Anda di halaman 1dari 42

BRIEF PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN LANSIA DENGAN
HIPERTENSI DI KELURAHAN BANGSAL

PENELITIAN QUASY EXPERIMENT


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Program Studi Keperawatan Strata 1
STIKES RS.Baptis Kediri

Oleh:
RISKA VRIANA
NIM: 01.2.17.00623

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STRATA 1


STIKES RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI
2019/2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di
Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia
atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dr Nani Hersunarti, SpJP,
FIHA. Ia menjelaskan hipertensi ditandai dengan tekanan darah lebih dari atau
sama dengan 140 per 90 mmHg. Masalah utama adalah hipertensi sebagai the
“silent killer” karena sering kali tanpa gejala. Tujuh juta orang di seluruh
dunia meninggal tiap tahun akibat hipertensi. Begitu juga di Indonesia, kasus
ini masih menjadi masalah besar. Hipertensi sering terjadi tanpa menunjukkan
gejalan dan penderita hipertensi tanpa disadari mengalami komplikasi pada
organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal. Faktor penyebab
terjadinya komplikasi diantaranya perubahan sosial ekonomi, lingkungan dan
perubahan struktur penduduk, dimana saat masyarakat telah mengadopsi gaya
hidup tidak sehat, misalnya merokok, kurang aktivitas fisik, makanan tinggi
lemak dan kalori, serta konsumsi alkohol yang dapat memicu terjadinya
hipertensi (Dinkes, 2012). Penanganan yang tepat dibutuhkan dalam upaya
mengontrol tekanan darah guna menghindari terjadinya komplikasi yang tidak
diinginkan. Penyelidikan epidemiologis membuktikan bahwa tingginya
tekanan darah berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas penyakit
kardiovaskular. Modifikasi gaya hidup sangat diperlukan bagi penderita
hipertensi seperti halnya pendekatan secara nonfarmakologis. Tindakan
nonfarmakologis dapat dijadikan sebagai pendamping atau pendukung terapi
farmakologis yang sudah didapatkan diantaranya adalah pemberian
aromaterapi lavender. Penderita hipertensi selama ini cenderung
mengkonsumsi obat-obatan seperti diuretik, penghambat-beta dan penghambat
alpha sedangkan disamping itu ada cara pengobatan alternatif (terapi
nonfarmakologi) yaitu dengan cara pemberian aromaterapi (Jain, 2011).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan
sekitar 1,13 miliar orang didunia menderita hipertensi. Setiap tahunnya di
dunia diperkirakan 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya (Kemenkes RI, 2019). Berdasarkan data Riskesdas 2018
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%, terjadi peningkatan
penderita hipertensi yang sebelumnya tahun 2013 sebesar 25,8% (Riskesdas,
2018). Prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus meningkat, dan diprediksi
pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita
hipertensi, sedangkan di Indonesia angkanya mencapai 31,7% (Kemenkes RI,
HKS 2013). Hipertensi Provinsi Jawa Timur, persentase hipertensi sebesar
22.71% atau sekitar 2.360.592 penduduk, dengan proporsi laki-laki sebesar
18.99% (808.009 penduduk) dan perempuan sebesar 18.76% (1.146.412
penduduk) (Dinkes JATIM, 2018). Dari hasil screning di Posbindu yang ada
di Kota Kediri yang telah melakukan pengukuran Tekanan Darah di Kota
Kediri penduduk usia lebih dari 15 tahun adalah 49.469 orang (4.10%) dengan
jumlah laki – laki 18.528 orang (3.07%) dan jumlah perempuan adalah 30.941
org (5.12%) untuk pemeriksaan tekanan darah lebih banyak perempuan karena
kegiatan posbindu PTM di integrasikan pada kegiatan posnyandu balita dan
posyandu lansia dari yang periksa tekanan darah yang menderita Hipertensi
atau tekanan darah tinggi adalah sebanyak 24.236 orang (48.9%) dari jumlah
pddk usia lebih dari 15 tahun dengan jumlah penderita hipertensi laki – laki
sejumlah 8.545 orang (46.1%) dan penderita hipertensi perempuan 15.591
orang (50.71%) (Dinkes Kediri, 2018). Kejadian hipertensi yang meningkat
setiap tahun mengindikasikan bahwa hipertensi harus diatasi. Pengobatan awal
pada hipertensi sangatlah penting karena dapat mencegah timbulnya
komplikasi pada beberapa organ tubuh. Pengobatan hipertensi terdiri dari
terapi farmakologis dan non farmakologis (Potter & Perry, 2009). Data
menunjukkan sekitar 50 persen penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa
dirinya menderita hipertensi. Hipertensi menjadi faktor risiko penyakit yang
menyebabkan kematian urutan pertama, disusul stroke, penyakit jantung, dan
menjadi faktor risiko gagal ginjal. Sayangnya, berdasarkan data lanjut
Riskesdas tahun 2007, kasus hipertensi yang sudah terdiagnosis atau yang
telah minum obat hipertensi masih rendah yaitu 24,2 persen. Angka
menunjukkan 75,8 persen kasus hipertensi di masyarakat belum terjangkau
pelayanan kesehatan.
Menurut American Heart Association (AHA) pada tahun 2013

mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi tekanan darah meningkat, antara

lain olahraga, stress dan merokok. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

tekanan darah adalah denyut jantung karena frekuensi dari jumlah detak jantung

dalam 1 menit. Selain itu, semakin meningkatnya tekanan darah resikonya

semakin besar, maka dari itu penderita hipertensi haru mengetahui tekanan darah

karena hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Tekanan darah

tinggi dianggap sebagai faktor resiko utama karena berkembangnya penyakit

jantung dan penyakit vaskuler, maka dari itu penyebab ketegangan yang lebih

tinggi dalam arteri sehingga bisa terjadi hipertensi (Jani, 2011).

Ketidakseimbangan faktor tubuh juga akan menimbulkan peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu

periode yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh

darah (Udjianti, 2010). Tekanan darah yang tinggi menyebabkan pembuluh darah

menebal dan timbul arteriosklerosis yang mengakibatkan perfusi jaringan

menurun dan berdampak kerusakan organ tubuh diantaranya infark miokard,

stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal (Udjianti, 2010). Penderita seringkali

mengeluh nyeri kepala, perasaan pening, keletihan, bingung, dan terkadang

disertai penglihatan kabur akibat vasokonstriksi pembuluh darah (Kowalak,

2011). Perawatan tekanan darah secara nonfarmakologi diperlukan sebagai upaya

pencegahan komplikasi yang timbul akibat hipertensi dan efek samping

pemakaian jangka panjang obat antihipertensi seperti kegagalan fungsi ereksi pada

pria, kerusakan ginjal dan hati pada usia 65 tahun ke atas akibat penurunan
ketahanan (Jain, 2011). Perawatan secara nonfarmakologis yang tidak dilakukan

secara benar maka akan berdampak terhadap peningkatan tekanan darah secara

mendadak akibat kontrol terhadap stressor yang kurang baik (Jain, 2011). Maka

dari itu disini peran perawat mendukung dengan adanya pengobatan

nonfarmakologi yaitu dengan memberikan aromaterapi lavender sebagai alternatif

untuk membantu menurunkan tekanan darah.

