Anda di halaman 1dari 14

ZOOLOGI INVERTERBRATA

NEMATHELMINTHES (CACING GILING)

Nepy Yunitasary (14222109)

Dosen Pengampu
Awalul Fatiqin, M. Si

Asisten
1. Gustam Herniadi
2. Iga Utama Putra
3. Muhammad Sangkut
4. Nurul Azizi
5. Rabeta Ayu Susanti

PRODI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN FATAH PALEMBANG
2015 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nemathelminthes berasal dari kata Nemathos benang, Helminthe
cacing. Jadi Nemathelminthes adalah cacing yang berbentuk benang atau
giling. Tubuh Nemathelminthes bulat, panjang dengan permukaan tubuh
halus dan mengkilat. Cacing ini hidup tersebar di mana-mana (Jasin, 1994).
Ada yang hidup di air tawar, air asin, pada manusia, hewan dan
tumbuhan. Karena cacing Nemathelminthes sangat heterogen maka
klasifikasinya tidak memuaskan dan ciri-ciri khususnya yaitu: tidak beruas-
ruas, triploblastis, bilateral simestris, badannya bentuk silinder panjang, tidak
bersila, seksnya terpisah (diocious) (Jasin, 1994).
Tubuhnya terdiri atas 3 lapisan (triploblastik), yaitu lapisan luar
(ektoderm), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan dalam (endoderm). Pada
lapisan luar tubuhnya dilapisi oleh lapisan kutikula. Rongga yang
terdapat pada tubuhnya merupakan rongga semu (pseudoselomata). Cacing
ini memiliki simetri tubuh bilateral (Rusyana, 2011).
Cacing ini bersifat dioesius, yaitu cacing jantan dan cacing betina.
Nemathelminthes memiliki sistem pencernaan yang sempurna, saluran
pencernaan memanjang dari mulut sampai ke anus dan cacing ini belum
memiliki sistem peredaran darah (Rusyana, 2011).
Dalam praktikum ini, kita akan mengetahui bentuk morfologi dari
Nemathelmintes, serta mengetahui lapisan dan jaringan apa saja yang terdapat
di dalam tubuh Nemathelmintes.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi
luar Nemathelmintes yaitu cacing perut (Ascaris lumbricoides).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Nemathelminthes
Nemathelminthes (dalam bahasa Yunani, nema, benang, helminthes,
cacing) disebut sebagai cacing giling karena tubuhnya berbentuk bulat
panjang atau seperti benang. Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum
memiliki rongga tubuh. Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh
meskipun bukan rongga tubuh sejati (Prawirohartono, 2006).
Oleh karena memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut
sebagai hewan Pseudoselomata. Ciri tubuh Nemathelminthes memiliki
ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh. Individu betina berukuran lebih
besar daripada individu jantan. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti
benang dengan ujung-ujung yang meruncing (Prawirohartono, 2006).

