Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN UMUR, PARITAS, PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN

TERHADAP KEJADIAN KPD

Ely Tjahjani
*Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya
Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id

Pendahuluan: Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, pembukaan <3cm pada
primigravida dan multigravida <5cm. Angka kejadian KPD di RB Melati Manukan Surabaya tahun
2012 (12,50%), tahun 2013 (15,74%), tahun 2014 (10,44%). Angka kejadian KPD ini masih tinggi
dibandingkan angka toleransi kejadian (8-10%). Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran umur,
paritas, pendidikan dan pekerjaan ibu bersalin terhadap kejadian KPD. Metode: Penelitian ini bersifat
deskriptif. Populasi yang digunakan adalah semua ibu bersalin tahun 2011 sebanyak 241 orang dengan
jumlah sampel sebanyak 93 orang dipilih menggunakan systematic random sampling. Pengambilan
data secara sekunder dari kohort ibu dan laporan persalinan. Hasil penelitian dibuat dalam bentuk
distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Hasil: Kejadian KPD mayoritas terjadi pada umur >35 tahun
(78,75%) dibandingkan umur 20-35 tahun (88,57%) tidak mengalami KPD, paritas grandemultipara
(72,73) mayoritas mengalami KPD dibandingkan multipara (78,72) tidak mengalami KPD, pendidikan
rendah (53,57%) mayoritas mengalami KPD dibandingkan pendidikan tinggi (100%) tidak mengalami
KPD, ibu bekerja (32,08) mayoritas mengalami KPD dibandingkan yang tidak bekerja (77,50%) tidak
mengalami KPD. Diskusi: masih tingginya angka kejadian KPD yang disebabkan oleh faktor
karakteristik ibu. Oleh sebab itu, bidan sebagai tenaga kesehatan hendaknya dapat menurunkan angka
insidensi kejadian dengan memberikan berbagai penyuluhan tentang usia reproduksi, paritas yang
aman untuk kehamilan dan persalinan, memberikan asuhan dan KIE disesuaikan dengan pendidikan
ibu, jenis-jenis pekerjaan yang berpotensi menyebabkan komplikasi bagi ibu.

Kata kunci : Umur, Paritas, Preeklamsia

PENDAHULUAN jika dibandingkan dengan target AKI


WHO memperkirakan, sebanyak 37 juta Indonesia yaitu 226/100000 kelahiran hidup
kelahiran terjadi di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2014. Jumlah Kematian Maternal
setiap tahun, sementara total kematian ibu dan di Provinsi Jawa Timur berdasarkan laporan
bayi baru lahir di kawasan ini diperkirakan dari Laporan Kematian Ibu Kab/Kota pada
berturut-turut 170 ribu dan 1,3 juta per tahun. tahun 2014 tercatat sebanyak 598 kasus
Sebanyak 98 persen dari seluruh kematian ibu kematian, bila dilihat dari masa kematian ibu
dan anak di kawasan ini terjadi di India, maka dapat dirinci 152 kematian masa hamil,
Bangladesh, Indonesia , Nepal dan Myanmar. 163 waktu bersalin, dan 283 pada masa nifas.
(WHO, 2012). Namun, tahun 2015 AKI Jawa Timur
Dari hasil SDKI 2007 kematian maternal mengalami peningkatan menjadi 105/100000
masih menunjukan angka 228/100 ribu kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian
kelahiran hidup. Angka ini belum mengalami ibu salah satunya adalah infeksi.
penurunan dan masih relatif lebih tinggi jika (Kementerian Kesehatan RI, 2007).
dibandingkan dengan negara – negara di Ketuban pecah dini atau
ASEAN. MDGs menargetkan AKI 2015 spontaneous/early/premature rupture of
menurun hingga 102/100 ribu kelahiran hidup membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban
(SDKI 2007). Penyebab kematian ibu yang sebelum inpartu ; yaitu bila pembukaan pada
yang paling tinggi adalah perdarahan primigravida kurang dari 3 cm dan pada
mencapai 28%, eklamsi 24%, infeksi 11% multigravida kurang dari 5 cm (Mochtar,
yang menyebar ke seluruh tubuh melalui 1998). Ketuban pecah dini merupakan
peredaran darah secara sistemik dan menjadi masalah penting dalam obstetri berkaitan
sepsis 10% (SDKI 2007). dengan penyulit kelahiran prematur dan
Angka Kematian Ibu di Jawa Timur terjadinya infeksi khorio amnionitis sampai
tahun 2014 mencapai 101,4/100000 kelahiran sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan
hidup. Angka ini menunjukan keberhasilan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi
pada ibu (Saifuddin, 2002). Bila ketuban Tetapi angka kejadian KPD ini masih tinggi
pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu dengan jumlah rata–rata mencapai 12,89%
disebut ketuban pecah dini pada kehamilan bila dibandingkan dengan target pencapaian
prematur dengan insidensi kejadian 1%. (8-10%) terhitung dari tahun 2012-2014
Sedangkan angka kejadian KPD dalam Tabel 1.2 Distribusi Umur Ibu Bersalin
keadaan normal berkisar antara 8-10%. yang Mengalami Ketuban Pecah Dini di RB
(Saifuddin, 2013). KPD adalah komplikasi Melati Tahun 2012-2014
atau resiko tinggi dalam persalinan yang Umur ( Tahun)
memerlukan perhatian serius karena Tahu 20
pertolongan akan mementukan tinggi n <2 >3
% - % %
rendahnya kematian ibu dan perinatal. 0 5
35
Kejadian KPD, terjadi karena hubungan liang 2012 12 37,50 9 28,13 11 34,38
senggama dan rongga rahim, karena hilangnya % % %
rintangan selaput ketuban. Kuman-kuman 2013 19 47,50 8 20,00 13 32,50
penyakit dengan dengan mudah dapat masuk % % %
ke rongga rahim dan dapat mnimbulkan 2014 10 47,62 6 22,57 5 23,81
infeksi baik pada ibu dan janin (Manuaba, % % %
1998). Hal ini terjadi karena ketuban yang Sumber : Register persalinan RB Melati Manukan
utuh menjadi barier yang menghalang Surabaya 2012-2014
masuknya kuman kuman penyakit penyebab Dari data tabel 1.2 di atas dapat
infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban disimpulkan, kelompok umur yang rentan
maka flora vagina yang normal ada akan mengalami ketuban pecah dini adalah
berubah menjadi patogen bagi ibu dan janin. kelompok usia <20 tahun dengan jumlah rata
(Anonim,2007). – rata 44,21% dan kelompok usia <35 tahun
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan jumlah rata – rata 30,23%.
