Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER
TERAPI ANTI GANGGUAN POLA NAPAS

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
BERKAT ASIANO
CHIKO CRISTMA YENDI
DITA FEBRIATI
ELGA OKTAVIAN SAHYA SAPUTRA
GOODTHERPRINT
JOPI SAPUTRA
LILA KARTIKA
OKTOBERI BONARIO GALE
RINDIA LEVIA
SUWAI BATUL ASLAMIAH
TOBIAS VALLETINO FEBIAN
YOSUA BRAMANA

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKARAYA
JURUSAN DIPLOMA III KEPERAWATAN
REGULER XXI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuni-Nya sehingga penyusun bisa menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Terapi Komplementer, program studi
Keperawatan, Penulisan makalah ini, penyusun banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Seluruh Pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.Kritik dan saran yang membangun sangatlah
penyusun harapkan dari pembaca, agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Palangkaraya, Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 4
A. Latar Belakang......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 5
C. Tujuan...................................................................................................................... 5
D. Metode Penulisan..................................................................................................... 6
BAB II TERAPI HERBAL................................................................................................. 7
A. Tanaman Herbal Jahe Merah................................................................................... 7
B. Kandungan Zat Aktif Dari Herbal........................................................................... 7
C. Etiologi Jahe Merah Untuk Asma........................................................................... 7
D. Pemanfaat Untuk Dunia Keperawatan..................................................................... 8
BAB III PENUTUP............................................................................................................. 9
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 9
B. Saran........................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran nafas yang dapat mengenai mereka
yang memiliki faktor resiko. Penyakit ini mempunyai spektrum gejala klinis yang bervariasi
mulai dari ringan hanya berupa batuk, sampai berat berupa serangan yang mengancam jiwa.v
c Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada saluran pernafasan ditandai episode berulang
mengi, sesak nafas, sesak dada, dan batuk. Berbagai sel inflamasi berperan terutama sel mast,
eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel (National Asthma Council, 2006).
Menurut Scadding dan Godfrey dalam Oemiati et al ( 2010), asma merupakan penyakit yang
ditandai dengan variasi luas dalam waktu yang pendek terhambatnya aliran udara dalam
saluran nafas paru yang bermanifestasi sebagai serangan batuk berulang atau mengi
(bengek/weezing) dan sesak nafas biasanya terjadi di malam hari. (Pratama, 2017)
Mengutip data dari WHO, saat ini ada sekitar 300 juta orang yang menderita asma di
seluruh dunia. Terdapat sekitar 250.000 kematian yang disebabkan oleh serangan asma setiap
tahunnya, dengan jumlah terbanyak di negara dengan ekonomi rendah-sedang. Prevalensi
asma terus mengalami peningkatan terutama di negara-negara berkembang akibat perubahan
gaya hidup dan peningkatan polusi udara. Resiko kematian akibat asma jarang terjadi, tetapi
resiko kematian meningkat seiring dengan peningkatan usia, terutama pada pasien lanjut usia
dengan 4,4 kematian per 100.000 pasien (American Lung Association, 2010). Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013, melaporkan prevalensi asma di Indonesia adalah 4,5% dari
populasi, dengan jumlah kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032. Asma berpengaruh pada
disabilitas dan kematian dini terutama pada anak usia 10-14 tahun dan orang tua usia 75-79
tahun. Diluar usia tersebut kematian dini berkurang, namun lebih banyak memberikan efek
disabilitas. Saat ini, asma termasuk dalam 14 besar penyakit yang menyebabkan disabilitas di
seluruh dunia. (Muhammad Ikhwan Rizki, 2015).
Faktor pencetus asma menyebabkan fase sensitisasi, antibodi IgE meningkat. Alergen
akan berikatan dengan antibodi IgE dengan cara melekat pada sel mast. Sel mast
mengandung neutral triptase yang mempunyai bermacam aktivitas proteolitik antara lain
aktivasi komplemen, pemecahan fibrinogen dan pembentukan kinin menyebabkan sel ini
berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam mediator. Beberapa mediator yang
dikeluarkan adalah histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan bradikinin yang
berperan pada bronkokonstriksi. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal pada dinding
bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan spasme otot polos
bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi saluran napas. (Rengganis, 2008).
Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar pada berbagai
kepulauan di seluruh Indonesia, memiliki banyak sekali produk budaya terutama yang
berhubungan dengan kesehatan. Produk budaya yang berhubungan dengan kesehatan
terwujud dalam bentuk obat tradisional dan cara tradisional yang digunakan masyarakat
untuk mengatasi permasalahan mereka dibidang kesehatan. Hal ini senada dengan Undang-
undang No. 36 tahun 2009, pasal 59 menyatakan berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan
kesehatan tradisional terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan
keterampilan dan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan.
Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder yang memiliki banyak khasiat
dalam mengatasi berbagai penyakit (Heinrich et al, 2012). Kemampuan tanaman dalam
mengatasi berbagai penyakit disebabkan adanya efek sinergisme antar senyawa metabolit
sekunder. Selain itu, senyawa metabolit sekunder memiliki polivalent activity, sehingga
memungkinkan mengatasi berbagai penyakit (Bone & Mills, 2013). Obat tradisional yang
digunakan oleh masyarakat yang ada dibeberapa daerah di Indonesia sangat beragam.
Masyarakat disuatu daerah tertentu memiliki obat tradisional yang berbeda dengan
masyarakat daerah lainnya, hal ini dikarenakan keanekaragaman hayati yang terdapat
dilingkungan tempat mereka hidup serta kearifan lokal yang mereka miliki menjadi penyebab
munculnya bermacam-macam produk budaya. Berdasarkan hal tersebut, Asma dapat di atasi
dengan pengobatan non farmakologi berupa tanaman Herbal. (Hendy Lesmana, 2009)