Pengobatan farmakologis merupakan pengobatan dengan menggunakan


obat-obatan (Septianty dkk, 2015). Pengobatan farmakologis bersifat jangka
panjang, mahal dan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan
penderita, yaitu dapat memperburuk keadaan penyakit atau efek fatal lainnya
(Susilo & Wulandari, 2011).Terkadang orang tua atau orang yang sibuk sering
melupakan penggunaan obat anti hipertensi ini, padahal sangatlah penting
untuk menggunakannya secara teratur (Widyatuti, 2012). Berdasarkan hal
tersebut, maka diperlukan suatu terapi pendamping selain obat agar lebih
efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (Wardell,et al,
2014). Pada algoritme penanganan hipertensi dengan terapi nonfarmakologis
diantaranya modifikasi gaya hidup termasuk pengelolaan stress dan kecemasan
merupakan langkah awal yang harus dilakukan. Manajemen stress melalui
teknik relaksasi dan biofeedback dapat menurunkan tekanan darah dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Terapi nonfarmakologis merupakan
terapi tanpa menggunakan agen obat dalam proses terapinyadan tidak
menimbulkan pengaruh yang buruk (Kamalluddin, 2010). Terapi non
farmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan
pengobatan farmakologis yang lebih baik serta terbukti dapat mengontrol dan
mempertahankan tekanan darah agar tidak semakin meningkat (Septianty dkk,
2015). Terapi non farmakologi dapat mengurangi hipertensi dan menjadi
pilihan oleh penderita hipertensi, karena biaya yang dikeluarkan lebih murah
(Susilo & Wulandari, 2011). Misalnya dengan penggunaan terapi
komplementer (Kamalluddin, 2010).
Terapi komplementer adalah terapi alami yang dimaksudkan untuk
memicu tubuh mengobati diri sendiri, karena tubuh manusia dipercaya
memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Terapi ini bukan
dimaksudkan untuk menggantikan terapi dokter, tetapi bisa menjadi terapi
pendukung yang bias dilakukan sendiri atau dengan bantuan seorang praktisi
(Sarasvati, 2010). Terapi komplementer untuk menurunakan tekanan darah
pada penderita hipertensi seperti akupuntur,akupressur, bekam, herbal,
biofeedback dan aromaterapi (Astuti & Setyaningrum, 2016). Keberhasilan
pengendalian hipertensi akan menurunkan pula kejadian stroke, penyakit
jantung dan penyakit gagal ginjal. Hipertensi yang dikendalikan akan
mengurangi beban ekonomi dan sosial bagi keluarga, masyarakat, pemerintah
terhadap komplikasi yang diakibatkannya. Selain itu, dapat juga dengan
pemberian terapi komplementer sebagai pendukung untuk mengontrol tekanan
drah yang diderita pada pasien hipertensi di masyarakat. Dengan ini peneliti
akan memberikan terapi komplenter salah satunya yaitu aromaterapi lavender.
Aromaterapi adalah salah satu teknik pengobatan atau perawatan
menggunakan bau-bauan yang menggunakan minyak esensial aromaterapi.
Salah satu aroma untuk aromaterapi yang paling digemari adalah lavender.
Berasal dari bunga levender yang berbentuk kecil dan berwarna ungu. Bunga
lavender dapat digosokkan ke kulit, selain memberikan aroma wangi, lavender
juga dapat menghindarkan diri dari gigitan nyamuk. Aromaterapi
menggunakan minyak lavender dipercaya dapat memberikan efek relaksasi
bagi saraf dan otot-otot yang tegang (carminative) setelah lelah beraktivitas5.
Bunga lavender juga memiliki efek memberikan rasa kantuk (sedatif).
Sekalipun metode yang digunakan tergolong sederhana, namun terapi ini
memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan metode penyembuhan yang
lain, seperti biaya yang dikeluarkan relatif murah, bisa dilakukan diberbagai
tempat dan keadaan, cara pemakaian tergolong praktis dan efisien, efek zat
yang ditimbulkan tergolong aman bagi tubuh dan khasiatnya pun terbukti
manjur dan tidak kalah dengan metode terapi lain (Jaelani, 2017).
Aromaterapi lavender bermanfaat dapat menurunkan tekanan darah
(Suviani dkk, 2014).Aromaterapi lavender adalah aromaterapi yang
menggunakan bunga lavendula dengankandungan zat aktif berupa
linaloolacetatedan linalylacetate yang dapat menyembuhkan penyakit (Hafid,
2017). Seseorang yang menghirup aromaterapi lavender akan menjadi relaks.
Relaksasi membuat vasodilatasi pembuluh darah dan sirkulasi peredaran darah
menjadi lancar (Ashar dkk, 2018).Penelitian Salamati dkk (2017) mengatakan
pemberian aromaterapi lavender selama 10 menit secara inhalasi dapat
menurunkan tekanan darah dengan rata-rata nilai sistolik 123,7 mmHg
menjadi 107,3 mmHg dan diastolik 73,43 mmHg menjadi 66,06 mmHg.
Selisih nilai sistolik 16,4 mmHg dan diastolik 7,37 mmHg. Walaupun
penggunaan aromaterapi ini cukup baik, akan tetapi agar hasil yang diinginkan
menjadi maksimal perlu adanya ketenangan suasana hati responden untuk
memberikan efek rileks yang berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah
(Septianty dkk, 2015). Dengan ini, peneliti tertarik menggunakan terapi
komplementer dengan memberikan aromaterapi lavender sebagai bahan
eksperimen untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

1.2 Identifikasi Masalah Pelayanan Kesehatan:


Penurunan tekanan darah
1. Deteksi dini dan Konseling / edukasi
kesehatan melalui pemantauan faktor
TEKANAN
risiko HT
Faktor
Faktor yang
yang mempengaruhi
mempengaruhi
tekanan
DARAH NAIK
2. Melaksanakan penyuluhan
tekanan darah:
darah:
1.
1. Faktor
Faktor keturunan
keturunan 3. Penemuan dan Tatalaksana Kasus
2.
2. Usia
Usia HT
3.
3. Jenis
Jenis kelamin
kelamin
4. 4. Rujukan
4. Stres
Stres fisik
fisik dan
dan psikis
psikis INTERVENSI :
5. Kegemukan (obesitas)
6. Pola hidup buruk 1. Pemberian terapi
7. Konsumsi alkohol komplementer
8. Konsumsi kafein (aromaterapi
9. Penyakit lain (masalah
ginjal, ada tumor di lavender).
kelenjar adrenal,
masalah pada tiroid,
diabetes
10. Merokok
11. Sleep apnea
Tekanan darah
NORMAL
Keterangan :

= Diteliti = Sebab Akibat

= Tidak diteliti = Berhubungan

= Berpengaruh

Hipertensi merupakan kondisi medis kronis yang menyebabkan


peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik diatas normal. Menurut
etiologinya hipertensi dibedakan atas hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi
primer disebabkan oleh genetik, jenis kelamin dan usia, diet, berat badan, gaya
hidup, sedangkan Hipertensi sekunder disebabkan oleh karena penggunaan
kontrasepsi oral, penyakit parenkim dan vaskular ginjal, gangguan endokrin,
coarctation aorta, neurogenik, kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka
bakar dan merokok.

