Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN MENEMPEL GAMBAR PADA ANAK


DI RUANG WIJAYA KUSUMA dr, ISKAK TULUNGAGUNG

OLEH :

 KINANTHI RATRI ARIMAMBI


 MUHAMMAD WAHYU MAHARDIKA
 EMILYA SABU KELLEN
 SISKA FATIMAH FALLO

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN NERS

STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada allah SAW yang telah memberikan
banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Terapi Bermain Menempel Gambar Pada Anak di Ruang Wijaya
Kusuma RSUD dr, Iskak Tulungagung” proposal ini telah selesaikan dengan
maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada segenap pihak
yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian proposal ini. Diluar itu,
penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan proposal ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat
maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa penulis sampaikan, semoga proposal ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberkan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Tulungagung, 27 November 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai
variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan perkembangan emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya,
perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan
dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada
disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga
akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia
akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya   kurang mendapat kesempatan
bermain.
Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu bentuk
upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namum pada sisi lain, perawatan
dan proses keperawatan yang  bertujuan penyembuhan tersebut kadang membuat
anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak. Karena aktivitas anak
sangat sedikit frekuensinya dan hal inlhah yang membuat anaknsemakin jenuh di
Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak dalam menerima
perawatan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Selain menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di
rumah sakit membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena
banyak hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga nak tidak
mampu beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak dan banyaknya
orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan lain sebagainya.
Hal di atas di temukan juga pada Ruang Wijaya Kusuma di RSUD dr. Iskak
Tulungagung, di mana anak terlihat bosan, takut dan lebih banyak diam atau
menangis. Hal inilah yang akhirnya membuat anak hanya diam terpaku tanpa
melakukan aktifitas sehingga kebutuhan bermainya tidak terpenuh.
Dari latar belakang di atas menurut kelompok perlu di adakan suatu tindakan
keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan anak
sehingga anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.      Pengertian Bermain Menempel Gambar


Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul, 2009)
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Bermain menempel gambar merupakan suatu permainan dengan media
sederhana yang di mainkan dengan menempel suatu gambar binatang atau objek lain
ke dalam kertas dengan tujuan untuk melatih kreatifitas anak dan melatih imajinasi
anak dalam mengeksplor benda-benda di sekitarnya.
Berdasarkan pengertian tentang permainan menempel gambar, maka dapat
disimpulkan bahwa menmpel gambar merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan imajinasi anak, yang dimainkan dengan cara menujukkan
objek kemudian ditempel sesuai petunjuk.

B.       Tujuan Menempel Gambar


Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus
dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau
mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental
sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh
inovatif.
C.      Fungsi Menempel Gambar
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
1.      Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang
mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia
toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik
kasar maupun halus.
2.      Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk,
ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih
diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian
bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini,
anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin
sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan
intelektualnya.
3.      Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan
social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan
aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan
bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler
dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya
dilingkungan keluarga.
4.      Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan
bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya,
dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
5.      Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba
peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak
akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini
penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam
kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari
perilakunya terhadap orang lain
6.      Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada
dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral
dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar
bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut
mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat
permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab
terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan
kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang
efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat.
Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan
aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.

D.      Katagori Bermain


Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain
aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan
diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif
kesenangan didapatkan dari orang lain.
a) Bermain aktif
 Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok
apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
 Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan. Dll.
 Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-
saudaranya atau dengan teman-temannya
 Bermain bola, tali, dan sebagainya
b) Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.
Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:
a) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b) Mendengarkan cerita atau musik
c) Menonton televisi

E.       Hal-hal yang Harus Diperhatikan


1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin  bermain. Jangan
memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

F.       Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia


 Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
 Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.
 Melatih kerjasama mata dan tangan.
 Melatih kerjasama mata dan telinga.
 Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
 Melatih mengenal sumber asal suara.
 Melatih kepekaan perabaan.
 Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
 Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
 Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
 Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
 Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
 Alat permainan berupa selimut dan boneka.

 Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
 Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
 Memperkenalkan sumber suara.
 Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
 Melatih imajinasinya.
 Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan
yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
 Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
 Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
 Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak
mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar,
kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil
berwarna.
 Usia 25 – 36  bulan
Tujuannya adalah :
 Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
 Mengembangkan keterampilan berbahasa.
 Melatih motorik halus dan kasar.
 Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
 Melatih kerjasama mata dan tangan.
 Melatih daya imajinansi.
 Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
 Alat-alat untuk menggambar.
 Lilin yang dapat dibentuk
 Pasel (puzzel) sederhana.
 Manik-manik ukuran besar.
 Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
 Bola.

 Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah  :
 Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
 Mengembangkan kemampuan berbahasa.
 Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
 Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
 Membedakan benda dengan permukaan.
 Menumbuhkan sportivitas.
 Mengembangkan kepercayaan diri.
 Mengembangkan kreativitas.
 Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll)
 Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
 Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
 Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian
mengenai terapung dan tenggelam.
 Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
 Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat
gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
 Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

G.      Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
b. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan, lokasi, negara, kultur
e. Alat permainan à senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi

H.      Tahap Perkembangan Bermain


1. Tahap eksplorasI
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
5. Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

I. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit


a) Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b) Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
c) Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
d) Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
e) Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
f) Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

J.        Hambatan Yang Mungkin Muncul


1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.

