Anda di halaman 1dari 33

KARYA TULIS ILMIAH LEGISLASI VETERINER

Ketentuan Sanitasi Dalam Budidaya Perikanan Menurut


Ketentuan Yang Ada

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2020

i
KARYA TULIS ILMIAH LEGISLASI VETERINER
Ketentuan Sanitasi Dalam Budidaya Perikanan Menurut
Ketentuan Yang Ada

Oleh :
Caecilia Cindy Putri Ekapaksi
17820017 / Kelas A

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2020

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya karya tulis ilmiah
yang berjudul ”Ketentuan Sanitasi Dalam Budidaya Perikanan
Menurut Ketentuan Yang Ada” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenui tugas


legislasi veteriner. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini,
penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih


jauh dari sempurna dan perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Penulis
berharap semoga gagasan pada karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi dunia kesehatan dan pendidikan pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Kediri, 16 April 2020

Caecilia Cindy Putri Ekapaksi

iii
DAFTAR ISI

Cover Luar……………………………………………………..i
Halaman Judul…………………………………………….…..ii
Kata Pengantar……………………………………………….iii
Daftar Isi…………………………………………………...iv-v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………....1-2
1.2 Rumusan Masalah…………………………………….….2
1.3 Tujuan Masalah…………………………………………..2
1.4 Manfaat…………………………………………………...3
BAB II PEMBAHASAN
a. Sanitasi Pada Budidaya Perikanan………………...……..4
b. Budidaya Perikanan……………………………………4-7
c. Mengapa Budidaya Perikanan Membutuhkan
Sanitasi Yang Baik……………………………………..7-8
d. Bagaimana Akibat Yang Ditimbulkan Ketika
Sanitasi Kurang Baik…………………………………8-15
e. Ketentuan Sanitasi Yang Ada………………………..15-23
f. Yang Bertanggung Jawab Jika Pada Budidaya
Tersebut Terdapat Sanitasi Yang Kurang Baik………23-24
g. Adakah Sanksi Yang Diterima Jika Tidak Sesuai
Dengan Ketentuan……………………………………24-25
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan……………………………………………...26

iv
3.2 Saran……………………………………………………27
Daftar Pustaka………………………………………………28

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada keaadaan saat ini sumber makanan dari ikan
sangat mengalami kenaikan peminat, karena bertambahnya
penduduk yang semakin memahami bahwa ikan memiliki
banyak sekali kandungan vitamin dan gizi yang baik untuk
kesehatan.
Saat ini pembukan budidaya perikanan sangat
berkembang pesat, bahkan pemerintah juga mendukung
kegiatan tersebut. Budidaya ikan ini banyak menghasilkan
lapangan pekerjaan yang baru bagi mereka yang
pengangguran, selain itu kegiatan ini juga mudah dilakukan
dan hasilnya juga baik dalam segi ekonominya.
Dalam sanitasi pada budidaya perikanan ini tidak boleh
dilakukan dengan sembarangan, karena dalam hal tersebut
pemerintah juga ikut andil dalam proses pembudidayaannya.
Ketentuan–ketentuan sanitasi itu sendiri sangat banyak
terkandung dalam peraturan perundang – undangan dan juga
banyak peraturan dalam pelaksanaannya. Kegiatan sanitasi ini
sangat penting adanya, karena apabila terjadi sedikit saja
kesalahan dalam sanitasi yang dilakukan, akan fatal jadinya,
kerugian akan terjadi sangat terasa, karena dalam budidaya
perikanan jika 1 petak kolam berisi 3000 ikan ada masalah
dengan sanitasi, maka ikan yang ada pada 1 petak kolam
tersebut akan mengalami masalah (ex: mati semua ikannya).
Jadi dalam karya tulis ilmiah ini akan memberi
wawasan tentang ketentuan sanitasi dalam budidaya perikanan
menurut ketentuan yang ada pada peraturan-peraturan dari
lembaga sah yang akan melindungi apabila ada kesalahan
1
dalam pelaksanaannya dan agar setelah ini pelaksanaan sanitasi
di budidaya perikanan dapat berjalan sesuai peraturan yang ada
untuk meminimalisir kerugian besar terjadi akibat sanitasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sanitasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan budidaya perikanan ?
3. Mengapa budidaya perikanan membutuhkan sanitasi
yang baik ?
4. Bagaimana akibat yang ditimbulkan akibat sanitasi
yang kurang baik ?
5. Seperti apa ketentuan sanitasi yang ada ?
6. Siapa yang bertanggung jawab jika pada budidaya
tersebut terdapat sanitasi yang kurang baik ?
7. Adakah sanksi yang diterima jika tidak sesuai dengan
ketentuan ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sanitasi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan budidaya
perikanan.
3. Untuk mengetahui mengapa budidaya perikanan
membutuhkan sanitasi yang baik.
4. Untuk mengetahui bagaimana akibat yang ditimbulkan
akibat sanitasi yang kurang baik.
5. Untuk mengetahui seperti apa ketentuan sanitasi yang
ada.
6. Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab jika
pada budidaya tersebut terdapat sanitasi yang kurang
baik.
7. Untuk mengetahui adakah sanksi yang diterima jika
tidak sesuai dengan ketentuan.