Hipertensi merupakan faktor utama timbulnya gangguan pada


kardiovaskular. Penatalaksanaan yang tepat difokuskan dalam kontrol tekanan
darah supaya kondisi tetap normal. Banyak komplikasi yang disebabkan oleh
karena hipertensi diantaranya stroke, infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati,
dan kejang. Seseorang yang mengalami hipertensi dapat melakukan
penatalaksanaan farmakologis seperti diuretik, simpatolitik, vasodilator arteriol
langsung, antagonis angiotensin, dan penghambat saluran kalsium.
Penatalaksanaan secara nonfarmakologis merupakan modifikasi gaya hidup yang
dapat dilakukan oleh penderita hipertensi seperti akupresur, ramuan cina, terapi
herbal, pijat, aromaterapi, biofeedback, meditasi, terapi musik klasik, dan relaksasi
napas dalam.
Penelitian ini memberikan aromaterapi lavender untuk mengetahui
perubahan tekanan darah. Terapi tersebut dapat dilakukan secara mandiri, lebih
mudah dilakukan daripada terapi nonfarmakologis lainnya karena cukup hanya
dengan menghirup uap air dari aromaterapi tersebut. Namun, kendala dari terapi
ini berada pada instrumennya, karena tidak semua orang mengetahuinya dan
supaya lebih efektif untuk menyebarkan uap airnya itu menggunakan Humidifire.
Tetapi, hal ini bisa dipermudah dengan menggunakan instrumen lain yang ada
dirumah. Dalam penelitian ini, akan menggunakan Humidifire sebagai instrumen
untuk menerapkan pemberian terapi aromaterapi lavender. Terapi ini tidak
membutuhkan waktu lama hanya sekitar 10-20 menit saja. Sehingga peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis pengaruh
pemberian aromaterapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi di Kelurahan Bangsal.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas didapat rumusan masalah yaitu,
“Bagaimana pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi?”

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Menjelaskan tentang pengaruh pemberian aromaterapi lavender
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis efektifitas aromaterapi lavender terhadap penurunan
tekanan darah.
2. Menganalisis adanya pengaruh atau tidak dari pemberian aromaterapi
lavender terhadap penurunan tekanan darah.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Mengembangkan ilmu pengetahuan dengan penanganan secara non
farmakologis pada penderita hipertensi seperti halnya memberikan terapi
komplementer yaitu aromaterapi lavender dalam upaya mengontrol tekanan darah
disamping penanganan farmakologis.

1.5.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Penderita Hipertensi
Sebagai alternatif pengobatan dengan relaksasi terapi
komplementer aromaterapi lavender dalam upaya mengontrol tekanan
darah terutama pada pasien yang kontraindikasi akan penggunaan obat
antihipertensi dalam jangka waktu panjang misal lansia, ibu hamil, pasien
dengan komplikasi.
2. Bagi Kelurahan Bangsal
Meningkatkan mutu kesehatan di Kelurahan Bangsal dengan
menggunakan terapi komplementer aromaterapi lavender sebagai
intervensi dalam mengontrol tekanan darah.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai upaya untuk mengembangkan ilmu keperawatan pada
pasien hipertensi untuk mengontrol tekanan darah dengan cara
menggunakan terapi komplementer aromaterapi lavender.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi dalam peningkatan mutu pembelajaran dan
tambahan informasi intervensi keperawatan yang telah dibuktikan secara
ilmiah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tekanan Darah
2.1.1 Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh
nadi (arteri). Ketika jantung kita berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali dalam
1 menit pada kondisi istirahat ( duduk atau berbaring), darah dipompa
menuju dan melalui arteri. Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika
jantung berdetak memompa darah. Ini disebut tekanan sistolik. Tekanan
darah menurun saat jantung relaks diantara dua denyut nadi. Ini disebut
tekanan diastolik. Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik per tekanan
diastolik (sebagai contoh 120/80) (Kowaslki, 2010).
Tekanan darah merupakan salah satu tand vital tubuh yang
menggambarkan dua variabel organ penting, yaitu jantung dan pembuluh
darah. Jantung yang berfungsi sebagai pompa yang menyuplai makanan dan
mengantarkan oksigen yang berada di dalam sel darah merah yang berikatan
dengan hemoglobin. Pembuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk
mengantarkan cairan darah yang terdiri dari sel darah (Muhammadun,
2010).
2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Kozier dan Erb (2010), menyebutkan beberapa hal yang dapat
mempengaruhi tekanan darah, yaitu :
1) Usia
Tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai
usia hingga dewasa. Padaorang lanjut usia, arterinya lebih keras dan
kurang fleksibel terhadap tekanan darah. Hal ini mengakibatkan
peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga meningkat karena
dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada
penurunan tekanan darah.
2) Jenis kelamin
Perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita menyebabkan
wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi.
3) Olahraga
Aktivitas fisik meningkatnya tekanan darah. Untuk mendapatkan
pengkajian yang dapat dipercaya dari tekanan darah saat istirahat, tunggi
20-30 menit setelah olahraga.
4) Stress
Stimulasi sistem saraf simpatis meningkatnya curah jantung dan
vasokonstriksi arteriol sehingga meningkatkan nilai tekanan darah.
5) Ras
