TB PARU
dapat hidup terutama di paru atau di berbagai korban tubuh yang lainnya
yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga
hari.
8
beberapa saat. Penyebaran akan berhenti bila jumlah kuman yang masuk
dan telah terbentuk daya tahan tubuh yang spesifik terhadap basil
lainnya. Penyakit ini menyebar dan ditularkan melalui udara ketika orang
salah satu jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, dan
bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain yang
9
mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran
mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe
bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus.
Basil tipe human bias berada di bercak ludah (droplet) di udara yang
berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC
ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi melalui
udara.
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
dan lembab.Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama
10
3. Manifestasi Klinis Tuberculosis Paru
dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam
ringan, nyeri dada, batuk darah. Pada stadium awal penyakit TB Paru tidak
penderita dapat merasa letih, lemah, dan di tandai dengan berkeringat pada
sebagai berikut :
keringat malam.
d. Respiratorik : batuk lama lebih dari dua minggu, sputum yang mukoid
atau mukopurulen, nyeri dada, batuk darah, dan gejala lain. Bila ada
11
4. Patofisiologi Tuberculosis Paru
infeksi terjadi melalui udara, (air bone), yaitu melalui inhalasi droplet
terdiri atas satu sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung
tersebut.
tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri
terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar
12
5. Penularan Tuberculosis Paru
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
buruk). HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi
daya tahan tubuh sesuler (celluler immunity), sehingga jika terjadi infeksi
13
penyerta (oportunistic), seperti Tuberkulosis, maka yang bersangkutan
sadar akan keluhan dan gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan
terhadap:
14
c. Anak di bawah umur lima tahun yang kontak dengan pasien TB.
pemeriksaan yang paling efisien, mudah dan murah, dan hampir semua
setelah bangun tidur. Pot dahak dibawa dan diserahkan sendiri kepada
petugas di Fasyankes.
15
3) S (Sewaktu): dahak dikumpulkan di Fasyankes pada hari kedua, saat
dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BTA
hasilnya positif.
lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang.
diulang.
minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan
2) Kalau hasil SPS negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk
16
a) Bila hasil rontgen mendukung TB, didiagnosis sebagai penderita
a. Infeksi Primer
sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu
akan menetap sebagai kuman dormant atau tidur. Jika daya tahan
17
dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita
atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh
menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas
dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
a. Kasus Baru
Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
1) Kambuh (Relaps)
yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.
18
3) Gagal (Failure)
positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih dan pasien Basil Tahan
melanjutkan pengobatannya.
5) Kasus Lainnya
19
khusus adalah pelaksanaan pengendalian infeksi pada rutan/lapas, rumah
a. Pengendalian Manajerial
20
b. Pengendalian administrative
belum terindentifiasi.
21
c. Pengendalian lingkungan
(Kemenkes, 2014).
22
resistensi kuman terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) (Kemenkes RI,
dengan kuman lain karena tumbuhnya sangat lambat dan cepat sekali
awal/intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat
lebih lanjut dari kuman TB. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah
prinsip:
terjadinya resistensi.
23
3) Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi
kekambuhan.
berikut:
lanjutan.
24
sangat menurun dalam kurun waktu 2 minggu. Pengobatan pada tahap
bulan.
b. Tahap Lanjutan
tahap ini, penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
dormant (persister).
25
Jenis obat tambahan lainnya adalah:
a. Kanamisin
b. Kuinolon
c. Devirat rifamoisin
klavulanat.
a. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
b. Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
26
Dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampicine (R),
c. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
27
diberikan obat sisipan Isoniazid (H), Rifampicine (R), Pirazinamid
(Z), dan Ethambutol (E) (HRZE) setiap hari selama 1 bulan. Dalam
1. Pengkajian
a. Data Pasien
pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia paling umum
pada usia<3 tahun. Angka kejadia (pravelensi) TB paru pada usia 5-12
28
b. Riwayat Kesehatan
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
setengah paru-paru.
