PENDAHULUAN
A. latar belakang
Setiap tahun sekitar setengah juta perempuan di dunia meninggal akibat komplikasi
yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan (WHO, 1996). Lebih dari
separuhnya berada di negara Asia.2 Penyebab utama terjadinya kematian ibu dapat di
bagi 4 (empat) kelompok yaitu langsung, terjadi tanpa dapat diduga sebelumnya, dan
tidak diketahui penyebabnya, penyebab langsung kematian ibu yang paling umum di
Indonesia adalah preeklampsia/eklampsia, perdarahan, dan infeksi.3 World Health
Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2005 terdapat 536.000 wanita hamil
meninggal akibat hipertensi pada saat persalinan di seluruh dunia. Angka Kematian Ibu
(AKI) di Subsahara Afrika 270/100.000 kelahiran hidup, di Asia Selatan 188/100.00
kelahiran hidup dan di Asia Tenggara 35/100.000.(World Health Oorganization, 2010).1
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2005, di Indonesia angka kematian ibu
tergolong tinggi yaitu 420/100.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN. AKI di Singapura 14/100 kelahiran hidup, di Malaysia 62/100.000 kelahiran
hidup dan di Thailand 110/100.000 kelahiran hidup. Di Vietnam 150/100.000 kelahiran
hidup, di Filipina 230/100.000 kelahiran hidup dan Myanmar 380/100.000 kelahiran
hidup. (World Health Oganization, 2010). Angka Kematian Ibu merupakan indikator
keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian
ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Menurut data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009, AKI di Indonesia 307/100.000 kelahiran hidup
dan tahun 2009, 228/100.000 kelahiran hidup. Penurunan AKI di Indonesia masih terlalu
lambat untuk mencapai target Tujuan pembangunan yaitu menurunkan angka kematian
ibu tiga per empat selama kehamilan dan persalinan. Rentang tahun 2003-2009 penurunan
AKI di Indonesia, jauh dari target yang ingin dicapai pada tahun 2010 dan 2015
diperkirakan 125/100.000 kelahiran hidup dan 115/100.000 kelahiran hidup1.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik mengangkat makalah mengenai
hipertensi dalam kehamilan, preeklamsia, eklamsia dan syindrom hellp.
A. Definisi
Hipertensi dalam kehamilan (HDK) adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan
berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan (Junaidi, 2010). Terjadinya
hipertensi ini (≥140/90 mmHg) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
riwayat keluarga, stres, nutrisi, umur, paritas, aktivitas, dan eklamsia.1
B. klasifikasi hipertensi
Hipertensi dalam kehamilan saat ini dibedakan menurut The Working Group of
Hypertensive Disordes Complicating Pregnancy (2000) sebagai berikut :
1. hipertensi gestasional yaitu terjadinya hipertensi ringan selama kehamilan pada ibu
yang sebelumnya normotensif, tanpa disertai proteinuria dan kelainan hasil
laboratorium lain. Diagnosis hipertensi gastosional yaitu :
a. Tekanan darah ≥140/90 mmHg
b. Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia
kehamilan <12 minggu
c. Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
d. Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati dan
trombositopenia
e. Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan
a. Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu.
b. Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan.
c. Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat
untuk penilaian kesehatan janin.
d. Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan
eklampsia.
e. Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
A. Definisi
Preeklampsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat
timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.3
B. Klasifikasi
1. Preeklamsia ringan
Adalah Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ
yang berakhibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
(Prawirohardjo, 2009. 543). Sedangkan menurut ilmu kebidanan praktis :61
Adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan / atau edema setelah umur
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul
sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Gejala dan tanda
preeklampsia ringan yaitu:3
a. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan setiap 6 iam.
b. Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan setiap 6 jam.
c. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
d. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada
urin kateter atau urin aliran pertengahan.3
2. Preeklampsia berat
Adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmhg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih menurut ilmu kebidanan praktis.63.
Sedangkan menurut Prawirohardjo ( 2009. 544) adalah preeklampsia dengan
tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah diastolic > 110 mmHg
disertai proteinuria lebih 5 g/ 24 jam. Gejala dan tanda preeklampsia berat
yaitu :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg
b. Oliguria, urin < 400 cc/24 jam.
c. Proteinuria lebih dari 3 gr/liter.3
H. Pengobatan medisinal
1. Obat anti kejang:
a. Terapi pilihan pada preeklamsia adalah magnesium sulfat (MgSO 4).
Sebaiknya MgSO4 diberikan terus menerus secara IV atau berkala secara
IM.