2
1.4 Manfaat
Karya tulis ilmiah ini merupakan tugas untuk
memenuhi ulangan tengah semester pada mata kuliah legislasi
veteriner serta untuk menambah wawasan ketentuan ketentuan
apa saja yang ada untuk melakukan sanitasi pada budidaya
perikanan kepada penulis dan pembaca dimasa yang akan
datang.

3
BAB II
PEMBAHASAN
a. Sanitasi Pada Budidaya Perikanan
Sanitasi adalah upaya untuk pencegahan
terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembang
biaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam
produk pembudidayaan ikan yang dapat merusak dan
membahayakan manusia.1
Dalam budidaya perikanan sanitasi sangatlah
penting di lakukan, fungsi dari sanitasi itu sendiri untuk
menjaga kualitas ikan yang baik, sehat, dan juga agar
masyarakat sekitar tempat budidaya tidak merasakan
dampak dari budidaya ikan tersebut.
Sanitasi dalam budidaya perikanan ini meliputi
air, lahan, lokasi kolam dan dampak bagi
lingkungannya bagaimana, apakah sudah memenuhi
syarat-syarat yang ada.
b. Budidaya Perikanan
Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk
memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan
serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang
terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal
untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau
mengawetkannya.2
Dalam budidaya ikan juga ada ketentuan
bagaimana cara budidaya ikan yang baik. Ketentuan ini

1
KEP.MEN.Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No.02/MEN/2007,
Cara Budidaya IkanYang Baik, Bab I, Poin 9, Hal 3.
2
UU RI No.31 Tahun 2004, Perikanan, Bab I, Pasal 1, Poin 6, Hal 3.
4
harus dilakukan dengan baik, benar dan sesuai, agar
hasilnya juga memuaskan dan tidk mengecewakan.
Cara budidaya ikan yang baik (CBIB) adalah
cara memelihara dan/atau membesarkan ikan serta
memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol
sehingga memberikan jaminan keamanan pangan dari
pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, pakan,
obat ikan, dan bahan kimia, serta bahan biologis.3
Penerapan CBIB terdiri dari 12 parameter,
meliputi:
1.Pemilihan lokasi, berupa: lokasi terhidar dari daerah
pemukiman, industri, lahan pertanian dan peternakan;
kualitas air sumber sesuai peruntukan.
2.Penentuan tata letak dan desain konstruksi,
mencakup: saluran pemasukan dan saluran pembuangan
dibuat terpisah; tersedia petak tandon pada budidaya
udang intensif dan semi intensif; tempat penyimpanan
alat dan bahan budidaya tertutup serta terdapat sirkulasi
udara; fasilitas toilet (MCK) terletak minimum 10 m
dari petak pemeliharaan dan saluran.
3.Pemilihan wadah budidaya terbuat dari bahan yang
tidak mudah korosif.
4.Pengamanan biologi (biosecurity) meliputi: bebas
binatang peliharaan; tindakan isolasi terhadap ikan
yang terserang penyakit.

3
KEP.MEN.Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No.02/MEN/2007,
Cara Budidaya IkanYang Baik, Bab I, Poin 12, Hal 4.

5
5.Pemilihan benih ikan besertakan sertifikat atau surat
keterangan bebas penyakit.
6.Penggunaan pakan ikan berupa: etiket menggunakan
bahasa Indonesia; memiliki nomor pendaftaran yang
dikeluarkan oleh otoritas kompeten; sesuai dengan
ketentuan dan petunjuk pada etiket dan brosur.
7.Penggunaan obat ikan berupa: etiket menggunakan
bahasa Indonesia; memiliki nomor pendaftaran yang
dikeluarkan oleh otoritas kompeten; sesuai dengan
ketentuan dan petunjuk pada etiket dan brosur.
8.Penggunaan probiotik berupa: etiket menggunakan
bahasa Indonesia; memiliki nomor pendaftaran yang
dikeluarkan oleh otoritas kompeten; sesuai dengan
ketentuan dan petunjuk pada etiket dan brosur.
9.Penggunaan desinfektan berupa: etiket menggunakan
bahasa Indonesia; memiliki nomor pendaftaran yang
dikeluarkan oleh otoritas kompeten; sesuai dengan
ketentuan dan petunjuk pada etiket dan brosur.
10.Penggunaan bahan kimia berupa: etiket
menggunakan bahasa Indonesia; memiliki nomor
pendaftaran yang dikeluarkan oleh otoritas kompeten;
sesuai dengan ketentuan dan petunjuk pada etiket dan
brosur.
11.Cara panen dilakukan dengan cepat dan cermat.
12.Peralatan panen terbuat dari bahan yang tidak
mudah merusak fisik, tidak mudah korosif, dan mudah
dibersihkan.4
4
Lucky R. Nugroho et al, Penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik pada
Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vanname) di Pesisir Daerah
6
c. Mengapa Budidaya Perikanan Membutuhkan
Sanitasi Yang Baik.
Kalau sudah namanya budidaya pasti jumlah
ikan yang ada jumlahnya tidak main-main hanya 10
atau 20, tapi jumlah ikannya bisa sampai ratusan
bahkan ribuan. Jika ketentuan sanitasi yang baik dan
benar tidak dilaksanakan, orang yang memiliki
budidaya ikan tersebut pasti akan mengalami kerugian,
karenanya jika sanitasi tidak baik akan ada kontaminasi
yang terjadi pada ikan 1 kolam.
Sanitasi yang baik bukan hanya soal
menghindari terjadinya kontaminasi, tetapi sebagai
dokter hewan pastilah tahu bahwa dalam merawat
hewan kita tidak boleh melanggar azas animal welfare,
yang dimana ikan juga merupakan hewan.
Animal welfare memiliki 5 azas yangtidak
boleh dilanggar :
1. Freedom from hunger, malnutrition and
thirst;
(Bebas dari rasa lapar, malnutrisi dan haus)
Setiap hewan harus diberikan makanan dan
minuman yang bergizi dan sesuai untuk
kebutuhan hewan tersebut
2. Freedom from fear and distress;
(bebas dari rasa takut dan penderitaan)
Setiap hewan harus bebas dari rasa takut
apakah takut karena lingkungan, hewan lain,
maupun akibat perlakuan dari pemilik
hewan itu
3. Freedom from heat stress or physical
discomfort;