dengan perubahan proses biokimia yang Tabel 1.3 Distribusi Paritas Ibu Bersalin
terjadi dalam kolagen matriks ekstra seluler, yang Mengalami Ketuban Pecah Dini di RB
amnion, korion dan apoptosis membran janin. Melati Tahun 2012-2014
Membran janin dan desidua bereaksi terhadap Paritas
stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput Tahu Multipara +
ketuban dengan memproduksi mediator Primipar
n % Grandemult %
seperti prostaglandin, sitokinin dan protein a
i
hormon yang merangsang aktivitas “ matrix 2012 8 25,00 24 75,00
degrading enzyme” ( Saifuddin, 2013). % %
Angka insidensi ketuban pecah dini 2013 17 42,50 23 57,50
berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan % %
(Saifuddin, 2013). Dilaporkan bahwa kasus 2014 8 38,09 13 61,90
ini lebih banyak terjadi pada kehamilan cukup % %
bulan, yaitu ± 95%, sedangkan pada Sumber : Register persalinan RB Melati
kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada Manukan Surabaya 2012-2014
kehamilan preterm terjadi ± 34% selama Dari data tabel 1.3 di atas dapat
kelahiran prematur. disimpulkan bahwa ketuban pecah dini paling
Tabel 1.1 Distribusi Kejadian Ketuban Pecah banyak terjadi pada multipara dibandingkan
Dini di RB Melati Manukan Tahun 2012-2014 dengan primipara. Persentase kejadian
Tahun Jumlah Jumlah Persentase mencapai jumlah rata – rata 64,80% (60
Persalinan KPD kejadian dari 93 persalinan dengan KPD)
2012 256 32 12,50% terhitung antara tahun 2012-2014.
2013 254 40 15,74%
2014 201 21 10,44%
Sumber : Register persalinan RB Melati Manukan
Surabaya 2012-2014
Dari data tabel 1.1 di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kejadian KPD di RB
Melati Surabaya mengalami peningkatan pada
tahun 2013 yaitu sejumlah 3,24%, kemudian
menurun pada tahun 2014 sejumlah 5,30%.
Tabel 1.4 Distribusi Pendidikan Ibu Bersalin dinding ketuban. Selaput korion merupakan
yang mengalami KPD di RB Melati Tahun bagian yang paling rentan terkena infeksi
2012-2014 karena merupakan lapisan paling luar. 2.
Pendidikan Adanya hipermotilitas rahim, hipermotilitas
Rendah Menen Tin rahim sudah lama terjadi sebelum ketuban
Tah
(SD/S u g pecah.
g Hal ini disebabkan oleh penyakit-
n % M % a % penyakit
g seperti pielonefritis- sistitis, servisitis
A h dan
i vaginitis yang merangsang motilitas
) (SMA) PT rahim yang berlebihan, 3. Kelainan bawaan
201 15 46,8 9 28,1 8 25,0 selaput ketuban (selaput ketuban tipis). Hal ini
2 8 3 0
berkaitan dengan asupan nutrisi saat ibu saat
% % %
kehamilan trimester I, 4. Gangguan pada
201 24 60,0 14 35,0 2 5,00 leher rahim (cervix incompetence), kanalis
3 0 0 %
sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
% %
201 11 52,3 8 38,0 2 12,5
kelainan pada servik uteri akibat persalinan
4 8 9 dan%curetage, 5. Gangguan terhadap jaringan
% % kolagen penyangga dinding amnion, misalnya
Sumber : Register persalinan RB Melati kebiasaan merokok dan minum alkohol,
Manukan Surabaya 2012-2014 6. Tekanan di dalam rahim meningkat karena
Dari data tabel 1.4 di atas dapat cairan ketuban berlebihan, kehamilan kembar,
disimpulkan kejadian Ketuban Pecah Dini janin yang besar, atau adanya kelainan
paling banyak terjadi pada ibu dengan anatomis pada janin. Trauma oleh beberapa
pendidikan rendah yaitu SD – SMP dengan ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau
persentasi rata – rata mencapai 53,09% penyebab terjadinya KPD. (Mochtar, 1998)
terhitung sejak tahun 2012-2014. Selain kelima faktor di atas, ketuban
Tabel 1.5 Distribusi Pekerjaan ibu Bersalin pecah dini dapat disebabkan oleh beberapa
yang Mengalami KPD di RB Melati Tahun faktor karakteristik ibu (umur, paritas,
2012-2014 pendidikan, pekerjaan, sikap dan
pengetahuan). (Nursalam dan Pariani 2001).
