Anda di halaman 1dari 9

Nama : Dila Liana Majid

Nim : 201801003
Tugas : Kesehatan Masyarakat

PEMBUANGAN SAMPAH/LIMBAH PADAT


A. Pengertian Limbah padat
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan
dan proses produksi, baik pada skla rumah tangga, industri,pertambangan, dan sebagainya.
Bentuk limbah tersebut dapatberupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis
limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah.   
B. Jenis Sampah Padat
Sampah padat dibedakkan menjadi beberapa jenis,antara lain :
a.    Kandungan zat kimia
Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalam sampah di bedakkan 2 jenis,yaitu :
1.      Sampah In-organik
2.      Sampah organic
b.   Mudah/Sukarnya Terbakar
Berdasarkan dapat tidaknya dibakar,dibedakkan menjadi :
1.      Sampah yang mudah terbakar
2.      Sampah yang sukar terbakar
c.    Mudah/sukarnya Membusuk
Berdasarkan dapat tidaknya membusuk,dibedakan menjadi :
1.      Sampah yang sukar membusuk
2.      Sampah yang mudah membusuk
C. Karakteristik Sampah

1.   Garbage merupakan jenis sampah yang terdiri dari sisa potongan hewan atau sayur-sayuran
yang berasal dari proses pengolahan,persiapan,pembuatan,dan penyediaan makanan yang
sebagian besar terdiri dari bahan yang mudah membusuk,lembab dan mengandung sejumlah air.
2.   Rubbish merupakan sampah yang mudah atau susah terbakar,bersal dari rumah tangga, pusat
perdagangan dan kantor,yang tidak termasuk kategori garbage.
3.   Ashes (abu) merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar,baik di rumah,di
kantor,maupun industry.
4.   Street sweeping (sampah jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar,terdiri dari kertas-
kertas,kotoran,daun-daunan,dll.
5.   Dead Animal (bangkai binatang) yaitu bingkai yang mati karena bencana alam,penyakit atau
kecelakaan.
6.   Household refuse (sampah pemukiman) yaitu sampah campuran yang terdiri dari
rubbish,garbage,ashes yang berasal dari daerah perumahan.
7.   Abandoned vehicles (bangkai kendaraan) yang termasuk jenis sampah ini adalah bangkai
mobil,truk,kereta api,satelit,kapal laut dan alat transportasi lainnya.
8.   Sampah industry terdiri dari sampah padat yang bersal dari industry pengolahan hasil
bumi,tumbuh-tumbuhan dan industry lainnya.
9.   Demolotion wastes (sampah hasil penghancuran gedung/bangunan) yaitu sampah yang berasal
dari perombakan gedung/bangunan.
10.  Contruction wastes (sampah dari daerah pembangunn) yaitu sampah yang berasal dari sisa
pembangunan gedung,sampah dri daerah ini mengandung tanah,batu-batuan,potongan kayu,alat
perekat,dinding,kertas dll.
11.  Sewage solid terdiri dari benda kasar yang umumnya zat organic hasil saringan pada pintu
masuk suatu pusat pengolahan air buangan.
12.  Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam
pengelolaannya,misalnya kaleng cat,film bekas,zat radioaktif,dan zat yang toksis.
                      
II.2            Sumber Sampah
Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut :
1.      Pemukiman penduduk
Sampah disuatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu saat atau beberapa keluarga yang
tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau dikota.
2.      Tempat umum dan perdangangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul. Dan melakukan
kegiatan,termasuk juga tempat perdagangan .
3.      Sarana layanan masyarakat milik pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud di sini, antara lain, tempat hiburan dan umum ,jalan
umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (mis, rumah sakit dan puskesmas), kompleks
militer, gedung pertemuan, pantai tempat liburan, dan sarana pemerintah yang lain . tempat
tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
4.      Industry berat dan ringan
Dalam pengertian ini termasuk industry makanan dan minuman, industry kayu, industry kimia,
industry logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industry lainnya, baik
yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja.
5.      Pertanian
Sampah di hasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun ladang, ataupun
sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk.