B. Fisiologi Nemathelminthes
Menurut Kastawi (2001), adapun fisiologi dari fillum Annelida ini adalah
sebagai berikut:
1. Sistem Gerak
         Gerak pada Nemathelminthes disebabkan adanya otot-otot yang
terdapat pada dinding tubuh. Otot-otot itu terletak diantara tali epidermal,
dan membujur sepanjang tubuh. Otot-otot itu terbagi menjadi empat
kuadran, dua kuadran terletak pada sisi dorsal, dan yang lain pada sisi
ventral. Kontraksi dan relaksasi dari otot-otot menyebabkan tubuh cacing
memendek dan memanjang. Koordinasi gerak dari keempat kuadran otot
menyebabkan cacing bergerak dengan cara meliuk-liuk (Kastawi, 2005).
2.     Sistem Respirasi (Pernapasan)
     Cacing Nemathelminthes tidak mempunyai alat respirasi atau
pernapasan. Respirasi dilakukan secara anaerob. Energi diperoleh dengan
cara mengubah glikogen menjadi CO2 dan asam lemak yang
diekskresikan melalui kutikula. Namun sebenarnya Nemathelminthes
dapat mengkonsumsi oksigen jika di lingkungannya tersedia. Jika
oksigen tersedia, gas itu diambil oleh hemoglobin yang ada di dalam
dinding tubuh dan cairan pseudosoel (Kastawi, 2005).
3. Sistem Digesti (Pencernaan)
Mulut dikelilingi oleh tiga bibir. Mulut berlanjut pada faring atau
esophagus yang berbentuk silindris. Bagian belakang faring atau
esophagus itu menebal, dan dilengkapi oleh klep. Dinding faring
mempunyai serabut-serabut otot radial yang dapat melebarkan rongga
faring. Di dalam rektum terdapat kelenjar rektal uniselular yang
berukuran besar, jumlahnya tiga pada yang betina dan enam pada yang
jantan. Pada hewan jantan terdapat kloaka.
Sistem pencernaannya tidak dilengkapi dengan kelenjar
pencernaan. Makanan yang dimasukkan ke dalam tubuhnya berupa
makanan setengah jadi yang berasal dari inangnya dengan cara menggigit
membran mukosa menggunakan bibirnya untuk mengisap darah dan
cairan jaringan dari inang (Kastawi, 2005).
4.     Sistem Ekskresi
Pada Nemathelminthes yang hidup di laut sistem ekskresinya
terdiri dari satu atau dua sel kelenjar Renette yang terletak di dalam
pseudosoel bagian ventral, di dekat perbatasan antara faring dan intestin.
Rusuk anterior dari sel yang berbentuk H mengalami reduksi, dan kanal
transversal bercabang membentuk satu jaringan. Saluran umum itu
berakhir pada lubang ekskresi yang terletak di bagian ventral di belakang
bibir. Sistem ekskresi pada cacing ini tidak dilengkapi dengan lubang-
lubang internal, silia, dan sel api (Kastawi, 2005).
5.     Sistem Koordinasi
                  Sistem saraf meliputi  sebuah cincin sirkumfaringeal yang
mengelilingi faring. Cincin saraf itu tersusun oleh serabut-serabut saraf
dan sel-sel saraf difus. Cincin saraf sirkumfaringeal itu berhubungan
dengan banyak ganglion, ada ganglion dorsal yang tidak berpasangan dan
ganglion subdorsal yang berpasangan. Masing-masing ganglion
mempunyai sel-sel saraf yang jumlahnya tetap (Kastawi, 2005).
6.   Sistem Reproduksi
         Nemathelminthes merupakan hewan berkelamin tunggal, artinya
alat kelamin jantan dan betina terpisah. Hewan jantan dan betina dapat
dibedakan dengan jelas berdasar penampakan dari luar. Hewan jantan
mempunyai ukuran lebih kecil dari hewan betina dan mempunyai ekor
yang melengkung. Sistem alat kelamin jantan mengalami reduksi sehingga
hanya tinggal satu, sedang sistem kelamin betina ada dua buah.
Organ kelamin jantan terletak pada separuh tubuh bagian posterior.
Testesnya satu, panjang, menggulung, dan berlanjut menjadi saluran vas
deferens yang memiliki ukuran diameter sama (Kastawi, 2005).
                 Organ kelamin betina bersifat “didelfik” artinya jumlahnya ada dua.
Organ ini terletak pada dua pertiga bagian tubuh dari arah posterior.
Ovarinya berjumlah dua berbentuk benang yang menggulung. Ovari
mempunyai saluran telur (oviduk) yang berukuran lebih lebar. Oviduk
menuju ke uterus yang dindingnya berotot (Kastawi, 2005).