Pekerjaan Umur dan paritas dapat menyebabkan
Tidak terjadinya ketuban pecah dini karena kedua
B faktor tersebut berhubungan langsung dengan
e kemampuan alat reproduksi. Ibu yang hamil
Tahun k pada usia <20 tahun sering mengalami
Bekerja % %
e penyulit/komplikasi yang berakibat pada
r kesehatan ibu itu sendiri maupun pada
j janinnya. Hal ini disebabkan karena belum
a matangnya alat reproduksi untuk hamil,
2012 20 62,50% 12 37,50% dimana rahim belum bisa menahan kehamilan
2013 29 72,50% 11 27,50% dengan baik, selaput ketuban belum matang
dan mudah mengalami robekan sehingga
2014 14 66,66% 7 33,33% dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini. Sedangkan pada ibu dengan usia lebih
Sumber : Register persalinan RB Melati
dari 35 tahun juga memiliki resiko kesehatan
Manukan Surabaya 2012-2014
bagi ibu dan bayinya, karena otot-otot dasar
Dari data tabel 1.5 di atas dapat
panggul tidak elastik lagi, sehingga mudah
disimpulkan, kejadian Ketuban Pecah Dini
terjadi penyulit kehamilan dan persalinan.
paling banyak terjadi pada ibu yang bekerja
Salah satunya adalah perut ibu menggantung
(swasta dan wiraswasta) dengan persentase
dan serviks mudah berdilatasi sehingga dapat
rata – rata mencapai 67,22%, terhitung dari
menimbulkan pembukaan serviks terlalu dini
tahun 2012-2014.
yang menyebabkan terjadinya ketuban pecah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
ketuban pecah sebelum waktunya: dini. Ketuban pecah dini lebih banyak terjadi
pada multipara dan grandemultipara yang
1. lnfeksi yang biasanya berawal dari vagina,
disebabkan motilitas uterus yang berlebih,
lalu naik ke mulut rahim, leher rahim, dan
kelenturan leher rahim yang berkurang
sehingga dapat terjadi pembukaan serviks Hindari keseringan melakukan pemeriksaan
yang terlalu dini yang mengakibatkan dalam saat ibu inpartu untuk mencegah
pecahnya ketuban. terjadinya infeksi. Bidan diharapkan dapat
Makin tinggi tingkat pendidikan melakukan penatalaksanaan ketuban pecah
seseorang, maka mudah menerima informasi dini dengan berdasar atas diagnosa pasti dari
sehingga makin banyak pula pengetahuan hasil pemeriksaan. Jika umur kehamilan tidak
yang dimiliki, sebaliknya makin rendah diketahui secara pasti dapat dilakukan
tingkat pendidikan seseorang maka makin pemeriksaan Ultrasonografi.
sulit menerima informasi yang diberikan Berdasarkan masalah tersebut di atas,
sehingga sedikit pula pengetahuan yang penulis akan melakukan penelitian tentang
didapat. Pendidikan yang kurang akan gambaran umur, paritas, pendidikan dan
menghambat perkembangan sikap seseorang pekerjaan ibu bersalin terhadap kejadian
terhadap nilai – nilai yang baru diperkenalkan. ketuban pecah dini di RB Melati Manukan
Faktor pendidikan seseorang sangat Surabaya tahun 2015
menentukan pola pengambilan keputusan.
Dengan pendidikan yang tinggi akan lebih METODE PENELITIAN
mampu dan rasional serta konstruktif untuk Penelitian ini menggunakan desain analitik
hidup sehat daripada seseorang dengan dengan metode cross sectional yang meneliti
pendidikan rendah. Sehingga seseorang yang hubungan antara umur dan paritas dengan
berpendidikan rendah akan memiliki kejadian preeklamsia. Penelitian dilakukan di
pengetahuan yang kurang tentang perawatan BPS Affah Surabaya pada bulan Mei – Agustus
dan perkembangan kehamilanya. 2013. Populasi penelitian adalah seluruh ibu
(Kuncoroningrat 1997 dikutip dalam hamil trimester III di BPS Affah Surabaya
Nursalam 2001) Periode Januari – Mei 2013 sebanyak 294
Ketuban pecah dini dapat mempengaruhi orang, dengan sampel sebanyak 134 orang
keadaan janin dan ibu. Pada janin dapat ditentukan dengan teknik systematic random
mengakibatkan infeksi, asfiksia janin, prolaps sampling. Sedangkan pengumpulan data
funiculli, prematuritas Sedangkan pada ibu penelitian menggunakan data sekunder yaitu
dapat mengakibatkan infeksi intrapartal, data register ibu hamil periode Januari – Mei
infeksi Puerperalis, dry labor atau partus 2013.
