PENDAHULUAN
waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berpikir
Pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk ke
dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi. (Gerald, 2012).
Skizofrenia dapat diketahui dengan adanya tanda dan gejala yang muncul, layaknya
berperilaku seperti anak–anak, tanpa alasan terlihat sibuk sendiri, sering bertingkah
konyol, bertingkah tanpa tujuan pasif, apatis dan penarikan diri secara sosial dan rasa
tidak nyaman. Klien dengan skizofrenia tidak mampu melakukan fungsi dasar secara
mandiri, sehingga keluarga menjadi elemen terdekat dalam hal pemenuhan kebutuhan
dasar klien, namun hal tersebut berbanding terbalik karena keluarga justru akan
oleh beberapa faktor yaitu terjadinya pelemahan koping dalam diri keluarga tersebut.
Perlakuan ini disebabkan karena ketidaktahuan dan pengertian yang salah dari
skizofrenia di dunia mencapai 23 juta jiwa. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
dari seluruh Provinsi di Indonesia yaitu sebanyak 2.276 orang (Riskesdas, 2013). Pada
skizofrenia pada 2019 tertinggi berada di kecamatan Nangkaan yaitu sejumlah 136
sedangkan jumalah terendah berada di kecamatan Taman Krocok dan Sempol yang
salah satu desa binaan di Puskesmas Tegalampel juga menyebutkan bahwa kunjungan
keluarga, kerabat, atau teman dekat) kurang tidak efektif atau menurun dalam
memberi dukungan, rasa nyaman, bantuan atau motivasi yang diperlukan oleh klien
keluarga. Hal ini didukung dari hasil penelitian (Hasanah, dkk 2018) yang
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang dapat signifikan antara gejala yang
dilakukannya perawatan yang baik dalam bentuk fisik dan emosional oleh keluarga
pasien skizofrenia. Tanggung jawab ini akan menimbulkan tekanan dan beban yang
berbeda dengan keluarga lain pada umumnya yang dapat menyebabkan terjadinya
pelemahan koping pada keluarga (Nainggolan & Hidajat, 2013 dalam Afriyeni &
Sartana, 2016).
pasien (5) , mencari dukungan sosial bagi anggota keluarga yang sakit (5), anggota
keluarga bertanya bagaimana mereka dapat membantu (5), peduli terhadap kebutuhan
diantaranya : (1) membantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan
jangka panjang yang tepat, (2) membantu pasien dalam memeriksa sumber-sumber
mengenai diagnosis, (4) Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan,
(5) berikan keterampilan social yang tepat, (6) dukung kemampuan mengatasi situasi
proses penyakit, (8) dukung pasien untuk mengevaluasi perilakunya sendiri, (9)
masalah ini dalam membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Studi kasus Asuhan
Koping Keluarga.
1) Bagi Pendidikan
dan juga sebagai referensi bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian atau asuhan
keperawatan selanjutnya.
Sebagai salah satu wujud pemberian pelayanan kesehatan pada klien serta