Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

JUDUL : PEMBUATAN EKSTRAK HERBA MENIRAN (phyllanthus


niruri linn)

NAMA : KHAERUNNISA

NIM : 17334010

TGL. PRAK : 29 Mei 2020

ASISTEN : 1. Dr.Tiah Rachmatiah,M.Si.,Apt

2. Herdini,Dra.M.Si.

3. Ika Maruya KusumaS.Si,MSi

4. Erwi Putri Setyaningsih,M.Si.,Apt

PROGRAM STUDI FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL


I. Judul percobaan : Pembuatan ekstrak Herba Meniran (phyllanthus niruri linn)

II. Tujuan :
1. Mengekstraksi komponen kimia yang terdapat dalam herba Meniran
(phyllanthus niruri) dengan menggunakan metode perkolasi
2. Mahasiswa mampu memahami penyarian simplisia dengan cara perkolasi serta
hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyari simplisia dengan cara perkolasi.
3. Mahasiswa mampu memasang alat perkolasi dan bagian-bagiannya.
4. Mahasiswa mampu membuat ekstrak dengan cara perkolasi.

III. Prinsip : serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori.

IV. Landasan Teori


Meniran merupakan tumbuhan semak dengan tinggi 20-60 cm. Meniran
termasuk dalam tanaman semusim yang masa hidupnya tidak lebih dari satu tahun.
Batangnya berbentuk bulat dan merupakan batang basah dengan tinggi kurang dari 50
cm. Daunnya merupakan daun tunggal yang sepintas terlihat seperti daun majemuk
menyirip genap. Dikatakan daun tunggal sebab pada setiap satu tangkai daun terdiri
dari daun yang mempunyai ukuran kecil dan berbentuk lonjong yang pada tiap ketiak
daunnya muncul bunga yang dapat berkembang menjadi buah. Buahnya berbentuk
bulat kecil. Akarnya berupa akar tunggang berwarna putih kecoklatan.

Klasifikasi Tanaman
a. Kingdom : Plantae
b. Super Divisi : Spermatophyta
c. Divisi : Angiospermae
d. Kelas : Dicotyledoneae
e. Subkelas : Rosidae
f. Ordo : Euphorbiales
g. Famili : Euphorbiaceae
h. Genus : Phyllanthus
i. Spesies : Phyllanthus niruri .L
Kegunaan
Herba meniran berkhasiat sebagai obat kuning, malaria, haid berlebihan, dan
jerawat.
Tahap penyiapan sampel
Simplisia adalah bahan alamiah (bahan tumbuhan, bahan hewani, atau bahan
mineral yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga
dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
Syarat simplisia yang baik, yaitu:
1. Harus bebas serangga, fragmen hewan, kotoran hewan.
2. Tidak boleh menyimpang dari bau, warna.
3. Tidak boleh mengandung lender, cendawan, atau menunujukkan tanda-tanda
pengotor lainnya.
4. Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun.
5. Kadar abu yang tidak larut asam maksimal 2%.
Adapun tahap-tahap penyiapan sampel adalah :
1. Pengambilan bahan baku
Kadar zat aktif dalam simplisia dipengaruhi oleh bagian tanaman, umur tanaman,
waktu panen dan teknik pengumpulan.Perlu untuk diketahui pada saat umur berapa
dan kapan tumbuhan komponen aktifnya mencapai maksimum, untuk tumbuhan yang
berfotosintesis waktu panen biasanya pukul 10.00-12.00, sedangkan untuk tanaman
yang mengandung minyak atsiri biasanya pada pagi hari.
2. Sortasi basah
Untuk membersihkan tanaman dari benda-benda asing (tanah, rumput, batu, dsb)
dan memisahkan bagian tanaman dari bagian yang tidak diinginkan.
3. Pencucian dengan air mengalir
Untuk menghilangkan tanah dan pengotor lain yang melekat pada bagian
simplisia.

4. Perajangan
Untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
5. Pengeringan
Untuk mendapatkan simplisia yang tidah mudah rusak, sehingga dapat disimpan
dalam waktu yang lebih lama dengan megurangi kadar air dan menghentikan proses
enzimatik akan dicegah.
6. Sortasi kering
Untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan masih tinggal pada
simplisia kering.
7. Penyimpanan dan pemeriksaan mutu

Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota laut. Komponen kimia
yang terdapat pada tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung
senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organic. Pelarut organic yang paling
umum digunakan untuk mengekstraksikan komponen kimia dari sel tanaman adalah
methanol, etanol, kloroform, heksan, eter, aseton, benzene dan etil asetat.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman adalah pelarut organik akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat
aktif akan larut dalam pelarut organic di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi
keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Jadi tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik bahan atau zat-zat yang dapat larut dalam
bahan yang tidak larut dengan menggunakan pelarut cair