Istimewa Yogyakarta, Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada,


Yogyakarta, 2016, Hal 3.
7
(terbebas dari stres akibat panas atau
ketidaknyamanan fisik)
Hewan harus memiliki tempat istirahat yang
nyaman serta terlindung dari cuaca yang
panas maupun dingin
4. Freedom from pain, injury and disease;
(bebas dari rasa sakit, cedera, dan penyakit)
Hewan harus diperhatikan kesehatannya,
dengan melakukan pemeriksaan rutin agar
terhindar dari cedera serta melakukan
vaksinasi untuk pencegahan penyakit.
5. Freedom to express normal patterns of
behavior
(kebebasan untuk mengekspresikan pola
perilaku normal)
Hewan mempunyai sifat alami hidup dialam
bebas. Bagi hewan peliharaan harus
diberikan kebebasan agar dapat melakukan
aktifitas alaminya. 5
d. Bagaimana Akibat Yang Ditimbulkan Ketika
Sanitasi Kurang Baik.
Sanitasi yang kurang baik akan mempengaruhi
ketidakstabilan pada kondisi lingkungan tempat
budidaya ikan. Faktor suber penyakit dari lingkungan
yang kurang mendukung bisa disebut faktor abiotik.
Pengaruh penyakit yang diakibatkan oleh faktor
lingkungan sering mengakibatkan kerugian yang serius
karena kematian yang berlangsung sangat cepat, tiba-
tiba, dan mematikan seluruh populasi ikan. Pengaruh
langsung dari faktor lingkungan terhadap timbulnya
penyakit dapat terjadi jika faktor lingkungan kurang
5
. I Nengah Jaya Kusuma, Pendekatan Kesejahteraan Hewan (Animal
Welfare) Dalam Tindakan Karantina, Medik Veteriner Muda, Balai
Karantina Pertanian Kelas I Mataram, Mataram, 2019, Hal 2-3
8
menunjang bagi kehidupan ikan, misalnya perubahan
suhu air secara tiba-tiba, pH air yang terlalu tinggi atau
rendah, kandungan oksigen terlarut yang terlalu tinggi
atau rendah, adanya gas beracun hasil penguraian bahan
organik (gas metan, ammonia atau asam belerang),
adanya bahan pencemaran dari pestisida atau limbah
industri dan limbah rumah tangga lainnya. Semua
faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan kisaran
toleransi ikan atau tidak menunjang kehidupan ikan
dapat menyebabkan gangguan fisiologis pada ikan dan
akibatnya menyebabkan kematian pada ikan. Selain itu
lingkungan perairan juga mempunyai potensi untuk
menyebabkan perubahan histologi pada ikan, misalnya
pada konsentrasi ammonia yang tinggi dapat
menyebabkan perubahan histologi jaringan insang
walaupun secara lambat tetapi terus menerus.
Faktor lingkungan dalam kegiatan budi daya
ikan air tawar mempunyai pengaruh yang sangat tinggi.
Lingkunan juga dapat mendatangkan penyakit dari
kegiatan budi daya air tawar. Pengaruh dari penyakit
yang diakibatkan oleh faktor lingkungan yang buruk
akan menyebabkan ikan menjadi:
 Tercekik, yaitu kekurangan oksigen terlarut
yang umumnya terjadi menjelang pagi hari pada
perairan yang kelimpahan fitoplankton tinggi.
 Keracunan nitrit, yang sering disebut penyakit
darah cokelat karena disebabkan oleh
konsentrasi nitrit yang tinggi di dalam air yang
berasal dari hasil metabolisme ikan.
 Keracunan ammonia, terjadi hampir sama
dengan nitrit, tetapi pada umumnya karena
pengaruh pemberian pakan yang berlebihan atau
bahan organik, sedangkan populasi bakteri