II.3            Faktor-faktor yang memengaruhi jumlah sampah

1.      Jumlah penduduk
Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk. Semakin padat penduduk,
sampah semakin menumpuk karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang.
2.      System pengumpulan atau pembuangan sampah yang di pakai.
3.      Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali .
metode ini dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi bagi golongan
tertentu.
4.      Faktor geografis
Lokasi tempat pembuangan apakah didaerah pengunungan, lembah, pantai .
5.      Faktor waktu
Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah sampah perhari
bervariasi menurut waktu .
6.      Faktor social ekonomi dan budaya
Pada musim hujan, sampah mungkin akan tersangkut pada selokan, pintu air, atau penyaringan
air limbah .
7.      Kebiasaan masyarakat
8.      Kemajuan teknologi
Akibat kemjuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat.
9.      Jenis sampah
Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula macam dan jenis
sampahnya .

II.5            Pengolahan Limbah Padat


Proses pengolahan limbah padat
1.      Pemisahan
Karena limbah padat terdiri dari ukuran yang berbeda-beda dari kandungan bahan yang berbeda
maka harus dipisahkan dahulu ada tiga sistem, yaitu :
a.       Sistem Balistik
Adalah sistem pemisahan untuk mendapatkan keseragaman ukuran/berat/volume.
b.      Sistem Gravitasi
Adalah sistem pemisahan berdasarkan gaya berat.
Misal : - barang yang ringan/terapung
-          barang yang berat/tenggelam
c.       Sistem Magnetis
Adalah sistem pemisahan berdasarkan sifat magnet. Yang bersifat magnet, akan langsung
menempel. Misal : untuk memisahkan campuran logam dan non logam.
2.      Penyusutan ukuran
Penyusutan ukuran dilakukan untuk memperoleh ukuran yang lebih kecil, supaya pengolahannya
menjadi mudah.
3.      Pengomposan
Pengomposan dilakukan terhadap buangan/limbah yang mudah membusuk, sampah kota,
buangan atau kotoran hewan ataupun juga pada lumpur pabrik. Supaya hasil pengomposan baik
limbah padat harus dipisah dan disamakan ukurannya/volumenya.
4.      Pembuangan limbah
Proses akhir dari pengolahan limbah padat adalah pembuangan limbah, yang dibagi menjadi
dua,yaitu :
a.       Pembuangan di laut
Pembuangan limbah padat di laut, tidak boleh  dilakukan disembarang tempat dan perlu diingat
bahwa tidak semua limbah padat dapat dibuang ke laut. Hal ini disebabkan :