B.Rumusan Masalah
1. Apakah jenis-jenis obat herbal yang dapat mengatasi Asma?
2. Apa saja kandungan zat aktiv dalam Herbal dalam mengatasi Asma?
3. Bagaimana etiologi herbal jahe merah untuk obat Asma?
4. Bagaimana pemanfaatan pengobatan Herbal dalam Dunia Keperawatan?
C.Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan membuat riset mendalam
mengenai Pengobatan Herbal pada Penyakit Gangguan Pola Nafas (Asma).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari Pengobatan Herbal dan Penyakit Asma
b. Mengetahui jenis-jenis obat herbal untuk mengatasi Asma
c. Mengetahui etiologi dari Pengobatan Herbal dengan Jahe Merah terhadap penyakit
Asma
d. Mengetahui bagaimana pemanfaatan obat Herbal dalam Dunia Keperawatan
D.Metode Penulisan
Metode penulisan pada makalah ini adalah :
Metode Pustaka yaitu Metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan dari
pustaka dan berhubungan dengan tema yang diambil baik berupa buku maupun jurnal yang
terkait.
BAB II
TERAPI HERBAL

A.Tanaman Herbal Jahe Merah


Tumbuhan herbal adalah tumbuh-an atau tanaman obat yang dapat dimanfaatkan
untuk pengobatan tradi-sional terhadap penyakit. Sejak zaman dahulu, tumbuhan herbal
berkhasiat obat sudah dimanfaatkan oleh masyarakat Jawa. Pengobatan tradisional terhadap
penyakit tersebut menggunakan ramuan-ramuan dengan bahan dasar dari tumbuh-tumbuhan
dan segala sesuatu yang berada di alam. Sampai sekarang, hal itu banyak diminati oleh
masyarakat karena biasanya bahan-bahannya dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan
sekitar (Suparmi & Wulandari, 2012).
Jahe merah (Zingiber offcinale Linn. Var. rubrum) merupakan tanaman obat berupa
tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe merah termasuk dalam suku temu-temuan
(zingiberaceae), satu keluarga dengan temu-temuan yang lain seperti temu lawak, temu
hitam, kunyit dan kencur.Tanaman jahe merah suatu tanaman rumput-rumputan tegak dengan
ketinggian 30-100 cm, namun kadang-kadang tingginya mencapai 120 cm. Daunnya sempit,
berwarna hijau, bunganya kuning kehijauan dengan bibir bunga ungu gelap, rimpangnya
berwarna merah, dan akarnya bercabang-cabang, berwarna kuning dan berserat (Arobi,
2010).

B.Kandungan Zat Aktif dari Herbal


Jahe merah mengandung komponen minyak menguap (volatile oil) dan minyak tak
menguap (non-volatile oil) dan pati. Minyak menguap disebut minyak atsiri merupakan
komponen pemberi aroma khas, sedangkan minyak yang tak menguap disebut oleoresin
merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Komponen yang terdiri dari oleoresin
merupakan kandungan jahe merah yang meliputi fixed oil yang terdiri dari zingerol, shogaol
dan resin (Herlina et al dalam Arobi 2010).

C.Etiologi Jahe Merah untuk Asma


Para peneliti menemukan bahwa jaringan yang diberi kombinasi ekstrak jahe merah
dan isoproterenol menunjukkan respon relaksasi secara signifikan lebih besar dibandingkan
mereka yang diobati hanya dengan isoproterenol. Secara khusus, campuran 6-shogaol
menjadi yang paling efektif.Setelah melihat efek dari ekstrak jahe merah, para peneliti
melihat mekanisme di balik efek aditif dengan berfokus pada enzim paru-paru yang disebut
phosphodiesterase4D (PDE4D), karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
senyawa kimia dapat menghambat relaksasi jaringan ASM. Menggunakan metode yang
disebut polarisasi neon, tim menemukan bahwa ketiga ekstrak tersebut mampu menghambat
PDE4D. Mereka juga menemukan bahwa ekstrak 6shogaol sangat efektif dalam melarutkan
filamen aktin F-, struktur protein yang berperan dalam penyempitan ASM. Data ini
menunjukkan bahwa senyawa 6-gingerol, 8-gingerol dan shogaol 6 ketika bersinergi dengan
β-agonis dapat menjadi suatu terapi mengurangi gejala asma. Perkembangan ekstrak
jahe merah menjadi obat yang signifikan mengobati jutaan pasien asma di seluruh dunia
(Smith dalam web RSUA, 2013 dalam Kartini & Pratama, 2017).