Pria Amerika Afrika berusia diatas 35 tahun memiliki tekanan
darah yang lebih tinggi dari pada pria Amerika Eropa dengan usia yang
sama.
6) Obesitas
Obesitas pada masa anak-anak dan dewasa keduanya dapat
mempredisposisi hipertensi.
7) Variasi Diural
Tekanan darah biasanya berada pada titik terendah pada pagi hari,
yakni ketikalaju metabolisme berada pada titik paling terendah, kemudian
meningkat sepanjang hari dan mencapai titik puncak pada sore hari atau
menjelang malam.
2.1.3 Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung ataupun
tidak langsung menurut Kozier dan Erb 92010).
1) Pengukuran Langsung (Pengawasan Invasif)
Meliputi tindakan pemasangan kateter ke dalam arteri
brakialis, radialis, atau femoralis. Tekanan arteri digambarkan
menyerupai bentuk gelombang yang terlihat oskilosko. Dengan
penempatan yang benar, hasil pengukuran dengan metode ini
sangat akurat.
2) Pengukuran tidak langsung (Pengawasan Non-Ivasif)
Pengukuran tekanan darah tidak langsung atau non-invasif
adalah metode auskultasi dan palpasi. Metode auskultasi paling
sering digunakan dirumh sakit, klinik dan dirumah. Peralatan yang
dibutuhkan adalah spigmomanometer, manset, dan stetoskop.
Apabila dilakukan dengan benar, metode auskutasi relatif akurat.
Ketika mengukur tekanan darah dengan menggunakan
stetoskop, perawat mengidentifikasi lima fase dalam rangkaian
bunyi yang disebut bunyi korotkoff. Pertama perawatan memompa
manset hingga 30 mmHg di atas titik tempat denyut nadi tidak
teraba lagi : yaitu titik ketika aliran darah dalam arteri berhenti.
Kemudian perawat melepaskan tekanan secara perlahan (2-3
mmHg setiap bunyi) sambil mengamati ukuran yang tampak pada
manometer dan mengaitkannya dengan bunyi yang terdengar
melalui stetoskop. Teradapat lima fase, manun tidak semuanya
terdengar.
Metode palpasi terkadang digunakan ketika bunyi
korotkofff tidak terdengar dan peralatan elektronik untuk
menjelaskan bunyi tidak tersedia atau untuk mencegah kesalahan
akibat adanya jeda auskultasi. Jeda auskultasi (ausculatory gap),
yang umumnya terjadi pada klien hipertensi, adalah kondisi
absesnya bunyi yang bersifat sementara yang umunya terdengar
pada arteri brankialis saat tekanan pada manset tinggi, diikuti
dengan kemunculan kembali bunyi ini biasanya terjadi pada akhir
fase 1 dan fase 2 dan memiliki rentang 40 mmHg. Apabila
perkiraan tekanan sistolik dengan metode palpasi tidak dilakukan
sebelum auskultasi, perawat tidak menggunakan tekanan ringan
hingga sedang setelah tekanan pada manset dilepaskan. Tekanan
akan terbaca pada spigmomanometer ketika denyut yang pertama
terbaca.
2.1.4 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Pengukuran Tekanan Darah
Kozier dan Erb (2010) menyebutkan bahwa beberapa rincian
penting harus diperhatikan agar pengkajian tekanan darah dapat benar-
benar akurat :
1) Ukuran manset harus sesuai untuk pasien.
2) Manset dipasang dengan benar pada lengan dan balon manset harus
berada di tengah di atas arteri brakialis.
3) Lengan pasien haus setinggi jantung.
4) Pencatatan awal harus dilakukan pada kedua lengan, pengukuran
selanjutnya dilakukan pada lengan yang tekanannya lebih tinggi.
5) Posisi pasien dan letak pengukuran tekanan darah harus dicatat,
misalnya RA (Right Arm) untuk lengan kanan.
6) Palpasi tekanan sistolik sebelum auskultasi dapat membantu
mengetahui dengan segera danya gap auskulatori (penghilang bunyi
sementara pada saat auskultasi).
7) Pasien diminta tidak berbicara selama pengukuran tekanan darah karena
dapat meningkatkan frekuensi jantung.
2.2 Hipertensi
2.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi secara umum didefinisikan sebagai kondisi dimana
tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg (Budi S,
2015).
World Health Organization (WHO) dan The International Society
of Hypertension (ISH) menetapkan bahwa hipertensi merupakan kondisi
ketia tekanan darah 9TD) sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan
tekanan dara diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Nilai ini merupakan
hasil rerata minimal 2 kali pengukuran setelah melakukan dua kali atau
lebih kontak dengan petugas kesehatan (NANDA-1 2015-2017).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis dimana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis. Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tekanan diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi (Muhammadun AS, 2010).
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi
Setelah memahami definisi hipertensi dan berbagai hal yang
mengenai tekanan darah yang membuat terjadinya hipertensi, sekarang
akan membahas klasifikasi hipertensi menurut Muhammadun (2010).
1) Hipertensi primer atau essensial
Hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya (terdapat
kurang lebih 90% dari seluruh hipertensi). Hipertensi primer
kemungknan memiliki banyak penyebab, beberapa perubahan pada
jantung dan pembuluh adarh kemungkinan bersama-sama menyebabkan
meingkatnya tekanan darah.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat dari adanya
penyakit lain. Jika penyebabnya diketahui, amak diebut hipertensi
sekunder. Sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adlah
penyakit ginjal. Sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal
atau pemakaian obat tertentu.
Klasifikasi hipertensi diperlukan untuk memudahkan diagnosis dan
terapi atau penatalaksanaan hipertensi (Muhammadun, 2010) dan
(LeMone, Priscilla, 2015). Klasifikasi hipertensi dapat dilihat pada tabel
berikut.

Kategori Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Optilmal <120 <80
Normal <130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi Grade 1 140-159 90-99
(Ringan ) Sub-grup :
perbatasan
Hipertensi Grade 2 160-179 90-94
(sedang) 100-109
Hipertensi Grade 3 ≥ 180 ≥110
(berat)
Hipertensi sistol ≥140 <90
terisolasi sub-grup 140-149 <90
perbatasan
Sumber : WHO-ISH
2.2.3 Penyebab Hipertensi
Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Ternyata, faktor
pemicu hipertensi adayang tidk dapat dikontrol dan ada yang dapat
dikontrol. Faktor pemicu hipertensi yang tidak dapat dikontrol antara lain
genetika atau keturunan, jenis kelamin, dan usia. Adapun faktor pemicu
hipertensi yang dapat dikontrol antara lain kurangnya bergerak atau
berolahraga, merokok, kegemukan (obesitas), pola makan atau konsumsi
yang salah, konsumsi alkohol dan garam yang berlebih. Namun,
hipertensi yng sering dijumpai merupakan penyakit yang memiliki
keterkaitan dengan penyakit lainnya, seperti obesitas dari diabetes
mellitus dan kelainan ginjal.
Menurut Dalimartha (2012) penyebb hipertensi, yaitu :
1) Stenosis arteri ginjal
Stenosis arteri ginjal adalah suatu kondisi yang harus mendapat
perhatian khusu. Penyempitan arteri yang memasok darah ke ginjal
(stenosis arteri ginjal) menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi.
Keadaan ini dapat diperbaiki dengan pembedahan atau dilatasi
(melebarkan arteri). Pada dilatasi, sebuah tabung fleksibel dengan balon
kecil diujung dimasukkan ke dalam arteri di selangkangan. Balon
diletakkan tepat pada bagisn arteri yang menyempit.
Balon selanjutnya di pompa sehingga memekarkan daerah yang sempit
sehingga aliran darah ke ginjal dan sekitarnya kembali lancar. Fungsi
ginjal seringkali meningkat jika pembedahan dan proses dilatasi berhasil.
Apabila telah dilakukan balonisasi dan tekanan darah masih tinggi maka
tekanan darah tersebut dapat diturunkan dengan pemberian obat.
2) Gagal ginjal
Penderita gagal ginjal biasanya juga membutuhkan perawatan
tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang tinggi pada penderita ini
terutama disebabkan oleh kegagalan ginjal dalam mengatur jumlah
garam dan air dalam tubuh.
Apabila penderita menjalankan perawatan dialisis (cuci darah),
biasanya tekanan darahnya sudah dapat dikendalikan.namun, sebagian
penderita masih tetap harus minum obat untuk menjaga tetap normal.
3) Kelebihan non adrenalin
Penyebab tekanan darah tinggi lainnya adalah gangguan kelenjar
adrenal. Penyebab ini jarang dijumpai. Namun, bila ada kasus, termasuk
gangguan yang dapat disembuhkan.
Kelenjar adrenal terdapat tepat diatas tiap-tiap ginjal. Kelenjar adrenal
mempunyai lapisan dalam dan luar yang dpat mengeluarkan berbagai
hormon kedalam aliran darah. Bagian dalam kelenjar disebut medula
yang mengeluarkan adrenalin atau hormon yang dihasilkan sebagai
akibat rasa takut, marah, dan latihan. Adrenalin dapat meningkatkan
denyut jantung. Selain itu, medula juga menghasilkan hormon non
adrenalin yang juga menyebabkan kontraksi otot arteri dan meningkatkan
tekanan darah.
Kadang-kadang tumor jinak adrenal (phaeochromocytoma) juga
menyebabkan peningkatan tekanan darah dari akibat kelebihan
nonadrenalin dalam darah. Gejala serangan berupa banyak keringat,
palpitasi, dan sakit kepala hebat, tetapi keadaan ini sangat sering terjadi.
Diagnosis ditegakkan dengan tes darah dan air seni yang
sederhana. Selain itu, pembesaran kelenjar adrenal juga dapat terlihat
pada pemeriksaan sidik tubuh (body scan). Hipertensi akibat terlalu
banyak nonadrenalin dapat dikendalikan dengan obat, tetapi untuk
kesembuhannya, diperlukan tindakan bedah (Dalimartha, 2012).
4) Sindroma cushing dan aldosteronisme
Sindrom ini merupakan suatu keadaan yang sangat jarang terjadi.
Keadaan ini sebagai akibat adanya tumor atau pertumbuhan yang
berlebihan dan lapisan luar kelenjar adrenal. Pada keadaan ini, dihasilkan
hormon stress lain yaitu kortisol atau hormon lain yang disebut
aldosteron hormon yang mengakibatkan ginjal menahan garam (sodium)
dan melepaskan kalium.
Terlalu banyak kartisol (hormon stres) dapat memicu suatu kondisi
yang dikenal sebagai sindrom cushing (sama dengan nama ahli bedah
Amerika yang menemukannya). Sindrom cushing mengakibatkan
pertembahan berat badan yang amat cepar, tekanan darah tinggi, dan
kadang-kadang memicu diabetes.
Bentuk sindrom yang serius ditemukan merupakan akibat tumor
jinak kelenjar hipofise di dasar otak yang merangsang kelenjar adrenal
untuk menghasilkan kortisol. Pengobatan biasanya dengan pembedahan.
Hasil pengobatannya cukup efektif. Selain sindrom cushing, produksi
aldosteron (hormon yang mengakibatkan ginjal menahan garam dan
melepaskan kalsium) yng berlebihan atau aldosteronisme dapat
menyebabkan hipertensi dengan kadar kalium yang rendah dalam darah.
Kadar kalium yang rendah menimbulkan kelemahan otot dan hilangnya
kemampuan memekatkan air seni. Diagnosis ditegakkan dengan tes darah
dan kelenjar adrenal yang abnormal diangkat melalui tindakan bedah
(Dalimartha,2012).
2.2.4 Faktor Yang Resiko Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Seseorang yang menderita hipertensi akan memiliki penderita yang
lebih berat lagi jika semakin banyak faktor risiko yang menyertai.
Hampir 90% penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya dengan
pasti. Para ahli membagi dua kelompok faktor risiko pemicu timbulnya
hipertensi, yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol.
1) Usia
Tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai
usia hingga dewasa. Padaorang lanjut usia, arterinya lebih keras dan
kurang fleksibel terhadap tekanan darah. Hal ini mengakibatkan
peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga meningkat karena
dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada
penurunan tekanan darah.
2) Jenis kelamin
Perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita menyebabkan
wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi.
3) Olahraga
Aktivitas fisik meningkatnya tekanan darah. Untuk mendapatkan
pengkajian yang dapat dipercaya dari tekanan darah saat istirahat, tunggi
20-30 menit setelah olahraga.
4) Stress
Stimulasi sistem saraf simpatis meningkatnya curah jantung dan
vasokonstriksi arteriol sehingga meningkatkan nilai tekanan darah.
5) Ras
Pria Amerika Afrika berusia diatas 35 tahun memiliki tekanan
darah yang lebih tinggi dari pada pria Amerika Eropa dengan usia yang
sama.
6) Obesitas
Obesitas pada masa anak-anak dan dewasa keduanya dapat
mempredisposisi hipertensi.
7) Variasi Diural
Tekanan darah biasanya berada pada titik terendah pada pagi hari,
yakni ketikalaju metabolisme berada pada titik paling terendah,
kemudian meningkat sepanjang hari dan mencapai titik puncak pada sore
hari atau menjelang malam.
2.2.5 Patofisiologi Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah sitolik lebih dari
atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darag diastolik lebih dari atau
sama dengan 90 mmHg. Tekanan darah yang tinggi merupakan faktor
risiko yang kuat dalam penyakit kardiovaskular dan penyakit ginjal,
seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung dan gagal ginjal. Tekanan
darah yang tinggi dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor
lingkungan, dan interaksi dengan kedua faktor tersebut. Berdasarkan
penyebab hipetensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu hipertensi
primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer yang belum diketahui jelas penyebabnya,
terdapat lebih dari 90% dari seluruh kasus hipertensi. Insidensi hipertensi
meningkat sesuai dengan pertambahan umur. Apabila ditinjau dari jenis
kelamin, pria sedikit lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan
dengan populasi wanita.
2.3 Aromaterapi
2.3.1 Pengertian
Aromaterapi adalah suatu bentuk terapi dengan menggunakan
minyak-minyak ‘aromatis’ atau essential oil atau dalam bahasa
Indonesianya adalah minyak atsiri (Tatang, 2016).
Aromaterapi adalah salah satu bagian dari pengobatan alternatif
yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap
dikenal sebagai minyak esensial dan senyawa aromatik lainnya yang
dapat mempengaruhi jiwa, emosi dan kesehatan seseorang (Nurgiwi,
2015).
2.3.2 Manfaat aromaterapi
Aromaterapi sangat efektif untuk mempengaruhi emosi seseorang
dan meredakan gejala penyakit. Penggunaan minyak esensial diyakini
oleh para ahli terapi dapat mencegah berkembangnya beberapa
penyakit. Berbagai kondisi yang dapat diredakan dengan aromaterapi
antara lain gigitan dan sengatan serangga, sakit kepala, tekanan darah
tinggi, sakit demam, peredaran darah tidak lancar dapat disembuhkan
dengan aromaterapi.
Aromaterapi lavender bermanfaat dapat menurunkan tekanan darah
(Suviani dkk, 2014).Aromaterapi lavender adalah aromaterapi yang
menggunakan bunga lavendula dengankandungan zat aktif berupa
linaloolacetatedan linalylacetate yang dapat menyembuhkan penyakit
(Hafid, 2017). Seseorang yang menghirup aromaterapi lavender akan
menjadi relaks. Relaksasi membuat vasodilatasi pembuluh darah dan
sirkulasi peredaran darah menjadi lancar (Ashar dkk, 2018).
2.3.3 Cara menggunakan minyak essensial