K.      Antisipasi hambatan


a. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
b. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
c. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
d. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
e. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.

L.     Cara Bermain Menempel Gambar


1. Sediakan gambar yang akan ditempel
2. Sediakan kertas sebagai media untuk menempel
3. Sediakan lem sebagai perekat
4. Pilih obyek yang akan ditempelkan dikertas
5. Tempelkan sesuai petunjuk
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TERAPI BERMAIN MENEMPEL GAMBAR

Pokok Bahasan  : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit

Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 3-5 tahun

Tujuan                        : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak

Tanggal       : Jum’at, 30 November 2017

Jam / Durasi             : Pkl. 10.00 sd selesai

Tempat Bermain    : Ruang Irna Wijaya Kusuma Kelas III A

Peserta                        : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien

di Ruang anak kronik yang memenuhi kriteria :

1. Anak usia 3 – 5 tahun

2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik

3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga

4. Pasien kooperatif

Peserta terdiri dari  : Anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 5 orang

didampingi keluarga

Target : 5 orang

Sarana dan Media :

 Sarana : Ruangan tempat bermain


 Media : Gambar yang belum disusun
Susunan Kegiatan
No Waktu Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan :
- Membuka kegiatan dengan Menjawab salam
mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri Mendengarkan
- Menjelaskan tujuan dari terapi Mendengarkan
bermain
- Kontrak waktu dengan anak Memperhatikan
6.     
2 20 Kegiatan bermain :
menit - Menjelaskan tata cara Mendengarkan
pelaksanaan
- Memberikan kesempatan Bertanya
kepada anak untuk bertanya
jika belum jelas
- Membagikan kertas dan obyek Antusias saat menerima permainan
yang akan ditempelkan
- Membagikan perlengkapan
yang di butuhkan untuk terapi
bermain
- Fasilitator mendampingi anak Memulai untuk menempel gambar
dan memberikan motivasi
kepada anak
- Menanyakan kepada anak Menjawab pertanyaan
apakah sudah selesai
menempel gambarnya
- Memberitahu anak bahwa
waktu yang diberikan sudah
selesai
- Memberikan pujian terhadap Mengungkapkan perasaan
anak yang mampu mewarnai
gambar sampai selesai.

3 10 Evaluasi :
menit - Memotivasi anak untuk Menceritakan
menyebutkan apa yang
ditempel
- Mengumunmkan nama anak Gembira
yang dapat menempel
gambar dengan sesuai
petunjuk
- Membagi reward kepada Gembira
seluruh peserta.
4 5 menit Penutup :
- Memberikan motivasi dan Mendengarkan dan memperhatikan
pujian kepada seluruh anak
yang telah mengikuti
program terapi bermain
- Mengucapkan terimakasih Mendengarkan
kepada anak dan orang tua
- Mengucapkan salam penutup Menjawab salam
1
Evaluasi
1.      Evaluasi struktur yang diharapkan
         Alat-alat yang digunakan lengkap
         Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2.      Evaluasi proses yang diharapkan


         Terapi dapat berjalan dengan lancar
         Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
         Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
         Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya

3.      Evaluasi hasil yang diharapkan


         Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu gambar
yang diwarnai, kemudian digantung
         Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
         Anak merasa senang
         Anak tidak takut lagi dengan perawat
         Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
         Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain

PENGORGANISASIAN
1. Pembimbing Pendidikan : Ibu Eva Agustina

2. Pembimbing Ruangan : Ibu Anna Sari Peni

3. Leader : Kinanti Ratri Arimambi

4. Co Leader : Emilia Sabu Kellen

5. Fasilitator : Muhamad Wahyu Mahardyka


6. Observer : Siska Fatima Fallo

7. Sasaran : Anak berusia 3-5 tahun di rawat di ruang

Wijaya Kusuma

TUGAS MASING-MASING

1. Leader :

a) Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan


jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
b) Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi.
c) Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian
tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan

2. Co Leader :   
a) Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader.
b) Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada session atau
kelompok yang akan dating.
c) Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya

3. Fasilitator :

a) Mempertahankan kehadiran peserta

b) Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta


c) Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok
d) Mencatat dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan

4. Observer :

a) Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy

b) Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan


c) Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play
therapy
d) Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan
terapi

PERKIRAAN HAMBATAN

1. Jadwal terapi yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan)

2. Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain

ANTISIPASI HAMBATAN/MASALAH

1. Jadwal terapi bermain di sesuaikan (tidak pada waktu terapi)

2. Melakukan kerja sama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama

program terapi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut,
Salah satunya adalah puzzrl. Bermain menempel gambar merupakan suatu permainan
dengan media sederhana yang di mainkan dengan menempel suatu gambar binatang
atau objek lain ke dalam kertas dengan tujuan untuk melatih kreatifitas anak dan
melatih imajinasi anak dalam mengeksplor benda-benda di sekitarnya.
Berdasarkan pengertian tentang permainan menempel gambar, maka dapat
disimpulkan bahwa menmpel gambar merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan imajinasi anak, yang dimainkan dengan cara menujukkan
objek kemudian ditempel sesuai petunjuk.

B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak
dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin
penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan
dari permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan
trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan
khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak
hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan
tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Soetjiningsih, 1988, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.

Markum.A.H, 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai