Anda di halaman 1dari 14

ANAK PELENGKAP DERITA

ORANG TUA
Kenapa Banyak Orang Tua tidak Bahagia?
Mari kita telusuri jalur ini...

BY TIMOTHY WIBOWO
Ebook ini di buat dalam rangka memperlengkapi pengetahuan
siapa saja yang berminat akan bimbingan konseling. Dan materi
ini merupakan sebagian kecil materi yang dipraktekan dan
diajarkan dikelas online belajarkonseling.id yang diadakan oleh
pendidikankarakter.com.

7 Keuntungan Anda belajar bersama kami:


1. Belajar konseling dari dasar hingga advance (mahir) dengan
struktur yang benar dan mudah dipahami
2. Solution Focus, Focus pada solusi masalah psikologis, cepat
dan mudah.
3. Cara membangun kehidupan yang baik, berdasarkan
tahapan perkembangan manusia.
4. Metode belajar yang cepat dengan biaya yang terjangkau
5. Kualitas belajar setara dengan 1 semester perkuliahan
6. Tehnik street smart, tehnik yang telah teruji dalam
menyelesaikan masalah psikologis
7. Anda bisa belajar sesuai dengan kecepatan Anda.

Program pelatihan ini akan membuat anda menjadi Konselor


Profesional & Hebat, yang mampu menangani masalah
psikologis dari anak hingga orang dewasa.

Lebih dari 12 Video, beberapa Ebook dan group khusus diskusi


akan menjadi fasilitas belajar, kita akan belajar serta mengurai
masalah yang terjadi saat-saat ini, konfilk anak,orangtua dan
guru.
Contact Person & Info: Sandy – 082331648700

Untuk mendapatkan info tentang belajar konseling online anda


bisa cek di website belajarkonseling.id
Banyak orangtua mengeluhkan anaknya tidak bisa ditinggal,
selalu ingin ditemani. Dipikirnya semakin dewasa anak akan
semakin berani, ternyata tidak. Justru semakin menjadi-jadi, dan
cenderung menyulitkan keseharian aktivitas orangtuanya. Anda
pernah merasakan hal ini? Apa yang anda rasakan? Mau
marah, jengkel, tetapi ini adalah anak kita, serba salah bukan?

Ada apa dan kenapa semua ini bisa terjadi? Ingat tidak ada asap
tidak mungkin ada api. Asapnya sudah anda ketahui, apinya?
Apa sih yang menyebabkan hal ini terjadi? Kita akan belajar
bersama tentang hal-hal praktis yang melatarbelakangi kenapa
masalah-masalah anak ini terjadi. Apakah anak dilahirkan untuk
menjadi anak seperti ini (bermasalah)? Apakah setiap anak akan
menjadi seperti ini? Jawabannya adalah tidak.

Banyak sekali orangtua tidak tahu bagaimana memperlakukan


dan mendidik anaknya dengan baik dan benar, karena menjadi
orangtua tidak ada sekolahnya. Tidak ada sekolahnya tetapi
sangat dibutuhkan ilmu menjadi orangtua yang baik, pada
awalnya saya juga mengalami fase ini. Menjadi orangtua yang
tidak tahu apa-apa, hanya punya 3 jurus jika ada masalah anak.

Apa 3 jurus favorit orangtua yang putus asa ini:

1. Ancam : “awas ya kalo kamu begitu lagi”, “kamu tidak akan


ikut jalan-jalan”, “kamu kalau begitu bukan anak mama” ini
adalah hal umum yang sering kita dengar.
2. Marah Dengan Teriakan : “dasar BODOH!!”, “PERGI!!”,
“KELUAR!!”
3. Pukul : langsung pukul tanpa penjelasan .
Pertanyaan saya, apakah kita tahu hasilnya jika anak
dibesarkan dengan cara seperti ini? Mari kita perjelas satu
persatu jika anak yang konsisten dididik dengan cara seperti ini,
10-15 tahun kedepan apa jadinya kehidupannya di masa depan.

1. ANAK YANG DIDIDIK DIBAWAH ANCAMAN


“Kalau kamu tidak mau membersihkan kamarmu, semua
mainanmu akan papa kasih ke orang lain!” Anak seperti ini akan
belajar hidup meneror, teman bahkan kelak pasangan
hidupnya. Karena dia belajar untuk memenuhi kebutuhannya
dengan cara mengancam seperti orangtuanya.