SOP PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER ESSENTIAL OIL

1. Indikasi Diberikan pada klien yang mengalami tekanan darah tinggi dan
minum obat tidak rutin.
2. Kontraindikasi Klien yang mempunyai alergi terhadap aromaterapi
khususnya aromaterapi lavender essential oil
3. Persiapan Alat dan Bahan
a. Aromaterapi lavender essential oil
b. Air putih bersih
c. Humidifire
4. Prosedur
a. Preinteraksi
1) Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontraindikasi
2) Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi
1) Beri salam terapeutik dan panggil klien dengan namanya dan
memperkenalkan diri
2) Menanyakan keluhan klien
3) Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien
4) Beri kesempatan klien untuk bertanya
5) Pengaturan posisi yang nyaman bagi klien
c. Tahap Kerja
1) Jaga privasi klien
2) Atur posisi klien senyaman mungkin
3) Lakukan cuci tangan
4) Tuangkan air pada tempat penampung yang berada di dalam humifire.
Tuangkan sampai batar yang sudah tertera di dalam wadah lalu tutup.
5) Teteskan 3 tetes aromaterapi lavender essential oil pada air
6) Bila sudah siap, lalu colokkan ke stop kontak dan anjurkan pasien
untuk menghirup aromaterapi lavender essential oil selama 10 menit
7) Setelah terapi selesai bersihkan alat dan atur posisi nyaman untuk
klien
8) Alat-alat dirapikan
9) Cuci tangan
d. Terminasi
1) Evaluasi hasil kegiatan
2) Berikan umpan balik positif
3) Salam terapeutik untuk mengakhiri intervensi
2.4 Keaslian Jurnal Penelitian
Tabel Keaslian Penelitian pengaruh aroamterapi lavender terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi di KELURAHAN
BANGSAL KEDIRI

No Judul Variabel Design Hasil

1 Pengaruh •>Variabel Quasi Experiment Ada perbedaan penurunan


Pemberian Independent = with Non-equivalent tekanan sistolik sebelum dan
Aroma Terapi Aromaterapi Control Group sesudah terapi aroma lavender
Lavender Lavender Design
diberikan: t = 10.519 dan p =
(Lavandula 0,001, sedangkan hasil tes
Angustifolia) Wilcoxon diastole: z = -3.201
Terhadap •>VariabelDep dan p =
Penurunan enden =
Tekanan Darah 0,001. Jadi, ada efek yang
Hipertensi signifikan pada pemberian
Pada Lansia Di terapi aroma lavender pada
Desa Cemagi, pengurangan

Kecamatan hipertensi pada lansia di Desa


Mengwi, Cemagi.
Kabupaten
Badung

2 Pengaruh •>Variabel Quasy-Experimental Hasil penelitian ini didapatkan


Kombinasi Independent = dengan jenis kelamin mayoritas
Aromaterapi Aromaterapi rancangannon- perempuan 57,9% dan usia
Lavender Dan Lavender dan equivalentcontrol mayoritas ederly (60-74
Healing Healing Touch group pre-post tahun)68,4%. Rata-rata tekanan
TouchTerhada testdesign. darah sistolik pada kelompok
p Tekanan •>VariabelDep intervensi sebelum diberi
Darah Pada enden = intervensi adalah 145,26
Pasien Tekanan Darah mmHg dan diastolik 91,47
Hipertensi Di mmHg, sedangkan setelah
Puskesmas intervensi adalah sistolik
Nguter 135,79 mmHg dan diastolik
Kabupaten 87,68 mmHg. Hasil uji
Sukoharjo wilcoxon kelompok intervensi
dengan p-value 0.001< 0,05.

3 Efektifitas •>Variabel Quasi-Experimental Hasil penelitian mayoritas rata-


Relaksasi Independent = Design Dengan rata (mean) sebelum intervensi
Aroma Terapi Aromaterapi Pendekatan Time 149/104 mmhg dan
lilin Lavender Series Design. hasil sesudah intervensi 124/88
lilin Lavender
Terhadap mmhg dengan standar deviasi
Penurunan •>VariabelDep 0,550 hasil seluruh responden
Tekanan Darah mengalami penurunan tekanan
enden =
pada Lanjut darah dengan p-value =(0,000)
Usia Penderita Tekanan Darah
dengan α≤0,05 .
Hipertensi
diKampung
Banjar Air
Joman Kab.
Asahan
tahun 2016

4 Kombinasi •>Variabel Quasi Experiment Hasil penelitian menunjukkan


Relaksasi Independent = One Group Pre-Test bahwa rata-rata tekanan
Relaksasi And Post-Test darah sistole sebelum
Napas
Design intervensi adalah 148,38
Dalam dan Nafas Dalam
mmHg, dan tekanan darah
Aroma dan diastole 92,00 mmHg dengan
Terapi Aromaterapi p-value
Lavender Lavende 0.000, sedangkan rata-rata
Efektif tekanan darah sistole setelah
•>VariabelDep intervensi adalah 145,54
menurunkan enden = mmHg, dan tekanan darah
tekanan Tekanan Darah diastole 90,54 mmHg dengan
darah p-value 0.000.
5 Perbandingan •>Variabel Quasi-Experimental Didapatkan nilai p-value 0,001
Antara Independent = Dengan Rancangan (<0,05) terdapat perbedaan
Pemberian Aromaterpi Pretest Dan Posttest hasil mean rank pada
Aromaterapi
Mawar dan With Out Control kelompok aromaterapi mawar,
Mawar Dan
Aromaterapi Aromaterapi Group Disegn. aromaterapi lavender, sesudah
Lavender Lavender diberi perlakuan.
Terhadap
Perawatan •>VariabelDep
Penurunan enden =
Tekanan Darah Tekanan Darah
Wanita
Lansia Di
Puskesmas
Pagatan Tanah
Bumbu

6 EFEKTIFITA •>Variabel Desain Pre- Menunjukkan ada pengaruh


S Independent = Eksperimental Dan terhadap pemberian relaksasi
PEMBERIAN Relaksasi Slow Rancangan One slow deep breathing dan
RELAKSASI Deep Group Pretest- aromaterapi lavender terhadap
SLOW DEEP Breathing dan Posttest penurunan tekanan darah sistol
BREATHING Aromaterapi dan diastol sebelum dan
DAN Lavender sesudah dilakukan intervensi
AROMATER pada lansia dengan hipertensi
API •>VariabelDep di Desa Jepang Kecamatan
LAVENDER enden = Mejobo Kabupaten Kudus
TERHADAP Tekanan Darah dengan nilai p<0,05.
PENURUNAN
TEKANAN
DARAH
PADA
LANSIA
DENGAN
HIPERTENSI
DI DESA
JEPANG
KECAMATA
N MEJOBO
KABUPATEN
KUDUS

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Faktor yang mempengaruhi TEKANAN DAMPAK:


tekanan darah: DARAH NAIK
1. Faktor keturunan 1. Kerusakan ginjal
2. Usia 2. Serangan jantung
3. Jenis kelamin
4. Stres fisik dan psikis 3. Stroke
4. Gloukoma
5. Sindrom
metabolik

Pelayanan Kesehatan:

1. Deteksi dini dan INTERVENSI :


Konseling / edukasi
kesehatan melalui 1. Pemberian terapi
pemantauan faktor komplementer
risiko HT (aromaterapi
2. Melaksanakan lavender).
penyuluhan
3. Penemuan dan
Tatalaksana Kasus
HT Tekanan darah
4. Rujukan NORMAL
Keterangan :

= Diteliti = Sebab Akibat

= Tidak diteliti = Berhubungan

= Berpengaruh

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa hipertensi dapat dipengaruhi


oleh beberapa faktor yaitu keturunan, usia, jenis kelamin, dan stres fisik dan
psikologis. Adapun beberapa dari faktor tersebut juga berhubungan dengan pola
hidup yang tidak sehat yang mana meliputi konsumsi makanan kemasan, makanan
cepat saji (fast food), malas bergerak, stress, dan banyak konsumsi garam. Selain
itu, rutinnya pasien datang ke pelayanan kesehatan untuk mengetahui tentang
hipertensi juga berpengaruh. Karena dari pelayanan kesehatan kita akan lebih dini
untuk mendeteksi apakah kita mengalami hipertensi, mendapat penyuluhan bagi
penderita hipertensi, pemantauan hipertensi, dan apabila kondisi semakin buruk
akan mendapat rujukan ke RS untuk perawatan lebih intensif. Hipertensi ini juga
memicu penyakit kronis seperti kerusakan ginjal, serangan jantung, stroke,
gloukoma, dan sindrom metabolik.