D.Pemanfaatan dalam Dunia Keperawatan


Manfaat jahe merah baru saja diproklamirkan pada Konferensi Internasional
American Thoracic Society 2013 di Philadelphia. Dalam pertemuan ini dinyatakan bahwa
jahe merah atau akar pedas pedas dapat membantu penderita asma bernapas lebih
mudah.Dalam studi tersebut, peneliti menyelidiki apakah komponen jahe merah bisa
meningkatkan efek beta-agonis. Obat asma yang disebut beta-agonis (β-agonis) bekerja
dengan relaksasi otot polos (ASM) jaringan di saluran napas.Elizabeth Townsend, doktor di
Universitas Columbia Departemen Anestesiologi menyatakan bahwa dalam penelitian
tersebut, komponen jahe merah dapat bekerja secara sinergis dengan β-agonis untuk
merelaksasi jaringan otot di saluran nafas atau yag disebut ASM.Dalam studi tersebut, para
peneliti mengambil sampel ASM untuk neurotransmitter asetilkolin. Tim kemudian
menggabungkan isoproterenol β-agonis dengan tiga ekstrak jahe merah terpisah:
6gingerol, 8-gingerol atau 6-shogaol (Kartini & Pratama, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Kartini & Pratama, 2017 yang berjudul POTENSI
EKSTRAK JAHE MERAH SEBAGAI TERAPI ALAMI KEJADIANASMA PADA ATLET
menyebutkan bahwa Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kandungan ekstrak jahe merah dapat membantu penderita asma bernafas
lebih mudah, karena kandungan ekstrak jahe merah dapat meningkatkan efek beta-agonis
yang bekerja dengan relaksasi otot polos (ASM) sehingga dapat menjadi terapi alami yang
baik untuk mengurangi gejala asma.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada saluran pernafasan ditandai episode
berulang mengi, sesak nafas, sesak dada, dan batuk. Berbagai sel inflamasi berperan terutama
sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel (National Asthma
Council, 2006).
Tumbuhan herbal adalah tumbuh-an atau tanaman obat yang dapat dimanfaatkan
untuk pengobatan tradi-sional terhadap penyakit. Sejak zaman dahulu, tumbuhan herbal
berkhasiat obat sudah dimanfaatkan oleh masyarakat Jawa.
Jahe merah (Zingiber offcinale Linn. Var. rubrum) merupakan tanaman obat berupa
tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe merah termasuk dalam suku temu-temuan
(zingiberaceae), satu keluarga dengan temu-temuan yang lain seperti temu lawak, temu
hitam, kunyit dan kencur.Tanaman jahe merah suatu tanaman rumput-rumputan tegak dengan
ketinggian 30-100 cm, namun kadang-kadang tingginya mencapai 120 cm.
Penelitian yang dilakukan oleh Kartini & Pratama, 2017 menyebutkan bahwa
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kandungan
ekstrak jahe merah dapat membantu penderita asma bernafas lebih mudah, karena kandungan
ekstrak jahe merah dapat meningkatkan efek beta-agonis yang bekerja dengan relaksasi otot
polos (ASM) sehingga dapat menjadi terapi alami yang baik untuk mengurangi gejala asma.
B.Saran
Dengan adanya tersusunnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun penulis. Dalam penulisan ini kami penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan
yang terdapat pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Arobi, I. 2010. Pengaruh Ektsrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc) Terhadap Perubahan
Pelebaran Alveolus Paru-paru Tikus (Rattus norvegicus) Yang Terpapar Alletthrin.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Hendy Lesmana, A. P. (2009). PENGOBATAN TRADISIONAL PADA MASYARAKAT
TIDUNG KOTA TARAKAN: STUDY KUALITATIF KEARIFAN LOKAL
BIDANG KESEHATAN. Jurnal Ners Vol.4 No.1 , 9-18.
Muhammad Ikhwan Rizki, L. C. (2015). Tanaman dengan Aktivitas Anti-Asma. Jurnal
Pharmascience .
Pratama, P. R. (2017). POTENSI EKSTRAK JAHE MERAH SEBAGAI TERAPI ALAMI
KEJADIAN ASMA PADA ATLET.
Rengganis, I. (2008). Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Majalah Kedokteran
Indonesia , 58(11):444-451.
Suparmi, & Wulandari, A. 2012. Herbal Nusantara 1001 Ramuan Tradisional Asli Indonesia.
Yogyakarta: Andi Offset.
Yessy Susanty Sabri, Y. C. (2014). Penggunaan Asthma Control Test (ACT) secara Mandiri
oleh Pasien untuk Mendeteksi Perubahan Tingkat Kontrol Asmanya. Jurnal
Kesehatan Andalas .

Anda mungkin juga menyukai