Mungkin orangtua ingin mendidiknya, tetapi karena


ketidaktahuannya justru membentuk perilakunya dengan
ancaman. Disamping itu anak juga akan belajar melawan yang
biasanya bertumbuh sesuai usianya, jika masih kecil
melawannya kecil, jika sudah besar maka perlawanan besar.

Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara


menciptakan hambatan dan rasa takut? Kita adalah generasi
yang dibentuk oleh sejuta ancaman, seperti gesper, rotan
pemukul, tangan bercincin, kapur, penghapus yang dilontarkan
dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya.

Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman, seperti


“Awas..; Kalau..; Nanti..;” jika ini terus diulangi pada generasi
anak kita maka yang terjadi adalah generasi sakit hati, dan
generasi peneror. Ini adalah generasi yang akan mewariskan
sakit hati dan perilaku meneror pada anak cucu kita dan orang-
orang yang dicintainya.
Ada dua akibat penting dari sering mengacam anak. Anak akan
belajar berbohong karena ketakutan diancam dan anak akan
jadi anak yang penakut, dan sampai besar pun akan membawa
sikap-sikap ini. Dan percayalah, pada beberapa kasus klinis
yang saya tangani, sampai besar pun anak-anak yang sering
diancam tetap akan hidup dalam ancaman. Baik dari rekan
kerja, bahkan pasangannya.

Sebenarnya ada alternatif lain selain memberikan ancaman


kepada anak. Coba kita perhatikan beberapa diantaranya:

Ajukan pilihan. “Rapikan kamarmu sekarang supaya waktu


menontonmu lebih lama, atau rapikan nanti dan kamu tidak bisa
menonton acara favoritmu sama sekali.”

Beri batasan. “Sepuluh menit lagi mama akan bereskan meja


makannya, kalau kamu tidak makan sekarang, kamu bisa
makan nanti malam saja.”

Tetapkan aturan main: apa saja tugas atau kewajiban anak dan
konsekuensinya jika ia tidak memenuhinya. Lakukan ini di awal
sebelum ada pelanggaran, sehingga anak sudah tahu akibat
yang akan ditanggungnya. Jadi, anda tidak lagi perlu
mengancam, cukup mengingatkan saja!

2. DAMPAK DARI BERTERIAK KEPADA ANAK

Ada sebuah cerita bagus, salah satu kebiasaan yang ditemui


pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon,
yang letaknya di Pasifik Selatan. Nah, penduduk primitif yang
tinggal disana punya sebuah kebiasaan yang menarik yakni
meneriaki pohon.
Bagi Anda yang akan mendaftar belajarkonseling.id
khusus hari ini saja. Ada Promo Menarik:
*Dapatkan Bonus materi senilai Rp.679.000

Materi tentang : Rahasia Deteksi Kebohongan


Format: Video (2 Video) + Pdf Power Point
Benefit:
1. 2 Tools yang sudah terbukti dan dipakai memecahkan masalah
kebohongan di kasus besar (diadaptasi dari CIA & FBI)
2. Bisa langsung dipraktekan segera.
3. Bisa untuk tes remaja - dewasa
* Setelah daftar & Membayar, Video langsung diberikan.
Daftar ke WA 082331648700
Untuk apa hal tersebut dilakukan? Kebisaan ini ternyata mereka
lakukan apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat
kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak. Inilah yang mereka
lakukan, dengan tujuannya supaya pohon itu mati. Caranya
adalah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan
memanjat hingga ke atas pohon itu.

Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk


yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-
kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam,
selama kurang lebih empat puluh hari. Dan apa yang terjadi
kemudian sungguh sangat menakjubkan.

Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya mulai


mengering, ini fakta! Setelah itu dahan-dahannya juga mulai
rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan mudah
ditumbangkan. Wow, kalau diperhatikan apa yang dilakukan
oleh penduduk primitif ini sungguhlah aneh.

Kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah


membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap
makhluk hidup seperti pohon akan menyebabkan benda
tersebut kehilangan rohnya. Akibatnya, dalam waktu singkat,
makhluk hidup itu akan mati.