Pemberian IV terus menerus menggunakan infusin pump.
Dosis awal : 4 gram MgSO 4 20% (20 cc) dilarutkan kedalam 100 cc
cairan Ringer Laktat atau Ringer Dextrose selama 15-20 menit secara
IV.
Dosis pemeliharaan : 10 gram MgSO 4 20% dalam 500 cc RL/RD
dengan kecepatan 1-2 gram/jam
Pemberian IM berkala :
Dosis awal : 4 gram MgSO4 20% (20 cc) secara IV dengan kecepatan 1
gram/menit
Dosis pemeliharaan : 4 gram MgSO4 40% (10 cc) IM setiap 4 jam.
Tambahkan 1 cc Lidokain 2% setiap pemberian IM untuk mengurangi
nyeri dan panas.
I. Pengelolaan obstetrik
Pengelolaan preeklamsia yang terbaik ialah mengakhiri kehamilan karena :
1. Penyebabnya adalah kehamilan itu sendiri
2. Preeklamsia akan membaik setelah persalinan
3. Mampu mencegah kematian janin dan ibu
Namun, bila kehamilan belum matur dan ibu serta janin masih baik, perawatan
konservatif dapat dilakukan untuk mempertahankan kehamilan sampai berumur
37 minggu.
A. Definisi
Eklamsia adalah kejang yang dialami wanita hamil dalam persalinan atau
masa nifas yang disertai gejala-gejala preeklamsia (hipertensi, edema dan
proteinuria).4 menurut saat terjadinya, eklamsia dapat dibedakan atas :
1. Eklamsia antepartum : terjadi sebelum kehamilan
2. Eklamsia intrapartum : terjadi sewaktu persalinan
3. Eklamsia pascasalin : terjadi setelah persalinan. Eklamsia pascasalin dapat terjadi
segera (early postpartum, setelah 24 jam-7 hari pascasalin) atau lambat (late
postpartum, setelah 7 hari pascasalin selama masa nifas).
1. Tingkat invasi (tingkat permulaan) : mata terpaku, kepala dipalingkan ke satu sisi,
muka memperlihatkan kejang-kejang halus. Tingkat ini berlangsung beberapa
detik.
2. Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis) : seluruh badan kaku, kadang-kadang
terjadi epistotonus yang lamanya 15-20 detik.
3. Tingkat konvulsi ( tingkat kejang klonis) : kejang hilang timbul, rahang membuka
dan menutup begitu pula mata, otot-otot muka dan otot badan berkontraksi dan
berelaksai berulang. Kejang sangat kuat sampai-sampai penderita dapat terlempar
dari tempat tidur atau menggigit lidah sendiri. Ludah berbuih bercampur darah
keluar dari mulut, mata merah dan muka biru. Kejang berangsung ± 1 menit
4. Tingkat koma : setelah kejang klonis, penderita mengalami koma, lamanya
bervariasi mulai dari beberapa menit sampai berjam-jam. Bila sadar kembali,
penderita tidak ingat sama sekali apa yang telah terjadi (amnesia retrograd).4
B. Patologi
Dalam tubuh penderita yang meninggal dunia akibat eklamsia dapat
ditemukan kelainan-kelainan hati, ginjal, otak, paru dan jantung. Umumnya terdapat
tanda-tanda nekrosis, perdarahan, edema, hiperimia atau iskemia dan trombosis.4
Di plasenta, dapat ditemukan infark akibat degenerasi lapisan trofoblas.
Perubahan lain yang dapat dijumpai antara lain retensi air dan natrium,
hemokonsentrasi dan terkadang asidosis.
D. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis eklamsia, keadaan-keadaan lain yang menyebabkan
kejang dan demap seperti kecunan, tenataus dan epilepsi harus disingkirkan.
Diagnosis eklamsia yang terjadi lebih dari 24 jam pascasalin harus dicurigai. Namun
demikian, semua ibu dalam masa kehamilan dan masa yang mengalami kejang dan
hipertensi harus dianggap sebagai penderita eklamsia sampai terbukti bukan.4
E. Pengelolaan
1. Profilaksis/pencegahan: menemukan kasus preeklamsia sedini mungkin
danmengobatinya dengan adekuat.