Jenis Ekstraksi
Jenis ekstrasksi bahan alam yang sering dilakukan adalah :
a. Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel langsung dipanaskan
dengan pelarut; dimana umumnya digunakan untuk sampel yang mempunyai bentuk
dan dinding sel yang tebal.
b. Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk maserasi
dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet dengan cara cairam
penyari dipanaskan dan uap cairan penyari naik ke kondensor kemudian terjadi
kondensasi dan turun menyari simplisia.
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut
yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan
supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya danbiasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang
tahan ataupun tidak tahan pemanasan.
Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu
bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari
atas kebawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya
beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk
menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gayaberat, kekentalan,
dayalarut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran
(friksi).
Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperature ruang. Sedangkan
parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung
senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat pada tetesan
perkolat yang sudah tidak berwarna.
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan
larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan
konsentrasi.
b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir
cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut
cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan
konsentrasi.
Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel
padat telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak
merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin
selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
Perkolasi dapat di modifikasi sebagai berikut :
Reperkolasi
Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pemekatan sari, maka cara
perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan dari
dengan pemanasan, pada reperkolasi tidak dilakukan pemekatan sari.
Perkolasi Bertingkat
Dalam proses perkolasibiasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang
maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia, maka terjadi
aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai kebawah disertai pelarutan zat aktifnya.
Proses poenyaringan tersebut akan menghasilkan perkolat yang pekat pada tetesan
pertama dan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer.
Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dilakukan cara perkolasi bertingkat.
Serbuk simplisia yang hamper tersari sempurna sebelum dibuang, disari dengan cairan
penyari yang baru. Hal ini diharapkan agar serbuk simplisia tersebut dapat tersari
sempurna. Sebaliknya serbuk simplisia yang baru disari dengan perkolat yang hampir
jenuh, dengan demikian akan diperoleh perkolat akhir yang jernih. Perkolat dipisahkan
dan dipekatkan. Cara ini cocok bila digunakan untuk perusahaan obat tradisional,
termasuk perusahaan yang memproduksi sediaan galenik. Agar di peroleh cara yang
tepat, perlu dilakukan percobaan pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat
ditetapkan :
1. Jumlah percolator yang diperlukan
2. Bobot serbuk simplisia untuk tiap kali perkolasi
3. Jenis cairan penyari
4. Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi
5. Besarnya tetesan dan lain-lain.
Percolator yang digunakan untuk cara perkolasi ini agak berlainan dengan percolator
biasa. Percolator ini harus dapat diatur, sehingga:
1. Perkolat dari suatu percolator dapat dialirkan ke percolator lainnya
2. Ampas dengan mudah dapat dikeluarkan.
Percolator diatur dalam suatu deretan dan tiap percolator berlaku sebagai percolator
pertama. 

V. Gambar Alat Perkolasi

VI. Alat & Bahan :

A. Alat :
1. rotary evaporator
2. percolator
3. kertas saring
4. timbangan analitik
5. corong
6. labu ukur
7. blender
8. corong
9. aluminium foil
10. gelas ukur
11. alat-alat gelas standar laboratorium yang lazim digunakan.

B. Bahan :
1. Herba meniran kering (Phyllantus niruri Linn)
2. Aquadest
3. natrium benzoat

VII. Prosedur / Cara Kerja :


A. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel herba meniran (Phyllantus niruri Linn) dilakukan di
daerah Anduring, Padang, Sumatra Barat. Sampel yang digunakan adalah bagian
tumbuhan yang berada diatas tanah. Sampel yang diambil sebanyak ± 1,5
kilogram.

B. Pengeringan Herba
1. Meniran Herba (meniran Phyllanthus niruri Linn) ± 1,5kg dipisahkan dari
pengotor-pengotor baik benda asing maupun bagian tanaman yang telah
rusak
2. Cuci menggunakan air bersih untuk menghilangkan tanah atau pengotor lain
3. Lalu dikeringkan di tempat terlindung dari cahaya langsung hingga kadar air
< 10 %
4. Lakukan sortasi kering dengan memisahkan pengotor yang masih terdapat
pada sampel kering.
5. Sampel kering kemudian disimpan dalam kantung kedap udara.

C. Pembuatan Ekstrak Herba Meniran


1. Timbang Serbuk kering herba meniran 100 g
2. Lalu masukkan ke dalam bejana tertutup dan direndam dengan aquadest
panas sebanyak 300 mL selama 2 jam.
3. Pindahkan masa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali
ditekan hati-hati
4. Lalu tuangi dengan aquadest panas secukupnya sampai cairan mulai menetes
dan di atas serbuk kering herba meniran masih terdapat selapis cairan
aquadest
5. tutup perkolator, biarkan selama 24 jam.
6. Biarkan cairan mengalir dengan kecepatan 1 mL per menit dan tampung
tetesan pertama sampai 80 mL
7. lalu simpan ke dalam wadah gelap dan tertutup rapat.
8. Tetesan selanjutnya ditampung dalam wadah berbeda sambil ditambahkan
berulang-ulang aquadest panas hingga tetesan terakhir berwarna bening
(tidak berwarna).
9. Lalu uapkan sisa perkolat yang ditampung tersebut dengan rotaryevaporator
hingga didapatkan 20 mL.
10. Campurkan 20 mL ekstrak air yang telah diuapkan tersebut kedalam wadah
yang berisikan 80 mL ekstrak hingga didapat 100 bagian ekstrak air herba
meniran
11. Lalu tambahkan Natrium Benzoat 0,1%.
12. Diamkan selama 2 hari sambil dienap tuangkan, lalu saring dan simpan ke
dalam lemari pendingin

