah yang menguntungkan kesehatan
sosial, yaitu proses perkembangan dan
dan perkembangan kepribadian anggota
perubahan individu keluarga, tempat
keluarga.
anggota keluarga berinteraksi sosial dan
belajar berperan di lingkungan.
Menurut Sarafino (1997:97) dukungan sosial
3. Fungsi reproduksi, yaitu untuk
keluarga dapat dibedakan menjadi beberapa
meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. bentuk, yaitu sebagai berikut ini.
4. Fungsi ekonomis, yaitu untuk memenuhi 1. Dukungan emosional (emotional support),
kebutuhan keluarga, seperti sandang, di mana keluarga sebagai tempat yang
pangan dan papan. aman dan damai untuk istrahat dan
5. Fungsi perawatan kesehatan, yaitu untuk pemulihan serta membantu penguasaan
merawat anggota keluarga yang terhadap emosi. Meliputi ungkapan rasa
mengalami masalah kesehatan. empati, keperdulian dan perhatian.
Dukungan ini meliputi perilaku seperti
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan memberikan perhatian dan efeksi serta
kesehatan, keluarga mempunyai tugas dalam bersedia mendengarkan keluh kesah
bidang kesehatan yang perlu dipahami dan orang lain.
dilakukan. Friedman (1998:12) membagi lima 2. Dukungan penghargaan (apprasial
tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang assistance), melibatkan ekspresi yang
harus dilakukan yaitu sebagai berikut ini. berupa pernyataan setuju dan penilaian
positif terhadap ide-ide, perasaan dan
1. Keluarga mengenal masalah kesehatan performa orang lain. Dukungan ini akan
setiap anggotanya. Perubahan sekecil membantu membangun perasaan
apapun yang dialami anggota keluarga menghargai terhadap diri sendiri pada
secara tidak langsung menjadi perhatian individu dan menghargai kompetensinya.
dan tanggung jawab keluarga, maka 3. Dukungan instrumental (instrumental
apabila menyadari adanya perubahan support), melibatkan bantuan langsung,
perlu segera dicatat kapan terjadinya, misalnya yang berupafinansial atau
perubahan apa yang terjadi dan seberapa bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas
besar perubahannya. tertentu.
2. Keluarga mengambil keputusan untuk 4. Dukungan informasi (informational
melakukan tindakan yang tepat. Tugas ini support), dukungan yang bersifat
merupakan upaya keluarga yang utama informasi ini dapat berupa saran,
untuk mencari pertolongan yang tepat pengarahan dan umpan balik tentang
sesuai dengan keadaan keluarga. Dengan bagaimana cara memecahkan persoalan.
pertimbangan siapa di antara keluarga
5. Dukungan jaringan (network support),
yang mempunyai kemampuan
menyediakan suatu perasaan
memutuskan untuk menentukan tindakan
keanggotaan dalam sebuah kelompok
115
Poetri, Analisis Tingkat Kepatuhan dan Dukungan Keluarga Terhadap …. 116
orang-orang yang berbagai kepentingan diterima, sehingga, dapat terjadi
dan aktivitas sosial. seseorang mempersepsikan dukungan
sosial yang diterimanya kurang, padahal
Sarafino (1997) mengatakan dukungan sosial individu tersebut memiliki jaringan sosial
dapat di peroleh dari bermacam-macam yang banyak. Sebaliknya, individu bisa
sumber seperti orang-orang yang mencintai mempersepsikan dukungan sosial yang
individu tersebut, keluarga, teman, dokter, diterima lebih besar dari pada yang
atau komunitas organisasi yang dapat sebenarnya diberikan oleh sumbernya.
memberikan barang, pelayanan, dan saling
menjaga ketika ada bahaya. Menurut Keberhasilan terapi nntiretroviral dapat
Friedman (1998:146) dukungn sosial keluarga diukur dari seberapa patuhnya pasien ODHA
mengacu kepada dukungan-dukungan sosial dalam melakukan terapi ARV, dapat dilihat
yang di pandang oelah keluarga sebagai dari tanda-tanda klinis pasien yang membaik
sesuatu yang dapat di akses atau diadakan setelah terapi, ukuran jumlah sel cb4+
untuk keluarga (dukungan keluarga biasa menjadi predictor terkuat, dilihat dari
atau tidak digunakan, tetapi anggota kedisiplinan pasien mengkonsumsi obat,
keluarga memandang bahwa anak yang ketepatan waktu yang benar, dan cara yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan benar sesuai anjuran dokter. (Yayasan Spirita,
pertolongan dan bantuan jika diperlukan). 2013)

