Anda di halaman 1dari 4

mola hidatidosa

Diagnosis dan manajemen mola hidatidosa

Dr.Diyah Metta Ningrum


Dr. Ova Emilia, SpOG
Bagian Obstetri dan Ginekologi RS dr. Sardjito
Yogyakarta

ABSTRAK
Latar Belakang. Mola Hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas gestasional
(PTG), yang meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola
hidatidosa parsial dan komplit, koriokarsinoma, mola invasif dan placental site
.trophoblastic tumors
Tujuan. Diperlukan pengetahuan mengenai faktor resiko, tanda dan gejala klinis untuk
menegakkan diagnosis mola hidatidosa sehingga dapat dilakukan manajemen yang
.tepat serta memperkirakan prognosis penyakit ini
Bahan dan cara. Studi kepustakaan
Hasil. Penegakan diagnosis mola hidatidosa selain dari anamnesis, pemeriksaan fisik
juga dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, ultrasonografi dan
histologis. Pemeriksaan ultrasonografi dengan resolusi yang semakin tinggi dapat
.membantu menegakkan diagnosis mola secara dini
Simpulan. Penegakkan diagnosis mola dan penatalaksanaannya tidak cukup hanya
sampai pada evakuasi mola saja, namun tetap diperlukan monitoring yang kontinyu
.untuk mengetahui prognosis penyakit ini
Kata kunci: diagnosis, manajemen, mola hidatidosa

Pendahuluan

Mola Hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang
meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola hidatidosa parsial
dan komplet, koriokarsinoma, mola invasif dan placental site trophoblastic tumors.
Para ahli ginekologi dan onkologi sependapat untuk mempertimbangkan kondisi ini
sebagai kemungkinan terjadinya keganasan, dengan mola hidatidosa berprognosis
jinak, dan koriokarsinoma yang ganas, sedangkan mola hidatidosa invasif sebagai
borderline keganasan. 1
Insidensi mola hidatidosa dilaporkan Moore dkk (2005) pada bagian barat Amerika
Serikat, terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1000-1500 kehamilan. Mola
hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis. Di Asia
insidensi mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, dengan Jepang yang
melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan. Di
negara-negara Timur Jauh beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih
tinggi lagi yakni 1:120 kehamilan.1
Penanganan mola hidatidosa tidak terbatas pada evakuasi kehamilan mola saja, tetapi
juga membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk memastikan
.prognosis penyakit tersebut

Definisi
Mola hidatidosa adalah merupakan kehamilan yang dihubungkan dengan edema
vesikular dari vili khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak.
Secara histologis terdapat proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia
dan displasia. Vili khorialis terisi cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit
pembuluh darah. 1,2
Mola hidatidosa terbagi atas 2 kategori. Yakni komplet mola hidatidosa dan parsial
mola hidatidosa. Mola hidatidosa komplet tidak berisi jaringan fetus. 90 % biasanya
terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% 46,XY. Semua kromosom berasal dari paternal.
Ovum yang tidak bernukleus mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang
kemudian berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh 2 sperma. Pada mola yang
komplet, vili khoriales memiliki ciri seperti buah angur,dan terdapat tropoblastik
.hiperplasia
Pada mola hidatidosa parsial terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh
darah di vili khorialis sering didapatkan. Vili khorialis terdiri dari berbagai ukuran
.dan bentuk dengan stroma tropoblastik yang menonjol dan berkelok-kelok

Faktor resiko
Mola hidatidosa sering didapatkan pada wanita usia reproduktif. Wanita pada remaja
awal atau usia perimenopausal amat sangat beresiko. Wanita yang berusia lebih dari
35 tahun memiliki resiko 2 kali lipat. Wanita usia lebih dari 40 tahun memiliki resiko
7 kali dibanding wanita yang lebih muda. Paritas tidak mempengaruhi faktor resiko
ini.1,3

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
seperti laboratorium, USG dan histologis. Pada mola hidatidosa yang komplet
:terdapat tanda dan gejala klasik yakni
Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah )1(
perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan.
Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap
.bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus
Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini )2(
.merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG
Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor dan )3(
.kulit yang hangat
Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum
terjadi onset gejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang
.beresolusi tinggi
Gejala mola parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita biasanya hanya
mengeluhkan gejala seperti terjadinya abortus inkomplet atau missed abortion, seperti
.adanya perdarahan vaginal dan tidak adanya denyut jantung janin
Dari pemeriksaan fisik pada kehamilan mola komplet didapatkan umur kehamilan
yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tinggi fundus uteri). Pembesaran uterus
yang tidak konsisten ini disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik yang eksesif dan
tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yang
terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg),
protenuria (>300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian kejang jarang
didapatkan. Kista theca lutein, yakni kista ovarii yang diameternya berukuran > 6 cm
yang diikuti oleh pembesaran ovarium. Kista ini tidak selalu dapat teraba pada
pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapat diidentifikasi dengan USG. Kista ini
berkembang sebagai respon terhadap tingginya kadar beta HCG dan akan langsung
regresi bila mola telah dievakuasi.1,3,4
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang normal.
Bila didapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari pertumbuhan
trofoblastik yang banyak sekali dan kecurigaan terhadap kehamilan mola harus
disingkirkan. Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi disertai dengan
kecenderungan terjadinya koagulopati.sehingga pemeriksaan darah lengkap dan tes
koagulasi dilakukan. Dilakukan juga pemeriksaan tes fungsi hati, BUN dan kreatinin
.serta thyroxin dan serum inhibin A dan activin A
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi
kehamilan mola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju (snowstorm) yang
mengindikasikan vili khoriales yang hidropik. Dengan resolusi yang tinggi didapatkan
massa intra uterin yang kompleks dengan banyak kista yang kecil-kecil. Bila telah
ditegakkan diagnosis mola hidatidosa, maka pemeriksaan rontgen pulmo harus
.dilakukan karena paru - paru merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG
Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak terdapat jaringan
fetus, terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46,XX atau
46,XY. Sebagai tambahan pada mola komplet memperlihatkan peningkatan faktor
pertumbuhan, termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan
pada plasenta yang normal. Pada mola parsial terdapat jaringan fetus beserta amnion
.dan eritrosit fetus