lama, meningkatnya tindakan operatif obstetri
(SC), mortalitas dan morbiditas maternal. HASIL PENELITIAN
(Mochtar,1998). Tabel. 1 Frekuensi Kejadian Ketuban Pecah
Aktivitas yang berlebihan dapat memicu Dini di RB Melelati Manukan Surabaya Tahun
terjadinya ketuban pecah dini. Mulanya akan 2015
menimbulkan his (kontraksi rahim) atau Kejadian KPD Frekuensi Persentase (%)
perdarahan pervaginam. Kekuatan his KPD 26 27,96
semakin lama semakin kuat diikuti oleh Tidak KPD 67 72,04
pengeluaran lendir darah. Perdarahan tersebut Jumlah 93 100
berasal dari pembuluh darah yang pecah pada Sumber Data : Register Persalinan RB Melati
kanalis servikalis saat terjadi pendataran Manukan Surabaya Tahun 2015 Diolah Oleh
serviks. Kadang kadang ketuban pecah Peneliti
terlebih dahulu sebelum adanya his yang Berdasarkan Tabel. 1 menunjukkan bahwa
teratur. bahwa mayoritas ibu bersalin di RB Melati
Bidan mempunyai peranan penting Manukan Surabaya Tahun 2015 yang tidak
dalam pencegahan terjadinya ketuban pecah mengalami kejadian KPD berjumlah 67 orang
dini. Dapat dilakukan deteksi dini dengan (72,04%).
melakukan pemeriksaan kehamilan pada ibu
untuk memastikan usia kehamilan.
Penyuluhan selama kehamilan khususnya
mengenai pola istirahat ibu, pekerjaan–
pekerjaan yang perlu dihindari saat hamil,
kebersihan diri terutama jalan lahir, dan
tindakan yang harus dilakukan ibu bila
didapatkan ketuban pecah sebelum waktunya.
Tabel. 2 Tabulasi Silang Umur Ibu Bersalin 2015 Diolah Oleh Peneliti
dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RB Berdasarkan Tabel. 4 dapat menunjukkan
Melati Manukan Surabaya Tahun 2015 bahwa bahwa ibu bersalin yang berpendidikan
Kejadian KPD
Jumlah
tinggi mayoritas tidak mengalami kejadian
Umur Ibu
KPD Tidak KPD KPD sebanyak 5 orang (100%) dibandingkan
bersalin
∑ % ∑ % ∑ % ibu bersalin yang berpendidikan rendah
< 20 tahun 7 77,78 2 22,22 9 100 sebanyak 15 orang (53,57%) mengalami
20-35 ahun 8 11,45 62 88,57 70 100 kejadian KPD.
>35 tahun 11 78,75 2 21,43 14 100
Jumlah 26 27,96 67 72,04 93 100 Tabel. 5 Tabulasi Silang Antara Pekerjaan Ibu
Sumber Data : Register Persalinan RB Melati Bersalin Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Manukan Surabaya Tahun 2015 Diolah Oleh di RB Melati Manukan tahun 2015
Peneliti Pekerjaan Kejadian KPD
Berdasarkan Tabel. .2 dapat menunjukkan Jumlah
Ibu KPD Tidak KPD
bahwa ibu bersalin yang berumur 20-35 tahun bersalin ∑ % ∑ % ∑ %
mayoritas tidak mengalami kejadian KPD Bekerja 17 32,08 36 67,92 53 100
sebanyak 62 orang (88,57%) dibandingkan Tidak 9 22,50 31 77,50 40 100
dengan ibu yang berumur >35 tahun sebanyak Bekerja
11 orang (78,75%) dan ibu yang berumur <20 Jumlah 26 27,96 67 72,04 93 100
tahun (77,78%) mengalami kejadian KPD. Sumber : Kohort Ibu Hamil dan Laporan
Persalinan RB Melati Manukan Surabaya
Tabel.3 Tabulasi Silang Antara Paritas Ibu Tahun2015 Diolah Oleh Peneliti
Bersalin Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Tabel. 5 dapat dapat dilihat
di RB Melati Manukan tahun 2015 bahwa ibu bersalin yang tidak bekerja
Kejadian KPD mayoritas tidak mengalami kejadian KPD
Paritas Ibu KPD Tidak Jumlah sebanyak 31 orang (77,50%) dibandingkan
bersalin KPD dengan ibu bersalin yang bekerja mengalami
∑ % ∑ % ∑ % kejadian KPD sebanyak 17 orang (32,08%)
Primipara 8 22,86 27 77,14 35 100
Multipara 10 22,28 37 78,72 47 100 PEMBAHASAN
Grandemulti 8 72,73 3 27,27 11 100 Ketuban pecah dini atau
Jumlah 26 27,96 67 72,04 93 100 spontaneous/early/premature rupture of
Sumber Data : Register Persalinan RB Melati membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban
Manukan Surabaya Tahun 2015 Diolah Oleh sebelum inpartu ; yaitu bila pembukaan pada
Peneliti primigravida kurang dari 3 cm dan pada
Berdasarkan Tabel. 3 dapat menunjukkan multigravida kurang dari 5 cm (Mochtar, 1998).
bahwa ibu bersalin dengan paritas multipara Ketuban pecah dini merupakan masalah penting
mayoritas tidak mengalami kejadian KPD dalam obstetri berkaitan dengan penyulit
sebanyak 37 orang (78,72%) dibandingkan kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
dengan ibu bersalin dengan paritas khorio amnionitis sampai sepsis, yang
grandemultipara sebanyak 8 orang (72,73%) meningkatkan morbiditas dan mortalitas
mengalami kejadian KPD. perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu
(Saifuddin, 2002).