·         Laut sebagai tempat mencari ikan bagi nelayan


·         Laut sebagai tempat rekreasi dan lalu lintas kapal
·         Laut menjadi dangkal
·         Limbah padat yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya yang dapat
membunuh biota laut.
b.      Pembuangan di darat (Sanitary landfill)
Penetapan tempat pembuangan di darat membutuhkan pertimbangan lebih seksama mengingat
tidak semuah daratan dapat di jadikan tempat pembuangan. Pemilihan lokasi landfill harus
mempertimbangkan pengaruh iklim, suhu, kecepatan dan arah angin, keadaan struktur tana,
jaraknya terhadap sumber air perkebunan, perikanan, peternakan, flora-fauna dan lain-lain.
Hendaknya lokasi  yang di tetapkan adalah lokasi yang benar-beenar tidak ekonomis (non-
produktif)  untuk kepentingan apapun. Menurut keadaanya, lokasi landfill di bedakan menjadi
sebagai berikut:
o   Landfill lembah. Lerengnya terjal dan berbentuk lembah. Limbah dimasukan secara bertahap dan
bertingkat sampai sama datarnya dengan permukaan tanah atas. Demikian dilakukan secara
terus-menerus.
o   Landfill tanah galian. Tanah sengaja digali sesuai kebutuhan. Limbah dimasukan ke dalam
lubang galian dan bila sudah  rata dengan perrmukaan tanah, limbah ditimbun dengan tanah
kemudian dipadatkan.
o   Landfill tanah datar. Limbah ditumpuk pada tempat tertentu kemudian dipadatkan, ditimbun
dengan tanah dan dipadatkan kembali dan disusul dengan timbunan berikutnya sampai berlapis-
lapis. Bagian paling atas ditutup dengan tanah kemudian dipadatkan.
Untuk beberapa jenis buangan tertentu mungkin tidak menbutuhkan pengomposan, tetapi
pembakaran (insinerasi). Untuk itu tahapan yang harus dilakukan pada umumnya adalah
sebaagai berikut:
1.      Pemekatan. Untuk memudahkan penghancuran ditambahkan sejumlah air dengan bahan
kimiah tertentu yang membuat bahan menjadi lunak sehingga dapat dihancurkan dengan mudah.
2.      Penghancuran. Bahan yang masih keras dihancurkan sehingga ukurannya lebih homogin.
Yang tidak dapat dihancukan dibuang ke tempat yang telah tersedia.
3.      Pengurangan air. Melalui alat penekan (pres) atau penghisapan, kadar air dalam bahan
dikurangi. Pengurangan air sebelum proses lanjut memudahkan proses pengeringan. Apabila
kadar air dalam suatu bahan meliputi 50 % maka pada proses pengeringan kandungan air paling
banyak  25 %.
4.      Pembakaran. Bahan padat yang telah cukup kering dapat dibakr dengan mudah bilah
konsentrasi air kurang dari 10 %
5.      Pembuangan. Abu sisa pemakaran, sisa penghaancuran, dan air dapat dibuang ke tempat yang
telah ditetapkan.