Menurut Sarason, et al., (1987:813815), ada HIV/AIDS memiliki dampak besar pada
tiga bentuk pengukuran dukungan sosial penderita, keluarga, dan masyarakat.
keluarga, yaitu sebagai berikut ini. Pencegahan penyeberan infeksi dapat
diupayakan melalui peningkatan akses
1. Social embeddednes, di mana dukungan perawatan dan dukungan pada penderita dan
sosial yang diterima individu di ukur dari keluarganya.
jumlah hubungan atau interaksi yang
dijalin individu dengan orang-orang di VCT atau voluntary conselling and testing
sekitarnya. Individu yang memiliki adalah salah satu bentuk upaya tersebut. VCT
hubungan yang lebih bayak dinilai adalah proses konseling pretesting, konseling
memiliki dukungan sosial yang sangat posttesting, dan testing HIV secara sukarela
besar. Dengan demikian, bentuk yang bersifat confidential dan secara dini
pengukuran ini tidak memandang kualitas membantu orag mengetahui status HIV.
interaksi yang terjalin.
Dalam tahapan VCT, konseling dilakukan dua
2. Enacted social support, di mana dukungan
kali yaitu sebelum dan sesudah tes HIV. Pada
sosial yang diterima seseorang didasarkan
pada frekuensi tingkah laku dukungan tahap prakonseling dilakukan pemberian
yang diterima individu. Jadi konkretnya, informasi tentang HIV dan AIDS, cara
berapa jumlah orang yang mendukung, penularan, cara pencegahan dan periode
berapa banyak dukungan tersebut gejala. Kemudian, konselor melakukan
diberikan menjadi ukurannya. penilaian klinis. Konseling pretesting
3. Perceived social support, adalah evaluasi memberikan pengetahuan tentang manfaat
subjektif dari kualitas dukugan yang testing, pengambilan keputusan untuk testing
diterima atau didapatkan (Procidano dan perencanaan atas issue HIV yang
(1992) dalam McCaskill dan Lakey dihadapi. Setelah itu, klien akan melakukan
1992;820)). Bentuk pengukuran ini tes. Darah akan diambil dan dilakukan tes
didasarkan pada kualitas dukungan sosial bias dengan tes ELISA, Westren Blot ataupun
yang diterima atau didapatkan. Bentuk Rapid.
pengukuran ini didasarkan pada kualitas
dukungan sosial yang diterima semakin Apabila klien mempunyai faktor risiko
kuat seseorang mendapatkan dukungan, terkena HIV maka di ajurkan untuk
semakin kuat kualitas dukungan yang melakukan tes kembali tiga bulan setelahnya.

116
Poetri, Analisis Tingkat Kepatuhan dan Dukungan Keluarga Terhadap …. 117
Pemeriksaan dini terhadap HIV/AIDS perlu
dilakukan utuk segera mendapatkan
Kepatuhan Terapi
pertolongan kesehatan sesuai kebutuhan Antiretroviral
bagi mereka yang diidentifikasi terinfeksi (X 1) Keberhasilan
karena HIV/ AIDS belum ditemukan obatnya, Pasien ODHA
dan cara penularannya juga sangat cepat. (Y )
Dukungan
Memulai untuk menjalani VCT tidaklah perlu Keluarga (X 2)
merasa ta kut karena konseling dalam VCT
dijamin ke rahasiaannya. Tes ini merupakan
suatu dialog antara klien dengan petugas Gambar 1. Kerangka Konseptual
kesehatan yang bertujuan agar orang Penelitian
tersebut mampu untuk menghadapi stres
dan membuat keputusan sendiri sehubungan
dengan HIV/AIDS
Metode Penelitian
(publicahealth.wordpress.com).
Jenis penelitian ini adalah survey analitik
Penelitian-penelitian terdahulu yang
dengan pendekatan cross sectional.
menjadi rujukan dalam penelitian in adalah
Penelitian cross sectional adalah penelitian
sebagai berikut ini.
yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi
1. Martoni, Arifin, dan Raveinal (2012)
meneliti tentang faktor-faktor yang suatu efek/penyakit pada suatu waktu, oleh
mempengaruhi kepatuhan pasien karena itu di sebut juga dengan studi
HIV/AIDS di poliklinik khusus rawat jalan prevalensi (Notoatmodjo, 2007).
bagi penyakit dalam RSUP dr. M. Djamil Data yang diperoleh berupa data pasien dari
Padang. Rancangan penelitian adalah pembagian kuesioner yang bertujuan untuk
observasi dengan pendekatan cross
mengetahuai kepatuhan minum obat pasien
sectional. Variabel-variabel penelitiannya
ODHA yang ada di poli VCT RSUD dr. H. Moch
adalah tingkat pendidikan, back
Ansari Saleh Banjarmasin. Sumber data
deppresion inventory (BDI) dan
dalam penelitian ini yaitu data primer berupa
pengetahuan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor utama yang kuisioner dan data sekunder merupakan
mempengaruhi kepatuhan pasien (ARV) faktor pendukung penelitian
adalah pengetahuan pasien terhadap Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien
terapi yang sembilan kali lebih besar yang terinfeksi HIV/AIDS yang melakukan
dibandingkan tingkat pendidikan. terapi Antiretroviral di poli VCT RSUD
2. Pratiwi (2011), meneliti tentang pengaruh dr.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin
dukungan keluarga terhadap kepatuhan sebanyak 315 pasien ODHA. Sampel yang
menjalankan program terapi pada pasien
digunakan adalah pasien dengan HIV AIDS
terapi Rumatan Metadon di Puskesmas
yang telah mengkonsumsi obat
Bogor Timur Kota Bogor. Hasil penelitian
Antiretroviral/ARV minimal 2 bulan. Sampel
menunjukkan bahwa berdasarkan
yang terlalu kecil dapat menyebabkan
jalannya terapi semua pasien berada
dikategori tinggi sebesar 100%. Keluarga penelitian tidak dapat menggambarkan
pasien terapi sebagian besar juga kondisi populasi yang sesungguhnya.
mendukung pasien untuk mengikuti terapi Sebaliknya, sampel yang terlalu besar dapat
yaitu berada pada kategori tinggi sebesar mengakibatkan pemborosan biaya penelitian.
73,17%. Salah satu metode yang digunakan untuk
menentukan jumlah sampel adalah
Kerangka konsep penelitian dapat dijelaskan menggunakan untuk menentukan jumlah
sebagaimana pada Gambar 1. sampel adalah menggunakan rumus

Slovin (Sevilla et.al., 1960 : 182).


117
Poetri, Analisis Tingkat Kepatuhan dan Dukungan Keluarga Terhadap …. 118
Peneliti terlebih dahulu mengajukan izin Salah satu masalah utama dalam kegiatan
pengambilan data penelitian ke RSUD dr H penelitian social adalah masalah cara
moch Ansari Saleh. Setelah mendapatkan memperoleh data yang akurat dan objektif.
persetujuan, selanjutnya peneliti melakukan Hal ini sangat menjadi sangat penting artinya
penelitian yang terlebih dahulu memberikan karena kesimpulan penelitian hanya akan
informed consent kepada calon responden dapat dipercaya apabila didasarkan pada
dan menjelaskan tujuan penelitian yang akan data yang dipercaya. Agar penelitian tidak
dilakukan. Bila responden setuju maka keliru dan tidak memberikan gambaran yang
dipersilakan untuk mendatangani lembar jauh berbeda dari kenyataan yang
persetujuan. sebenarnya, maka diperlukan instrument
pengukuran yang valid (sahih) dan reliable
Peneliti membagikan kuesioner kepada
(handal).
responden dan memberikan penjelasan
tentang cara pengisian kuesioner peneliti Persamaan regresi linier berganda
mendampingi responden selama pengisin adalah sebagai berikut ini.
kuesioner. Kuesioner yang telah diisi,
kemudian dikumpulkan kepada peneliti. Data
sekunder diperoleh dari RSUD dr. H. Moch. Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Ansari Saleh dan anggota bimbingan yang
telah mendapatkan terapi antiretroviral
Keterangan:
(ART).
Y = keberhasilan pasien ODHA
Teori-teori menaksir atau menguji hipotesis A = Konstanta
didasarkan pada asumsi bahwa populasi yang b1, b2, b3, b4 = koefisien garis regresi
diselidiki harus berdistribusi normal. Jika X1, X2, X3, X4 = kepatuhan terapi
asumsi ini tidak terpenuhi, artinya populasi antiretroviral dan dukungan
tidak berdistribusi normal, maka kesimpulan keluarga
E = error/variabel pengganggu
berdasarkan teori tersebut tidak berlaku.
Oleh karena itu, sebelum melakukan uji
Dari persamaan regresi linier berganda
hipotesis dalam penelitian ini terlebih dahulu
tersebut, maka dilakukan analisis koefisien
dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas
determinasi (R²). Koefisien determinasi (R²)
dilakukan dengan menggunakan program
pada intinya mengukur seberapa jauh
aplikasi statistik.
kemampuan model dalam menerangkan
Pada model regresi linier harus didasarkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2005). Nilai
pada asumsi bahwa tidak terjadi Koefisien determinasi adalah antara nol dan
heteroskedastisitas, artinya varians variabel- satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan
variabel dalam model tersebut harus variabel-variabel bebas (kepatuhan terapi
homogen (tidak berbeda). Oleh karena itu, antiretroviral dan dukungan keluarga) dalam
sebelum melakukan uji hipotesis dalam menjelaskan variasi variabel terikat
penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji (keberhasilan pasien ODHA) amat terbatas.
heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas Begitu pula sebaliknya, nilai yang mendekati
ini dilakukan menggunakan program aplikasi satu berarti variabel-variabel bebas
statistik. memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi
Model regresi linier diharapkan tidak terjadi
variabel terikat.
multikolinieritas, yaitu tidak adanya korelasi
dalam kombinasi-kombinasi variabel. Apabila Kelemahan mendasar penggunaan koefisien
terjadi multikolinieritas, maka analisis regresi determinasi adalah bias terhadap jumlah
linier tidak layak digunakan. variabel bebas yang dimasukkan ke dalam
model. Setiap tambahan satuvariabel bebas,
maka R² pasti meningkat tidak perduli apakah
118
Poetri, Analisis Tingkat Kepatuhan dan Dukungan Keluarga Terhadap …. 119
variabel tersebut berpengaruh secara Dasar pengambilan keputusan adalah dengan
signifikan terhadap variabel terikat.Oleh menggunakan angka probabilitas signifikansi,
karena itu, banyak peneliti menganjurkan yaitu sebagai berikut ini (Ghozali, 2005).
untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada
saat mengevaluasi mana model regresi yang 1. Apabila angka probabilitas signifikansi >
0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
terbaik. Tidak seperti R², nilai adjusted R²
dapat naik atau turun apabila satu variabel 2. Apabila angka probabilitas signifikansi <
0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima
bebas ditambahkan ke dalam model.