9
pengurai tidak mencukupi, yang sangat beracun
adalah dalam bentuk NH3.
 Fluktuasi air yang ekstrim, di mana perubahan
suhu air yang ekstrim akan merusak
keseimbangan hormonal dan fisiologis tubuh
ikan dan pada umumnya ikan tidak mampu
untuk beradaptasi terhadap perubahan dan
mengakibatkan ikan stress bahkan kematian.
 Limbah polutan, yang terdiri atas logam-logam
berat cukup berbahaya bagi ikan karena sifat
racunnya, yaitu Hg, Cd, Cu, Zn, Ni, Pb, Cr, Al,
dan Co juga dapat menyebabkan penyakit bagi
ikan. Sifat masing-masing logam berat tersebut
dapat meningkat apabila komposisi ion-ion di
dalam air terdiri atas jenis-jenis ion yang
sinergis. Selain komposisi ion, nilai pH juga
berpengaruh pada tingkat kelarutan ion-ion
logam. Bila kadarnya tinggi menyebabkan
ikanikan stress dan bila terus meningkat dapat
menyebabkan kematian. Bentuk pengaruh faktor
lingkungan (kualitas air) secara langsung
terhadap kesehatan ikan dapat disebabkan oleh
rendahnya kandungan oksigen terlarut,
tingginya kandungan ammonia, tingginya
kandungan nitrit, atau racun-racun alamiah atau
ciptaan manusia yang masuk ke dalam
lingkungan perairan.
Berikut ini beberapa jenis penyakit pada ikan di
budidaya ikan air tawar yang disebabkan oleh
lingkungan yang tidak mendukung :
 Penyakit Gelembung Gas (Gas Bubble Disease)

10
Penyakit gelembung gas disebabkan oleh
supersaturasi gas terlarut (nitrogen atau oksigen).
Supersaturasi disebabkan oleh kebocoran pompa
atau sistem katup di pembenihan ikan (hatchery)
dan diakibatkan kelimpahan alga. Keadaan ini
mengakibatkan turunnya kandungan oksigen
terlarut pada malam hari dan supersaturasi pada
siang hari.
a. Gejala Klinis Tampak gelembung-gelembung di
kulit, mata, insang, dalam rongga perut, insang,
sirip, mulut, gelembung renang, dan dalam saluran
pencernaan, dan pembengkakan mata
(exopthalmia). Kejenuhan gas dalam air terutama
nitrogen, oksigen, dan karbondioksida dan juga
mempengaruhi kadar gas dalam darah.
b. Efek pada Inang Gelembung udara pada kulit,
mata, dan insang sehingga ikan sulit bernapas.
Akumulasi gas ini pada mata menyebabkan
pembengkakan atau popeye. Ikan akan
mengambang di permukaan. Mengakibatkan
embolisme (embolism) dalam darah, dan emfisema
(emphysema) dalam jaringan, terjadi edema dan
degenerasi pada lamella insang, menonjolnya
kornea, dan kematian mendadak secara massal.
c. Pencegahan Pencegahan yang dilakukan untuk
menghindari penyakit ini adalah dengan melakukan
monitoring atau pemantauan kandungan oksigen
terlarut, mencegah terjadinya kelimpahan alga,
melakukan menambahan air secara perlahan,
meletakan pipa air masuk pada posisi di atas
permukaan air bak supaya nitrogen terlepas ke
udara, dan mengurangi tanaman air di kolam.
 Sindrom Stress Gelembung Renang (Swimbladder

11
Stress Syndrome) Sindrom stress gelembung
renang merupakan malfungsi gelembung renang
dan kombinasi dari penanganan berlebihan, ambien
suhu tinggi, ambien intensitas cahaya tinggi,
tingginya kelimpahan alga, yang dapat
mengakibatkan penurunan kandungan oksigen
terlarut pada malam hari dan supersaturasi pada
siang hari. Penyakit ini menyerang ikan besar dan
induk.
a. Gejala Klinis Gejala klinis yang ditimbulkan
dengan adanya gelembung besar gas di daerah
antero dorsal dan bagian luar gelembung renang
ikan.
b. Efek pada Inang Penyakit ini mengakibatkan ikan
kehilangan kemampuan untuk mengatur gerakan
tubuh, daya apung dan berenang miring dengan
posisi kepala berada di bawah permukaan air, dan
terjadinya kematian secara massal.
c. Pencegahan Pencegahan yang dilakukan untuk
menghindari penyakit ini adalah dengan melakukan
aerasi yang cukup kuat untuk mempertahankan
larva dan benih selalu berada agak jauh di bawah
permukaan air (selalu berada di kolom air), menjaga
kualitas air dengan menggunakan filter, dan
mengatur kelimpahan alga (di panti perbenihan).
 Aspiksia/Hipoksia (Asphyxiation/Hypoxia)
Aspiksia/Hipoksia merupakan penyakit yang
diakibatkan rendahnya kandungan oksigen terlarut
dalam air yang biasanya dicirikan oleh mulut yang
terbuka dan penutup insang yang terburai.
Umumnya terjadi pada ikan yang berenang dekat
dasar perairan di mana defisiensi oksigen terlarut
terjadi akibat perombakan bahan organik oleh