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan intervensi secara


nonfarmakologis berupa terapi komplementer aromaterapi lavender. Intervensi
tersebut diduga dapat memberikan efek relaksasi pada tubuh dengan menstimulasi
sensor baroreseptor, dimana ketika sensor baroreseptor meningkat maka akan
terjadi stimulasi pada saraf otonom yaitu penurunan aktivitas pada saraf simpatis
yang dapat menimbulkan vasokonstriksi pada pembuluh darah dan peningkatan
aktivitas pada saraf parasimpatis yang menyebabkan penurunan kontraktilitas otot
jantung melalui respons vagal. Jika terjadi penghambatan vasokonstriksi pada
pembuluh darah dan penurunan kontraktilitas otot jantung maka akan berpengaruh
terhadap penurunan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan curah
jantung yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian (H1) dalam penelitian ini adalah :


H1 : Ada pengaruh dalam pemberian aromaterapi lavender terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi di
Kelurahan Bangsal.
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan atau Desain Penelitian


Menurut Sugiyono (2017:2) “metode penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian
rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan
penelitian (Setiadi, 2013). Dalam desain penelitian terdapat hal-hal yang
harus dijelaskan diantaranya : rancangan penelitian, waktu penelitian dan
tempat penelitian, populasi, sampel dan sampling, kerangka kerja,
identifikasi variabel, definisi operasional, instrumen, pengumpulan data,
analisa data dan etika penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pre
experimental design dengan metode : one group pre test and post test
design. Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh treatment tertentu (perlakuan) dalam
kondisi yang terkontrol (laboratorium). Rancangan ini juga tidak ada
kelompok pembanding (kontrol) tetapi paling tidak sudah dilakukannya
observasi pertama (pre test) yang memungkinkan penelitian dapat menguji
perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (Setiadi, 2013).

01 X
02

Pre test Aromaterapi Post test


lavender

Gambar 4.1 Rancangan penelitian one group pre test and post test design.
Keterangan :
01 : Pemberian pretest sebelum pemberian aromaterapi lavender
02 : Pemberian posttest sesudah pemberian aromaterapi lavender
X : Perlakuan berupa pemberian aromaterapi lavender
4.2 Kerangka Kerja (Frame Work)

Penyusunan Proposal

Populasi

Seluruh penderita Hipertensi di Kelurahan Bangsal berjumlah 50 orang

Sampel

Sebagian penderita Hipertensi di Kelurahan Bangsal berjumlah 44 orang

Sampling

Purposive sampling

Desain Penelitian

One group pre test-post test design

Pengumpulan Data

Observasi

Pengolahan data

Editing, coding, scoring, cleaning

Analisa data

Uji wilcoxon

Kesimpulan
4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

4.3.1 Populasi
Populasi adalah seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu
yang akan diteliti. Populasi menunjukkan pada sekelompok subyek yang menjadi
objek peneliti. Sasaran penelitian ini dapat dalam bentuk manusia maupun bukan
manusia (Notoatmodjo, 2012).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga di Kelurahan Bangsal
sejumlah 50 responden.
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki
oleh populasi yang digunakan penelitian (Sujarweni, 2014). Dalam menentukan
sampel, penelitian menggunakan rumus dengan kesalahan 5% atau 0,05 yaitu
sebagai berikut :

Rumus besar sampel :


n
n=
1+ N ( d)2

Keterangan :
n = Jumlah elemen / anggota sampel
N = Jumlah elemen / anggota populasi
d = Error level / tingkat kesalahan, 5% atau 0,05
50
n=
1+50(0,05)2
50
n=
1+50( 0,0025)
50
n=
1+0,125
50
n=
1,125
n=44,4=44
Jadi sampel penelitian penderita hipertensi sejumlah 44 orang. Dalam
penelitian keperawatan, penentuan dapat dan tidaknya sampel diperlukan kriteria
sampel yang meliputi kriteria inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2013).
Penelitian menggunakan beberapa kriteria inklusi dan eksklusi pada
populasi yang menjadi responden dalam penelitian ini :
Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Penderita hipertensi tanpa penyakit penyerta.
2. Penderita hipertensi yang bersedia diteliti.
3. Penderita hipertensi yang berumur 30 sampai 69 tahun.
4. Penderita hipertensi yang mempunyai keadaan emosi mental
yang baik.
5. Penderita hipertensi yang kooperatif.
Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Penderita hipertensi yang mengalami gangguan pendengaran.
4.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk
didapatkan mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang
ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang
benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian.
Penelitian mengambil sampling menggunakan teknik Non
Probability Sampling dengan jenis Purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
penelitian itu sendiri (Notoatmodjo, 2012).
4.4 Identifikasi Variabel
4.4.1 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah aromaterapi lavender.
4.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tekanan darah.
4.5 Pengumpulan dan Analisa Data
4.5.1 Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap,
dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
lembar observasi adalah daftar pengecekan berisi nama inisial,
beberapa gejala atau identitas lainnya dari sasaran pengamatan.
Instrumen yang digunakan untuk pemberian aromaterapi lavender
menggunakan minyak aromaterapi lavender, humidifire atau diffuser,
air dan tekanan darah menggunakan lembar observasi dan Stetoskop
Spigmomanometer.
4.5.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data dilakukan pada tanggal ......-...... di Kelurahan Bangsal.
4.5.3 Proses Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data sebanyak 1 kali
pengukuran yaitu sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Jumlah
yang diteliti sebanyak 44 responden. Setelah dilakukannya pengukuran
responden diberikan aromaterapi lavender.
4.5.4 Analisa Data
1. Analisa Deskriptif
Data yang diperoleh dilakukan tabulasi sesuai dengan
pengelompokan data umum dan data khusus hasil pengukuran tekanan
darah pre-test dan post-test sebanyak 1 kali pengukuran untuk
mempermudah analisa data menggunakan uji statistik. Peneliti pertama
kali melakukan uji normalitas tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum
dan sesudah diberikan intervensi.
2. Analisis Inferensial

Analisis yang digunakan dalam melakukan uji hipotesis untuk


mengetahui pengaruh pemberian intervensi peneliti menggunakan uji Uji
wilcoxon T-Test dengan menganalisis selisih tekanan darah sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi pada responden. Pengambilan kesimpulan
dilakukan berdasarkan analisa data dan masing-masing tujuan khusus
penelitian.
4.6 Masalah Etik (Ethical Clearance)
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan Menjadi Responden)
Informed Consent diberikan kepada responden setelah responden
setuju untuk menjadi subjek penelitian.
2. Anonymity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan
mencamtumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi
oleh responden. Lembar tersebut hanya cukup diberi nomer atau kode
tertentu.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijaga
kerahasiannya oleh peneliti. Penyajian atau pelaporan hasil riset hanya
terbatas pada kelompok data tertentu yang terkait dengan masalah
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2010. Prosedur penelitian. Jakarta : EGC

Ashar, Suryadi, dkk. 2018. Perbandingan Antara Pemberian Aromaterapi Mawar


dan Aromaterapi Lavender terhadap Perawatan Penurunan Tekanan Darah Wanita
Lansia di Puskesmas Pagatan Tanah Bumbu. Dinamika Kesehatan, Vol 9

Dewi,IGA Prima. Aromaterapi Lavender Sebagai Media Relaksasi.