Menejmen Pengolahan Limbah Padat


Sistem pengolahan limbah padat merupakan sistem input-output dengan bahan buangan
sebagai input dan buangan yang memenuhi syarat sebagai output. Dengan kata lain,
perubahan influement menjadi efluement memenuhi kriteria tertentu. Untuk memuat desain
sistem pengolahan limbah sudah barang tentu banyak hal yang terkait dan saling mendukung.
Limbah sebagai input membutuhkan perlakuan pendahuluan seperti pencucian, penyaringan,
pemotongan, sehingga dalam proses selanjutnya lebih memudahakn  pengolahannya.
Penetapan lokasi, pemilihan metode, kondisi lapangan dan pemilihan perlatihan
merupakan proses manejemen yang akan menentukan hasil akhir yaitu efluement yang
memenuhi syarat buangan. Penetapan lokasi ini lokasi pengolahan maupun lokasi pembuangan,
merupakan prioritas pendahuluan sebelum metode. Bila pemilihan metode tidak memungkinkan
untuk menyesuaikan diri dengan pilihan lokasi, maka prioritas pilihan akan di tinjau kembali.
Lokasi pengolahan dan lokasi pembuangan sedapat mungkin harus selalu berdekatan.
Artinya, lokasi pengolahan limbah dan sarana penampungannya seharusnya merupakan bagian
dari sistem pabrik dan oleh karena itu diupayakan semuah pusat operasinya berada di dalam
lingkungan pabrik. Hal ini demi kemudahan melakukan pengawasan dan pemantauan. Tetapi
adakalanya lokasi pabrik tidak memungkinkan lagi untuk digunakan juga sebagai lokasi
pengolahan sehingga pengolah limbah harus dilakukan di lokasi yang berjahuan. Khusus limbah
air yang sarana penampunganya cukup jauh perlu di buatkan  saluran yang panjang. Kondisi
lapangan seperti tanah berpasir, lembah, tanah miring, dekat lokasi pemukiman dekat dengan
peternakan dan jalur gempa, sangat mempengaruhi pemilihan lokasi dan pemilihan metode.
Kondisi lapangan mempunyai  lembah dapat di manfaatkan untuk pembuatan logam. Tanah
miring dapat digunakan sebagai pengganti pompa sehingga pemindahan air dapat dilakukan
dengan over flow.
Pemilihan perangkat pengolahan harus sesuai dengan metode pengolahan jenis-jenis
perangkat ini sebagian besar tersedia di pasaran, seperti pompa serator, mixer, saringan, dan lain-
lain. Namun beberapa peralatan bantu yang lain harus di buat di lapangan dan di sesuaikan
dengan kondisi lapangan, lokasi dan metode yang digunakan. Misalnya pembuatan kolam
oksidasi, kolam aerasi, bak saringan, sistem sirkulasi dan pemberian di lakukan dilapangan.
Sebelum pengadaan peralatan dan pemilihan metode dilakukan penilitian lapangan. Penilitian
lapangan dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kondisi dan situasi limbah dan serta
segala sesuatu yang berkaitan dengan pengairan limbah. Penilitian yang dilakukan dapat di
bedakan menjadi dua hal, yaitu penelitian terhadap limbah pabrik yang sudah berjalan
(berproduksi)  dan penilitian terhadap pabrik yang seedag dalam taraf  perencanaan, perbedaanya
adalah tingkat dari pabrik sejenis yang jauh sebelumnya limbah oprasi dan berproduksi daapat
digunakan sebagai pedoman.
Beberapa kondisi lapangan yang perlu diketahui adalah jenis, volume, sember limbah;
parameter limbah yang mencemarkan ; sarana pembangunan limbah; kecepatan air limbah, lain-
lain. Dengan memanfaatkan sarana laboratorium, sebagain besar variabel representif untuk
menghindari hasil bias. Tidak ada rumusan yang pasti bahwa sampel yang diambil harus sekian
persen, namun upaya yang dilakukan harus menunjukan keadaan pabrik secarah keseluruhan.
Di dalam pengambilan sempel terdapat beberapa persyaratan khusus yang di tetapkan
untuk menghindari terjadinya perubahan kualitas limbah sebelum selesai diproses. Titik-titik
pengambilan sampel yang merupakan tempat pertemuan dari buangan, dan bagaimana pengaruh
sebelum dan sesudah limbah bercampur dengan badan penerima harus ditetapkan. Faktor
yang  menjadi pertimbangan untuk menetapkan titik pengambilan sampel tersebut, bahwa setiap
unit  produksi yang potensial menjadi sumber pencemaran lingkungan akan diambil sebagai
sempel jarak antara titik pengambilan pertama dan titik berikutnya perlu di tetapkan untuk
mengetahui bagaimana perubahan kualitas limbah setelah menempuh jarak tertentu dan
parameter apa yang memengaruhinya sepanjang jarak tersebut, penetapan titik-titik pengambilan
sempel ini penting sekali pada seluruh iniduk tempat limbah sudah memasuki badan penerima
sebelum menerima limbah pabrik. Dengan demikian selelu ada tolak ukur untuk menyatakan
adanya perubahan kualitas.
Saat pengambilan sempel limbah juga merupakan faktor utama, sebab diantara beberapa
pabrik tiddak membuang limbah dalam suatu periode yang tetap dengan jumlah yang tetap, di
samping penggunaan bahan yang berbeda-beda pula. Ada pabrik yang membuang air dalam
jumlah yang relatif besar dalam kurun waktu 15 hari, yaitu pada saat air dibuang dari unit
pembilasan yang banyak mengandung asam klorida. Ada juga pabrik  yang membuang air
mengandung klor dan plumbum seminggu sekali dan selebihnya merupakan buangan rutin,
apabila pabrik berproduksi puncak dan minimum, tentu limbah yang dikeluarkan berbeda
volumenya.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto,Suprihatin Agung, pengantar pendidikan Lingkungan hidup,Yogyakarta, Gava Media,
2013.
 Kristanto Philip, Ekologi Industri, Yogyakarta, ANDI, 2013.
 Chandra Budiman, Pengantar Kesehatan Lingkungan,Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 2005
Mukono. H. J, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan Edisi kedua, Surabaya, Airlangga
University Press,  2006
Alamsyah. Dedi, Ratna Muliawati, Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta, Nuha
Medika, 2013.
Adnani  Hariza, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta, Nuha Medika, 2011.

Anda mungkin juga menyukai