Dalam penelitian ini, uji F digunakan untuk Untuk mengkaji variabel yang dominan, maka
mengetahui tingkat siginifikansi pengaruh digunakan indikator koefisien beta
variabel-variabel independen secara standardized dari variabel-variabel dari
bersama-sama (simultan) terhadap variabel model regresi. Koefisien beta standardized
dependen (Ghozali, 2005 ) diperoleh dari hasil perkalian antara koefisien
parsial korelasi ( SDX1/Sdy) dan koefisien
Dalam penelitian ini, hipotesis yang
variablenya (bi).
digunakan adalah sebagai berikut ini.
Uji asumsi klasik terdiri atas uji normalitas, uji
Ho : variabel-variabel bebas yaitu
heteroskedasitas, dan uji multikolinearitas.
kepatuhan terapi antiretroviral
dan dukungan keluarga tidak Uji normalitas digunakan untuk menguji
mempunyai pengaruh yang apakah dalam model regresi, kedua variabel
signifikan secara bersama-sama (bebas maupun terikat) mempunyai distribusi
terhadap variabel terikatnya yaitu normal atau setidaknya mendekati normal
keberhasilan pasien (Ghozali, 2005). Pada prinsipnya normalitas
ODHA dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik
atau dengan melihat histogram dari
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi
residualnya. Dasar pengambilan
hubungan antara variabel X dan Y. Apakah
keputusannya adalah sebagai berikut ini
variabel X1 dan X2 (kepatuhan terapi
(Ghozali, 2005).
antiretroviral dan dukungan keluarga)
benarbenar berpengaruh terhadap variabel Y 1. Jika data (titik) menyebar di sekitar garis
(keberhasilan pasien ODHA) secara terpisah diagonal dan mengikuti arah garis
atau parsial (Ghozali, 2005). Hipotesis yang diagonal atau grafik histogramnya
digunakan dala pengujian ini adalah sebagai menunjukkan pola distribusi normal,
berikut ini. maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
Ho : variabel-variabel bebas (kepatuhan
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal
terapi antiretroviral dan dukungan
dan/atau tidak mengikuti arah garis
keluarga) tidak mempunyai penga diagonal atau garfik histogram tidak
ruh yang signifikan terhadap varia menunjukkan pola distribusi normal,
bel terikat (keberhasilan maka model regrsi tidak memenuhi
pasien ODHA) asumsi normalitas.

Ha : variabel-variabel bebas (kepatuhan Uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji


terapi antiretroviral dan dukungan apakah dalam model regresi terjadi
keluarga) mempunyai pengaruh ketidaksamaan varian dari residual satu
yang signifikan terhadap variabel pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varian dari residual satu pengamatan ke
terikat (keberhasilan pasien ODHA)
pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika varians berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi
119
Poetri, Analisis Tingkat Kepatuhan dan Dukungan Keluarga Terhadap …. 120
yang baik adalah yang homokedastisitas atau merupakan indikasi adanya
tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, multikolinearitas.
2005).

