Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Latar Belakang
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu, batik bisa
mengacu pada dua hal, yang pertama yaitu teknik pewarnaan kain dengan
menggunakan lilin atau malam untuk mencegah pewarnaan sebagan dari kain
atau dalam literatur internasional, teknik seperti ini dikenal sebagai wax resist
dyeing. Pengertian kedua yaitu batik adalah kain atau busana yang dibuat
2009.
Pekalongan adalah salah satu kota di pesisir Utara Pulau Jawa yang dulunya
merupakan salah satu Bandar atau pelabuhan besar tempat singgah dan
berlabuhnya kapal-kalap besar dari berbagai penjuru dunia seperti Cina, Arab,
India, dan Eropa. Dahulu pada masa Hindu klasik pada abad XII M, daerah
ini merupakan daerah pelabuhan yang biasa disebut dengan nama Bandar
Pekalongan memiliki akar sejarah perbatikan yang kuat hingga saat ini.
penghasil batik dengan inovasi dan kualitas yang tinggi. Selain itu, batik
Pekalongan memiliki kekhasan akan ragam warna yang berani dan bervariasi
serta ragam hias yang berasal dari berbagai etnik yang ada di Pekalongan
Arab dan Jepang serta penduduk pribumi. Berpijak dari gaya, selera, ragam
yaitu batik encim yaitu batik yang dipengaruhi kebudayaan Cina, batik eropa
B. Permasalahan
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka pada kesempatan ini penulis
Sejarah batik sampai di Pekalongan memang ada beberapa versi. Menurut versi
Menurut versi kedua, sejarah batik Pekalongan ini sebenarnya telah dimulai sejak
pasca konflik dan peperangan yang ada di lingkungan kerajaan Mataram. Saat itu
Batik dengan motif jlamprang adalah motif batik khas pekalongan yang pada
awalnya diproduksi oleh pembatik keturunan India dan Arab yang ada di
Pekalongan dan sekitarnya. Pengaruh budaya Arab juga terlihat pada ornament
yang berbau islami (geometri dan kaligrafi). Hal ini dikarenakan pada awalnya
yang melakukan pekerjaan membatik ini kebanyakan berasal dari para santri.
Motif Jlamprang ini merupakan salah satu batik yang cukup popular yang
diproduksi di daerah Krapyak Pekalongan. Ada juga yang berpendapat Batik ini
merupakan pengembangan dari motif kain Potola dari India yang berbentuk
geometris kadang berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan ranting
yang ujungnya berbentuk segi empat. Pada saat pedagang dari Gujarat (India)
datang di pantai utara Pulau Jawa, para pedagang itu membawa kain tenun dan
bahan sutra khas Gujarat dalam barang dagangannya. Motif dan kain tersebut
berbentuk geometris dan sangat indah, dibuat dengan teknik dobel ikat yang
disebut patola (sembagi atau polikat) yang dikenal di Jawa sebagai kain cinde.
menikah dengan wanita setempat. Karena itulah anak cucu mereka disebut Cina
atau Tionghoa Peranakan. Di akhir abad XVII, diketahui banyak dari mereka
konsumen. Hingga akhirnya lama kelamaan mereka membuat batik sendiri dan
menampilkan kekhasan. Sudah sejak lama mereka menyukai memakai kain batik,
dipadu dengan atasan kebaya. Kebaya border tembus pandang yang biasa mereka
peranakan yang populer adalah motif buketan, yang meniru buketan Belanda.
Perbedaan motif buketan Belanda dan buketan Peranakan adalah biasanya buket
buketan Cina menampilkan detail yang kompleks dan rumit, yang biasa disebut
dikenal membuat batik paling halus di Jawa. Dia berasal dari daerah Kedungwuni
Kabupaten Pekalongan.
yang beriklim tropis biasa mengenakan Chintz dari India untuk busana sehari-
hari. Pada awal abad ke-19 terjadi penurunan import Chintz dari India. Hal ini
membuat para pemakainya beralih ke batik dengan pola yang menyerupai Chintz
atau pola-pola yang menampilkan paduan aneka bunga atau pola buketan, pohon
bunga dengan ragam hias burung terutama burung bangau, angsa dan burung-
burung kecil serta kupu-kupu, dapat pula pesawat terbang, bangunan atau sosok
manusia. Ada pula ragam hias dongeng Eropa dan pengaruh budaya Tiongkok.
beberapa fase waktu sesuai dengan pembatikannya dengan ciri khas masing-
masing. Diantaranya adalah Batik Prankemonan (1840) dengan ciri warna biru
kehijauan dengan bentuk busur sebagai border, Batik Prastomanan (1845) dengan
ciri warna merah pesisir, dan batik Panselan (1890) dengan motif rangkaian bunga
(buketan).
tengah kain secara diagonal. Desain batik pagi-sore sangat populer pada jaman
kain batik pagi-sore. Satu kain batik dibuat dengan dua desain motif yang
berbeda, sehingga terkesan memakai 2 kain padahal hanya 1 lembar kain. Warna
yang gelap biasanya dipakai di bagian luar untuk pagi dan siang hari, sementara
yang berwarna pastel dipakai pada acara malam hari. Motif pagi sore banyak
ditemui pada Batik Djawa Hokokai di pekalongan pada saat pendudukan Jepang
(1942-1945). Sebagai dampak adanya perang dunia II, perdagangan mori dan obat
mahal. Pada masa ini pembatik Pekalongan membuat batik baru, yang lebih rumit
dan dibuat dengan sistem padat karya, dengan tujuan memperlambat produksi
tetapi tidak kehilangan pekerja. Batik Djawa Hokokai dibuat di perusahaan batik
orang-orang Jepang, dengan alasan karena kualitas pekerjaan mereka yang sangat
halus. Sedangkan kain katunnya dipasok oleh orang-orang yang ditunjuk oleh
A. Simpulan
memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap sesuatu yang baru serta lebih
Hal tersebut terlihat salah satunya melalui karya batik yang mererka hasilkan
khas pekalongan yaitu batik jlamprang yang dipengaruhi oleh budaya Arab
dan India, motif batik buketan atau encim yang dipengaruhi oleh budaya Cina
Belanda serta motif batik pagi sore atau Jawa Hokokai yang dipengaruhi oleh
kebudayaan Jepang.
lokal dengan budaya asing maupun antarbudaya asing satu dengan yang lain.
Selain dari segi motif, ciri pewarnaanpun dari masing-masing budaya tersebut
dapat memperkaya khasanah budaya batik khas Pekalongan. Hal ini membuat
B. Saran
menambah daya tarik baik dari sisi wisata belanja, budaya maupun
pekalongan
Djoemena, Nian S. 1990. Ungkapan Sehelai Batik It’s Mistery and Meaning.
Jakarta : Djambatan
Purnomo, Muh Arif Jati. 2008. Batik “Djawa Hokokai” Sebuah Kajian tentang
Pekalongan
Pekalongan
Jlamprang.