12
bakteri. Biasanya ditemukan di laut setelah terjadi
kelimpahan plankton yang kemudian mati.
a. Gejala Klinis Ikan mendekati pipa air masuk
(inlet) dan pipa air keluar (outlet), mulut terbuka
lebar, berenang di bawah permukaan air, dan
gerakan operculum sangat cepat (megap-megap).
b. Pencegahan Pencegahan yang dilakukan untuk
menghindari penyakit ini adalah dengan melakukan
monitoring atau pemantauan kandungan oksigen
terlarut dan dengan memperbesar aerasi hingga
didapatkan oksigen terlarut yang memadai (> 5
ppm).
 Penyakit karena Salinitas (Salinity)
Salinitas yang sangat tinggi akan menyebabkan
ikan menjadi lemah, kehilangan bobot badan, dan
lensa mata memucat. Tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan untuk tetap menjaga kualitas air
tetap baik dengan melakukan persiapan kolam
dengan benar, melakukan pergantian air,
menggunakan air yang tidak tercemar, melakukan
sistem budi daya dan pemberian pakan yang tepat,
dan melakukan pemeriksaan kualitas air secara
rutin.
 Alkalosis
Alkalosis terjadi apabila air menjadi sangat
basa, sehingga kandungan basa ini tidak dapat lagi
ditolerir oleh ikan.
a. Gejala Klinis Gejala klinis yang tampak berupa
kulit ikan menjadi keruh seperti susu, kulit dan
insang ikan mengalami kerusakan.
b. Pencegahan Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan dengan monitoring atau pemantauan pH
dan mempertahankan nilai pH optimum untuk
setiap ikan yang dibudidayakan.
13
 Asidosis (Acidosis)
Asidosis disebabkan oleh turunnya pH pada
nilai yang terlalu rendah untuk ikan yang
dibudidayakan.
a. Gejala Klinis Gejala klinis yang tampak, ikan
berenang dengan sangat cepat dan muncul ke
permukaan air untuk mencari udara. Sekresi lendir
meningkat dan terjadinya kematian secara cepat.
b. Efek pada Inang Asidosis mengakibatkan
metabolisme ikan terganggu, pertumbuhan ikan
terhambat, dan dapat menyebabkan kematian.
c. Pencegahan Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan dengan monitoring atau pemantauan pH
dan penggunaan kapur dan membilas dasar kolam
sebelum penebaran dilakukan.
 Penyakit karena Sengatan Matahari (Sunburn
Disease)
Penyakit karena sengatan matahari disebabkan
radiasi ultraviolet dari matahari ketika ikan
dipelihara secara intensif berair dangkal. a. Gejala
Klinis Gejala klinis yang tampak adalah terjadinya
borok atau ulser pada bagian atas kepala, di bagian
punggung, dan di bagian atas sirip ekor ikan,
disebabkan ultraviolet matahari yang berlebihan
masuk ke dalam kolam dan dangkalnya air kolam.
b. Efek pada Inang Borok atau ulser yang timbul
dapat menyebabkan ikan lebih mudah terinfeksi
oleh patogen bakteri dan jamur.
c. Pencegahan Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan dengan penempatan pelindung di atas
kolam dan ikan yang dipelihara jauh dari radiasi
ultraviolet dengan ditingkatkannya ke dalaman
kolam.
 Hiperplasia
14
Hiperplasia merupakan penyakit akibat suhu
rendah, sering dijumpai terutama di daerah
subtropik manakala suhu mencapai 3oC.
a. Gejala Klinis Gejala klinis yang ditimbulkan
antara lain berupa hiperlasia pada basal lamella
insang dan abnormalitas pelekatan lamella sekunder
pada insang.
b. Efek pada Inang Hiperplasia mengakibatkan
tingkat kematian ikan yang dipelihara dapat
mencapai 20-30% dari populasi ikan yang
dipelihara.
c. Pencegahan Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan dengan melakukan monitoring atau
pemantauan oksigen terlarut dan pH.
 Lordosis-Skoliosis
Lordosis dan skoliosis merupakan penyakit
yang diakibatkan defisiensi vitamin C, fosfor,
triptofan atau vitamin D. Ikan yang terserang, tubuh
ikan akan bengkok atau melengkung ke atas atau ke
bawah. Tubuh ikan juga bisa bengkok ke samping.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan dengan
pemberian suplemen vitamin C dengan dosis tinggi
(500-700 mg/kg pakan) agar ketahanan tubuh ikan
meningkat.6
e. Ketentuan Sanitasi Yang Ada.
1. Air
Air merupakan syarat penting yang harus ada
dan dalam pelaksanaannya harus sesuia aturan yang
ada untuk budidaya perikanan.