VIII. Hasil & Pengamatan


Pengamatan pada laporan ini yaitu dilakukan nya pembuatan ekstrak pada
herba Meniran (meniran Phyllanthus niruri Linn) dengan cara perkolasi
menggunakan aquadest panas dan hasil yang didapatkan adalah pada pengamatan ini
berat serbuk herba meniran yang diambil sebanyak 100 gram dan volume ekstrak air
herba meniran yang diperoleh adalah 100 mL. Ekstrak yang diperoleh berbentuk
larutan cair, bau khas herba meniran, berwarna coklat tua, rasa yang pahit
IX. Pembahasan
A. Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini sampel yang digunakan untuk pengujian adalah herba
meniran (Phyllantus niruri L.). Herba meniran segar diambil sebanyak ± 1,5
kilogram di daerah Anduring Padang, lalu dilakukan uji identifikasi di Herbarium
Universitas Andalas (ANDA), Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas
Kampus Limau Manis, Padang, Sumbar, Indonesia dengan hasil specimen
Phyllanthus niruri L. (famili : Euphorbiaceae).

B. Pengeringan Herba
Sebelum diekstraksi herba meniran ini dikeringkan terlebih dahulu dengan
cara dikering anginkan dan tidak kena cahaya matahari langsung hingga bobot
konstan. Pengeringan sampel dilakukan selama ± 15 hari sampai diperoleh kadar
air.

C. Pembuatan Ekstrak Herba Meniran


Selanjutnya herba yang telah kering tersebut dihaluskan dengan cara
diblender dan didapatkan serbuk herba meniran 598,12 gram. Pada pembuatan
ekstrak meniran, dilakukan dengan cara perkolasi panas dengan berat serbuk
herba meniran yang diambil sebanyak 100 gram dan volume ekstrak air herba
meniran yang diperoleh adalah100 mL. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara
perkolasi menggunakan aquadest panas. Ekstraksi dilakukan dengan cara
perkolasi panas karena dengan perkolasi panas kadar senyawa flavonoid dari
herba meniran lebih banyak tertarik. Metode perkolasi terbagi menjadi 3 tahapan
yaitu tahap pengembangan bahan dengan cara merendam herba kering selama 2
jam, tahap maserasi antara yaitu dengan memasukkan bahan yang telah direndam
tadi ke dalam perkolator, kemudian tahap perkolasi sebenarnya dengan cara
membuka kran perkolator dengan aliran 1 mL/menit hingga filtrat yang turun
bening. Tetesan pertama sampai 80 mL ditampung dalam wadah gelap dan
tertutup rapat.Tetesan 80 mL ini dipisahkan dari sisa tampungan selanjutnya
karena tetesan ekstrak air 80 mL ini lebih murni kandungannya yang didapat dari
perendaman herba meniran selama 2 jam.Sisa selanjutnya ditampung dan
ditambahkan aquadest panas secara berulang-ulang ke dalam alat perkolator
sampai tetesan terakhir bening, maka banyak ekstrak air herba meniran yang
dihasilkan.Ekstrak yang didapat, diuapkan dengan rotary evaporator hingga
didapat 20 mL ekstrak lalu dicampurkan ke dalam 80 mL hasil tampungan ekstrak
awal. Untuk mencegah berjamurnya ekstrak, ditambahkan Natrium benzoat 0,1%
sebagai pengawet dan didiamkan selama 2 hari. Setelah itu ekstrak disaring dan
disimpan di dalam lemari pendingin.

X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dimana pembuatan ekstrak meniran dilakukan
dengan cara perkolasi panas menggunakan pelarut air dengan berat serbuk herba
meniran yang diambil sebanyak 100 gram dan volume ekstrak air herba meniran yang
diperoleh adalah 100 mL.Ekstrak yang diperoleh berbentuk larutan cair, bau khas
herba meniran, berwarna coklat tua, rasa yang pahit, dan dapat disimpulkan bahwa
ekstrak air herba meniran mengandung senyawa flavonoid yaitu kuersetin.

XI. Daftar Pustaka


1. http://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/download/144/17
2. https://www.academia.edu/12318687/EKSTRAKSI_MENGGUNAKAN_METO
DE_PERKOLASI
3. https://www.academia.edu/8969574/laporan_lengkap_fitokimia_unhas

Anda mungkin juga menyukai