Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia berupa suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan

penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau

waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berpikir

abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari (Kelliat, 2011).

Pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk ke

dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi. (Gerald, 2012).

Skizofrenia dapat diketahui dengan adanya tanda dan gejala yang muncul, layaknya

berperilaku seperti anak–anak, tanpa alasan terlihat sibuk sendiri, sering bertingkah

konyol, bertingkah tanpa tujuan pasif, apatis dan penarikan diri secara sosial dan rasa

tidak nyaman. Klien dengan skizofrenia tidak mampu melakukan fungsi dasar secara

mandiri, sehingga keluarga menjadi elemen terdekat dalam hal pemenuhan kebutuhan

dasar klien, namun hal tersebut berbanding terbalik karena keluarga justru akan

menjauhi anggota keluarganya yang menderita skizofrenia hal tersebut disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu terjadinya pelemahan koping dalam diri keluarga tersebut.

Perlakuan ini disebabkan karena ketidaktahuan dan pengertian yang salah dari

masyarakat mengenai skizofrenia (Vera permatasari, 2016).

Menurut data World Health Organization (2018) mencatat penderita

skizofrenia di dunia mencapai 23 juta jiwa. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas, 2018) di Indonesia menyebutkan prevalensi skizofrenia yaitu mencapai


sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1000 penduduk. Riskesdas juga

mengambarkan prevelensi pasien skizofrenia di Jawa Timur menempati posisi ke empat

dari seluruh Provinsi di Indonesia yaitu sebanyak 2.276 orang (Riskesdas, 2013). Pada

data laporan Dinas Kesehatan Bondowoso menyebutkan pasien yang mengalami

skizofrenia pada 2019 tertinggi berada di kecamatan Nangkaan yaitu sejumlah 136

sedangkan jumalah terendah berada di kecamatan Taman Krocok dan Sempol yang

sejumlah 13 orang dan total dari keseluruhan ODGJ di kabupaten Bondowoso

mencapai 1285 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso,2019). Data dari

salah satu desa binaan di Puskesmas Tegalampel juga menyebutkan bahwa kunjungan

pasien skizofrenia yaitu sebanyak 6 orang kemudian meningkat menjadi 8 orang

(Puskesmas Tegalampel, 2019)

Pelemahan koping keluaga merupakan orang utama pendukung (anggota

keluarga, kerabat, atau teman dekat) kurang tidak efektif atau menurun dalam

memberi dukungan, rasa nyaman, bantuan atau motivasi yang diperlukan oleh klien

untuk mengelola atau menguasai tugas–tugas adaptif terkait masalah kesehatannya

(Herdman, 2018). Peningkatan jumlah pasien skizofrenia akan berdampak pada

keluarga. Hal ini didukung dari hasil penelitian (Hasanah, dkk 2018) yang

membuktikan bahwa terdapat hubungan yang dapat signifikan antara gejala yang

ditimbulkan pasien skizofrenia dengan beban yang dialami keluarga (Liyanovitasari,

dkk., 2017). Muncunyal gejala tersebut memerlukan tanggung jawab untuk

dilakukannya perawatan yang baik dalam bentuk fisik dan emosional oleh keluarga

pasien skizofrenia. Tanggung jawab ini akan menimbulkan tekanan dan beban yang

berbeda dengan keluarga lain pada umumnya yang dapat menyebabkan terjadinya
pelemahan koping pada keluarga (Nainggolan & Hidajat, 2013 dalam Afriyeni &

Sartana, 2016).

Berdasarkan teori NOC (Nursing Outcome Classification), salah satu tujuan

yang diharapkan untuk menyelesaikan masalah klien Skizofrenia dengan Pelemahan

Koping Keluarga adalah melibatkan anggota keluarga dalam mengambil keputusan,

meminta informasi mengenai prosedur (5), meminta informasi mengenai kondisi

pasien (5) , mencari dukungan sosial bagi anggota keluarga yang sakit (5), anggota

keluarga bertanya bagaimana mereka dapat membantu (5), peduli terhadap kebutuhan

semua anggota keluarga (5). dengan NIC (Nursing Intervention Classification)

diantaranya : (1) membantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan

jangka panjang yang tepat, (2) membantu pasien dalam memeriksa sumber-sumber

yang tersedia untuk memenuhi tujuan-tujuannya, (3) menyediakan informasi actual

mengenai diagnosis, (4) Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan,

(5) berikan keterampilan social yang tepat, (6) dukung kemampuan mengatasi situasi

secara berangsur-angsur, (7) berikan penilaian mengenai pemahaman pasien terhadap

proses penyakit, (8) dukung pasien untuk mengevaluasi perilakunya sendiri, (9)

dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat.

Melihat Latar Belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat

masalah ini dalam membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Studi kasus Asuhan

keperawatan Jiwa Pada Keluarga yang mengalami Skizofrenia dengan diagnosa

keperawatan Pelemahan Koping Keluarga”

1.2 Batasan Masalah


Batasan maslaah pada penelitian adalah Asuhan keperawatan Jiwa Pada

Keluarga yang mengalami Skizofrenia dengan diagnose keperawatan Pelemahan

Koping Keluarga.

1.3 Rumusan Msalah

“Bagaimana Asuhan keperawatan Jiwa Pada Keluarga yang mengalami

Skizofrenia dengan diagnose keperawatan Pelemahan Koping Keluarga?”.

1.4 Tujuan Masalah

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan keperawatan Jiwa Pada Keluarga yang mengalami

Skizofrenia dengan diagnose keperawatan Pelemahan Koping Keluarga.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan Pada Keluarga yang mengalami

Skizofrenia dengan diagnose keperawatan Pelemahan Koping Keluarga”

2) Merumuskan diagnose keperawatan pada keluarga yang mengalami

Skizofrenia dengan diagnose keperawatan Pelemahan Koping Keluarga”

3) Menyusun intervensi keperawatan pada keluarga yang mengalami Skizofrenia

dengan diagnose keperawatan Pelemahan Koping Keluarga”

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga yang mengalami

Skizofrenia dengan diagnose keperawatan Pelemahan Koping Keluarga”

5) Melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga yang mengalami Skizofrenia

dengan diagnose keperawatan Pelemahan Koping Keluarga”


1.5 Manfaat Penulisan

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan khususnya pada

keperawatan jiwa yang mengalami Skizofrenia dengan diagnose keperawatan

Pelemahan Koping Keluarga.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Pendidikan

Menambah pustaka untuk memenuhi jumlah bahan bacaan diperpustakaan

dan juga sebagai referensi bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian atau asuhan

keperawatan selanjutnya.

2) Bagi klien dan keluarga

Sebagai salah satu wujud pemberian pelayanan kesehatan pada klien serta

dapat meningkatkan pengetahuan klien mengenai Gangguan Jiwa dengan Diagnosa

Keperawatan Pelemahan Koping Keluarga.

Anda mungkin juga menyukai