6
Junius Akbar Syachradjad Fran, Manajemen Kesehatan Ikan, P3ai
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Banjarmasin, 2013, Hal
105-111.
15
Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas,
ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk
dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang dapat dimanfaatkan untuk
Pembudidayaan Ikan.7
Air merupakan sumber kontaminasi penyakit.
Sumber air yang paling aman adalah air tanah. Air
permukaan (air sungai, air danau, dan lain-lain)
sangat rentan terhadap kontaminasi terutama
melalui pembawa penyakit (carrier). Oleh karena
itu, bila menggunakan air permukaan perlu
dilakukan penilaian risiko (risk assessment) untuk
mencegah masuknya patogen ke lingkungan budi
daya melalui air atau carrier di dalamnya.8
Dalam ketentuan air yang ada pada PPRI No.28
Tahun 2017 tentang pembudidayaan ikan,
pengaturan dan pembinaan dilakukan oleh
Pemerintah untuk mengatur dan membina tata
pemanfaatan Air dan lahan Pembudidayaan Ikan
meliputi :
a. perencanaan;
b. pemanfaatan;
c. pengembangan; dan
d. perlindungan.9
Untuk pemanfaatan air di budidaya ikan juga
diatur dalam PPRI No.28 Tahun 2017 tentang
pembudidayaan ikan, pemanfaatan itu diataur
sebagai berikut :
7
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2017,
Pembudidayaan Ikan,Bab I, Pasal 1, Poin 5, Hal 2.
8
Junius Akbar Syachradjad Fran, Manajemen Kesehatan Ikan, P3ai
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Banjarmasin, 2013, Hal 146
9
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2017,
Pembudidayaan Ikan,Bab 2, Pasal 3, Hal 3-4.
16
(1)Pemanfaatan Air untuk Pembudidayaan Ikan
berdasarkan peruntukannya dibedakan menjadi:
a. pemanfaatan Air sebagai media; dan
b. pemanfaatan Air sebagai materi.
(2)Pemanfaatan Air sebagai media untuk
Pembudidayaan Ikan terdiri atas:
a. waduk;
b, danau;
c. sungai;
d, rawa;
e. laut; dan
f. genangan Air lainnya.
(3)Pemanfaatan Air sebagai materi untuk
Pembudidayaan Ikan terdiri atas penggunaan Air di
kolam, tarnbak atau tempat/wadah lain yang dapat
diusahakan untuk Pembudidayaan Ikan.10
(1)Setiap Orang yang meldkukan Pembudidayaan
Ikan dalam memanfaatkan Air dan lahan wajib
mengikuti standar teknis Air dan lahan.
(2)Standar teknis Air dan lahan selagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan
teknologi budidaya Ikan dan jenis komoditas Ikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2017,


10

Pembudidayaan Ikan,Bab 2, Pasal 8, Hal 6.

17
(3) Standar teknis Air dan lahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.volume dan/atau debit Air;
b.kriteria kebuhrhan teknis dan keamanan pangan;
dan
c.luas permukaan Air yang digunakan.
(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai standar teknis
Air dan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Menteri.11
Contoh peraturan pelaksanaan air untuk
budidaya ikan saya ambil dari SNI 6484.3:2014
tentang ikan lele dumbo (clarias sp.) bagian 3 :
produksi induk. Persyaratan kualitas air :

No Parameter Satuan Nilai


.
o
1. Suhu C 25 - 30
2. pH 6,6 - 8
3. Oksigen Terlarut mg/L Minimal 3
4. Kecerahan cm 25 – 30
5. Amoniak (NH3) mg/L Maksimal 0,1
Cara pengukuran kualitas air menurut ketetntuan :
1. Suhu : dilakukan dengan menggunakan
thermometer yang dinyatakan dalam satuan
derajat Celcius ( oC ).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2017,


11

Pembudidayaan Ikan,Bab 2, Pasal 10, Hal 7.

18
2. Oksigen Terlarut : dilakukan dengan
menggunakan DO meter yang dinyatakan dalam
milligram per liter. ( mg/L ).
3. pH Air : dilakukan dengan menggunakan pH
meter atau pH indicator ( kertas lakmus ).
4. Kecerahan Air : dilakukan dengan
menggunakan secchi disk, yang dimasukkan
kedalam media pemeliharaan. Kecerahan
dinyatakan dengan mengukur jarak antara
permukaan air kepiringan saat pertama kali
piringan tidak terlihat, piringan dimasukkan ke
dalam air kemudian diangkat sampai terlihat
kembali dirata-ratakan, dinyatakan dalam
centimeter ( cm ).12
2. Kolam / Wadah dan Lahan

Meurut ketentuan yang ada pada SNI ikan lele


dumbo, untuk ideal kolam/ wadah sebagai berikut:
a) Kontruksi ; tanah atau tembok dengan pematang
yang kuat, dengan dasar tanah yang stabil.
b) Luas : kolam tanah 100 m2, kolam beton 20 m2.
c) Kedalaman air : 1m – 1,5m.
d) Wadah dapat dikeringkan.13
Dengan acuan kolam yang ada dalam ketentuan,
maka kegiatan sanitasi bisa direncanakan seberapa
luas dan lebar yang akan di sanitasi (alat dan bahan
yang akan di gunakan dalam sanitasi bisa
disesuaikan dengan kolam yang ada)

