Anda di halaman 1dari 6

KESELAMATAN KESEHATAN KERJA RUMAH

SAKIT
Nanda Putri Rahmania1

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Jl. Raya ITS Politeknik Elektronika, Kampus ITS Sukolilo, Jawa Timur, Indonesia
1
nandaputrir@ee.student.pens.ac.id, 2nandaputrirhmnn@gmail.com

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


low back injury yang banyak didapatkan dikalangan
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di petugas rumah sakit.systems.
rumah sakit dan fasilitas medis lainnya perlu di
perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi 1.2 Tujuan dan Manfaat
berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode Adapun tujuan dan manfaat dari dibuatnya makalah ini
adalah untuk :
pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja
1. Mengetahui pengertian dan tujuan  kesehatan dan
disana perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan keselamatan kerja.
baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, 2. Mengetahui bahaya di rumah sakit.
penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri 3. Mengetahui bentuk manajemen kesehatan dan
dan lain sebagainya. Selain terhadap pekerja di fasilitas keselamatan kerja.
4. Mengetahui sejauh mana peran dines kesehatan pada
medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan
K3.
Kesehatan Kerja di rumah sakit juga “concern”
keselamatan dan hak-hak pasien, yang masuk kedalam
1.3 Batasan Masalah
program patient safety. 1. Analisa keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit
Merujuk kepada peraturan pemerintah berkenaan membahas beberapa data kecelakaan di rumah sakit
dengan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, yang pernah terjadi
2. Membahas dasar hukum dan peraturan pemerintah
pedoman ini juga mengambil dari beberapa sumber “best yang mendukung di rumah sakit.
practices” yang berlaku secara Internasional, seperti 3. Pembedahan penyebab terjadinya kecelakaan di
National Institute for Occupational Safety and Health rumah sakit dan cara mencegahnya.
4. Analisa keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit
(NIOSH), the Centers for Disease Control (CDC), the membahas beberapa potensi kecelakaan dan
Occupational Safety and Health Administration (OSHA), pencegahannya.
the US Environmental Protection Agency (EPA), dan
BAB II PEMBAHASAN
lainnya. Data tahun 1988, 4% pekerja di USA adalah
petugas medis. Dari laporan yang dibuat oleh The 2.1 Konsep Dasar
National Safety Council (NSC), 41% petugas medis Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
mengalami absenteism yang diakibatkan oleh penyakit merupakan salah satu aspek penting yang perlu
mendapatkan perhatian serius, karena apabila hal tersebut
akibat kerja dan injury, dan angka ini jauh lebih besar
diabaikan maka kecekaan yang dialami oleh para pekerja
dibandingkan dengan sektor industri lainnya. Survei akan berakibat pada turunnya kualitas kerja yang di
yangdilakukan terhadap 165 laboratorium klinis di lakukan oleh para pekerja itu sendiri, sehingga segala
Minnesota memperlihatkan bahwa injury yang terbanyak bentuk kegiatan yang dilakukan akan mengalami gangguan
seperti tenaga kerja yang diperlukan menjadi berkurang.
adalah needle sticks injury (63%) diikuti oleh kejadian
lain seperti luka dan tergores (21%). Selain itu pekerja di 2.1.1 Peraturan – peraturan K3
rumah sakit sering mengalami stres, yang merupakan a. Undang – undang K3 (keselamatan dan kesehatan
faktor predisposisi untuk mendapatkan kecelakaan. kerja)
1. Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom
Ketegangan otot dan keseleo merupakan representasi dari Ordonnantie).
2. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang 4. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang
Keselamatan Kerja. Rumah Sakit
3. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 5. Peraturan Menaker RI No.
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan 5/MENAKER/1996 tentang Sistem
4. Undang – undang Republik Indonesia No 23 Manajemen K3.
tahun 2007 tentang perkereta apian 6. Keputusan Menkes No.
b. Peraturan pemerintah terkait K3 (keselamatan dan 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman
kesehatan kerja) Teknis Analisis Dampak Kesehatan
1. Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Lingkungan;
Verordening). 7. Keputusan Menkes No.