C. Kelas Nematoda
Menurut Jasin (1994), mempunyai usus tapi tidak mempunyai
proboscis (belalai). Dibagi atas beberapa sub kelas yaitu sebagai berikut:
1. Sub Kelas Eunematoda
Cacing termasuk sub kelas ini tubuhnya dilapisi eptithelium. Gonad
mempunyai saluran dan cacing ini tidak mempunyai cloaca, pada jenis
jantan dan betina. Pada tubuh sebelah lateral terdapat chorda (penganut
tubuh yang elastis).
Menurut Jasin (1994), sub kelas Eunematoda dibagi menjadi lima
ordo yaitu sebagai berikut:
a. ordo 1 yaitu Ascaroida: ada yang hidup bebas dan ada yang parasit
mempunyai 3 bibir;
b. ordo 2 yaitu Strongyloida: hidup parasit, yang jantan mempunyai
bursa caudalis (bursa, semacam alat penempel; caula, ekor), dimana
bursa tersebut diperkuat dengan jari-jari. Oesophagus berbentuk
tongkat tanpa bentuk bola;
c. ordo 3 yaitu Filaroida: hidup parasit, mempunyai sepasang bibir
lateral, atau tidak mempunyai bentuk bola, dimana bagian anterior
mempunyai kelenjar;
d. ordo 4 yaitu Dioctophymoida: hidup parasit, pada tubuh kadang-
kadang terdapat duri pada oesophagusnya panjang dan berbentuk
tongkat;
e. ordo 5 yaitu Trichinelloida: parasit, bagian oesophagus tampak jelas
atau tidak jelas, oesophagus mempunyai lapisan kutikula yang terdiri
dari satu lapisan.
2. Sub Kelas Gordiaceae
Rongga tubuhnya dilapisi oleh lapisan epithelium. Gonad tidak
mempunyai saluran penghubung dengan saluran penyalurnya. Terdapat
cloaca pada betina, tidak memiliki chorda lateralis (Jasin, 1994).
Menurut Nizkon (2012), Sub kelas ini mempunyai bentuk seperti
ular rambut kuda. Orang dahulu mengira cacing ini berasal dari rambut
kuda. Bentuk tubuh gordiacea berbeda dengan sub kelas Eunametoda.
Saluran pencernaan dan saluran kelamin terbuka dalam satu muara,
umumnya disebut cloaca. Pada hewan jantan tidak mempunyai batang-
batang duri. Hewan dewasa hidup dalam air sedang larva terdapat dalam
insect air dan pindah ke insect lainnya lagi.