4) Keringat malam.
terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit
29
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
sakitnya
penyakitnya
jumlah penghasilan.
sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah
30
tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus
harapan.
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
h. Pemeriksaan Fisik
mungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
a) Kepala
trakea.
31
b) Thoraks
c) Abdomen
d) Ekremitas atas
ada edema
e) Ekremitas bawah
ada edema
i. Pemeriksaan Diagnostik
penyakit.
32
3) Foto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini
b) Pola Nutrisi
berat badan.
lemak subkutan.
33
c) Respirasi
dada.
d) Rasa nyaman/nyeri
e) Integritas Ego
34
2. Diagnosa Keperawatan
bertahan/sisa sekresi
alveolar-kapiler
batuk
35
h. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan,
3. Rencana keperawatan
Tabel 2.1
Rencana Keperawatan
Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas
36
mempertahankan indikator : memungkinkan untuk
tambahan an sekresi
(mis.,rale,crackl d) Mempunyai
e) mempunyai
frekuensi normal
pernapasan
3. sianosis
4. kesulitan untuk
berbicarapenuru
5. sputum
37
berlebihan
6. batuk tidak
efektif atau
tidak ada
7. ortopnea
8. Gelisah
9. Mata terbelalak
(Buku : Diagnosis
Keperawatan,NAN
DA NIC
Hal 24 – 27
38
adekuat. pernapasan: komplikasi
tumpu simetris
4. Penurunan batuk
-ekspirasi
5. Penurunan
ventilasi
Semenit
(Buku : Diagnosis
Keperawatan,NAN
DA NIC
39
Hal 60 – 63
Gangguan Setelah dilakukan Aktivitas Keperawatan
Batasan terganggu
karakteristik 2. Mempunyai
penglihatan
40
Objektif:
Abnormal
2. Gelisah
3. Hiperkapnia
4. Hipoksemia
5. Hipoksia
6. PH arteri
Abnormal
7. Frekuensi,
irama dan
kedalaman
pernafasan
abnormal
(Buku : Diagnosis
Keperawatan,NAN
DA NIC
41
berhubungan jam,diharapkan seimbang
4. Melaporkan metabolic
kurangnya 3. Status
makanan Nutrisi:Asupan
42
mengonsumsi memenuhi
makanan kebutuhan
Objektif metabolic
1. Diare 4. Mempertahanka
makanan
4. Membrane
mukosa pucat
5. Menolak untuk
makan
(Buku : Diagnosis
Keperawatan,NAN
DA NIC
43
peningkatan, atau dengan criteria harapan
Keperawatan,NAN cairan.
DA NIC 4. Hidrasi
44
terbangun akibat selama 3x24 jam Aktivitas keperawatan
tidur
b. pola dan
kualitas
tidur
c. Terjaga pada
waktu yang
tepat
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Terapi Aktivitas
45
Defenisi : jam,diharapkan spiritual yang spesifik untuk
Objektif peremajaan
46
respons terhadap mandiri
aktivitas
Perubahan EKG
yang menunjukkan
aritmia atau
iskemia
(Buku : Diagnosis
Keperawatan,NAN
DA NIC
Hal 15 –18
47
kekhawatiran yang kekhawatiran,ke pemenuhan tuntutan dan
melakukan pasien
tindakan untuk
menghadapi
ancaman
Batasan
karakterisitik
Perilaku
1. Penurunan
48
produktivitas
2. Gelisah ,resah
3. Insomnia
Afektif
1. Gelisah
2. Kesedihan yang
medalam
3. Ketakutan
Parasimpatis
1. Keletihan
2. Mual
3. Keletihan
Simpatis
1. Diare
2. Mulut kering
3. Kesulitan
bernapas
Kognitif
1. Kesulitan untuk
berkonsentrasi
2. Gangguan
perhatian
3. Melamun
49
(Buku : Diagnosis
Keperawatan,NAN
DA NIC
NOC, Edisi 10)
Hal 29– 33
50