Cara untuk mengetahui ada tidaknya


heteroskedastisitas adalah dengan melihat Hasil Penelitian dan Pembahasan
grafik plot antara nilai prediksi variabel
terikat yaitu ZPRED dengan residualnya Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa
SRESID. Deteksi ada tidaknya korelasi (X1) dengan (Y) sangat signifikan di
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan mana nilai thitung sebesar 5,420 dengan sig.
melihat ada tidaknya pola tertentu pada Sebesar 0,000, sehingga lebih kecil dari α
grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED 0,05. Dengan demikian, hipotesis yang
dimana sumbu Y adalah Y yang telah menyatakan terdapat pengaruh antara
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y variabel tingkat kepatuhan terapi
prediksi – Y sesungguhnya) yang telah antiretroviral dengan keberhasilan pasien
standartized. penderita HIV/ AIDS teruji kebenarannya.
Artinya, semakin baik tingkat kepatuhan
Dasar analsisnya adalah sebagai berikut ini. terapi antiretroviral, semakin tinggi pula
keberhasilan pasien penderita HIV/AIDS.
1. Apabila terdapat pola tertentu, seperti
titik-titik yang ada membentuk pola Nilai R sebesar 0,659 dan nilai koefisien
tertentu (bergelombang, melebar determinasi R2 sebesar 0,435 (43,5%). Hal ini
kemudian menyempit), maka menunjukkan bahwa variabel tingkat
mengindikasikan telah terjadi kepatuhan terapi antiretroviral memberikan
heteroskedastisitas. kontribusi pengaruh sebesar 43,5% terhadap
2. Apabila tidak terdapat pola yang jelas, variabel keberhasilan pasien penderita HIV/
serta titik-titik menyebar di atas dan di AIDS.
bawah angka nol pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas. Temuan ini didukung oleh pernyataan
Meichenbuan dan Turk (1987) bahwa faktor
Uji multikolinearitas adalah untuk menguji yang paling berhubungan dengan
apakah pada model regresi ditemukan keberhasilan penderita penyakit AIDS adalah
adanya korelasi antar variabel bebas. Apabila kepatuhan yang dipengaruhi oleh
terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat pengetahuan, faktor sikap, keadaan sakit
problem multikolinearitas (Ghozali, 2005). yang dirasakan, faktor lingkungan dan faktor
Model regresi yang baik seharusnya tidak psikis. Hal ini sejalan dengan Nasronudin dan
terjadi korelasi diantara variabel bebas. Margarita (2007) berhasilnya pengelolaan
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya dan perawatan terhadap penderita HIV/AIDS
multikolinearitas di dalam model regresi tergantung pada kerjasama petugas
adalah sebagai berikut ini Ghozali, 2005). kesehatan dengan pasien keluarganya. ODHA
yang mempunyai pengetahuan yang cukup
1. Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu tentang HIV/AIDS yang mengubah
estimasi model regresi empiris
perilakunya sehingga akan dapat
sangattinggi, tetapi secara individual
mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga
variabel-variabel bebas banyak yang tidak
penderita dapat hidup lebih lama. Konseling
signifikan mempengaruhi variabel terikat
sangat diperlukan untuk memberikan
(.
pengetahuan terhadap ODHA dan
2. Menganalisis matrik korelasi variabel-
penerimaan pasien terhadap sakitnya.
variabel bebas. Apabila antar variabel
bebas ada korelasi yang cukup tinggi Pengetahuan itu meliputi pengertian tentang
(umumnya diatas 0,90), maka hal ini terapi ARV, pentingnya kepatuhan terapi,
efek samping yang mungkin terjadi serta
lama pengobatan. Dengan pengetahuan
120
Poetri, Analisis Tingkat Kepatuhan dan Dukungan Keluarga Terhadap …. 121
tinggi diharapkan ODHA menjalankan
kepatuhan terapi ARV sesuai dengan aturan
yang dianjurkan dokter (Nasronudin dan
Margarita, 2007).