2. PP No 56 tahun 2009 tentang 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang
penyelenggaraan perkereta apian Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
3. PP No 72 tahun 2009 tentang lalu lintas dan Perkantoran dan Industri
angkutan kereta api 8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
c. Peraturan Menteri terkait K3 (keselamatan dan Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004
kesehatan kerja) tentang Persyaratan Kesehatan lingkungan
1. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 Rumah Sakit;
tentang Penunjukan dan Wewenang Serta 9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan Indonesia No. 432/Menkes/IV/2007 tentang
dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Kerja. Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
2. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Indonesia No.1087/MENKES/SK/VIII/2010
Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan tentang standar kesehatan dan keselamatan
Kerja. kerja di Rumah Sakit. tanggal 10 Maret 2014
3. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 tentang Kebijakan Keselamatan
tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja. 2.1.2 Teori K3 Tentang Rumah Sakit
4. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 Rumah Sakit
tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja. Menurut  Keputusan Menteri Kesehatan
5. Permenaker RI No 4 Tahun 1987 tentang Republik Indonesia No.
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan 340/MENKES/PER/III/2010 Rumah sakit adalah
Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli institusi pelayanan kesehatan yang
Keselamatan Kerja. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
6. Permenaker RI No 2 Tahun 1992 tentang secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sedangkan
Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri
Kerja. Kesehatan Republik Indonesia No.
7. Permenaker RI No 4 Tahun 1995 tentang 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dinyatakan
Kerja. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan
8. Permenaker RI No 4 Tahun 1995 tentang kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat
Kerja. penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya
9. Permenaker RI No 1 Tahun 1998 tentang pencemaran lingkungan dan gangguan Kesehatan.
Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan
Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Dari pengertian diatas, rumah sakit
Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya
Jaminan Sosial Tenaga Kerja. pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,
10. Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi,
Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai
Kecelakaan. tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan
d. Peraturan K3 Rumah Sakit Indonesia para medik, sebagai tempat penelitian dan
1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan
Keselamatan Kerja serta untuk menghindari risiko dan gangguan
2. Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan perlu adanya penyelenggaan kesehatan lingkungan
Hidup rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.
3. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Aturan – Aturan yang Diperlakukan
Kesehatan Hak dan kewajiban pasien  (Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 69 Tahun 2014 Tentang
Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban satu level dibawahnya. Komite K3 rumah sakit
Pasien)   Hak Pasien: bertugas mebuat kebijakan K3 RS dan program-
1. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, program K3 lainnya. Pembentukan Komite K3
jujur, dan tanpa diskriminasi; RS disertai dengan Surat Keputusan (SK)
2. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu direktur, ada dua jenis SK yang perlu
sesuai dengan standar profesi dan standar dikeluarkan oleh direktur, yaitu:
prosedur operasional; 1. SK Pembentukan Organisasi Komite K3, dan
3. Memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien 2. SK penunjukan/penugasan untuk semua anggota
sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik Komite K3.
dan materi; 3. Setelah komite K3 terbentuk, maka dilakukan
4. Memilih Dokter dan Dokter Gigi serta kelas kick off meting untuk membahas rancangan
perawatan sesuai dengan keinginannya dan Kebijakan K3 Rumah Sakit yang nantinya akan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit; ditanda tangani oleh direktur rumah sakit.
5. Meminta konsultasi tentang penyakit yang Kebijakan K3 RS mencerminkan komitmen K3
dideritanya kepada Dokter dan Dokter Gigi lain dari direktur rumah sakit untuk mematuhi
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik peraturan perundangan terkait K3 yang berlaku,
di dalam maupun di luar Rumah Sakit; komitmen untuk merencanakan dan menerapkan
6. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit K3 untuk mencegahan Kecelakaan Akibat Kerja
yang diderita termasuk data-data medisnya; (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) bagi
7. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis semua staff/karyawan rumah sakit baik yang
dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan permanen, kontrak, outsourcing atau
medis, alternative tindakan, risiko dan vendor/kontraktor. Kebijakan dibuat dalam
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis bentuk tertulis dan ditanda tangani oleh direktur.
terhadap tindakan yang dilakukan serta 4. Langkah berikutnya menerapkan atau
perkiraan biaya pengobatan; menjalankan program yang sudah dibuat.
8. Memberikan persetujuan atau menolak atas Penerapan program adalah menjadi tanggung
tindakan yang akan dilakukan oleh Tenaga jawab semua instalasi rumah sakit, tergantung
Kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya; pada jenis program yang dijalankan di instalasi
9. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis; masing-masing. Komite K3 bertanggung jawab
10. Menjalankan ibadah sesuai agama atau mengawasi, mengevaluasi dan memberikan
kepercayaan yang dianutnya selama hal tersebut masukan terhadap program K3 berjalan.
tidak mengganggu pasien lainnya; 5. Langkah terakhir dan juga merupakan kunci
11. Memperoleh keamanan dan keselamatan keberhasilan dari program K3 adalam Tindak
dirinya selama dalam perawatan di Rumah Lanjut atau perbaikan secara terus-menerus dari
Sakit; hasil temuan Monev yang dilakukan. Temuan-
12. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas temuan yang merupakan gap atau kekurangan
perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya; dalam implementasi program K3 harus
13. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang diperbaiki dan ditindak lanjuti.
tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan
yang dianut; Potensi Kecelakaan dan Pencegahannya
14. Mendapatkan perlindungan atas rahasia Potensi bahaya di RS, selain penyakit-
kedokteran termasuk kerahasiaan rekam medik; penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain
15. Mendapatkan akses terhadap isi rekam medis; yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaaan yang
Prosedur yang Perlu Dijalankan berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-
Ada beberapa langkah berikut yang dapat sumber cedera lainya), radiasi, bahan-bahan kimia
dilakukan dalam menerapkan K3 di rumah sakit, yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan
langkah ini menjadi penting karena K3 Rumah Sakit psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya
dapat dikatakan merupakan hal yang baru dan masih tersebut diatas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan
dianggap belum begitu penting, yaitu: bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para
1. Mendapatkan komitmen dari Direktur Rumah pengunjung yang ada di lingkungan RS (Depkes,
Sakit. Langkah awal dalam penerapan K3 rumah 2006).
sakit adalah dengan mendapatkan komitmen dari
direktur rumah sakit, artinya direktur rumah sakit Dengan adanya potensi kecelakaan itu, ada beberapa
secara serius mendukung dan terlibat dalam Langkah pencegahan yang harus dilakukan yaitu
program-program K3 yang akan dijalankan. Program K3RS. Program ini berjuan untuk
2. Membentuk komite K3. Setelah mendapatkan melindungi keselamatan dan kesehatan serta
komitmen dari direktur rumah sakit, dan salah meningkatkan produktifitas SDM Rumah Sakit,
satu bentuk wujud dari komitmen tersebut, melindungi pasien, pengunjung/ pengantar pasien dan
direktur membentuk Komite K3 rumah sakit masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit.
dimana ketua komitenya adalah direktur atau 10 Program K3RS yang harus diterapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tabel 3. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Kecelakaan Kerja
No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 adalah : Menurut Jenis Luka dan Cideranya
Luka dan Kelainan Frekuensi Persentase
1. Pengembangan kebijakan K3RS Pembudayaan (orang) (%)
perilaku K3RS Cidera dangkat dan luka 18 78,3
2. Pengembangan SDM K3RS terbuka
3. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan Patah Tulang 1 4,3
tempat Kerja Dislokasi, Terkilir, dan 1 4,3
4. Pelayanan kesehatan kerja keselep
5. Pelayanan keselamatan kerja Gegar otak dan cidera 2 8,7
6. Pengembangan program pemeliharaan dalam
pengelolaan limbah padat, cair dan gas Jenis cidera spesifik 1 4,3
7. Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan lainnya, seperti efek
barang Berbahaya radiasi, efek panas, efek
8. Pengembangan manajemen tangap darurat kebisingan dan getaran,
9. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data efek arus listrik, asphisia,
dan pelaporan kegiatan K3 hipotermia,dan sejenisnya
10. Review program tahunan Jumlah 23 100

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Kecelakaan Kerja


2.2 Data Pendukung
Menurut Lokasi Kejadian Kecelakaan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Lokasi Kejadian Frekuensi Persentase
Menurut Jenis Cidera
Kecelakaan (orang) (%)
Deskripsi Frekuensi Persentase
Di tempat kerja biasa 17 73,9
(orang) (%)
Di jalan saat 1 4,3
Terjatuh, terjerembab ke 6 21,6
melaksanakan
dalam obyek tidak
pekerjaan/tugas
bergerak dan sejenisnya
Di jalan dari rumah ke 3 13,0
Kontak dengan benda 16 69,6
tempat kerja
tajam dan kasar, seperti
Di jalan dari tempat kerja 2 8,7
kontak dengan jarum,
ke rumah
pisau, dan benda tajam
sejenisnya Jumlah 23 100
Kontak dengan objek 1 4,3
lainnya yang belum
terklarifikasi, yaitu 2.3 Analisa dan Pembahasan
kontak dengan virus Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa
Rubella klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis cidera paling
banyak kontak dengan benda tajam dan kasar, seperti
Jumlah 23 100
kontak dengan jarum, pisau, dan benda tajam sejenisnya
yaitu sebanyak 16 kasus (69,6%). Secara spesifik,
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Kecelakaan Kerja
kecelakaan kerja di RS UGM sebagian besar berupa kontak
Menurut Penyebab
dengan jarum atau tertusuk jarum (needle stick injuries).