2. Pengobatan : karena eklamsia merupakan keadaan gawat darurat yang sangat
berbahaya bagi keselamatan ibu dan anak, penderita harus dirawat di unit
perawatan intensif (ICU). Secara teoritis, eklamsia adalah penyakit yang
disebabkan oleh kehamilan, maka pengobatan yang terbaik adalah secepat
mungkin mengakhiri kehamilan, misalnya dengan seksio sesaria ataupun
melakukan persalinan pervaginam.4
Tujuan pengobatan eklamsia yaitu :
a. Mencegah kejang berulang
b. Menurunkan/ mengendalikan tekanan darah
c. Mengatasihemokonsentrasi dan memperbaiki diuresis dengan pemberian
cairan seperti RL
d. Mengatasi hipoksia dan asidosis dengan mengusahakan agar penderita
memperoleh O2 dan mempertahankan kebebasan jalan nafas.
e. Mengakhiri kehamilan tanpa memandang usai kehamilan, setelah kejang
teratasi.
G. Pengelolaan Obstetrik
Sikap dasar pengelolaan obstetrik adalah semua kehamilan dengan ekamsia harus
diakhiri tanpa memandang usia kehamilan atau keadaan janin. Waktu pengakhiran
kehamilan ditetapkan bila hemodinamika dan metabolisme ibu sudah penuh/stabil,
yakni 4-8 jam setelah salah satu atau lebih dari keadaan ini:
1. Setelah pemberian obat anti kejang terakhir
2. Setelah kejang trakhir
3. Setelah pemberian oba-obat antihipertensi terakhir
4. Pasien mulai sabar (responsif).4
A. Definisi
Sindrom Hemolysis Elevated Liver enzymes Low Platelets (HELLP)
merupakan suatu komplikasi obstetri yang dapat membahayakan nyawa. Sindrom
HELLP biasanya dihubungkan dengan kondisi pre eklampsia.
Kriteria sindrom HELLP adalah Hemolytic Anemia, Elevated Liver enzymes,
Low Platelet count. Komplikasi yang dapat menyertai adalah terlepasnya plasenta
(abruption), edema paru paru, acute respiratory distress syndrome (ARDS), hematom
pada hati dan pecah, gagal ginjal akut, disseminated intravascular coagulation (DIC),
eklampsia, perdarahan intraserebral, dan kematian maternal.
B. Patofisiologi
Penyebab sindrom HELLP secara pasti belum diketahui, sindrom
menyebabkan terjadinya kerusakan endotelial mikrovaskuler dan aktivasi platelet
intravaskuler. Aktivasi platelet akan menyebabkan pelepasan tromboksan A dan
serotonin, dan menyebabkan terjadinya vasospasme, aglutinasi, agregasi platelet, serta
kerusakan endotelial lebih lanjut. Kaskade ini hanya bisa dihentikan dengan terminasi
kehamilan.
Sel-sel darah merah yang mengalami hemolisis akan keluar dari pembuluh
darah yang telah rusak, membentuk timbunan fibrin. Adanya timbunan fibrin di
sinusoid akan mengakibatkan hambatan aliran darah hepar, akibatnya enzim hepar
akan meningkat.
Proses ini terutama terjadi di hati, dan dapat menyebabkan terjadinya iskemia
yang mengarah kepada nekrosis periportal dan akhirnya mempengaruhi organ
lainnya.6
A. kesimpulan
1. Hipertensi dalam kehamilan (HDK) adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan
berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan (Junaidi, 2010). Terjadinya
hipertensi ini (≥140/90 mmHg) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
riwayat keluarga, stres, nutrisi, umur, paritas, aktivitas, dan eklamsia. 1 HDK dibagi
menjadi hipertensi kronik dan hipertensi gastosional.
2. Preeklampsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah
umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul
sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. 3 preeklamsia dibagi
menjadi preeklamsia ringan dan berat.
3. Eklamsia adalah kejang yang dialami wanita hamil dalam persalinan atau masa nifas
yang disertai gejala-gejala preeklamsia (hipertensi, edema dan proteinuria).4 menurut
saat terjadinya, eklamsia dapat dibedakan atas : Eklamsia antepartum, eklamsia
intrapartum dan eklamsia pascasalin
4. Sindrom Hemolysis Elevated Liver enzymes Low Platelets (HELLP) merupakan
suatu komplikasi obstetri yang dapat membahayakan nyawa. Sindrom HELLP
biasanya dihubungkan dengan kondisi pre eklampsia. Kriteria sindrom HELLP adalah
Hemolytic Anemia, Elevated Liver enzymes, Low Platelet count. Komplikasi yang
dapat menyertai adalah terlepasnya plasenta (abruption), edema paru paru, acute
respiratory distress syndrome (ARDS), hematom pada hati dan pecah, gagal ginjal
akut, disseminated intravascular coagulation (DIC), eklampsia, perdarahan
intraserebral, dan kematian maternal.