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa


korelasi (X2) dengan (Y) sangat signi-

121
Poetri, Analisis Tingkat Kepatuhan dan Dukungan Keluarga Terhadap …. 122

fikan dimana nilai thitung sebesar 3,714 dengan sig. Dukungan dari petugas kesehatan dan manager
sebesar 0,000, sehingga lebih kecil dari α 0,05. kasus (MK) adalah penting karena menurut ODHA,
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan MK yang paling mengerti apa saja keluhan mereka
terdapat pengaruh antara variabel dukungan selama minum obat. Dari hasil penelitian, terlihat
keluargadengan keberhasilan pasien penderita pemantauan yang dilakukan MK selama kurang
HIV/AIDS teruji kebenarannya. Artinya, semakin lebih satu bulan dengan kunjungan MK selama tiga
baik kepuasan kerja, maka semakin tinggi pula sampai dengan empat kali kunjungan menunjukkan
keberhasilan pasien penderita HIV/AIDS. kepatuhan minum obat >95%. Hasil ini sesuai
dengan Purwaningtyas (2007), manajer kasus
Nilai R sebesar 0,396 dan nilai koefisien determinasi
bertugas mengkoordinasi tim pelayanan HIV-AIDS
R2 sebesar 0,157 (15,7%). Hal ini menunjukkan
jika secara klinis pasien mempunyai keluhan.
bahwa dukungan keluarga memberikan pengaruh
Manajer kasus bertanggungjawab secara langsung
sebesar 15,7% terhadap variabel keberhasilan
jika harus konsultasi kepada dokter, tim dokter,
pasien penderita HIV/AIDS.
atau psikolog. Bila pasien menghadapi masalah-
Dukungan dari keluarga adalah memberikan masalah sosial, petugas sebagai manajer kasus
motivasi kepada ODHA dan mengingatkan harus mencari solusi yang tepat. Manager Kasus
kepatuhan untuk minum obat. Hasil penelitian diperlukan untuk mendukung pelayanan yang
Payuk Irma (2012) menunjukkan bahwa ODHA yang komprehensif bagi pasien HIV/ AIDS.
memiliki dukungan keluarga cukup memiliki
Pada dasarnya untuk dapat menjalani ARV dengan
kualitas hidup yang baik, berbanding terbalik
baik, maka ODHA sangat membutuhkan dukungan
dengan ODHA yang mendapatkan dukungan yang
psikososial dari segenap pihak, baik tim profesional
kurang
kesehatan (dokter, perawat, apoteker, dan lain-
Dukungan dari orangtua dan keluarga dapat lain). Pemerintah, LSM, dukungan sebaya, keluarga
meningkatkan kepatuhan minum obat ARV bagi ODHA maupun segenap masyarakat berkewajiban
ODHA. Bagi ODHA yang sudah turut berkontribusi dalam rangka menjaga hak
ODHA untuk memperoleh layanan kesehatan yang
diketahui statusnya oleh keluarga dan keluarganya baik dan optimal, utamanya layanan ARV, sehingga
dapat menerima kondisi mereka, maka faktor dapat hidup sehat, adalah bagian dari hak asasi
keluarga biasanya menjadi pendukung utama. manusia itu sendiri (Purwaningtyas A, 2007).
Biasanya orang tua, suami/istri, anak menjadi
orang-orang terdekat yang mengingatkan untuk Berdasarkan perhitungan analisis regresi, konstanta
minum obat. Keluarga dalam hal ini bisa berfungsi a sebesar 0,471 dan arah regresi b1 sebesar 0,604
menjadi pengawas minum obat (PMO) bagi ODHA. untuk untuk variabel Tingkat kepatuhan terapi
Akan tetapi, ada kondisi keluarga yang justru antiretroviral (X1), b2 sebesar 0,093 untuk variabel
menghambat kepatuhan misalnya takut diketahui dukungan keluarga (X2). Dengan demikian bentuk
pasangannya sebagai ODHA sehingga menjadi hubungan variabel tersebut digambarkan oleh
berhenti minum obat. persamaan regresi adalah Y = 0,471 + 0,604 X1

Dukungan dari teman melalui untuk mengingatkan + 0,093 X2.


jadwal minum obat memberikan pengaruh dalam
Kekuatan hubungan antara tingkat kepatuhan
meningkatkan kepatuhan minum obat. Sesuai
terapi antiretroviral (X1) dan dukungan keluarga (X2)
dengan penelitian Yuniar (2013), bahwa SMS
terhadap keberhasilan pasien penderita HIV/AIDS
reminder mampu meningkatkan kepatuhan pasien
(Y) ditunjukkan oleh koefesien product moment
terhadap terapi ARV. Hasil ini juga sesuai dengan
sebesar R= 0,692. Untuk menguji keberartian
penelitian Payuk (2012), ODHA yang mendapatkan
koefesien korelasi, dilakukan uji F dan diperoleh
dukungan dari teman yang cukup, memiliki proporsi
harga
kualitas hidup baik dibandingkan dengan yang tidak
mendapatkan dukungan dari teman. Fhitung sebesar 33,474.