12
Standart Nasional Indonesia (SNI) No. 6484.3, Ikan Lele Dumbo (Clarias
sp.) Bagian : 3, BSNI, Jakarta, 2014, Hal 6-8.
13
Standart Nasional Indonesia (SNI) No. 6484.3, Ikan Lele Dumbo (Clarias
sp.) Bagian : 3, BSNI, Jakarta, 2014, Hal 6.
19
Kalau kolam ada ketentuannya, untuk lahan
yang dgunakan juga ada ketentuan yang berlaku,
guna proses sanitasi dapat di rencanakan dengan
baik. Berikut perturan meurut ketentuan idel suatu
lahan :
a) Dekat sumber air, bebas banjir dan
pencemaran mudah dijangkau sumber air.
Tidak tercemar dan tersedia sepanjang tahun
dan memenuhi persyaratan baku air
budidaya.
b) Aspek legalitas sesuai peruntukan
produksi.14
Dalam pelaksanaannya pemerintah akan
mengatur soal perlindungan lahan budidaya juga,
butir-butir pasal yang ada sebagai berikut :
(1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya melakukan perlindungan
terhadap lahan untuk Pembudidayaan Ikan.
(2) Perlindungan lahan untuk Pembudidayaan Ikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan menetapkan sebagai Kawasan Budi Daya
Perikanan.
(3) Lahan untuk Pembudidayaan Ikan dapat
ditetapkan sebagai Kawasan Budi Daya Perikanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika
memenuhi kriteria paling sedikit :

14
Standart Nasional Indonesia (SNI) No. 6484.3, Ikan Lele Dumbo (Clarias
sp.) Bagian : 3, BSNI, Jakarta, 2014, Hal 6.

20
a. memiliki hamparan lahan dengan luasan
tertentu; dan
b. menghasilkan komoditi perikanan budidaya
yang dapat memenuhi kebutuhan Ikan sebagian
besar masyarakat lokal, nasional, atau untuk
keperluan ekspor.15
 Penentuan tata letak dan konstruksi
mencakup:
a. saluran pasok dan saluran buang;
b. tandon pasok pada budidaya udang
intensif dan semi intensif;
c. tempat penyimpanan pakan, pupuk, obat
ikan, pestisida, bahan bakar minyak, dan
peralatan budidaya;
d. fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK), toilet,
dan septic tank.16
 Pembangunan saluran pasok dan saluran
buang memenuhi persyaratan:
a. dibuat terpisah;
b. tidak melalui daerah pemukiman, daerah
industri, serta lahan pertanian dan
peternakan.17

15
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2017,
Pembudidayaan Ikan,Bab 2, Pasal 12, Hal 8-9.
16
KEP.MEN.Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
No.02/MEN/2007, Cara Budidaya IkanYang Baik, Bab III B, Poin 4, Hal 6.
17
KEP.MEN.Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
No.02/MEN/2007, Cara Budidaya IkanYang Baik, Bab III B, Poin 5, Hal 6.
21
3. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Dalam menganalisis dampak yang akan di
timbulkan setelah proses sanitasi terhadap
lingkungan budidaya ikan, ada juga ketentuan yang
harus di taati, Usaha pembudidayaan ikan yang
wajib dilengkapi dengan Analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL) adalah:
a. Usaha pembubidayaan ikan/udang di tambak
yang luasnya 50 hektar atau lebih yang terletak
dalam satu hamparan dengan satu atau tanpa
unit penanganan atau pengolahan;
b. Jarring apung dan karamba jaring
tancap(penculture) di danau yang luasnya 2,5
(dua setengah) hektar atau lebih, atau jumlahnya
500 unit lebih
c. Karamba jaring apung (KJA) di laut yang
luasnya 5 hektar atau lebih, atau jumlahnya 250
unit atau 1000 kotak/petak .18
Usaha pembudidayaan ikan yang di
tambak, waduk, sungai, rawa, laut, atau
genangan air lainya yang tidak memenuhi
kriteria wajib AMDAL sebagaimana dimaksud
dalam pasal 45, tetapi secara kumulatif
memenuhi kriteria wajib AMDAL, pemerintah
kabupaten/kota sesuai dengan kemwenangan
nya wajib membuat dan melaksanakan
AMDAL.19

18
KEP.MEN.Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
No.02/MEN/2004, PerizinanUsaha Pembudidayaan Ikan, Bab VII, Pasal
45, Hal 26.
19
KEP.MEN.Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
No.02/MEN/2004, PerizinanUsaha Pembudidayaan Ikan, Bab VII, Pasal
46, Hal 26.
22
f. Yang Bertanggung Jawab Jika Pada Budidaya
Tersebut Terdapat Sanitasi Yang Kurang Baik.
Seperti yang dibahas sebelumnya tentang kalau
sanitasi kurang baik itu akan mempengaruhi
keberhasilan dalam berbudidaya. Dalam hal ini terdapat
beberapa pasal yang terkandung pada ketentuan UURI
No.31 Tahun 2004 Bab XII tentang pengawasan
peikanan :

Pasal 66
(1) Pengawasan perikanan dilakukan oleh pengawas
perikanan.
(2) Pengawas perikanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bertugas untuk mengawasi tertib
pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang
perikanan.
(3) Pengawas perikanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas penyidik pegawai negeri sipil
perikanan dan nonpenyidik pegawai negeri sipil
perikanan.