Penyebab Kecelakaan Frekuensi Persentase
Yang membahayakan bukan dari luka fisik yang
Kerja (orang) (%)
ditimbulkan oleh karena tertusuk jarum atau benda tajam
Mesin dan peralatan kerja 16 69,6 lainnya, namun yang membahayakan justru bahaya
lain yang bersifat
biologinya, yaitu terpaparnya virus, jamur atau bakteri dari
portable(jarum suntik, pasien pada karyawan rumah sakit. Jenis cidera tertusuk
jarum jahit, instrument
jarum merupakan salah satu transmisi penularan melalui
bedah) darah dan cairan tubuh (bloodborne pathogen). Beberapa
Sarana angkat dan angkat 6 21,6 penyakit infeksi dengan kategori bloodborne pathogen
lainnya yaitu Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV
Organisme makhluk 1 4,3 Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa
hidup, seperti virus, klasifikasi kecelakaan kerja menurut penyebab kecelakaan
bakteri, jamur dan paling banyak karena mesin-mesin dan peralatan kerja
sejenisnya lainnya yang bersifat portable yaitu sebanyak 16 kasus
Jumlah 23 100 (69,6%). Termasuk dalam kategori ini adalah jarum suntik,
jarum jahit, peralatan bedah dan benda tajam lainnya, yang
memang di rumah sakit banyak digunakan dalam
pelayanan sehari-hari. Berdasarkan penelitian di RS UGM,
benda tajam yang digunakan dan berpotensi melukai
merupakan benda dengan ukuran yang kecil. Penggunaan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
mesin-mesin dan peralatan kerja lainnya yang bersifat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
portable, selain di pelayanan medis juga digunakan di Klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis cidera
farmasi, sanitasi dan hampir semua unit kerja terbanyak berupa kontak dengan benda tajam yaitu jarum
menggunakan benda kategori ini. Yang membedakan suntik, menurut penyebab kecelakaan kerja kecelakaan
adalah ketajamannya dan potensi bisa melukai.Selama ini, terbanyak berupa mesin-mesin dan peralatan kerja lainnya
upaya yang sudah dilakukan terkait dengan penggunaan yang bersifat portable, menurut jenis luka dan cidera
alat-alat kerja diberikan program orientasi bagi karyawan terbanyak berupa cidera dangkal dan luka terbuka,
baru. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan menurut lokasi kejadian kecelakaan terbanyak di tempat
pembekalan dan pengujian kompetensi khususnya bagi kerja selain biasa, menurut dampak cidera terbanyak
tenaga kesehatan, serta pengarahan untuk selalu bekerja berupa dampak lainnya yang belum terklasifikasi (tidak
mematuhi prosedur dan taat dalam penggunaan Alat menyebabkan hari kerja yang hilang), menurut jenis
Pelindung Diri (APD). pekerjaan tertentu terbanyak berupa pekerjaan spesifik
Hasil penelitian dalam tabel 13 menunjukkan bahwa lainnya yang belum terklasifikasi yaitu tindakan medis
klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis luka atau cidera pada pasien dan penyiapan obat, menurut penyimpangan
kecelakaan paling banyak berupa cidera dangkal dan luka dari keadaan normal terbanyak 15 berupa kurang
terbuka. Yang termasuk dalam kategori ini adalah luka pengendalian pada mesin, alat-alat kerja, sarana
karena tertusuk jarum (luka tusuk/vulnus punctum). Cidera transportasi dan sejenisnya, serta menurut lokasi bagian
atau luka dangkal berdasarkan kedalaman dan luasnya tubuh yang terluka terbanyak berupa cidera bagian tubuh