122
Poetri, Analisis Tingkat Kepatuhan dan Dukungan Keluarga Terhadap …. 123

Hasil uji signifikansi menunjukkan korelasi jamak Selain itu, ODHA yang menganggap penyakitnya
yang diperoleh dalam penelitian ini signifikan. parah dan telah mengalami gejala yang serius, serta
Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan mengetahui manfaat ARV, menjadi lebih patuh
terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat dalam minum obat.
kepatuhan terapi antiretroviral dan dukungan
Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan
keluarga terhadap keberhasilan pasien penderita
lingkungan sosial responden, di mana keluarga
HIV/AIDS teruji kebenarannya. Artinya, semakin
memberikan banyak dukungan baik emosional,
baik tingkat kepatuhan terapi antiretroviral dan
intrumental, informasional, dan penilaian. Memiliki
dukungan keluarga semakin tinggi pula
tanda dan gejala harga diri yang positif, seperti
keberhasilan pasien penderita HIV/AIDS.
tidak mengkritik diri sendiri, mampu melakukan
Koefisien determinasi yang merupakan kuadrat dari sesuatu, pandangan hidup yang optimis, dan tidak
koefesien korelasi ganda pada variabel tingkat menolak kemampuan diri (Purba, 2008). Penelitian
kepatuhan terapi antiretroviral dan dukungan ini juga didukung oleh Lubis (2011) bahwa ketika
keluargasecara bersamasama dengan keberhasilan pasien mampu menerima keadaan dirinya, baru ia
pasien penderita HIV/AIDS yaitu sebesar R² = akan mempunyai harga diri yang tinggi. Pasien yang
(0,692)² = 0,478 dan nilai koefisien determinasi memiliki harga diri yang tinggi dapat melawan
(47,8%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel pengaruh negatif dari penyakitnya.
tingkat kepatuhan terapi antiretroviral dan
Hasil penelitian ini didukung oleh Suparyanto
dukungan keluarga secara bersama-sama
(2012) menyatakan bahwa dukungan keluarga
memberikan pengaruh sebesar 47,8% terhadap
tinggi dapat memiliki harga diri yang lebih tinggi
variabel keberhasilan pasien penderita HIV/AIDS.
dimana peran keluarga mempunyai pengaruh yang
Sementara itu, sisanya sebesar 52,2% dipengaruhi
sangat tinggi dalam harga diri. Sebuah keluarga
oleh faktor lain. Selain faktor-faktor tersebut masih
yang memiliki dukungan keluarga yang rendah tidak
ada faktor-faktor lain yang berpengaruh tetapi tidak
mempunyai kemampuan dalam membangun harga
diteliti.
diri anggota keluarganya dengan baik. Keluarga
Ada hal yang perlu diperhatikan sehubungan akan memberikan umpan balik yang negatif dan
tingkat kepatuhan terapi antiretroviral dengan berulang-ulang akan merusak harga diri bagi
dukungan keluarga pasien yaitu jika seseorang lupa penderitan.
minum satu dosis maupun sekali, maka virus akan
menggandakan diri. Oleh karena itu, sangat
diperlukan kepatuhan yang tinggi jika tidak
mematuhi aturan pemakaian obat ARV, obat yang Kesimpulan
dikonsumsi tidak dapat lagi memperlambat virus,
sehingga perlu diganti dengan dosis yang lebih Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
tinggi (Syafrizal, 2011). maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut ini.

Sejalan dengan penelitian Walter, Sanjobo dan 1. Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat
Watt (dalam Yuniar, 2011), kepatuhan terapi ARV kepatuhan terapi antiretroviral dengan
telah memberikan perbaikan bagi kualitas hidup keberhasilan pasien penderita HIV/AIDS di RSUD
mereka baik secara fisik, psikologis maupun sosial. dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
Secara fisik ODHA merasa lebih segar dan tidak 2. Ada pengaruh yang signifikan antara dukungan
lemas. Secara psikologis merasa sehat seperti keluarga terhadap keberhasilan pasien
belum terkena HIV dan lebih percaya diri untuk bisa penderita HIV/AIDS RSUD dr. H. Moch. Ansari
hidup lebih lama. Secara sosial mereka bisa Saleh Banjarmasin.
beraktivitas dengan normal seperti sediakala. 3. Tingkat kepatuhan terapi antiretroviral
Kemudian, ODHA yang mampu mengatur merupakan variabel yang paling dominan dalam
pengobatan dan merasakan hasil positif dari mempengaruhi keberhasilan pasien penderita
pengobatan menjadi lebih patuh minum ARV. HIV/AIDS RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin.

123
Poetri, Analisis Tingkat Kepatuhan dan Dukungan Keluarga Terhadap …. 124

Kaplan H.I dan B.J. Sadock, 2007, Sinopsis Psikiatri:


Saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis, Jilid 1,
berikut ini. Bina Rupa Aksara Jakarta.