D. Kelas Acanthocephala
Ciri-ciri cacing ini adalah adanya duri di kepala. Hidup dalam usus
vertebrata dan biasanya melekat pada dinding usus dengan belaian Bangkok
dengan kait duri. Panjang tubuh beberapa mm tetapi ada yang mencapai 50
mm, mempunyai alat pencernaan. Makanan di hisap melalui tubuh
hospesnya. Jenis kelaminnya terpisah dan mempunyai sistem reproduksi yang
kompleks. Hospes perantara grustacea dan insect. Sebagai contoh:
Neoechinorhynchus emydis, terdapat pada hewan penyu (Rusyana, 2011).
E. Contoh Representatif
Menurut Jasin (1994), adapun contoh dari Nemathelminthes yaitu
sebagai berikut:
1. Ascaris lumbricoides
Hidup pada anus manusia. Dinding tubuh tersusun dari kutikula,
epidermis dan lapisan otot yang memanjang dimana terdapat saluran
ekskresi lateral, tali-tali syaraf dorsal dan ventral yang dihubungkan oleh
cincin syaraf anterior.Cacing betina dalam umur dewasa dan keadaan yang
sama lebih besar dari yang jantan, panjang tubuh cacing betina 20-40 cm
sedangkan yang jantan 10-15 cm.
Pada hewan jantan pada salah satu ujung utbuhnya menggulung
sedangkan betina tidak. Kedua-duanya ujung tubuh meruncing dan
permukaan ventral di ujung posterior terdapat lubang ekskresi,
makanannya berupa sari-sari makanan, sepanjang tubuhnya tampak empat
garis longitudinal (memanjang) ialah garis dorsal, garis ventral, dan 2
garis lateral. Saluran pencernaan makanan terdiri atas: mulut, faring, usus
panjang, dan anus.
2. Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
Hidup parasit pada usus manusia, panjang tubuh cacing dewasa 1-1,5
cm. mulut terdapat pada ujung anterior, padanya terdapat kait-kait yang
dipergunakan untuk mengkait diri pada usus hospesnya, supaya tidak
terbawa oleh arus makanan. Keadaan tersebut menyebabkan usus
menderita luka-luka. Cacing ini menghisap darah dan juga menghasilkan
zat anti koagulasi (zat yang bisa mencegah pembekuan darah) sehingga
penderita mengalami anemia (kurang darah).
3. Wuchereria bancrofti
Cacing ini dapat menyebabkan penyakit filarial yang disebut filariasis
(elephantiasis). Infeksi cacing filarial kepada tubuh manusia terjadi bila
nyamuk culex yang mengandung mikrofillia menusuk manusia,
microfilaria dapat masuk melalui bekas tusukkan nyamuk, cacing dewasa
dalam tubuh manusia dapat menyambut saluran limfa yang menyebabkan
pembengkakkan di beberapa bagian tubuh.
4. Oxyuris
Cacing kremi ini menyebabkan gatal-gatal di daerah dubur
terutama pada malam hari sehingga penderita akan terganggu (kurang
tidur).
5. Trichinella
Trichinella disebabkan karena memakan daging babi yang kurang
masak yang mengandung kista dari cacing Trichinella. Cacing dewasa
berkembang biak di dalam usus, ribuan cacing muda dihasilakan oleh
cacing betina yang kemudian akan menembus dinding usus berpindah ke
seluruh tubuh mengkista didalam otot.
     
BAB III
METODOLOGI PRAKTRIKUM

A. Waktu dan Tempat


Pratikum Zoologi Invertebrata tentang Nematheliminthes dilaksanakan
pada hari Kamis, tanggal 28 Januari 2016, pada pukul 08.00-10.00 WIB,  di
Laboratorium Biologi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah
Palembang.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu botol, gelas,
mikroskop, objek glass, deg glass dan pipet tetes.
2. Bahan
Adapun bahan yang diperlukan dalam percobaan ini yaitu cacing perut
(Ascaris lumbricoides).

C. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum Nemathelmintes
adalah sebagai berikut:
1. morfologi luar:
a. lakukanlah pengamatan morfologi luar tubuh pada masing-masing
kelas Nemathelmintes dengan menggunakan lup;
b. amatilah dan tentukan bagian-bagian luar dari masing-masing kelas
Nemathelmintes;
c. gambarlah hasil dari pengamatan tersebut beserta keterangannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Morfologi cacing perut (Ascaris lumbricoides)
No. Gambar Keterangan
1. 1. Bibir
2. Anus
3. Kepala

(Sumber: Fatiqin, 2015)


B. Pembahasan
Adapun hasil dari praktikum yang telah dilakukan tentang filum
Nemathelmintes adalah dengan penggunaan sampel yaitu cacing perut
(Ascaris lumbricoides). Pada morfologi cacing perut (Ascaris lumbricoides)
terdapat bibir, anus, dan kepala.
Menurut Jasin (1994), tubuh Nemathelminthes bulat, panjang dengan
permukaan tubuh halus dan mengkilat. Cacing ini hidup tersebar di mana-
mana. Ada yang hidup di air tawar, air asin, pada manusia, hewan dan
tumbuhan. Karena cacing Nemathelminthes sangat heterogen maka
klasifikasinya tidak memuaskan dan ciri-ciri khususnya yaitu: tidak berusa-
ruas, triploblastis, bilateral simestris, badannya bentuk silinder panjang, tidak
bersila, seksnya terpisah (diocious).
Menurut Nizkon (2012), tubuh berbentuk gilig atau seperti benang dan
tidak bersegmen, mempunyai selom semu (psuedoselomata), tripoblastik.
Permukaan tubuh dilapisi kutikula sehingga tampak mengkilat. Saluran
pencernaan sempurna mulai dari mulut sampai anus. Beberapa jenis
diantaranya memiliki kait.
Sistem respirasi melalui permukaan tubuh secara difusi. Saluran
peredaran darah tidak ada, tetapi cacing ini mempunyai cairan yang fungsinya
menyerupai darah. Sistem reproduksi: alat kelamin terpisah. Cacing betina
lebih besar dari cacing jantan dan yang jantan mempunyai ujung bekait.
Gonad berhubungan dengan saluran alat kelamin. Dan telur dilapisi oleh kulit
yang terbuat dari kitin. Hewan ini tidak berkembang secara aseksual.
Sebagian besar hewan ini hidup bebas dalam air dan tanah, tetapi ada juga
sebagai parasit dalam tanah, yakni merusak tanaman atau dalam saluran
pencernaan (Nizkon, 2012).