Nah, sekarang, yang jelas dan perlu diingat bahwa setiap kali
anda berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti
anda sedang mematikan rohnya. Pernahkah anda berteriak
pada anak anda? Seperti: Ayo cepat! Dasar lelet! Bego banget!
Begitu saja tidak bisa! Jangan main-main disini! Berisik!
Minder, takut berbuat salah, harga diri rendah, tertutup, bahkan
menjadi pemarah adalah anak yang dibesarkan dengan cara
seperti ini. Bentakan bukan solusi, bentakan dan teriakan
adalah bentuk ketidakmampuan orangtua dalam menghadapi
perilaku anak. Jadi apa solusinya? Belajarlah mengendalikan
perilaku anak. Hal apa yang perlu dipelajari? Pahami
kepribadian anak dan bagaimana cara berkomunikasi, pelajari
tehnik mendisiplinkan anak, semuanya ada di pelatihan BPC,
Building Professional Counselor.

3. DAMPAK DARI MEMUKUL ANAK


Anak yang sering mendapatkan pukulan karena kemarahan
orangtua atas sikap dan perilaku anak, maka anak akan belajar
satu hal penting, yaitu jika saya marah maka pukul. Kenapa?
Karena dia dibesarkan dan sering melihat orangtuanya yang
marah lalu memukul. Dari situ dia belajar, jika marah maka saya
akan memukul. Maka jika di sekolah ada anak yang sering
memukul bisa jadi anak tersebut sering dipukul di rumah

Contoh kasus nyata, sewaktu saya menjadi guru beberapa


tahun silam. Klien saya sebut saja Dodi. Dodi dibesarkan
dengan penuh kekerasan dan kurangnya kasih sayang. Tidak
jarang Dodi menerima kekerasan fisik dari ibu dan ayahnya.
Setiap hari sang ayah dan ibu bekerja sampai larut, karena
pada masa Dodi kecil kehidupan ekonomi keluarga tidak begitu
baik.

Sehingga sewaktu Dodi kecil, kurang mendapatkan kehangatan


kasih sayang dari kedua orangtuanya. Yang lebih parah sang
ibu adalah orang yang cukup tempramen. jika marah pada Dodi,
maka dengan mudahnya dia melampiaskan emosi tersebut
dengan hukuman fisik (pukul), ini berlangsung sampai Dodi
berumur 11 tahun (kelas 5 SD).
Orangtua merasa mencintai Dodi dengan memberikan berbagai
fasilitas dan pemenuhan materi semata, tetapi Dodi tidak
merasakan cinta yang orangtua berikan. Perasaan sebagai anak
yang dicintai oleh orangtuanya tidak ada. Perasaan iri terhadap
adiknya terus membayangi Dodi, karena adiknya selalu
mendapat perhatian lebih dari orangtuanya, hanya karena sang
adik memiliki kesamaan minat dengan sang ayah yaitu otomotif.

Setiap harinya Dodi selalu diantar-jemput ke sekolah dengan


ayahnya manggunakan mobil. Satu waktu Dodi sempat ke
sekolah dan pulang berjalan kaki, jarak dari rumah ke sekolah
sekitar 10 kilometer begitu sampai sekolah dia sudah kelelahan,
terkadang jika terlambat, dia masih harus mendapat konsekuensi
lagi dari sekolah.
Hal ini terjadi selama 2 minggu. Apa yang menyebabkan tidak
diantar oleh orangtuanya? Hanya karena dia tidak mau
mengambil piring kotor sisa makanan ayahnya di meja makan.
Perasaan dendam yang membara kepada sosok ayah
ditumbuhkan dengan sengaja oleh seorang ayah yang tidak
mengerti kondisi tumbuh kembang anak.

Hingga akhirnya saya dapat kabar dari ibunya, di usia yang


masih 14 tahun sang ayah di TKO dengan satu kali pukulan tepat
di rahang sebelah kiri oleh Dodi. Ini kisah nyata dan
mengenaskan. Anda sudah bisa menjawab bukan kenapa ini
terjadi?

Dalam relasi sosial di sekolah, tidak banyak teman yang suka


dengan Dodi, karena dia memiliki cara bergaul yang cukup
“agresif”, jika bercanda suka memukul dan sentuhan fisik yang
menjurus kasar. Tidak jarang perkelahian terjadi berulang kali.
Pihak sekolah sudah memberikan banyak macam peringatan,
dari panggilan orangtua sampai skorsing selama 2 minggu tetap
tidak mampu mengubah perilakunya.
Dodi mencari pengakuan untuk dirinya sendiri dengan menjadi
orang yang menakutkan di sekolah, lebih tepatnya “preman
sekolah”. Menolak dan menentang peraturan sekolah dan guru
adalah hal yang sering terjadi dalam kesehariannya di sekolah.
Tidak sungkan pula Dodi mengumbar jika dia dewasa nanti kedua
orangtuanya akan disiksa, dan dimasukan ke dalam panti jompo.