Julianto, Tatang S. 2016. Minyak Atsiri Bunga Indonesia. Yogyakarta :


Deepublish.

Kozier dan Erb. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta

Kusyati, Eni, dkk. 2018. Kombinasi Relaksasi Napas Dalam dan Aroma Terapi
Lavender Efektif menurunkan tekanan darah. Prosiding Seminar Nasional Unimus
vol. 1. Semarang.

LeMone, Prscillah. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : 2015

Muhammadun. 2010. Hidup Bersama Hipertensi. In-Books. Jogjakarta

Notoatmodjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2013. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis


Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta.

Purwanto, Budhi. 2013. Herbal dan keperawatan komplementer(Teori, praktik,


hukum dalam asuhan keperawatan). Nuha Medika, Jakarta.

Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik penulisan Riset Keperawatan / Setiadi – Edisi
ke 2 – Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sujarweni, V. Wiratman. 2014. Metodelogi penelitian Kuantitatif. Alfabet,


Bandung.

Suviani, Ni Wayan, dkk. Pengaruh Pemberian Aroma Terapi lavender


(Lavandula Angustifolia) Terhadap Penurunan Hipertensi pada Lansia di Desa
Cemagi, Kecamatan mengwi, Kabupaten Badung. Bali.
Trisnawan, Adi. 2019. Mengenal Hipertensi. Semarang : Mutiara Aksara.
LEMBAR OBSERVASI

NAMA KLIEN USIA PRE TEST TERAPI POST TES TERAPI

INSTRUMEN PENELITIAN
SOP PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER ESSENTIAL OIL

1. Indikasi Diberikan pada klien yang mengalami tekanan darah tinggi dan
minum obat tidak rutin.
2. Kontraindikasi Klien yang mempunyai alergi terhadap aromaterapi
khususnya aromaterapi lavender essential oil
3. Persiapan Alat dan Bahan
d. Aromaterapi lavender essential oil
e. Air putih bersih
f. Humidifire
4. Prosedur
a. Preinteraksi
3) Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontraindikasi
4) Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi
6) Beri salam terapeutik dan panggil klien dengan namanya dan
memperkenalkan diri
7) Menanyakan keluhan klien
8) Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien
9) Beri kesempatan klien untuk bertanya
10) Pengaturan posisi yang nyaman bagi klien
c. Tahap Kerja
10) Jaga privasi klien
11) Atur posisi klien senyaman mungkin
12) Lakukan cuci tangan
13) Tuangkan air pada tempat penampung yang berada di dalam humifire.
Tuangkan sampai batar yang sudah tertera di dalam wadah lalu tutup.
14) Teteskan 3 tetes aromaterapi lavender essential oil pada air
15) Bila sudah siap, lalu colokkan ke stop kontak dan anjurkan pasien
untuk menghirup aromaterapi lavender essential oil selama 10 menit
16) Setelah terapi selesai bersihkan alat dan atur posisi nyaman untuk
klien
17) Alat-alat dirapikan
18) Cuci tangan
d. Terminasi
4) Evaluasi hasil kegiatan
5) Berikan umpan balik positif
6) Salam terapeutik untuk mengakhiri intervensi

SOP MENGUKUR TEKANAN DARAH


PENGERTIAN :
Desakan Darah terhadap dinding pembuluh darah arteri sebagai akibat dipompa
dan dialirkannya darah kedalam pembuluh darah.

TUJUAN :
1. Mengetahui keadaan umum pasien
2. Mengetahui / Mengikuti perkembangan penyakit
3. Membantu menegakkan Diagnosa

KEBIJAKAN :
Mengukur Tekanan Darah dilakukan oleh Dokter, perawat dan bidan.

PROSEDUR :
A. Persiapan
Persiapan Pasien
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukuan, posisi pasien
diatur sesuai kebutuhan
Persiapan Alat
1.Sphygmomanomater manual
2.Stetoscope
3.Alat tulis.
B. Pelaksanaan :
1. Memberitahu Pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Mencuci Tangan
3. Menyinsingkan lengan baju pasien
4. Memasang manset tidak terlalu erat atau terlalu longgar
5. Menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa
6. Menutup sekrup balon karet
7. Mencuci Reservoir
8. Letak sphygmomanomater manual harus datar
9. Meraba arteri brachialis dengan 3 jari tengah
10. Meletakkan bagian diafragma stetoscope tepat diatasnya
11. Memompa balon sehingga udara masuk kedalam manset sampai detak
arteri tidak terdengar lagi atau 30 mmHg diatas nilai sistolik.
12. Membuka sekrup balon perlahan – lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg
perdetik sambil melihat skala dan mendengarkan bunyi detik pertama
(Sistolik) dan detik terakhir (Diastole)
13. Pada waktu melihat skala, mata setinggi skala tersebut
14. Bila hasilnya meragukan perlu diulang kembali ( tunggu 30 detik )
15. Menurunkan air raksa sampai dengan nol dan mengunci reservoir
16. Membuka pipa penghubung
17. Melepaskan manset dan mengeluarkan udara yang masih tertinggal di
dalam manset
18. Menggulung manset dan memasukkan ke dalam tensimeter.
19. Merapikan pasien
20. Mengembalikan alat pada tempatnya
21. Mencuci tangan
22. Mencatat pada lembar catatan yang ada
23. Membuat grafik / kurve pada lembaran status pasien dengan tepat dan
benar
24. Menggunakan waktu dengan efektif dan hemat energi.
c. Hal – hal yang perlu diperhatikan
i. Mengukur tekanan darah dapat di laksanakan pada :
a. Pasien dengan kelainan tekanan darah
b. Pasien sebelum dan sesudah pembedahan
c. Pasien dengan kehamilan
d. Pasien dengan perdarahan
e. Pasien dengan syok / coma
f. Pasien baru.
ii. Sikap :
a. Gunakan komunikasi yang terapeutik
b. Bekerja dengan hati – hati dan sopan sehingga tensimeter tidak
terjatuh
c. Tidak ragu dan tergesa – gesa
d. Mendengarkan bunyi sistolik dan diastole serta mencatat hasil
dengan tepat dan benar

Anda mungkin juga menyukai