Gambar 1. Morfologi dan anatomi Cacing perut


(Sumber: Fatiqin, 2014)
Menurut Rusyana (2013), bentuk umum dari cacaing Ascaris
lumbricoides adalah: bulat panjang. Hidup parasit dalam perut manusia,
kecuali itu terdapat jenis lain yang dapat hidup dalam pencernaan babi tetapi
tidak dapat hidup dalam pencernaan manusia, seksnya terpisah, yang betina
lebih besar dari pada yang jantan. Dalam keadaan hidup tubuh berwarna putih
seperti air susu, kutikula transparan dengan garis-garis. Mulutnya terbuka
pada bagian anterior dengan sebuah bibir dorsal dan dua buah bibir ventro-
lateral. Kecuali mempunyai gigi juga mempunyai pupil (satu kelenjar).
Dekat posterior terdapat lubang anal. Pada cacing jantan dekat lubang
anal terdapat tonjolan yang disebut penial setae yang digunakan sewaktu
mengadakan hubungan seks. Untuk mengatahui jantan betinanya Arcaris,
dapat dilihat adanya bagian tersebut. Pada cacing betina lubang kelamin yang
bervulva terletak pada sepertiga panjang tubuh dari akhir anterior (Rusyana
2013).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa tubuh berbentuk gilig
atau seperti benang dan tidak bersegmen, mempunyai selom semu
(psuedoselomata), tripoblastik. Permukaan tubuh dilapisi kutikula sehingga
tampak mengkilat. Saluran pencernaan sempurna mulai dari mulut sampai
anus. Beberapa jenis diantaranya memiliki kait. Sistem respirasi melalui
permukaan tubuh secara difusi. Saluran peredaran darah tidak ada, tetapi
cacing ini mempunyai cairan yang fungsinya menyerupai darah. Sistem
reproduksi: alat kelamin terpisah. Cacing betina lebih besar dari cacing jantan
dan yang jantan mempunyai ujung bekait. Gonad berhubungan dengan
saluran alat kelamin. Dan telur dilapisi oleh kulit yang terbuat dari kitin.
Hewan ini tidak berkembang secara aseksual. Sebagian besar hewan ini hidup
bebas dalam air dan tanah, tetapi ada juga sebagai parasit dalam tanah, yakni
merusak tanaman atau dalam saluran pencernaan.
DAFTAR PUSTAKA

Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi invertebrata. Surabaya : Sinarwijaya

Kastawi, Yusuf, dkk. 2001. Zoology Avertebrata. Universitas malang-Press.

Nizkon. 2011. Zoologi Invertebrata. Jakarta : Erlangga.

Rusyana, Adam. 2013. Zoologi Invertebrata. Bandung : Alfabeta.

Surya, Ali. 2014. Filum Ecinodermata. Website: http:// surya_ .blogspot.


com/2013/10/ filum-echinodermata.html. Diakses pada tanggal 29
Desember 2014 pukul 17.20 WIB.

Anda mungkin juga menyukai