Tabel. 4 Tabulasi Silang Pendidikan Ibu Dari hasil penelitian yang dilakukan pada
Bersalin dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini 93 ibu bersalin, terdapat 26 orang (27,96%) ibu
di RB Melati Manukan Surabaya Tahun 2015 bersalin yang mengalami kejadian KPD dan 67
Kejadian KPD orang (72,04%) yang tidak mengalami kejadian
Pendidikan Jumlah
KPD Tidak KPD
Ibu bersalin KPD. Kejadian KPD ini disebabkan oleh
∑ % ∑ % ∑ %
beberapa faktor, seperti tekanan di dalam
Rendah 15 53,57 13 46,43 28 100
rahim meningkat karena cairan ketuban
Menengah 11 18,33 49 81,67 60 100
Tinggi 0 0 5 100 5 100 berlebihan (gemeli, makrosomia,
Jumlah 26 27,96 67 72,04 93 100
polihidramnion atau adanya kelainan anatomis
Sumber Data : Kohort Ibu Hamil dan Laporan pada janin), gangguan pada leher
Persalinan RB Melati Manukan Surabaya rahim (cervix incompetence) yaitu kanalis
Tahun sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri akibat persalinan persalinannya, salah satunya adalah terjadinya
dengan tindakan atau curetage, lnfeksi yang KPD. Hal tersebut disebabkan karena pada
biasanya berawal dari vagina, lalu naik ke umur < 20 tahun alat-alat reproduksi belum
mulut rahim, leher rahim, dan dinding ketuban. matang sehingga pada ibu ibu dianjurkan untuk
Selaput korion merupakan bagian yang paling menunda kehamilan dulu sampai umur ibu > 20
rentan terkena infeksi karena merupakan tahun. Sedangkan pada ibu umur >35 tahun
lapisan paling luar sehingga selaput korion fungsi alat-alat reproduksi sudah mulai
yang terinfeksi akan mengalami kerapuhan. menurun sehingga diusahakan agar tidak hamil
Selain itu terdapat gangguan terhadap jaringan lagi atau kalaupun kehamilan itu terjadi ibu
kolagen penyangga dinding amnion, ditemukan harus rutin mengontrol kehamilannya ke
pada perokok dan kebiasaan minum alkohol. petugas kesehatan untuk memantau kondisi dan
Selain faktor-faktor di atas, karakteristik ibu keadaan ibu dan janin serta memberi asuhan
(umur, paritas, pendidikan dan pekerjaan) juga sesuai dengan kebutuhan ibu. Sedangkan pada
turut berpengaruh dalam terjadinya ketuban ibu berumur 20-35 tahun ibu dianjurkan
pecah dini. memanfaatkan usia reproduksi sebaik mungkin
1. Umur dengan menghindari terjadinya resiko tinggi
Berdasarkan tabel 5.1 tentang umur ibu kehamilan apalagi pada ibu yang mempunyai
bersalin didapatkan mayoritas berumur 20-35 potensi resiko karena setiap kehamilan dan
tahun yaitu 70 orang (75,27%). persalinan dianggap mempunyai resiko.
Usia reproduksi yang aman untuk 2. Paritas
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun Berdasarkan tabel 5.2 tentang paritas ibu
(Hanifa Wicknjosastro, 2002). Pada usia ini, bersalin disimpulkan bahwa ibu yang bersalin
alat kandungan telah matang dan siap untuk mayoritas berparitas multipara sebanyak 47
dibuahi. Kehamilan pada usia muda (<20 tahun) orang (50,54%) dibandingkan primipara
sering terjadi penyulit/komplikasi bagi ibu sebanyak 35 orang (37,63%) dan
maupun janin. Hal ini disebabkan belum grandemultipara sebanyak 11 orang (11,83%)
matangnya alat reproduksi untuk hamil, dimana Paritas adalah wanita yang pernah
rahim belum bisa menahan kehamilan dengan melahirkan bayi aterm (Manuaba, 2008).
baik, selaput ketuban belum matang dan mudah Primipara adalah wanita yang telah melahirkan
mengalami robekan sehingga dapat seorang anak yang cukup besar untuk hidup di
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. dunia luar (Varney, 2006). Multipara adalah
Sedangkan pada kelompok umur >35 tahun wanita yang pernah melahirkan bayi
keadaan otot-otot dasar panggul tidak elastik viabel/hidup beberapa kali (Manuaba, 2008).