1. Pasien diharap menjalin hubungan yang baik Lubis Zaki Dinul. 2011. “Gambaran Karakteristik
dengan keluarga karena dukungan keluarga Individu dan Faktor Risiko terhadap
merupakan suatu kebutuhan yang sangat Terjadinya Infeksi Oportunistik pada
penting dalam memberikan motivasi, nutrisi, Penderita HIV/AIDS di Rumah Sakit Penyakit
makan, minum dan obat-obatan. Dengan hal ini, Infeksi Suliati Saroso”,. Skripsi, Fakultas
prosedur tetap program pengobatan yang ada Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
dapat dijalani dengan baik.
McCaskill, J.W. dan B. Lakey, 2000, “Perceived
2. Keluarga harus selalu memberikan dukungan,
Support, Social Undermining, and Emotion”,
motivasi dan memenuhi kebutuhan pasien
Personality and Social Psychology Bulletin,
sehari-hari baik fisiologi maupun psikologi
selama menjalani program pengobatan, Vol. 26, No. 7, hal. 820-832
sehingga program pengobatan dapat lancar. Meichenbaum Donald dan Dennis C. Turk, 1987,
Keluarga perlu menambah pengetahuan mereka Facilitating Treatment Adherence: A
tentang HIV/ AIDS, khususnya mengenai obat Practitioner’s Guidebook. Plenum Press, New
ARV. Selain keluarga dan teman, peran MK York.
dalam peningkatan kepatuhan ODHA dalam
minum obat ARV juga penting. Untuk menekan Nasronudin dan Margarita, 2007, Konseling,
jumlah virus HIV, diharapkan ODHA selalu dukungan, perawatan dan pengobatan
minum obat sesuai yang diresepkan dan tepat ODHA, Airlangga University Press, Surabaya.
waktu.
Niven Niel, 2000, .Psikologi Kesehatan, Edisi 2, EGC,
Jakarta.

Notoatmodjo S, 2010, Metodologi Penelitian


DAFTAR PUSTAKA Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Cobb Nancy J., 2001, Adolescence: Continuity,
Payuk Irma, 2012, Hubungan Dukungan Sosial
Change, and Diversity, Fourth Edition, dengan Kualitas Hidup Orang dengan
Mayfield Publishing Company, HIV/AIDS di Puskesmas Jumpandang Baru
California. Makasar, Skripsi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Univesitas Hasanuddin,
Djuanda Adhi, dkk., 2007, Ilmu Penyakit Kulit dan Makassar.
Kelamin, Edisi Kelima, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta. Purba Jenny Marlindawani, dkk. 2008. Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Masalah
Friedman M. Marilyn, 1998, Keperawatan Psikososial dan Gangguan Jiwa, USU Pres,
Keluarga: Teori dan Praktik, EGC, Medan.
Jakarta. Pratiwi Enditiara Yuli, 2011, “Pengaruh Dukungan
Keluarga terhadap Kepatuhan Menjalankan
Ghozali Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate
Program Terapi pada Pasien Terapi
dengan Program SPSS, Badan. Penerbit
Rumatan Metadon di Puskesmas Bogor
Universitas Diponegoro, Semarang.
Timur Kota Bogor”, Skripsi. Jurusan Psikologi
Gottlieb B.H., 1983. Social Support Strategies, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Guidelines for Mental Health Practice, Sage
Purwaningtias A., Y.W. Subronto, dan M.
Publications, London.
Hasanbasri, 2007, Pelayanan HIV/

AIDS di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, KMPK


Universitas Gadjah Mada,
124
Poetri, Analisis Tingkat Kepatuhan dan Dukungan Keluarga Terhadap …. 125

Yogyakarta.

Sarafino E.P., 2006, Health Psychology:


Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition,
John Wiley & Sons, USA.

Sarason B.R., dkk., 1987, “Interrelations of Social


Support Measures: Theoritical and Practical
Implications”, Journal of Personality and
Social Psychology, Vol. 52, hal. 813-832.

Sarason, I.G., dkk., 1983, “Assessing Social Support:


The Social Support Questionnaire”, Journal of
Personality and Social Psychology, Vol. 44 No.
1. hal.

127-139.

Sevilla, C.G., dkk., 1960, Research Methods, Rex


Printing Company, Quezon City.

Syafrizal, 2011, “Hubungan Kepatuhan


ODHA dengan Keberhasilan Terapi ARV di
Lantera Minangkabau Support
Padang”, Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Alifah, Padang.

Yayasan Spiritia, 2013, Lembaran Informasi tentang


HIV dan AIDS untuk orang yang hidup
dengan HIV (ODHA).

Yuniar Y., 2013, “Faktor-faktor Pendukung

Kepatuhan Orang dengan HIV AIDS (ODHA)


dalam Minum Obat Antiretroviral di Kota
Bandung dan Cimahi, Buletin Penelitian
Kesehatan, Juni 2013, Vol. 41, hal. 72-83.

http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2012/03/
odha-orang-dengan-hiv-aids.html

https://publicahealth.wordpress.com/2009/06

/19/vct-metoda-evektif-deteksi-dan-

125
Poetri, Analisis Tingkat Kepatuhan dan Dukungan Keluarga Terhadap …. 126

pencegahan-hivaids/

126

Anda mungkin juga menyukai