Pasal 67
Masyarakat dapat diikutsertakan dalam membantu
pengawasan perikanan.

Pasal 68
Pemerintah mengadakan sarana dan prasarana
pengawasan perikanan.
Menurut ketentuan yang ada di atas jadi yang
bertanggung jawab adalah pengawas perikanan,
pemerintah dan juga masyarakat.
g. Adakah Sanksi Yang Diterima Jika Tidak Sesuai
Dengan Ketentuan.

23
Sanksi untuk pelanggaran ini ada, yang
terkandung di dalam ketentuan UURI No.31 Tahun
2004 tentang perikanan. Berikut pelanggaran-
pelanggarannya menurut Bab IV,Pasal 12,Poin 1 dan
2:
(1) Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan
sumber daya ikan dan/atau lingkungannya di
wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia.
(2) Setiap orang dilarang membudidayakan ikan yang
dapat membahayakan sumber daya ikan,
lingkungan sumber daya ikan, dan/atau kesehatan
manusia di wilayah pengelolaan perikanan Republik
Indonesia.
Untuk hukuman dan denda akibat dari
pelanggaran diatas juga terkandung di dalam UURI
No.31 Tahun 2004 tentang perikanan. Bab XV, Pasal
86, Poin 1 dan 2 :
(1) Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah
pengelolaan perikanan Republik Indonesia
melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau kerusakan sumber daya ikan
dan/atau lingkungannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (1), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah
pengelolaan perikanan Republik Indonesia
membudidayakan ikan yang dapat membahayakan
sumber daya ikan dan/atau lingkungan sumber daya
ikan dan/atau kesehatan manusia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
24
denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu
miliar lima ratus juta rupiah).
Jadi para pelaku pembudidaya ikan haruslah
taat akan ketentuan yang ada dan jika terjadi
pelanggaran hukum juga harus mempertanggung
jawabkan apa yang sudah di lakukan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sanitasi pada lingkungan pembudidayaan sangat di
perlukan adanya, karena sanitasi adalah salah satu kunci
keberhasilan untuk berbudidaya ikan. Jika sanitasi tidak
dijalankan dengan baik akan banyak masalah yang di
timbulkan seperti penyakin pada ikan, lingkungan budidaya
yang tercemar dan lingkungan masyarakat sekitar tempat
pembudidayaan tercemar.
Budidaya ikan merupakan usaha yang mudah didirikan,
tetapi dalam pelaksanaannya kita harus memperhatikan
ketentuan ketentuan yang ada, jika ingin usaha budidaya ikan
25
berhasil. Ketentuan- ketentuan yang ada merupakan ketentuan
yang dalam perencanaannya di fikirkan dan di buktikan
keberhasilannya, jadi jangan takut atau bimbang untuk menaati
ketentuan yang ada.
Dalam pelaksanaannya budidaya ikan tidak main main,
karena diawasi langsung oleh pengawas perikanan, pemerintah,
kementrian perikanan dan kelautan dan bahkan masyarakat
juga ikut mengawasi jalannya budidaya perikanan yang ada.
Jika terjadi pelanggaran dalam budidaya ikan juga akan
ada sanksi yang diberikan sesuai ketentuan dari peraturan
perundang undangan tentang budidaya perikanan.

3.2 Saran
Untuk kesempurnaan dan tercapainya maksud dari
karaya tulis ilmiah ini, penulis menyampaikan beberapa saran
diantaranya :
1. Mengadakan penelitian lebih lanjut tentang ketentuan
sanitasi pada budidaya perikanan menurut ketentuan
yang ada;
2. Hasil karya tulis ini diharapkan bisa tersebar luas di
masyarakat dan dikalangan pembudidaya ikan agar info
yang ada di dalamnya bisa diterapkan dan dilaksanakan
dengan baik sehingga budidaya ikan akan berhasil dan
tidak terjadi pelanggaran, dan akan tahu apa sanksi
yang akan diterima, sehingga dapat meminimalisir
terjadinya pelanggaran.
26
Daftar Pustaka
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 2004 Tentang Perikanan.
Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2017 Tentang Pembudidayaan Ikan.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
Kep.02/ MEN/2004 Tentang Perizinan Usaha
Pembudidayaan Ikan.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
Kep.02/ MEN/2007 Tentang Cara Budidaya
Ikan Yang Baik.

27
SNI 6484.3. 2014. Ikan Lele Dumbo (Clarias
sp.)Bagian 3 : Produksi Induk. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta
Fran J.A.S. 2013. Manajemen Kesehatan Ikan. P3AI
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Kusuma I.N.J. Tanpa Tahun. Pendekatan
Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare) Dalam
Tindakan Karantina. Diakses dari
http://mataram.karantina.pertanian.go.id/wp-
content/uploads/2019/07/Animal-Welfare.pdf ,
pada 19 April 2020.
Nugroho L.R et al. 2016. Penerapan Cara Budidaya
Ikan yang Baik pada Pembesaran Udang
Vaname (Litopenaeus vanname) di Pesisir
Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta.
Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada 18
(2): 47-53 ISSN: 0853-6384 eISSN: 2502-5066.

28

Anda mungkin juga menyukai