lagi, sehingga mudah terjadi penyulit kehamilan Grandemultipara adalah wanita yang telah
dan persalinan seperti serviks mudah berdilatasi melahirkan 4 orang anak atau lebih dan
sehingga dapat menyebabkan pembukaan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan
serviks terlalu dini yang menyebabkan dan persalinan (Rochjati, 2003). Ketuban pecah
terjadinya ketuban pecah dini. dini pada grande multipara disebabkan karena
Berdasarkan hasil penelitian yang motilitas uterus yang berlebihan, kelenturan
diterangkan pada tabel 5.6 dapat disimpulkan leher rahim yang lemah karena ibu sudah
bahwa ibu bersalin yang berumur 20-35 tahun pernah melahirkan, rahim tidak mampu
mayoritas tidak mengalami kejadian KPD menahan cairan ketuban menyebabkan
sebanyak 62 orang (88,57%) dibandingkan pembukaan prematur pada serviks.
dengan umur >35 tahun sebanyak 11 orang Berdasarkan hasil peneltian yang
(78,75%) dan umur <20 tahun sebanyak 7 diterangkan pada tebel 5.7 dapat disimpulkan
orang (77,78%) mengalami kejadian KPD. bahwa ibu bersalin dengan paritas multipara
Mengingat dampak yang bisa terjadi akibat mayoritas tidak mengalami kejadian KPD
KPD, yaitu dapat menyebabkan infeksi baik sebanyak 37 orang (78,72%) dibandingkan
pada ibu maupun pada anak, maka untuk dengan ibu bersalin dengan paritas
mencegah dan menekan peningkatan frekuensi grandemultipara sebanyak 8 orang (72,73%)
kejadian dimasa yang akan datang, peran bidan mengalami kejadian KPD.
sangat diperlukan dalam memberikan informasi Wiknjosastro (2007) mengatakan bahwa
kesehatan reproduksi kepada ibu bahwa pada Paritas 2-3 (multipara) merupakan paritas
umur < 20 tahun dan >35 tahun mempunyai paling aman ditinjau dari sudut kematian
resiko lebih besar pada kehamilan maupun maternal.
Semakin tinggi paritas seseorang semakin dengan pendidikan rendah kurang memiliki
tinggi angka kematian maternal. Penelitian pengetahuan akan perawatan kehamilanya, baik
tentang gambaran paritas dengan kejadian KPD dari segi nutrisi, aktivitas (hal hal apa yang
di VK RSUD Sidoarjo Bulan April-Mei 2015 boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan saat
yang dilakukan oleh Damarati didapatkan dari hamil khususnya saat usia kehamilan trimester
183 ibu bersalin, sebanyak 138 orang (75,41%) 3) personal higene, kontrol kehamilan pada
ibu bersalin dengan paritas multipara tidak tenaga kesehatan, faktor – faktor resiko
mengalami KPD. Paritas 2-3 dianggap aman kehamilan serta tindakan pertama yang
dalam menjalani proses kehamilan dan dilakukan berhubungan dengan tanda – tanda
persiapan persalinannya, karena pada paritas ini bahaya kehamilan maupun persalinan. Begitu
ibu sudah memiliki pengalaman dalam pula halnya saat ketuban pecah lebih awal dari
menjalani proses kehamilan dan persalinannya. perkiraan persalinan, ibu hamil yang
Selain itu, pada ibu multipara motilitas uterus berpendidikan tinggi dan mengerti dengan
dan kelenturan leher rahim masih berfungsi kondisinya akan langsung datang ke petugas
dengan baik. Grandemulti merupakan salah satu kesehatan, sebaliknya orang yang
faktor resiko tinggi pada kehamilan dan berpendidikan rendah akan mencari
persalinan. Hal ini disebabkan karena fungsi pertolongan lain ke tenaga non medis,
organ-organ tubuh sudah menurun, kemampuan khususnya di daerah-daerah pedesaan.
otot dasar panggul untuk menyangga kehamilan Berdasarkan hasil peneltian yang
sudah mulai melemah. Bidan sebagai tenaga diterangkan pada tebel 5.8 dapat disimpulkan
kesehatan mempunyai wewenang untuk untuk bahwa ibu bersalin dengan pendidikan rendah
memberikan informasi tentang paritas terutama mayoritas mengalami kejadian KPD sebanyak
grandemultipara yang merupakan salah satu 15 orang (53,57%) dibandingkan dengan ibu
faktor resiko yang dapat menyebabkan dengan pendidikan tinggi sebanyak 0 orang
komplikasi kehamilan dan persalinan. Salah (100%) tidak mengalami kejadian KPD.
satu usaha yang dapat dilakukan untuk Tingkat pendidikan akan menentukan
mencegah kehamilan dengan grandemulti pengetahuan seseorang, semakin tinggi tingkat
adalah mengikuti program keluarga berencana pendidikan ibu semakin banyak pengetahuan
sebagai wujud peran serta masyarakat dalam yang ia dapat. Ibu berpendidikan rendah
menekan kepadatan penduduk serta cenderung tidak memperhatikan kehamilannya
meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. dikarenakan kurangnya pengetahuan yang
3. Pendidikan dimiliki tentang kondisi kehamilannya dan
Berdasarkan tabel 5.3 disimpulkan bahwa komplikasi akibat KPD. Penyuluhan tentang
ibu bersalin di RB Melati Manukan Surabaya langkah preventif sejak dini sangat diperlukan
Tahun 2015 mayoritas berpendidikan dengan disesuai dengan latar belakang budaya,
menengah (SMA) sebanyak 60 orang (64,52 %) bahasa dan adat istiadat yang dianut ibu.
dibandingkan dengan pendidikan rendah (SD) Seperti, menjaga personal hygene terutama
sebanyak 28 orang (30,10%) dengan jalan lahir. Kebersihan yang kurang akan
pendidikan tinggi (PT) sebanyak 5 orang mengakibatkan masuknya kuman melalui
(5,38%). Semakin tinggi pendidikan seseorang vagina, naik ke serviks lalu dinding selaput
semakin mudah menerima informasi sehingga ketuban dan berujung pada infeksi pada selaput
makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. korion lalu masuk ke selaput amnion
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan (korioamnionitis). Oleh karena itu, kebersihan
menghambat perkembangan sikap seseorang ibu hamil penting agar terhindar dari infeksi
terhadap nilai nilai yang bari diperkenalkan sebagai faktor pemicu terjadinya KPD.
(Kuncoroningrat 1997 dikutip dalam Nursalam Berdasarkan hasil penelitian di BPS Siti
2001). Pendidikan digolongkan menjadi 3 yaitu Alfirdaus Tuban, dari 28 responden tingkat
Pendidikan dasar yang berlangsung selama 9 pengetahuan ibu hamil tentang ketuban pecah
tahun pertama masa sekolah anak – anak, yaitu dini dapat digambarkan sebagian besar
dari SD sampai tingkat SMP, Pendidikan berpengetahuan cukup (50%) 14 responden,
menengah merupakan lanjutan pendidikan dan sebagian kecil berpengetahuan baik (17,85)
dasar (SMA atau sederajadnya), dan pendidikan 5 responden dan tingkat pengetahuan tersebut
tinggi yaitu jenjang pendidikan formal setelah dipengaruhi pendidikan ibu.
pendidikan menengah pada akademi atau Masih tingginya angka kejadian
universitas. (KBBI 2008). Pada umumnya, ibu KPD sebagai akibat dari kurangnya
pengetahuan ibu menjadi masalah bagi menyebabkan membran ketuban menjadi
program kerja tenaga kesehatan. lemah. Stres biofisik dapat meningkatkan
Peran dan tugas tenaga kesehatan dalam perubahan biokmia ini. Bekerja terlalu lelah
mengatasi masalah ini sangat diharapkan, salah akan meningkatkan produksi hormon oksitosin
satunya adalah memberikan penyuluhan kepada oleh hipofise posterior yang merupakan pemicu
wanita usia subur dan ibu hamil tentang terjadinya kontraksi dini. Kontraksi yang
pencegahan dan resiko terjadinya KPD. Dengan semakin lama semakin sering akan
mengetahui pencegahan dan komplikasi dari menyebabkan selaput ketuban tidak lagi mampu
KPD, diharapkan ibu akan mengerti betapa menahan kehamilanya.
pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai Oleh karena itu, untuk meminimalkan angka
langkah awal mendeteksi resiko yang mungkin kejadian KPD di RB Melati Manukan Surabaya
akan terjadi. bidan perlu memberikan berbagai penyuluhan
4. Pekerjaan tentang usia yang aman untuk ibu hamil dan
Berdasarkan tabel 5.4 dapat disimpulkan bersalin yaitu usia 20-35 tahun, paritas yang
bahwa ibu yang bersalin mayoritas bekerja aman untuk hamil dan bersalin adalah paritas
sebanyak 53 orang (56,99%) dibandingkan ibu satu sampai tiga. Ibu hamil berpendidikan
yang tidak bekerja sebanyak 40 orang rendah dengan berbagai keterikatan budaya
(43,01%). kesehatan yang masih tertinggal atau tidak
Kehamilan bukanlah merupakan halangan menguntungkan dianjurkan untuk menjaga
untuk berkarya asalkan dikerjakan dalam personal hygene terutama jalan lahir,
pengertian sedang hamil. Wanita karier yang penyuluhan yang diberikan adalah cara cebok
sedang hamil mendapat hak cuti hamil selama 3 yang benar yaitu dari depan ke belakang,
bulan, yang dapat diambil satu bulan menjelang mengganti pakaian dalam setiap kali mandi atau
persalinan dan dua bulan setelah persalinan. bila basah, mandi minimal 1 kali sehari. Ibu
Selama hamil, perhatikan hal-hal yang dapat hamil diharapkan dapat mengatur aktivitas
membahayakan kelangsungan hamil dan sehari-hari sebaik mungkin, mengerjakan
memeriksakan diri. (Manuaba, 1998). Pada pekerjaan yang tidak terlampau berat sehinggga
dasarnya, ibu hamil diperbolehkan untuk tidak beresiko terhadap kehamilanya
bekerja, tetapi jangan terlampau berat. Ibu
harus mampu mengatur waktu untuk istirahat, SIMPULAN DAN SARAN
karena bila terlalu lelah untuk bekerja SIMPULAN
dikhawatirkan dapat merangsang kontraksi Kejadian KPD di RB Melati Manukan
rahim (his) lebih awal. His yang semakin lama Tahun 2015 mayoritas terjadi pada ibu bersalin
semakin kuat biasanya diikuti oleh keluarnya yang berumur >35 tahun
lendir bersemu darah. Selain itu, munculnya Kejadian KPD di RB Melati Manukan
kontraksi rahim yang lebih awal juga akan Tahun 2015 mayoritas terjadi pada ibu bersalin
menimbulkan ketegangan rahim yang dapat yang berparitas grandemultipara
mempengaruhi berkurangnya kekuatan Kejadian KPD di RB Melati Manukan
membran untuk menahan cairan ketuban dan Tahun 2015 mayoritas terjadi pada ibu bersalin
meningkatkan tekanan intrauterine, sehingga yang berpendidikan rendah
dapat memicu terjadinya ketuban pecah dini. Kejadian KPD di RB Melati Manukan
Berdasarkan tabel 5.9 di atas dapat Tahun 2011 mayoritas terjadi pada ibu yang
disimpulkan bahwa ibu bersalin yang tidak bekerja.
bekerja mayoritas tidak mengalami kejadian
KPD sebanyak 31 orang (77,50%) SARAN
dibandingkan dengan ibu bersalin yang bekerja 1. Bagi Institusi Pendidikan
mengalami kejadian KPD sebanyak 17 orang Diharapkan bidan sebagai tenaga
(32,08%). profesional selalu up to date dengan
Aktivitas ibu bersalin yang bekerja dan penemuan–penemuan atau teori–teori terbaru
tidak bekerja tidak akan mempengaruhi tentang KPD sehingga dapat meningkatkan
kesehatan selama ibu masih dapat menggontrol mutu pelayanan melalui tindakan promotif dan
istirahat dan mengetahui batasan-batasan preventif dan akan menekan angka kejadian
bekerja. Penyebab ketuban pecah dini adalah KPD.
multifaktor. Biasanya, ketuban pecah dini
dikaitkan dengan peningkatan stress fisik yang
Diharapkan RB Melati Manukan Surabaya Berencana untuk Pendidikan Bidan.
dapat mengevaluasi penyebab dari Ketuban Jakarta : EGC.
Pecah Dini.
Diharapkan RB Melati Manukan Surabaya Manuaba, IAC & Manuaba, IBG Fajar &
tetap memberikan pelayanan kesehatan Manuaba, IBG 1998. Ilmu
berkualitas yang dapat menurunkan angka Kebidanan, Penyakit Kandungan
insidensi kejadian dengan memberikan berbagai dan Keluarga Berencana untuk
penyuluhan tentang usia reproduksi, paritas
yang aman untuk kehamilan dan persalinan, Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
memberikan asuhan dan KIE disesuaikan Mochtar, R 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta
dengan pendidikan ibu dan jenis-jenis pekerjaan : EGC.
yang berpotensi meyebabkan komplikasi bagi Notoatmodjo, S 2003. Ilmu Kesehatan
ibu
asyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
KEPUSTAKAAN Notoatmodjo, S 2002. Metodologi
Achadiat, C 2004. Obstetri dan Ginekologi. Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Jakarta : EGC. Rineka Cipta.
Budijanto, D 2005. Metodologi Penelitian. Nursalam 2001. Pendekatan Praktis
Surabaya : PUSLITBANG Sistem Metodologi Riset Keperawatan.
dan Kebijakan Kesehatan DEPKES Jakarta : Sagung Seto.
RI Nursalam dan Pariani, S 2008. Pendekatan
Cunningham, FG dkk 2009. Obstetri Praktis Metodologi Riset
Wiliams. Jakarta : EGC. Keperawatan. Jakarta : Sagung
Departemen Kesehatan. 2004. Kumpulan Seto.
Info Kesehatan . Tersedian melalui Proverawati, Atikah. 2010. BBLR.
<http://www.litbang.depkes.go.id/lit Yogyakarta : Nuha medika
bangkes/2004> (Diakses pada Rochjati, Poedji. 2003. Skrining Antenatal
tanggal 16 april 2016) Pada Ibu Hamil. Surabaya :
Dorland, W. A, Newman. 2002. Kamus Airlangga University Press.
Kedokteran Dorland Edisi 29. Saifuddin, A B 2002. Buku Panduan
Jakarta : EGC. Praktis Pelayanan Kesehatan
Hacker, NF & Moore JG 2001. Essential Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Hipokrates. Prawirohardjo.
Hidayat, A. Alimul 2007. Metode Sastrawinata, S dkk 2004. Obstetri
Penelitian Kebidanan Tehnik Patologi. Jakarta : EGC.
Analisis Data. Jakarta : Salemba Sinclair, Constanta. 2009. Buku Saku
Medika. Kebidanan. Jakarta : EGC.
Kementrian RI 2007. Profil Kesehatan Varney, Hellen.2008. Buku Ajar Asuhan
Indonesia. Jakarta: Departemen Kebidanan Volume 2 Edisi 4.
Kesehatan Indonesia Jakarta : EGC
Llewellyn, D & Jones 2001. Dasar-dasar Wiknjosastro, GH 2008. Pelatihan Klinik
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Pelayanan Obstetri Neonatal
Hipokrates. Emergensi Dasar. Jakarta : JNPK-
Manuaba, IBG 1998. Ilmu Kebidanan, KR.
Penyakit Kandungan dan Keluarga

Anda mungkin juga menyukai