Penatalaksanaan
Secara medis pasien distabilkan dahulu, dilakukan transfusi bila terjadi anemia,
koreksi koagulopati dan hipertensi diobati. Evakuasi uterus dilakukan dengan dilatasi
dan kuretase penting dilakukan. Induksi dengan oksitosin dan prostaglandin tidak
disarankan karena resiko peningkatan perdarahan dan sekuele malignansi. Pada saat
dilatasi infus oksitosin harus segera dipasang dan dilanjutkan pasca evakuasi untuk
mengurangi kecenderungan perdarahan. Pemberian uterotonika seperti metergin atau
.hemabate juga dapat diberikan
Respiratori distres harus selalu diwaspadai pada saat evakuasi. Hal ini terjadi karena
embolisasi dari trofoblastik, anemia yang menyebabkan CHF, dan iatrogenik
.overload. Distres harus segera ditangani dengan ventilator
Setelah dilakukan evakuasi, dianjurkan uterus beristirahat 4 – 6 minggu dan penderita
disarankan untuk tidak hamil selama 12 bulan. Diperlukan kontrasepsi yang adekuat
selama periode ini. Pasien dianjurkan untuk memakai kontrasepsi oral, sistemik atau
barier selama waktu monitoring. Pemberian pil kontrasepsi berguna dalam 2 hal yaitu
mencegah kehamilan dan menekan pembentukan LH oleh hipofisis yang dapat
mempengaruhi pemeriksaan kadar HCG. Pemasangan alat kontrasepsi dalam
rahim(AKDR) tidak dianjurkan sampai dengan kadar HCG tidak terdeteksi karena
terdapat resiko perforasi rahim jika masih terdapat mola invasif. Penggunaan pil
kontrasepsi kombinasi dan terapi sulih hormon dianjurkan setelah kadar hCG kembali
normal.1,3
Tindak lanjut setelah evakuasi mola adalah pemeriksaan HCG yang dilakukan secara
berkala sampai didapatkan kadar HCG normal selama 6 bulan. Kadar HCG diperiksa
pasca 48 jam evakuasi mola, kemudian di monitor setiap minggu sampai dengan
terdeteksi dalam 3 minggu berturut-turut. Kemudian diikuti dengan monitoring tiap
bulan sampai dengan tdak terdeteksi dalam 6 bulan berturut – turut. Waktu rata-rata
yang dibutuhkan sampai dengan kadar HCG tidak terdeteksi setelah evakuasi
kehamilan komplit maupun parsial adalah 9 – 11 minggu. Tinjauan kepustakaan lain
menyebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar normal sekitar 6-9 bulan.
.Setelah monitoring selesai maka pasien dapat periksa HCG tanpa terikat oleh waktu

Prognosis
Hampir kira-kira 20% wanita dengan kehamilan mola komplet berkembang menjadi
penyakit trofoblastik ganas. Penyakit trofoblas ganas saat ini 100% dapat diobati.
Faktor klinis yang berhubungan dengan resiko keganasan seperti umur penderita yang
tua, kadar hCG yang tinggi (>100.000mIU/mL),eclamsia,hipertiroidisme, dan kista
teka lutein bilateral. Kebanyakan faktor-faktor ini muncul sebagai akibat dari jumlah
proliferasi trofoblas. Untuk memprediksikan perkembangan mola hidatidosa menjadi
PTG masih cukup sulit dan keputusan terapi sebaiknya tidak hanya berdasarkan ada
.atau tidaknya faktor-faktor risiko ini
Risiko terjadinya rekurensi adalah sangat sekitar 1-2%. Setelah 2 atau lebih kehamilan
. mola, maka risiko rekurensinya menjadi 1/6,5 sampai 1/17,5

Kesimpulan
Mola hidatidosa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu mola hidatidosa komplet dan
parsial berdasarkan sitogenik dan morfologi histologi. Perbedaan ini akan
.memberikan konsekuensi perbedaan pada gejala dan tanda klinis serta manajemennya

Daftar Pustaka
Moore,Lisa,MD, 2005, Hydatidiform Mole, available at www.e-medicine.com .1
Fox,Harold, 1997, Gestational Trophoblastic disease, available at www.bmj.com .2
The royal colegge of obstetrician and gynaecologists, 1999, a Guidline manajemen .3
trophoblastic neoplasia, available at www.RCOG.com
Berkowitz, Ross, 1996, Chorionic tumors, The New England Journal of medicine .4
1996:335:1740 – 1748 , available at www.nejm.com
Diposkan oleh metta di 16:18
Label: Disease

Anda mungkin juga menyukai