luka, merupakan luka yang terjadi pada lapisan epidermis lainnya (jari tangan)
kulit. Luka terbuka berdasarkan tingkat kontaminasi
termasuk dalam kategori luka terkontaminasi (contamined 3.2 Saran/Rekomendasi
wounds), kemungkinan infeksi luka 10-17%. Upaya yang a. Bagi Instalasi K3 RS UGM : Agar melakukan
sudah dilakukan adalah dengan menggunakan Alat identifikasi bahaya, melakukan penilaian risiko dan
Pelindung Diri (APD) yang sesuai setiap kali menetapkan tindakan pengendalian (Job Hazard
menggunakan benda tajam dalam proses kerja. Upaya lain Analysis) di setiap unit kerja serta meninjau ulang
yang dapat dilakukan adalah dengan meminimalkan secara periodik. Agar melakukan monitoring
penggunaan benda tajam atau mengurangi proses re-use terhadap rekomendasi hasil analisa kecelakaan kerja
benda tajam karena berpotensi tinggi melukai petugas. yang telah diberikan supaya dapat dipastikan
Hasil penelitian dalam tabel 4 menunjukkan bahwa tindakan pencegahan dan perbaikannya efektif. 3.
klasifikasi kecelakaan kerja menurut lokasi kejadian b. Bagi Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasarana RS :
kecelakaan paling banyak terjadi pada tempat kerja biasa. Agar segera membuat ruang isolasi yang memenuhi
Kejadian paling banyak terjadi di dalam area rumah sakit, persyaratan, yaitu dengan menambahkan HEPA
asumsi peneliti hal ini berkaitan dengan profesi responden. filter, mengkondisikan tekanan udara negatif dan
Responden yang mengalami kejadian kecelakaan kerja melakukan pemeliharaan secara periodik terhadap
sebagian besar merupakan profesi perawat yang bertugas penyaring udara ruangan setidaknya 1 bulan sekali
hanya di dalam rumah sakit saja, sehingga waktu kerja untuk memastikan ruang dalam kondisi steril.
dihabiskan di dalam rumah sakit. Hal ini menunjukkan c. Bagi Perawat : Agar selalu menerapkan kewaspadaan
bahwa rumah sakit memiliki potensi bahaya yang cukup standar (universal precautions) dalam melakukan
besar, yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Upaya tindakan medis.
yang sudah dilakukan adalah dengan menyediakan APD
bagi seluruh karyawan RS sesuai dengan risiko dan potensi
bahaya yang dihadapi, antara lain penggunaan masker N95
untuk perawat yang memiliki risiko terpapar virus yang
menular melalui udara/airborne disease dan penggunaan
sarung tangan tebal dan rangkap bagi petugas sterilisasi
yang mempunyai potensi kontak dengan alat-alat bedah
yang tajam. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan identifikasi bahaya di setiap unit kerja,
melakukan penilaian risiko dan menetapkan tindakan
pengendaliannya.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman,
sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
DAFTAR PUSTAKA
[1] [Online].Available: id.scribd.com/doc/2336 35107/
Pencegahan-Kecelakaan-Di-Rumah-Sakit
[2] [Online].Available:healthsafetyprotection.com/penera
Pan-kesehatan-dan-keselamat-kerja-rumah-sakit-k3-
rs/
[3] [Online].Available:ak3u.com/kumpulan-peraturan-
perundangan-k3-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-
terbaru/akses-on-Desember-15-2015.
[4] [Online].Available:rkzsurabaya.com/rawat-inap/
informasi-hakkewajiban-pasien-dan-tata-tertib-rawat-
inap/
[5] [Online].Available: kesjaor.kemkes.go.id/documents
/
PMK_No._66_ttg_Keselamatan_dan_Kesehatan_Ker
ja_Rumah_Sakit_.pdf

Anda mungkin juga menyukai