Sampai tahap ini masihkah anda berpikir bahwa memukul anak


adalah solusi mendidik anak yang tepat? Dalam kehidupan kita
sehari-hari kita seringkali menjalankan sesuatu karena
pengkondisian masa lalu dan tidak pernah kita pertanyakan,
sehingga kualitasnya menjadi itu-itu saja. Kita pasrah dengan
pengkondisian masa lalu dan menjadi manusia robot.

Hal ini terjadi di rumah, di kantor, di sekolah dan di setiap aspek


kehidupan kita. Kita seringkali melakukan sesuatu karena
memang sudah begitulah kebiasaannya. Bahkan dalam cara
berpikir pun hal ini terjadi. “Saya ini sekringnya cepat putus
sehingga mudah marah, jadi jangan buat sesuatu yang bisa
meledakkan saya” atau “Saya tidak bisa pegang uang, kalau ada
uang di tangan pasti cepat habis.

Ada saja alasan untuk mengeluarkan uang saat saya pegang


uang banyak” adalah beberapa contoh pengkondisian pikiran
yang telah menjadi keyakinan dalam diri seseorang. Ada banyak
sekali contoh seperti diatas dalam kehidupan kita.

Kita adalah makhluk yang dibentuk oleh segudang pengalaman,


seperangkat lingkungan serta pengkondisian masa lalu. Kita bisa
melakukan ketiga hal diatas (ancam, teriak, pukul) karena apa?
Karena kita dulu mengalami dan melihat. Mendidik anak bagaikan
rantai yang tidak putus, jika anda dibesarkan dengan cara
dibentak, ya anda akan membentak anak anda, sederhana bukan
program itu tertanam dalam benak anda.
Pahami dan resapi makna kata ini, saat seseorang tetap
meyakini pengkondisian seperti itu dalam dirinya maka ia tidak
berkembang dalam sebuah kesadaran diri. Ia hanyalah sebuah
robot masa lalu yang bergerak dimasa sekarang dan tanpa ada
perubahan.

Pertanyaan saya, jika anda boleh jujur. Apakah anda senang


diperlakukan seperti ketiga hal diatas? Pertanyaan yang sama,
apakah anak juga senang diperlakukan hal yang sama?
Orangtua yang dahulu yang menderita karena dibesarkan
dengan cara yang salah, akan meneruskan hal ini karena
ketidaktahuan mereka.

Kemungkinan juga orangtua seperti ini belum menyelesaikan


masalah dengan masa lalunya, dan masih terus menyimpan
beberapa kenangan pahit dimasa kecilnya dan terus terbawa
hingga masa sekarang. Menderita secara batin, serta terjadi
konflik diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Anda kenal
dengan orang semacam ini? Saya memiliki seorang kenalan baik
yang mengalami hal ini, yaitu diri saya sendiri.

Pada intinya semua orang dewasa (guru) dan orangtua, kita


semua ini, memegang peran sebagai role model atau contoh dan
panutan untuk anak-anak di sekitar kita, baik itu anak kita sendiri
atau bukan. Jadi walaupun secara formal kita bukan guru, tetapi
pada intinya kita semua adalah juga guru, seorang pendidik.

Ya, kita semua adalah guru dan orangtua pada saat bersamaan,
seorang pendidik untuk siapa saja yang berada di sekitar kita
dengan semua tindakan dan kata-kata kita.
Sehingga PENTING sekali bagi kita untuk melakukan hal-hal
yang akan mempertahankan bekal sukses penting titipan Tuhan
pada anak-anak kita, atau bahkan semakin menguatkan bekal
sukses dan kaya tersebut.

Kini dijaman yang semakin maju dan modern hendaknya kita


mau terbuka dalam pemikiran, dan memahami tumbuh kembang
anak dengan baik dan benar agar generasi kedepan semakin
baik dan mewariskan hal-hal yang memberdayakan. Semoga
Bermanfaat.

Terima Kasih anda sudah membaca sampai bagian ini, ada


ebook lanjutan yang tidak kalah menarik dari info ini, jika anda
mendaftar kelas belajarkonseling.id

Ada tools dan studi kasus menarik dalam bentuk Video juga,
yang bisa anda miliki.

Segera mendaftar, karena masih ada promo 50%.


Daftar ke 082331648700

Sampai bertemu di kelas online belajarkonseling.id

Anda mungkin juga menyukai