Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN MANAJEMEN

Nama Kelompok :
1. Lita Gustina
2. Ita Riani
3. Nur Rahmayani
4. Putri Angraika
5. Rahmawati
6. M.Edy Setiawan

STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG


TAHUN AKADEMIK 2020/2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (HHO) tahun 1974, rumah sakit adalah
bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat.Rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik.Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara sinergis
antar disiplin profesi kesehatan dan non kesehatan.(Kemenkes, 2013).
Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan
bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan.
Sejalan dengan WHO pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9
tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan
(jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari
penyakit, cacat, dan kelemahan. Dan dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun
1992, dimensi kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental
(jiwa), sosial, dan ekonomi (Kemenkes, 2013).
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat.Menurut UU no 38 tahun 2014, perawat adalah seseorang yang telah
lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun diluar negeri
yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.Perawat merupakan salah satu ujung tombak dalam pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Perawat dalam kaitannya dengan pelayanan
kesehatan yakni memberikan asuhan keperawatan langsung pada pasien
(Pemerintah Republik Indonesia, 2014 : WHO, 2013).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di rumah
sakit dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat.
Oleh karena itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama
dalam pengembangan ke masa depan. Perawatharus mau mengembangkan

2
ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, dan menjadi
tenaga perawat yang professional. Pengembangan dalam berbagai aspek
keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling
mempengaruhi dan saling berkepentingan oleh karena itu inovasi dalam
pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan
kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam
proses profesionalitas. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan
terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh
masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan dirinya dalam sistem
pelayanan kesehatan. Oleh karena alasan-alasan di atas maka pelayanan
keperawatan harus dikelola secara professional, karena itu perlu adanya
Manajemen Keperawatan (Priharjo, 2005).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada
baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif, baik pada pasien, keluarga, dan
masyarakat. Manajemen keperawatan meruapakan hal yang sangat penting
dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit. Karena hampir semua kegiatan
pelayanan asuhan keperawatan di pengaruhi oleh manajemen. Salah satunya
terkait dengan kepuasan pasien (Triwibowo, 2013).
Selama ini profesi perawat memiliki persepsi berbeda dikalangan
masyarakat.Banyak masyarakat sekarang ini menganggap bahwa perawat
hanyalah sekedar pembantu dokter, yang tanpa dokter perawat tidak dapat
melakukan tugasnya dengan sempurna, anggapan ini telah menjadi penilaian
utama terhadap profesi seorang perawat.Akibatnya banyak masyarakat yang
menganggap bahwa profesi seorang perawat itu rendah.
Kepuasan pasien tergantung pada kualitas pelayanan. Pelayanan adalah
semua upaya yang dilakukan karyawan untuk memenuhi keinginan
pelanggannya dengan jasa yang akan diberikan. Suatu pelayanan dikatakan
baik oleh pasien, ditentukan oleh kenyataan apakah jasa yang diberikan bisa
memenuhi kebutuhan pasien, dengan menggunakan persepsi pasien tentang

3
pelayanan yang diterima (memuaskan atau mengecewakan, juga termasuk
lamanya waktu pelayanan). Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap
pasien dari pertama kali datang, sampai pasien meninggalkan rumah sakit.
Pelayanan dibentuk berdasarkan 4 prinsip Service Quality yaitu kecepatan,
ketepatan, keramahan dan kenyamanan layanan.
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha
lain di bidang kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Agar tujuan tersebut
dapat terlaksana, rumah sakit perlu didukung dengan adanya organisasi yang
mantap dan manajemen yang baik dengan berorientasi pada mutu pelayanan
bagi masyarakat.Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan,
dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga
pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan
manajerial yang tangguah yang dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak
cara, Untuk mewujuudkan hal tersebut perawat dituntut mempunyai
pengetahuan, teori dan konsep yang mendasari keterampilan manajerial.
Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan manejerial yang handal
selain didapatkan dibangku kuliah, harus melalui pembelajaran, praktikan
dilahan praktek diruang Ibnu Rusyd.
Berdasarkan pengkajian primer yang kami dapatkan secara singkat
Ruang Ibnu Rusyd ini merupakan ruang perawatan bedah.Kepatuhan perawat
dalam melakukan setiap tindakan keperawatan sesuai SOP.Melihat adanya
beberapa kendala masih ditemukan hal-hal yang perlu diperbaiki dan dikelola
secara manajemen keperawatan.
Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK STIKes Muhammadiyah
Palembang dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan
manajerialnya di ruang Ibnu Rusyd RS Muhammadiyah Palembang. Salah
satu cara untuk meningkatkan keterampilan manajerial yang handal selain
didapatkan di bangku kuliah, harus melalui pembelajaran, praktikkum dilahan
praktek di ruang Ibnu Rusyd. Dengan arahan dari pembimbing lapangan,
kerjasama ruangan, dan bidang keperawatan maupun dari pembimbing

4
akademik secara intensif diharapkan kami mahasiswa mampu menerapkan
ilmu yang didapat dan mengelola ruangan keperawatan dengan pendekatan
proses manajemen dan membantu meningkatkan mutu dan kualitas dalam
pelayanan di Ruang Ibnu Rusyd Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik Manajemen Keperawatan selama 3 minggu di
Ruang Rawat Inap Ibnu Rusyd Rumah Saksit Muhammadiyah Palembang
mahasiswa mampu memahami Manajemen Keperawatan baik pengelolaan
sarana maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik
2. Tujuan Khusus
Secara kelompok dan individu, mahasiswa dapat menunjukkan
kemampuan dalam hal:
a. Melakukan pengkajian dalam proses pengumpulan data di Ruang Rawat
Inap Ibnu Rusyd Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
b. Menganalisis data dan memahami masalah-masalah dalam
pengorganisasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Ibnu
Rusyd Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
c. Mengidentifikasi masalah yang telah ditemukan kelompok di Ruang
Rawat Inap Ibnu Rusyd Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
d. Memprioritaskan masalah yang sudah diidentifikasi di Ruang Rawat
Inap Ibnu Rusyd Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
e. Merencanakan beberapa alternative pemecahan masalah yang
disepakati oleh kepala ruangan di Ruang Rawat Inap Ibnu Rusyd
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
f. Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan keperawatan dengan perawat
ddi Ruang Rawat Inap Ibnu Rusyd Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang
g. Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan dengan
perawat di Ruang Rawat Inap Ibnu Rusyd Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang

5
h. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di ruang
rawat inap dan memilih serta menerapkan gaya pendekatan dan strategi
dalam mempengaruhi orang lain untuk pencapaian tujuan praktek
manajemen keperawatan di Ruang Rawat Inap Ibnu Rusyd Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang
i. Melaksanakan magang role play Manajemen supervisi dalam satu shift
oleh masing-masing Ners STIKes Muhammadiyah Palembang

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan praktek Manajemne Keperawatan ini dilaksanakan di Ruang
Rawat Inap Ibnu Rusyd Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang
berlangsung dari tanggal 16 maret – 28 maret 2020
D. Peserta
1. Mahasiswa
Praktik Klinik Keperawatan Stase Manajemen Keperawatan Mahasiswa
Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah
2. Pembimbing
a. Pembimbing Akademik, yaitu :
1) Efroliza, S.Kep.,Ns.,M.Kep
2) Apri yani, S.Kep,. Ns,. M.Kep
3) Imardiani, S.Kep,. Ns M.Kep
4) Yuniza, S.Kep M. Kep
b. Pembimbing Lapangan/Perseptor yaitu :
- Ida S, S.Kep.,Ns.,

E. Kategori Penilaian
Berdasarkan kesepakatan kelompok, penilaian untuk hasil instrument
dikategorikan menjadi 4 yaitu, sebagai berikut :
1. Sangat Baik : 76 – 100 %
2. Baik : 51 – 75 %
3. Cukup : 26 – 50 %
4. Buruk : 0 – 25 %

6
BAB II
HASIL PENGKAJIAN

A. Gambaran Umum RS Muhammadiyah Palembang


1. Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Sejak tahun 1965 cita-cita Muhammadiyah yang ingin mendirikan
amal usaha dibidang kesehatan khususnya dalam bentuk rumah sakit
yang komprehensif telah menjadi obsesi tokoh-tokoh Muhammadiyah di
Sumatera Selatan.Wacana pendirian rumah sakit tersebut selanjutnya
diaktualisasikan oleh beberapa tokoh Muhammadiyah diantaranya adalah
HM.Sidik Adiem, Djamain St. Marajoko, KH. Masjhur Azhari, HM.
Rasjid Talib, H. Zamhari Abidin, SH, H. Anang Kirom, HM. Soeripto,
A. Sjarkowi Bakri, MH. Fauzi Shomad dan tokoh-tokoh lainnya yang
mendapat sambutan positif dan dukungan penuh dari Bapak H. Abu Jazid
Bustomi dan Bapak MH.Ali Amin, SH selaku Gubernur Kepala Daerah
Provinsi Sumatera Selatan pada saat itu. Akan tetapi karena situasi sosial
politik dan kondisi internal Muhammadiyah khususnya bidang finansial,
akhirnya RSMP baru diresmikan pendiriannya pada tanggal 10
Dzulhijjah 1417 H / 18 April 1997 M oleh Gebernur Sumatera Selatan
pada saat itu yakni Bapak H. Ramli Hasan Basri bersama Ketua
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bapak Prof Dr. HM. Amien Rais, MA.
Dan merupakan satu-satunya amal usaha dibawah langsung PWM
Sumatera Selatan.

2. Tujuan, Visi, Misi, dan Motto RSMP


a. Tujuan
“Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal melalui
pendekatan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif bagi
segenap masyarakat pada umumnya dan warga Muhammadiyah
khususnya dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa
rohmah sebagai bagian dari masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya”.

7
b. Visi
“Terwujudnya Rumah Sakit yang professional dalam pelayanan
dan berkarakteristik Islami”.

c. Misi
1) Memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan
secara professional, modern dan islami.
2) Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
3) Mewujudkan citra sebagai wahana ibadah dan pengembang
dakwah amar makruf nahi mungkar dalam bidang kesehatan.
4) Menjadi pusat persemaian kader Muhammadiyah dalam
bidang pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan.

d. Motto
“Melayani sebagai ibadah dan dakwah”

3. Direksi dan Pegawai


a. Direksi
1) Direktur : dr. H. Pangestu Widodo,, MARS
2) Wakil Direktur Pelayanan Medis :dr. Ari Rizaldi, SpOG
3) Wakil Direktur Admin & Keuangan: Mizan, S.E.,AK.,MSi.,CA
4) Wakil Direktur SDM, AIK : Mustofa, S.Ag,, M.Pd.I

b. Pegawai
Keseluruhan pegawai di Rumah Sakit Muhamadiyah Palembang
terbagi atas pegawai tetap dan pegawai kontrak

8
4. Fasilitas dan Pelayanan
Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
RSMP mempunyai pelayanan sebagai berikut :
a. Fasilitas Umum
1) Musholla Asy-Syifa
2) Koperasi
3) Bank Muamalat
4) Kantin Umum
5) Area Parkir Kendaraan
6) Pengelolaan ZIS
7) Penyelenggaraan Jenazah/ Khusnul Khotinah

b. Pelayanan Khusus
1) Instalasi Gawat Darurat
2) Kamar Operasi
3) Kemoterapi
4) Fisioterapi

c. Pelayanan Penunjang
1) Pelayanan Farmasi
2) Pelayanan Gizi
3) Pelayanan Laboratorium
4) Pelayanan Radiologi
5) Echocardiography
6) Treadmill
7) USG & ECG
8) Bank Darah
9) Ambulance
10) Senam DM
11) Senam Jantung Sehat

9
d. Pelayanan Rawat Jalan
1) Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
2) Poliklinik Bedah Ortopedi
3) Poliklinik Bedah Umum
4) Poliklinik Bedah Tumor
5) Poliklinik Bedah Urologi
6) Poliklinik Onkologi Kebidanan dan Penyakit Kandungan
7) Poliklinik Kebidanan & Kandungan
8) Poliklinik Spesialis Anak
9) Poliklinik Spesialis Mata
10) Poliklinik Spesialis THT
11) Poliklinik Syaraf
12) Poliklinik Kulit dan Kelamin
13) Poliklinik Spesialis Jiwa
14) Poliklinik Spesialis Jantung
15) Poliklinik Spesialis Gigi
16) Poliklinik Paru
17) Poliklinik Bedah Plastik
18) Poliklinik Penyakit Dalam

e. Pelayanan rawat inap


1) Perawatan VIP & VIP Utama
2) Perawatan kelas I,II,III
3) Perawatan penyakit dalam
4) Perawatan anak
5) Perawatan bedah
6) Perawatan ICU/ICCU
7) Perawatan kebidanan
8) Perawatan neonatus / NICU

f. Pelayanan penunjang
1) Intalasi laboratorium klinik

10
2) Instalasi radiologi
3) Instalasi kamar bedah
4) Instalasi farmasi (Apotik)
5) Instalasi Gizi
6) Laundry
7) Central Sterilized Suplay Departemen (CSSD)
8) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS)
9) Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
10) Bank Darah
11) Kasir
12) Hemodialisa
13) Instalasi Rehabilitasi Medis

g. Struktur Organisasi
Bagan 2.1
Struktur Organisasi

11
B. Gambaran Umum Ruang Rawat Inap Ibnu Rusyd
1. Desain Ruang Rawat Inap Ibnu Rusyd
Ruang rawat inap Ibnu Rusyd Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang terdiri dari kelas 1 terdapat 6 buah kamar ( IR 1 s/d IR 6),
kelas 2 terdapat 2 kamar (IR 11) dan kelas 3 terdapat 3 kamar ( IR 7 s/d
IR 10 ) dengan rincian 1 kamar terdiri dari 8 tempat tidur.

Denah Ruang Rawat Inap Ibnu Rusyd

12
C. Unsur Input
1. Row Input
a. Pasien
Pasien adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau
mentalnya menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menerima
dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan
yang dikemukakan oleh Prabowo (dalam Wilhamda, 2011) .
Total pasien di ruang rawat inap Ibnu Rusyd Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang pada bulan Januari hingga Desember
2019 adalah 2409 orang.
Tabel 2.1
Jumlah Pasien Dari 3 bulan terakhir Ru Ibnu Rusyd
N Bulan Jumlah
o
1 desember 12
2. januari 13
3. februari 16
Total 41
Sumber : Data Primer Ruang Ibnu Risyd tahun 2020

Tabel 2.2
10 Penyakit Terbanyak periode 2020
No Jenis Kelamin
Kode Diagnosa Keterangan Jumlah
urut Lk Pr
1. Nyeri akut Katarak 3 1 4
2. Cemas Tu region 2 1 3
3. Mobilitas fisik Appendicitis 2 1 3
4. Intoleransi aktivitas Hemifarase 4 2 6
5. Gangguan rasa Tu mammae 2 3 5
nyaman
6. Nyeri akut Vertigo 3 3 6
7. Gangguan rasa Hernia 2 1 3
nyaman
8. Intoleransi aktivitas Fraktur 1 3 3
Sumber :rekam medik, 2020

b. Peserta Didik

13
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan formal atau pendidikan non formal, pada
jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu (Nursalam, 2008).
Berdasarkan hasil wawancara serta observasi yang telah
dilakukan, menurut kepala ruangan rawat inap Ibnu Rusyd,
maksimal mahasiswa yang praktik berjumlah 6 orang dalam satu
shift.kompetensi yang harus di capai oleh mahasiswa praktikkan
seperti vital sign, mengganti balutan, persiapan pemberian obat baik
itu obat oral maupun obat injeksi yang di sesuaikan dengan
kompetensi yang harus di capai berdasarkan buku panduan yang
dibawa oleh praktikkan di ruangan. Mengenai sistem bimbingan,
bimbingan bersama pembimbing lapangan dapat dilakukan perhari
atau bisa juga per tiga hari observasi.

2. Instrumental Input
a. MAN (Sumber Daya Manusia)
Perawat adalah seorang yang memberikan pelayanan kesehatan
secara professional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan
biologis, psikologis, sosial, spiritual yang ditunjukkan pada individu,
keluarga dan masyarakat ( Depkes RI, 2002). Menurut UU no 38
tahun 2014, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
tinggi keperawatan, baik di dalam maupun diluar negeri yang diakui
oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pendekatan perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan :
1) Berdasarkan klasifikasi pasien menurut depkes RI
- Rata-rata jam perawatan
- Bedah 4 jam/hari/klien
- Penyakit dalam 3,5 jam /hari/klien
- Gawat 20 jam/hari/klien
- Kebidanan 2,5 jam/hari/klien

14
Bagan 2.2
Struktur Ruangan Ibnu Rusyd

STRUKTUR RUANGAN IBNU RUSYD

KARU

IDA SILVIANI, S.Kep

KATIM

SRI SWARTI, Amd.Kep

PJ SHIFT PJ SHIFT PJ SHIFT PJ SHIFT

HERTIWIANAH, Amd.Kep NURAINI, Amd.Kep WARTINI, S.Kep DENI SUKMA, Amd.Kep

TIM 1 TIM 2

1. CHANDRA GUNAWAN, S.Kep 1. NITA SUSANTI, Amd.Kep


2. NOVRIYANTI, S.Kep 2. RINA ROSSIANTI, Amd.Kep
3. NURANISYAH, Amd.Kep 3. ARISKA SUHARTINI, Amd.Kep
4. KHAIDIR ALI, Amd.Kep 4. RIZKI HAYATI, Amd.Kep
5. ANGGIN SEPTIANI, S.Kep.,Ns

Loss Day
jumlah hari minggu dlm 1thn +cuti+ haribesar
Loss Say= × jumlah perawat
jumlah hari kerja efektif

Non Nursing Job


( jumlah tenaga keperawatan+loss day ) ×25
100

Berdasarkan tingkat ketergantungan rata-rata jumlah jam perawatan :

15
- Askep minimal 2 jam
- Askep sedang 3,08 jam
- Askep agak berat 4,15 jam
- Askep maksimal 6,16 jam

Berdasarkan hasil data diruangan Ibnu Rusyd,


didapatkan jumlah tenaga pelaksanaan diruang Ibnu Rusyd
berjumlah 18 orang. Dengan perincian 1 orang Kepala Ruangan,
1 orang Ketua Tim, 4 orang PJ shift, 12 orang Perawat
Pelaksana. jadi jumlah total tenaga kerja di Ibnu Rusyd adalah
18 orang.
Dari 16 tenaga perawat yang ada, dilakukan dalam 2
kelompok tim, yang pelaksanaanya sudah ditentukan oleh
Kepala Ruang. Perawat di Ibnu Rusyd dibagi menjadi 3 shift
jaga, yaitu :
a) Karu : 1 Orang
b) Katim : 1 Orang
c) Shift Pagi : 4 Orang
d) Shift Sore : 4 Orang
e) Shift Malam : 3 Orang
f) Libur Lepas Malam : 3 Orang
g) Cuti : 2 orang
Jumlah perawat yang bertugas dalam shift pagi secara
menetap adalah Kepala ruangan, Ketua Tim serta perawat lain sesuai
jadwal shift. Pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga
perawat di Ibnu Rusyd adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3
Jumlah pasien yang didapatkan selama obervasi 2 hari yang dilakukan pada
tanggal 16 maret – 17 maret 2020
Tanggal Jumlah Pasien
16 maret 2020 23 orang
17 maret 2020 21 orang
Total 44 orang
Rata-rata 22 orang

16
Jumlah pasien yang digunakan dalam perhitungan rumus
ini berdasarkan pengkajian pada tanggal 16-17 maret 2020 yang
berjumlah 22 orang pasien.

Jumlah perawatan/hari = jumlah klien x rata-rata perawatan


= 22 x 4
= 88 jam

 Kebutuhan tenaga = jumlah jam perawatan diruangan/hari


Jam efektif perawat
= 88 : 7
= 12,5
= 13 orang
 Loss day

( jumlah hari minggu dalam 3 bulan + cuti + hari besar) x keb.tenaga kerja
Jumlah hari kerja efektif/bulan
= 17 x13
92
= 221/92
= 2,4
=2
 Non nursing job = jumlah klien + lossday x 25%
= 22+ 2x 25%
=6
 Faktor koreksi = loss day + non nursing job
=2+5
=7
 Jumlah kebutuhan tenaga
= kebutuhan tenaga + faktor koreksi
= 13 + 7
= 20 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan diruang Ibnu
Rusyd adalah 20 orang.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diruang Ibnu


Rusyd analisa jumlah tenaga kerja diruangan didapatkan hasil seperti
tabel dibawah ini :

Tabel 2.4
Analisa jumlah tenaga kerja di Ruang Ibnu Rusyd

17
Periode 16-17 maret 2020
Rumus penyediaan Jumlah tenaga yang Jumlah tenaga yang Keterangan
tenaga kerja dibutuhkan/hari ada saat ini
Depkes RI 20 18 Kurang 2 orang
Sumber : observasi mahasiswa profesi STIKES MP 2020

Analisis
Berdasarkan hasil perhitungan tenaga perawat yang telah
dilakukan dengan menggunakan formula Depkes RI
menunjukan bahwa jumlah perawat yang dibutuhkan dalam
sehari sebanyak 20 orang sedangkan jumlah perawat yang
bertugas diruang Ibnu Rusyd berjumlah 18 orang. Jadi dari hasil
perhitungan dan kenyataan dalam ruangan dikatakan Kurang.

2) Berdasarkan klasifikasi menurut Gillies


Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan tenaga
keperawatan di satu unit perawatan adalah sebagai berikut :
Tenaga Perawat = A x B x C
(C – D) x E
Ket:
A : Rata-rata Jumlah Perawat / hari / pasien
B : rata-rata jumlah pasien/ hari
C : jumlah hari/tahun
D : jumlah libur masing-masing perawat
E : jumlah jam kerja masing-masing perawat

Prinsip perhitungan rumus Gillies :


Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis
bentuk pelayanan, yaitu :
- Perawatan langsung adalah perawatan yang diberikan oleh
perawat yang ada hubungan secara khusus dengan
kebutuhan fisik, psikologis dan spiritual. Berdasarkan
tingkat ketergantungan dibagi menjadi 4, self care
dibutuhkan ½ x 4 jam = 2 jam, partial care dibutuhkan ¾ x 4

18
jam = 3 jam, total care dibutuhkan 1-1 ½ x 4 jam = 4-6 jam,
dan intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam = 8 jam.
- Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan
pembuatan rencana keperawatan, memasang/menyiapkan
alat, konsuktasi dengan anggota tim, menulis dan membaca
catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien.
- Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi
aktivitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan.
Jumlah tenaga perawat untuk ruang Ibnu Rusyd dengan
jumlah tempat tidur adalah 40 TT dapat dihitung dengan BOR
rata-rata dari 3 bulan adalah sebagai berikut :
Jumlah tenaga perawat untuk ruang Ibnu Rusyd dengan
jumlah tempat tidur adalah 40TT dapat dihitung dengan BOR
rata-rata 74%.

Perhitungan tenaga perawat = A X B X 92


(92-c) x Jamkerja/hari
Ket :
A: ( jam efektif /24 jam )=4
B: sensus harian BOR X TT
C: jumlah hari libur = 17 hari
 Perhitungan tenaga perawat = A X B X 92
(92-c) x Jamkerja/hari
= 4 x (72 % x 40) x 92
(92-17) x 7
= 10.598,4 : 525
= 20,18 = 20 orang

Untuk mengetahui jumlah tenaga tersebut perlu ditambah


faktor koreksi dengan hari libur/cuti/hari besar ( lossday ) .
 Lossday
=(jml hari minggu/3 bulan+cuti+hari besar) x keb.tng kerja
Jumlah hari kerja efektif/bulan

19
= 17x 13
92
= 221/92
= 2,4
=2
Jadi tenaga perawat yang dibutuhkan diruang Ibnu Rusyd
menurut gillies A+B=20+2= 22 orang perawat.
Keterangan:

A: jumlah tenaga perawat


B: Lossday
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan
diruang Ibnu Rusyd analisa jumlah tenaga kerja diruangan
didapatkan hasil seperti tabel dibawah ini :
Tabel 2.5
Analisa Jumlah Tenaga Kerja Diruang Ibnu Rusyd
Periode 16 maret – 17 maret 2020
Rumus penyedian Jumlah tenaga yang Jumlah tenaga Keterangan
tenaga kerja dibutuhkan/hari yang ada saat ini

Gillies 22 orang 18 orang Kurang 5 Orang


Sumber : observasi mahasiswa profesi Ners STIKES MP 2020

Berdasarkan hasil perhitungan tenaga perawat yang telah


dilakukan dengan menggunkan formula gillies menunjukan
bahwa jumlah perawat yang dibutuhkan dalam sehari sebanyak
22 orang sedangkan jumlah perawat yang bertugas diruangan
18orang, jadi dari hasil perhitungan dan kenyataan dalam
ruangan terdapat kesenjangan yang sangat jauh karena
berdasarkan hitungan Gillies kurang 5 orang.

3) Berdasarkan klasifikasi menurut Doughlas


Doughlas (1984), dalam Swasnburgn dan Swansburg, 1999)
menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam 1 unit
perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing-masing
kategori mempunyai nilai standar/ shift nya, yaitu sebagai
berikut :

20
Tabel 2.6
Standar perhitungan tenaga perawat menurut Doughlas
Jumlah kebutuhan perawat
Tingkat ketergantungan
Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Parsial 0,27 0,15 0,10
Total 0,36 0,30 0,20
Sumber : Nursalam, 2011

Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut douglas


berdasarkan tingkat ketergantungan adalah sebagai berikut,
berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diruang Ibnu
Rusyd analisa jumlah tenaga kerjadiruangan didapatkan hasil
seperti tabel:
Tabel 2.7
Kebutuhan tenaga ruangan berdasarkan klasifikasi derajat
ketergantungan pasien periode 16-17 maret 2020
Tanggal Pasien Ketergantungan
Minimal Partial Total
16 maret 2020 23 9 11 3
17 maret 2020 21 5 14 2
Total 44 14 25 5
Rata-Rata 22 7 12,5 2,5
Sumber : observasi mahasiswa profesi STIKES MP 2020

Analisis
Dari data tabel diatas didapatkan hasil bahwa rata-rata
pasien yang memerlukan bantuan minimal yaitu sebanyak 7
orang, yang memerlukan bantuan partial yaitu sebanyak 12
orang dan yang memerlukan bantuan total sebanyak 2orang.
Berdasarkan data observasi yang dilakukan selama 2 hari
dari 16 maret- 17 maret 2020 perhitungan tenaga perawat
diruang Ibnu Rusyd dapat dilihat tabel sebagai berikut :
Tabel 2.8
Perhitungan tenaga perawat menurut douglas di ruang Ibnu Rusyd
Periode 16 maret- 17 maret 2020
Klasifikasi Shift Dinas
Pagi Siang Malam
Minimal 0,17 x7= 1,19 0,14 x 7=0,98 0,07 x 7=0.49
Parsial 0,27 x 12,5=3,37 0,15 x 12,5= 1,87 0,10 x 12,5=1.25
Total 0,36 x 2,5=2,8 0,30 x 2,5 = 0,75 0,20 x 2,5=0.5

21
Jumlah 7.36 (7) 3,6 (4) 2,21 (2)
Sumber : observasi mahasiswa profesi STIKES MP 2020

Jumlah perawat pagi yang dibutuhkan adalah 7 orang


Jumlah perawat siang yang dibutuhkan 4 orang
Jumlah perawat malam yang dibutuhkan 3 orang
Total perawat yang dibutuhkan dari 3 shift adalah 14 orang
Analisis
Menurut perhitungan douglas yang dibutuhkan sesuai
dengan ketergantungan pasien, tenaga perawat yang dibutuhkan
oleh ruangan Ibnu Rusyd adalah 14 orang ditambah 1 orang
karu dan 1 orang katim , jadi totalnya 16 orang . berdasarkan 3
perhitungan tenaga perawat diatas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 2.9
Perhitungan tenaga perawat diRuang Ibnu Rusyd
Periode 16 maret- 17 maret 2020
Rumus Jumlah tenaga Jumlah Keterangan
perawat yang tenaga
dibutuhkan perawat
ruangan
Depkes RI 20 18 Kurang 2 orang
Gillies 22 18 Kurang 5
Douglas 16 18 Lebih 2
Sumber : observasi mahasiswa profesi STIKES MP 2020

Analisis
Berdasarkan rekap perhitungan tenaga kerja perawat
dibagi menjadi 3 perhitungan yaitu menurut DepkesRI 20
perawat, menurut Gillies 22 Perawat dan menurut Douglas 16
Perawat. Di ruang Ibnu Rusyd ketergantungan pasien terbanyak
adalah partial.

4) Jumlah Perawat Menurut Jenjang Pendidikan


Tabel 2.10
Perawat menurut jenjang pendidikan di Ruang
Ibnu Rusyd 16-17 maret 2020

NO Jenis Pendidikan Januari 2019 %


1 S.Kep + Ners 2 11,1%

22
2 S.Kep 6 33,3%
3 DIII 10 55,6%
Jumlah 18 100%
Sumber : observasi mahasiswa profesi STIKES MP 2020

Dari tabel diatas didapatkan hasil bahwa jenjang


pendidikan di ruang Ibnu Rusyd yaitu (18) perawat
bependidikan S.Kep + Ners, 8) berpendidikan S.Kep, dan DIII
keperawatan sebanyak (10 Hal ini menunjukan bahwa
ketenagaan di ruang Ibnu Rusyd sudah memiliki kompetensi,
sehingga diharapkan proses keperawatan pada ruangan berjalan
secara professional.

5) Jumlah perawat berdasarkan masa kerja


Tabel 2.11
Perawat berdasarkan Masa Kerja di Ruang Ibnu Rusyd
No Masa Kerja Januari 2019 %
1 ≤5 tahun 5 27,8%
2 5 – 10 tahun 5 27,8%
3 10 – 15 tahun 8 44,4%
Jumlah 18 100%
Sumber : observasi mahasiswa profesi STIKES MP 2020

Berdasarkan tabel diatas, perawat dengan masa kerja > 5


tahun sebanyak 5 orang, perawat dengan masa kerja 5 – 10
tahun sebanyak 5 orang dan perawat dengan masa kerja 10-15
tahun sebanyak 8 orang. Hal ini menunjukan bahwa sebagian
besar perawat sudah memiliki pengalaman yang cukup banyak
dalam melaksanakan kegiatan perawatan.

6) Jumlah Perawat Berdasarkan Pelatihan Klinis Keperawatan


Tabel 2.12
Perawat Berdasarkan Pelatihan Klinis di Ruang Ibnu Rusyd
No PELATIHAN SUDAH BELUM
1. BHD 18 0
2. Clinical Instruktur 1 4
3. PPGD 4 0
4. Service Excelent 0 18
5. Kominkasi Efektif 5 13
6. Workshop Injeksi Kering 10 8
7. Perawatan Luka 1 17

23
8. Perawatan Luka Lanjutan 0 18
9. PPI DASAR 18 0
10. BTCLS 10 8
11. IPCN 1 17
12. Whorkshop Obat High Alert 2 16
13. Workshop Pasien Safety 5 13
14. Whorkshop EKG 9 9
Sumber : Data Primer Ruang Ibnu Rusyd 2020

Berdasarkan tabel diatas rata-rata perawat diruang Ibnu


Rusydsudah pernah mengikuti beberapa pelatihan. Pelatihan dan
seminar yang telah dilakukan tidak lain untuk menambah
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan, dimana semakin
banyak pelatihan yang diikuti maka akan semakin banyak ilmu
yang didapatkan sehingga bisa berbagi dengan perawat lain
sebagai pembelajaran dan meningkatkan kualitas karena kualitas
seseorang tidak hanya dilihat dari data pendidikannya saja.

b. MONEY
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pendapatan asli
daerah adalah sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah
daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Salah satu fungsi
rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan bagi petugas
medis maupun non medis.
Sistem keuangan Rumah Sakit yang merupakan salah satu
kegiatan dari manajemen keuangan adalah sasaran pertama yang
harus diperbaiiki agar dapat memberikan data dan informasi yang
mendukung para manajer Rumah Sakit dalam pengambilan
keputusan maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan rumah
sakit.
Berdasarkan hasil data subyektif di ruang ibnu rusyid terdapat
beberapa sumber pendapatan per debitur raung arjuna, antara lain:
1) Umum

24
2) BPJS
3) Jasa Raharja
4) PT. Waskita
Tabel 2.12
Tabel pendapatan per debitur ruang ibnu rusyid tahun 2020
N Debitur Jumlah Dana masuk
o

1 UMUM 139 61.893.558

2 BJPS 218 101.706.870

3 Jasa Raharja 21 36.332.931

4 PT. Waskita 4 9.437.500

Total 382 209.370.859

Analisis
Berdasarkan data yang ada diatas didapatkan hasil bahwa
sebagian besar pendapatan ruang ibnu rusyid berasal dari BPJS dengan
jumlah Rp. 101.706.870 dari 218 orang pasien. Hal ini dikarenakan
pelayanan pemerintah memfokuskan dibidang kesehatan sehingga
jaminan kesehatan secara nasional dimanfaatkan warga untuk sarana
kesehatan.

c. MATERIAL
Kajian Teori :
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan
keperawatan yang meliputi kebutuhan (jumlah, jenis dan spesifikasi)
serta pengelolaannya dalam upaya mewujudkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas (Depkes,2014). Peralatan yang
dimaksud dalam standar ini terdiri dari:
1) Alat Tenun
Merupakan penetapan kebutuhan alat tenun berdasarkan
jumlah, jenis, dan spesifikasi menjamin tersedianya alat tenun
yang memadai untuk mencapai pelayanan keperawatan:

25
Tabel 2.14
Tabel standar alat diruang rawat inap dengan kapasitas 30 orang
pasien/ruangan

No Nama barang Ratio pasien alat


1 Sprei 1:5
2 Taplak meja 1:3
3 Handuk kecil 1:3
4 Sarung bantal 1:6
5 Baju pasien 1:5
6 Perlak 1:5
7 Celana 1:5
Sumber : Depkes, 2011

2) Alat keperawatan
Penetapan kebutuhan alat keperawatan baik dari segi
jumlah, jenis dan spesifikasi menjamin tersedianya alat
keperawatan yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan.

Tabel 2.15
standar alat diruang rawat inap dengan kapasitas 30 orang
pasien/ruangan

No Nama Barang Ratio Pasien alat


1 Stetoskop 2/ruangan
2 Tensi meter 2/ruangan
3 Bak instrumen besar 2/ruangan
4 Bak instrumen kecil 2/ruangan
5 Bengkok 2/ruangan
6 Standar infuse 1:2
7 Korentang 2/ruangan
8 Gunting perban 2/ruangan
Sumber : depkes, 2011

3) Alat rumah tangga


Penetapan kebutuhan alat rumah tangga baik dari segi
jumlah, jenis, spesifikasi menjamin tersedianya alat rumah

26
tangga yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan.

Tabel 2.16
Tabel standar alat rumah tangga
No Nama Barang Ratio Pasien Alat
1 Nampan 1-3/ruangan
2 Plato/piring makan 1:1
3 Piring snack 1:1
4 Gelas 1:2
5 Tatakan dan tutup gelas 1:2
6 Sendok 1:2
7 Garpu 1:2
8 Kran air 1:1
9 Baki 5/ruangan
10 Tempat sampah pasien 1:1
11 Senter 2/ruangan
Sumber : depkes, 2011

Kajian Data :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dari tanggal 16
maret- 17 maret 2020 didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 2.17
Inventaris alat kesehatan dan kedokteran di ruang Ibnu Rusyd

N Nama Alat Jumlah Kondisi Keterangan


o
1. Nampan stenslis 3 Baik Standar
2 Tromol kasa besar 2 Baik Standar
3 Tromol kasa kecil 3 Baik Standar
4 Stetoskop 4 Baik Standar
5 Tensimeter 2 Baik Standar
6 Baki injeksi kecil 2 Baik Standar
7 Baki injeksi besar 7 Baik Standar
8 Gunting AJ 1 Baik Standar
9 Gunting drain 2 Baik Standar
10 Guting verban 1 Baik Standar
11 Pinset anatomi kecil 4 Baik Standar
12 Pinset serurgi kecil 2 Baik Standar
13 Tong spatel 1 Baik Standar
14 Bengkok kecil 2 Baik Standar
15 Bengkok besar 5 Baik Standar
16 Kom kecil 6 Baik Standar
17 Klem 2 Baik Standar

27
18 Regulator 6 Baik Standar
19 Thermometer 2 Baik Standar
20 Waskom 14 Baik Standar
21 Buli buli panas 12 Baik Standar
22 Urinal 5 Baik Standar
23 Pispot 5 Baik Standar
24 Brancar 3 Baik Standar
25 Restol 3 Baik Standar
26 Scherem 4 Baik Standar
27 Senter 1 Baik Standar
28 Tiang infuse 38 Baik Standar
29 Timbangan dewasa 2 Baik Standar
30 Tempat kapas 1 Baik Standar
31 Tourniquet 3 Baik Standar
32 Trolly 2 Baik Standar
33 Tempat tidur 40 Baik Standar
34 Kursi 40 Baik Standar
35 Dispenser` 1 Baik Standar
36 Telephone 1 Baik Standar
37 Gunting kertas 1 Baik Standar
38 Bss STIK 1 Baik Standar
39 Nal Podeow 1 Baik Standar
40 Klem bengkok 5 Baik Standar
41 Gunting jaringan 2 Baik Standar
42 Amubagh 1 Baik Standar
43 Emergency kit 1 Baik Standar
44 Sterilisator 1 Baik Standar
Sumber : data inventaris ruang Ibnu Rusyd tahun 2020

Dari hasil observasi yang dilakukan alat medis diruang Ibnu


Rusyd pada tanggal 16 maret – 17 maret 2020, hampir semua
peralatan medis tersedia dengan kondisi baik.Semua fasilitas yang
tersedia terkait inventaris alat kesehatan atau medis sudah
mencukupi kebutuhan sehari-hari yang digunakan sehingga tidak ada
kekurangan jumlah saat digunakan.

Tabel 2.18
Inventaris mebeler di ruang Ibnu Rusyd
No Nama Alat Jumlah Kondisi Keterangan
1 Tempat Tidur Pasien 40 Baik Standar
2 Meja Panjang 5 Baik Standar
3 Lemari Pasien 40 Baik Standar
4 Lemari Obat 1 Baik Standar
5 Loker Pegawai 1 Baik Standar
6 Kursi Pasien 40 Baik Standar
Sumber : data inventaris ruang Ibnu Rusyd tahun 2020
Dari hasil observasi didapatkan jumlah fasilitas alat rumah
tangga di dalam ruangan Ibnu Rusyd pada Tahun 2020, dimana semua

28
peralatan rumah tangga dalam keadaan yang baik dan penggunaannya
pun sesuai dengan fungsi dan kegunaanya.

Tabel 2.19
Inventaris linen bersih di ruang Ibnu Rusyd
No Nama Alat Jumlah Kondisi Keterangan
1 Laken Pasien 50 Baik Standar
2 Perlak 50 Baik Standar
3 Sarung Bantal 50 Baik Standar
4 Selimut lurik 44 Baik Standar
5 Selimut coklat 6 Baik Standar
6 Baju Operasi 50 Baik Standar
Sumber : data inventaris ruang Ibnu Rusyd tahun 2020

Hasil observasi yang kami lakukan, didapatkan hasil semua


peralatan linen dalam kondisi baik dan penggunaanya pun sesuai
dengan fungsi dan kegunaannya. Karena sekarang sistem yang ada di
ruangan ibnu rusyd ialah alat linen di kelolah oleh bagian rumah
tangga pada saat linen diperlukan perawat ruangan akan member tahu
bagian rumah yangga lalu bagian rumah tangga akan memberikan
linen ke ruangan sesuai dengan keperluan diruangan. Semua fasilitas
yang tersedia sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari yang digunakan
sehingga tidak ada kekurangan jumlah saat digunakan, namun tidak
menutup kemungkinan jika barang rusak atau tidak layak pakai akan
ditarik dari pemakainya. Berarti dengan kesimpulan, alat tenun
diruang Ibnu Rusyd sesuai standar.

d. MACHINE
Tabel 2.20
Inventaris mesin yang ada di ruang Ibnu Rusyd

No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Kelayakan


1 Mesin EKG 1 Btl Layak
2 Mesin Suction 1 Trade Mark Layak
3 Komputer 1 LG Layak
4 Printer 1 Epson Layak
5 Kulkas 1 Polytron Layak
6 Kipas Angin 1 LG Layak
7 AC 5 Panasonic Layak
8 AC 5 Sharp Layak
Sumber : data inventaris ruang Ibnu Rusyd tahun 2020

29
e. METHOD
1) Standar Asuhan Keperawatan
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum
dikenal sebagai sesuatu yang diterima, adekuat, memuaskan dan
digunakan sebagai tolak ukur atau titik acuan yang digunakan
sebagai pembanding (Marr dan Biebing, 2001). Standar praktik
keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seseorang perawat yang dianggap baik, tepat dan
benar yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan
keperawatan serta sebagai tolok ukur dalam penilaian
penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2002). Dasar
hukum Standar Profesi Keperawatan adalah UU Kesehatan RI
No. 23 tahun 1992 pasal 53, ayat 1: “tenaga kesehatan
memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban standar profesi dan pasien”.
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai
pedoman dan instrumentasi penerapan standar asuhan
keperawatan yang disusun oleh Depkes yaitu:
a) Standar I pengkajian keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang
keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan,
data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim
kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi
kumpulan data yang harus menggunakan format yang baku,
sistematis, diisi sesuai item yang tersedia, aktual dan valid.
b) Standar II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data
status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan
norma kehidupan pasien, dan diagnosa keperawatan
dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan

30
kebutuhan pasien dan komponennya terdiri dari masalah,
penyebab dan tanda atau gejala.
c) Standar III perencanaan atau intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
d) Standar IV implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien
terpenuhi secaramaksimal yang mencangkup aspek peningkatan,
pencegahan dan pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan
keluarga.
e) Standar V evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik,
sistematis, terencana untuk menilai perkembangan pasien dan
menilai hasil dari setiap tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan.
f) Standar VI dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu
oleh perawat selama dirawat inap maupun rawat jalan yang
digunakan sebagai informasi, komunikasi dan laporan.
Dokumentasi dibuat setelah tindakan dilakukan sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan setiap mencatat harus
mencantumkan inisial atau paraf atau nama perawat,
menggunakan formulir yang baku, dan disimpan sesuai
peraturan yang berlaku.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang


Ibnu Rusyd mempunyai prosedur tetap untuk semua tindakan
perawatan dan SAK ( Standar Asuhan Keperawatan). Prosedur tetap
keperawatan di Ruang bedah mengacu pada prosedur tetap yang
diterbitkan oleh Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.Standar

31
ini diperlukan untuk menentukan mutu pelayanan, bagaimana
kegiatan-kegiatan akan dikerjakan dan seberapa baik kegiatan-
kegiatan tersebut dikerjakan.

2) Standar operasional prosedur


Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang
rawat inap Ibnu Rusyd, mempunyai standar operasional
prosedur, seperti SOP Timbang Terima Antar Shift, Komunikasi
Terapeutik.

D. PROSES
1. Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional
(SP2KP)
Proses pelayanan Keperawatan adalah upaya untuk dapat menilai mutu
dari hasil asuhan keperawatan telah ditetapkan indikator klinik keperawatan
(Depkes RI, 2008).

a. Kepala Ruang
1) Kajian Teori
Kepala Ruang adalah seorang perawat professional yang diberi
wewenang dan tanggung jawab dan mengelola kegiatan pelayanan
perawatan di satu ruang rawat.
Uraian tugas Kepala Ruang, diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Perencanaan
(1) Menunjuk perawat primer dan tugasnya masing-masing
(2) Mengikuti serah terima di shif sebelumnya
(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien dibantu
perawat primer

32
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan tingkat ketergantungan pasien
oleh perawat primer
b) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan
(3) Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat
asosiatif secara jelas
(4) Membuat rencana kendali kepala ruangan membawahi dua
perawat primer (PP). Perawat primer membawahi dua
perawat pelaksana
(5) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat
primer
(6) Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan
tugas dengan baik
(7) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap.
(8) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan askep klien
c) Pengawasan
(1) Melalui komunikasi yaitu mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan perawat primer mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien
(2) Melalui supervisi :
(a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati
sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang
ada saat ini.
(b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar
hadir, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses

33
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan dari perawat primer.
d) Evaluasi
(1) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama.
(2) Audit keperawatan
2) Kajian Data
Berdasarkan Observasi pelaksanaan uraian tugas kepala ruang di
ruang Ibnu Rusyid dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.21
Pelaksanaan Uraian Kepala Ruang Di Ruang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16 maret – 17 maret 2020
N=1

No Variabel yang dinilai


Ya Tidak
1 Membagi staf ke dalam tim sesuai dengan kemampuan dan 1 0
beban kerja

2 Membuat jadwal dinas koordinasi dengan tim 1 0


3 Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien dan ruangan 1 0
yang ada pada hari tersebut termasuk laporan permasalahan
dinas malam
4 Kepala ruang melakukan meeting morning untuk 1 0
menindaklanjuti masalah yang ada yang diawali dan diakhiri
dengan doa
5 Membagi pasien ke dalam tim sesuai dengan kemampuan 1 0
dan beban kerja
6 Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas ketua tim 1 0
dan anggota tim
7 Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf 1 0
keperawatan untuk mencapai kinerja optimal

8 Memberikan reinforcement positif kepada semua staf 0 1


termasuk pada saat mengakhiri meeting morning kepada
dinas malam dan dinas pagi
9 Berperan serta sebagai konsultan 1 0
10 Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf melalui daftar 1 0
hadir yang ada di ruang
Jumlah 9 1
Jumlah Persentase 90% 10%
Presentase 100%

34
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP 2020

Analisis

Berdasarkan tabel uraian diatas pelaksanaan tugas kepala ruang


Ibnu Rusyid didapatkan hasil penilaian sebesar 90 % dan termasuk dalam
kategori sangat baik, hal ini menyatakan bahwa kepala ruang
melaksanakan tugasnya sudah sangat baik.

b. Ketua Tim
1) Kajian Teori
Ketua tim adalah seorang perawat yang bertugas yang
mengepalai sekelompok tenaga keperawatan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan di ruang rawat dan bertanggung jawab langsung
kepada karu (Nursalam, 2014).
Uraian tugas Ketua Tim, diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Menerima klien dan mengkaji kebutuhan klien secara
komperhensif
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktik
d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan berikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
f) Menerima dan menyesuaikan rencana
g) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial dan kontak dengan
lembaga sosial di masyarakat
h) Membantu jadwal perjanjian klinik
2) Kajian Data
Berdasarkan Observasi pelaksanaan uraian tugas ketua TIM di ruang
Ibnu Rusyid dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.22
Pelaksanaan Uraian Tugas Ketua Tim Di Ruang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16 maret – 17 maret 2020

35
N= 1
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tidak
1 Bertugas pada pagi hari 1 0
2 Bersama Perawat Pelaksana menerima operan 1 0
tugas jaga dari yang Perawat Pelaksana tugas
malam.
3 Bersama Perawat Pelaksana melakukan 1 0
konfirmasi/supervise tentang kondisi pasien
segera setelah selesai operan tugas jaga malam.
4 Bersama Perawat Pelaksana melakukan do’a 1 0
bersama sebagai awal dan akhir tugas dilakukan
setelah selesai operan tugas jaga malam.
5 Melakukan pre conference dengan semua 1 0
Perawat Pelaksana yang ada dalam grupnya
setiap awal dinas pagi.
6 Membagi tugas atau pasien kepada Perawat 1 0
Pelaksana sesuai kemapuan dan beban kerja.
7 Melakukan pengkajian, menetapkan masalah 1 0
atau diagnose dan perencanaan keperawatan
kepada semua pasien yang menjadi tanggung
jawab ada bukti di rekam keperawatan.
8 Memonitor dan membimbing tugas Perawat 1 0
Pelaksana.
9 Membantu tugas Perawat Pelaksana untuk 1 0
kelancaran pelaksanaan asuhan pasien.
10 Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan 1 0
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
Perawat Pelaksana yang ada di bawah tanggung
jawabnya.
11 Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien 1 0
sesuai tujuan yang ada dalam perencanaan
asuhan keperawatan dan ada bukti dalam rekam
keperawatan.
12 Melaksanakan post conference pada setiap akhir 1 0
dinas dan menerima laporan akhir tugas jaga
dari perawat pelaksana untuk persiapan operan
tugas jaga berikutnya.
13 Mendampingi perawat pelaksana dalam operan 1 0
tugas jaga kepada anggota tim yang tugas jaga
berikutnya.
14 Memperkenalkan perawat pelaksana yang ada 0 1
dalam satu grup atau yang akan merawat selama

36
pasien dirawat atau kepada pasien/keluarga
baru.
15 Mendelegasikan tugas kepada perawat 1 0
pelaksana pada sore malam libur.
16 Melaksanakan pendelegasian tugas PJ ruang 1 0
bila pagi hari tidak bertugas.
17 Menyelenggarakan diskusi kasus dalam 0 1
pertemuan dalam rutin keperawatan di ruangan
minimal sebulan sekali.
18 Melakukan bimbingan klinik keperawatan 0 1
kepada Perawat Pelaksana minimal seminggu
sekali (ronde keperawatan/bed side teacshing).
Jumlah 15 3
Jumlah Persentase 83% 17%
Persentase 100%
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP 2020

Analisis

Berdasarkan tabel uraian diatas pelaksanaan tugas Ketua Tim


Ibnu Rusyiddidapatkan hasil penilaian sebesar 83%, dan termasuk
dalam kategori sangat baik, hal ini menyatakan bahwa ketua tim
sudah melaksanakan tugasnya dengan sangat baik.

c. Perawat Pelaksana
1) KajianTeori
Perawat pelaksana adalah seorang perawat yang diberi
wewenang dan ditugaskan untuk memberikan pelayanan
perawatan langsung pada klien.

Uraian tugas perawat pelaksana adalah sebagai berikut:

a) Memberikan pelayanan keperwatan secara langsung


berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih
sayang
(1) Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah
klien
(2) Melaksanakan tindakan keprawatan sesuai dengan
rencana

37
(3) Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
(4) Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan
dan respon klien pada catatan perawatan
b) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung
jawab
(1) Pemberian obat
(2) Pemeriksaan laboratorium
(3) Persiapan klien yang akan dioperasi
c) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental,
sosial, dan spiritual klien
(1) Memelihara klien dan lingkungan
(2) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa
aman,nyaman dan ketenangan
(3) Pendekatan dan komunikasi terapeutik
d) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk
menghadapi tindakan keperawatan dan pengobatan atau
diagnosis
e) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
f) Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau
sakaratul maut
g) Membantu kepala rungan dalam penatalaksanaan ruangan
secara administrative
h) Menyiapkan data klien baru, pulang, atau meninggal
i) Sensus harian atau formulir
j) Rujukan harian atau formulir
k) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan
menurut fungsinya supaya siappakai
l) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keaamanan,
kenyamanan, dan keindahan ruangan
m)Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur
secara bergantian sesuai jadwal tugas

38
n) Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan
penyakitnya (PKMRS)
o) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik
secara lisan maupun tulisan
p) Membuat laporan harian klien
2) Kajian Data
Berdasarkan Observasi pelaksanaan uraian tugas Perawat
pelaksana di ruang Ibnu Rusyid dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.23
Presentase Uraian Tugas Perawat Pelaksana Di Ruang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16-17 maret 2020
N= 11
Observasi
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. Mengerjakan semua tugas yang diberikan kepala ruang 11
2. Menerima sesuai SPO di rumah sakit 11
3. Melakukan pengkajian keperawatan 11
4. Menganalisis data pasien sesuai bio 11
5. Menetapkan diagnose keperawatan berdasarkan masalah 11
yang dirumuskan
6. Menyusun rencana keperawatan berdasarkan data hasil 11
pengkajian keperawatan
7. Bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam menyusun 11
perencanaan keperawatan
8. Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan SOP 8 3
9. Memperkenalkan diri setiap bertemu pasien dan 11
mendengarkan setiap keluhan pasien
10. Memberikan penjelasan pada klien sebelum melakukan 11
tindakan keperawatan
11. Mengutamakan keselamatan klien dalam memberikan 11
asuhan keperawatan dan melakukan dokumentasi
keperawatan

12. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan berdasarkan 11


tujuan
13. Melakukan discharge planning pada pasien pulang 11
14. Melakukan operan dengan penanggungjawab sift 11
berikutnya
15 Mengikuti setiap pertemuan yang diadakan ruangan dan 11
bekerjasama serta membantu sesama rekan kerja
16. Memberikan dukungan terhadap atasan ketika 11
melaksanakan tugas atau pekerjaan
Jumlah 163 3

39
Jumlah persentase % 98% 2
Presentase 100%
Sumber : Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP 2020

Analisis
Berdasarkan tabel uraian diatas pelaksanaan tugas perawat
pelaksanadiruang Ibnu Rusyiddidapatkan hasil penilaian sebesar
98%, dan termasuk dalam kategori sangat baik, hal ini menyatakan
bahwa perawat pelaksana sudah melaksanakan tugasnya dengan
sangat baik.

d. Pre Conference
1) Kajian Teori
Pre conference, komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut
yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika
yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan
PJ tim.

Tahap pelaksanaan Pre conference, diantaranya sebagai


berikut :

a) Persiapan
(1) Ketua tim menyiapkan ruangan
(2) Ketua tim menyiapkan rekam medik dan buku laporan
shift pasien dalam tanggung jawabnya
b) Pelaksanaan
(1) Ketua tim/PJ membuaka pre conference
(2) Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya post
conference
(3) Ketua Tim/PJ menjelaskan tentang hasil tindakan
asuhan keperawatan yang telah dilakukan

40
(4) Ketua Tim/PJ mendiskusikan dengan anggota tentang
masalah yang ditemukan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalah
(5) Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada
anggota tim
(6) Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil pre conference
(7) Ketua Tim/PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum
melakukan tindakan operan tugas jaga shift berikutnya.
2) Kajian Data
Berdasarkan observasi selama 2 hari, presentase proses
pelaksaan pre conferencedi Ruang Ibnu Rusyiddapat dilihat
tabel di bawah ini.

Tabel 2.24
Presentase Proses Pelaksanaan Pre Conference Di Ruang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16 maret – 17 maret 2020
N=4
Observasi
No Aktivitas
Ya Tidak
Persiapan
1 PJ menyiapkan ruangan 4 0
2 PJ menyiapkan rekam medic dan buku laporan shift 4 0
pasien dalam tanggung jawabnya
Pelaksanaan
1 PJ membuka pre conference dengan salam dan berdoa 4 0
jika belum dilakukan.
2 PJ menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference 0 4

3 PJ memandu pelaksanaan pre conference 4 0

4 PJ menjelaskan masalah keperawatan pasien, 4 0


keperawatan dan rencana keperawatan yang menjadi
tanggung jawabnya
5 PJ membagi tugas kepada anggota Tim dengan 4 0
memperhatikan keseimbangan kerja
6 Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan 4 0
pasien/tindakan
7 PJ memotivasi untuk memberikan tanggapan dan 4 0
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan

41
8 PJ mengklarifikasi kesiapan anggota Tim untuk 4 0
melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
9 PJ memberikan reinforcement positif pada anggota 0
4
Tim
10 PJ menyimpulkan hasil pre conference 4 0
Penutup
1 PJ mengakhiri pre conference 4 0

2 PJ mendokumentasikan pre conference 4 0

Jumlah 52 4
Jumlah Persentase 92% 8%
Presentase 100%
Sumber : observasi mahasiswa profesi Ners STIKes MP 2020
Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruang Ibnu Rusyid
didapatkan hasil penilaian kepala tim pada saat preconference
sebesar 92% dan termasuk dalam kategori sangat baik, hal ini
menyatakan bahwa kepala tim diruangan Ibnu Rusyid sudah baik
dalam kegiatan pre confrence. didapatkan hasil penilaian kepala tim
pada saat preconference sebesar 83,3%dan termasuk dalam kategori
sangat baik, hal ini menyatakan bahwa kepala tim diruangan Ibnu
Rusyid sudah baik dalam kegiatan pre confrence.

e. Handover
1) Kajian Teori
Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau
transfer tanggung jawab tentang pasien dari perawat yang satu
ke perawat yang lain.
Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu,
informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi,
kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinya.
Tahapan pelaksanaan Handover, diantaranya sebagai
berikut :

42
a) Persiapan
(1) Kedua kelompok dalam keadaan siap
(2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
b) Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada
masing-masing penanggung jawab:

(1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau


operan.
(2) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk
melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara
komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan
belum dilaksanakan serta hal - hal penting lainnya yang
perlu dilimpahkan.
(3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian
yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya.
(4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima
adalah :Identitas klien dan diagnosa medis, Masalah
keperawatan yang kemungkinan masih muncul, Tindakan
keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan,
Intervensi dan kolaborasi.
(5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
dalam kegiatan selanjutnya, misalnya operasi,
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang
lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya
yang tidak dilaksanakan secara rutin.
(6) Perawat yang melakukan timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas Penyampaian
pada saat timbang terima secara singkat dan jelas

43
(7) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5
menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan
penjelasan yang lengkap dan rinci.
(8) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara
langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat

2) Kajian Data
Berdasarkan observasi selama 2 hari, presentase proses
pelaksaan handoverdi Ruang Ibnu Rusyid dapat dilihat tabel di
bawah ini.

Tabel 2.25
Presentase Proses Pelaksanaan Handover Di Ruang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16 maret-17 maret 2020
N=11
Orientasi
No Variabel Ya Tidak

Tahap Persiapan
1. Menyiapkan rekam medis pasien 11

2. Laporan/pencatatan tentang pasien kritis 11

3 Permintaan tindakan pasien cito 11

Tahap Pelaksanaan
4 Melakukan doa bersama 11

5. Melaporkan

1) jumlah pasien berdasarkan tingkat 11


ketergantungan
a. Minimal care
b. Parsial care
c. Total care
2) Nama pasien kritis (total) beserta
11
diagnosa,intervensi,implementasi, dan
evaluasi
11
3) Perintah tindakan pasien cito
6. PJ shift yang selesai bertugas memberi 11
wewenang secara tertulis tentang subjektif,

44
Objektif, analisis dan Planning (SOAP) pasien
kritis (Total Care)

7. PJ Shift yang akan bertugas menerima semua 11


laporan dan kedua PJ shift menandatangani
laporan di dalam buku registrasi

8 Kedua PJ shift dan anggotanya bersama sama 11


mengunjungi pasien

9 Mencuci tangan handrub sebelum kontak 2 9


dengan pasien

10. Mengucapkan salam kepada pasien dan 5 6


keluarga

11. Perawat yang akan bertugas


1). Memperkenalkan diri kepada pasien,
menyebutkan nama panggilan dan memastikan
dia yang akan merawat 11
2) membawa buku catatan pasien kritis, pasien
nyeri berat, pasien risiko jatuh 11
3) Memberikan kesempatan pasien dan keluarga
3 8
untuk bertanya

12. Berpamitan kepada pasien 2 9

13. Mengucapkan “Assalamu’alaikum” 2 9

14. Mencuci tangan dengan Hand rub 3 8

15. PJ shift yang akan bertugas bersama anggotanya 11


menelaah rekam medis

16. Edukasi tentang


1) Bantuan Hidup Dasar 11
0
2) Sasaran Keselamatan Pasien 11
3) Hand HygienJalur Evakuasi 0 11
0
4) SPO 0 11

17. Penyampaian Informasi dan masalah yang 3 8


terjadi misalnya Alkes dan SDM

18. Ikut dalam penutupan proses timbang terima 11

Jumlah 174 101

Persentase (%) 63% 37%

45
Persentase Total (%) 100%

Sumber :Observasi mahasiswa profesi Ners STIKes MP 2020


Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan diruang Ibnu
Rusyid didapatkan hasil handover sebesar 63 %, dan termasuk
dalam kategori penilaian baik, hal ini menyatakan bahwa
Handover ruang Ibnu Rusyid sudah dilaksanakan dengan baik.

f. Post Conference
1) Kajian Teori
Post conference, komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan
kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap
perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
conference dipimpin oleh katim atau Pj tim.
Tahapan Pelaksanaan Post conference

a) Persiapan
(1) Ketua tim menyiapkan ruangan
(2) Ketua tim menyiapkan rekam medik dan buku laporan
shift pasien dalam tanggung jawabnya
b) Pelaksanaan
(1) Ketua tim/PJ membuka post conference
(2) Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya post
conference
(3) Anggota Tim menjelaskan tentang hasil tindakan/ hasil
asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
(4) Ketua Tim/PJ menjelaskan tentang hasil tindakan
asuhan keperawatan yang telah dilakukan
(5) Ketua Tim/PJ mendiskusikan dengan anggota tentang
masalah yang ditemukan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalah

46
(6) Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada
anggota tim
(7) Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil post conference
(8) Ketua Tim/PJ mengklarifikasi informasi pasien
sebelum melakukan tindakan operan tugas jaga shift
berikutnya

2) Kajian Data
Berdasarkan observasi selama 2 hari, presentase proses
pelaksaan post conference di ruang Ibnu Rusyid dapat dilihat
tabel di bawah ini.

Tabel 2.26
Presentase Proses Pelaksanaan Post Conference Di Ruang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16 maret-17 maret 2020
N=4
Observasi
No Aktivitas Ya Tidak
A. Persiapan
1. PJ menyiapkan ruangan post conference 11

2. PJ menyiapkan rekam medic pasien dalam 11


tanggungjawabnya
B. Pelaksanaan
1. PJ membuka post conference 11
2. PJ menjelaskan tujuan dilaksanakannya post 0 11
conference
3. Anggota Tim menjelaskan tentang hasil tindakan/ 11
hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
4. Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan 11
dalam memberikan ASKEP pada pasien dan
mencari upaya penyelesaian masalah
5. PJ memberi reinforcement pada Anggota Tim 11
6. PJ menyimpulkan hasil post conference 11
7. PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum 11
melakukan operan jaga shift jaga berikutnya
C. Penutup
1. Mengakhiri post conference dengan doa 11

2. Mendokumentasikan post conference 11

47
Jumlah 110 11

Jumlah presentase% 90% 10%

Persentase 100%

Sumber :Observasi mahasiswa profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruang Ibnu
Rusyid didapatkan hasil penilaian post conference sebesar 90% dan
termasuk dalam kategori penilaian sangat baik, hal ini menyatakan
bahwa Post Conference diruang Ibnu Rusyid sudah dilaksanakan
dengan sangat baik.

g. Orientasi Terhadap Pasien Baru


1) Kajian Teori
Orientasi terhadap pasien baru merupakan usaha
memberikan informasi/sosialisasi kepada pasien dan keluarga
tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan
selama di rumah sakit (Ragusti, 2008).
Tujuannya yaitu agar pasien dan keluarga memahami
tentang peraturan rumah sakit, pasien dan keluarga memahami
tentang semua fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya.
Tahapan pelaksanaan orientasi pasien baru, diantaranya
sebagai berikut :

a) Persiapan
(1) KARU memberitahu PP bahwa akan ada pasien baru.
(2) PPmenyiapakan hal-hal yang diperlukan dalam
penerimaan pasien baru
(3) PP meminta bantuan PP lainnya untuk mempersiapkan
tempat tidur pasien baru.
(4) KARU menanyakan kembali pada PP tentang
kelengkapan untuk penerimaan pasien baru.

48
(5) PP menyebutkan hal-hal yang telah dipersipakan.
b) Pelaksanaan
(1) KARU dan PP menyambut pasien dan keluarga dengan
memberi salam serta memperkenalkan diri pada klien /
keluarga.
(2) PP menunjukaan / mengorientasikan tempat dan
fasilitas yang ada di ruangan, kemudian PP mengisi
lembar pasien masuk serta menjelaskan mengenai
beberapa hal yang tercantum dalam lembar penerimaan
pasien baru.
(3) Di tempat tidur pasien, PP melakukan anamnesa.
(4) Menanyakan kembali pada pasien dan keluarga
mengenai hal-hal yang belum dimengerti.
(5) PP pasien dan keluarga menandatangani lembar
penerimaan pasien baru.
2) Kajian Data
Beradasarkan hasil observasi yang dilakukan diruang Ibnu
Rusyid didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 2.27
Presentase Proses Pelaksanaan orientasi pasien baru Di Ruang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16 maret-17 maret 2020
N=7
No Variabel Ya Tidak
A. Persiapan alat
1. Tempat tidur terbuka 7
2. Tensimeter 7
3. Termometer 7
4. Timbang berat badan/ alat pengukur panjang badan/ 7
tinggi badan
5. Meja dan kursi 7

6. Stetoskop 7
B. Pelaksanaan
1. Melakukan serah terima pasien dan rekam medis 7
2. Mengidentifikasi pasien 7
3. Mencuci tangan dengan handrub 7
4. Sebelum melakukan tindakan didahului dengan kata 4 3
“maaf ya pak/bu..” kemudian dilanjutkan dengan

49
membaca “bismillahirohmaaanirohiim” agak
dikeraskan
5. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital 7
6. Melakukan asesmen ulang 7
7. Menginformasikan nama dokter yang merawat 7
8. Mengevaluasi informasi yang telah diberikan 7
9. Setalah melakukan tindakan diakhiri dengan ucapan 7
“Alhamdulillah” dan doa singkat “ semoga Allah
memberi kesembuhan”/” semoga lekas sehat”
10. Apabila tindakan dilakukan diwaktu rentang sholat 2 5
petugas wajib mengingatkan pasien dan keluarga
untuk sholat
11. Mengucapkan permintaan maaf kepada pasien dan 0 7
keluarga setelah melakukan tindakan
12. Ketika akan meninggalkan pasien dengan wajah 0 7
berseri-seri dan berjabat tangan (sesama jenis)
terlebih dahulu dan mengucapkan salam
“Assalamualaikum.wr.wb.
13 Mencuci tangan dengan handrub 7
14. Mendokumentasikan hasil tindakan ke dalam status 7
pasien , meliputi tanggal, jam dan tanda tangan
perawat/bidan yang melakukan tindakan
Jumlah 104 36
Persentase (%) 74% 26%
Persentase Total (%) 100%
Sumber :Observasi mahasiswa profesi Ners STIKes MP 2020
Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang kami dilakukan di Ruang
Ibnu Rusyid didapatkan hasil pelaksanaan orientasi pasien baru
sebesar 74 % dan termasuk dalam kategori penilaian baik.Hal ini
menyatakan bahwa diruang Ibnu Rusyid sudah sangat baik dalam
kegiatan pelaksanaan orientasi pasien baru
h. Discharge Planning
1) Kajian Teori
Discharge planning atau perencanaan pemulangan adalah
suatu proses pembelajaran yang melibatkan klien dan keluarga
untuk meningkatkan pemahaman dan mengembangkan
kemampuan klien dan keluarga tentang perawatan dirumah,
masalah kesehatan yang dihadapi, untuk mempercepat proses
penyembuhan menghindari kemungkinan komplikasi dengan

50
pembatasan aktifitas, menciptakan dan memberikan lingkungan
yang aman bagi klien dirumah.
Tahapan pelaksanaan discharge planning, diantaranya
sebagai berikut :

a) Persiapan
(1) PP melaporkan ke karu tentang perencanaan discharge
planning.
(2) Karu menanyakan bagaimana persiapan PP untuk
pelaksanaan discharge planning dan kelengkapan
dokumen (status pasien).
(3) Karu menanyakan kepada PP hal-hal yang akan
diajarkan pada klien dan keluarga.
(4) Karu memeriksa dan menyetujui format discharge
planning.
b) Pelaksanaan
(1) Karu membuka acara discharge planning.
(2) PP mengucapkan salam pada klien dan keluarga dengan
ramah.
(3) PP bersama menyampaikan pendidikan kesehatan
(4) Memberikan reward kepada pasien dan keluarga.
(5) PP dan klien melakukan pendokumentasian kartu
discharge planningdan arsip discharge planning
(6) Karu menutup acara discharge planning atau terminasi
dengan pasien dan keluarga
2) Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan diruang Ibnu
Rusyid didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.28
Presentase Proses Discharge Planning Di Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16 maret-17 maret 2020
N=7
No Variabel Ya Tidak

51
A. Saat Masuk Rumah Sakit

1. Menanyakanalasanmasukrumahsakit 7

2. Menuliskan diagnosis medis 7

3. Membuatestimasi/rencanatanggalpemulanganpasien 7

B. Kriteria Discharge Planning

4. Menanyakanusiapasien 7

5. Menanyakanadakahpercobaanbunuhdiri 7

6. Menanyakanapakahpasienmenjadikorbandarikasuskriminal 7

7. Menanyakanadakahketerbatasanmobilitaspasien 7

8. Menjelaskanadakahperawatandanpengobatanlanjutan 7

9. Menanyakanapakahdalammelakukanaktivitassehari- 7
harimemerlukanbantuan

C. PerencanaanPulang

10. Menanyakanapakahklientinggalsendirisetelahkeluardarirumahsakit 7

11 Menanyakandimanaletakkamarpasien 7

12. Menanyakanbagaimanakondisirumahtinggalpasien 7

13. Menanyakanapasajaperawatankebutuhandasar yang perludibantu 7

14. Menanyakanapakahpasienmenggunakanperalatanmedisdirumahsetelahkel 7
uardarirumahsakit

15 Menanyakanapakahpasienmemerlukanalat bantu 7
setelahkeluardarirumahsakit

16. Menanyakanapakahpasienmemerlukanbantuan/perawatankhususdirumahs 7
etelahkeluardarirumahsakit

17. Pasien/keluargamembubuhkantanda-tangan di kolom yang 7


telahdisediakan

Jumlah 119

Persentase 100%

Persentase Total (%) 100%

Sumber :Observasi mahasiswa profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa

52
Berdasarkan hasil observasi yang kami dilakukan diruang Ibnu
Rusyid didapatkan hasil Discharge Planning sebesar 100% dan
termasuk kedalam kategori penilaian sangat baik. Hal ini menyatakan
bahwa diruangan Ibnu Rusyid sudah baik dalam penerapan discharge
planning setiap ada pasien pulang.

1. Keselamatan Pasien (Patient Safety)


Patient safety adalah pasien bebas dari cidera yang tidak seharusnya
terjadi atau bebas dari cedera yang potensial akan terjadi. Keselamatan
pasien di rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman.Hal ini menjadi salah satu indikator penting
dalam standar pelayanan kesehatan keperawatan, karena dengan
diterapkan sistem patient safetydengan baik, maka dapat diukur kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien.Mencegah
terjadinya ciderayang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan
adalah tujuan keselamatan pasien di rumah sakit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan patient safetydi rumah
sakit adalah kepemimpinan,individu, budaya,infrastruktur danlingkungan.
Kepemimpinan adalah diakui sebagai hal penting dalam menentukan arah
organisasi,memastikan pelayanan mengembangkan budaya dan
mempertahankan organisasi yang efektif. Setiap individu dipengaruhi oleh
dua faktor yakni pengetahuan perawat dan sikap perawat.Pengetahuan dan
sikap yang dimiliki oleh setiap perawat berbeda-beda.Sehingga perawat
dalam menjalankan sistem patient safety pun berbeda-beda.
Sistem patient safetymempunyai dampak positif bagi kliendan rumah
sakit. Dampak positif diterapkannya patient safety adalah klien yang
hospitalisasi akan cepat sembuh, jauh dari terjadinya kecelakaan yang
tidak diharapkan, meningkatnya status kesehatan klien, dan mengurangi
angka kejadian resiko jatuh. Bagi rumah sakit sendiri akan meningkatkan
jumlah klien, membuat citra nama rumah sakit yang baik, dan
meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit. Apabila sistem patient
safetytidak diperhatikan bahkan tidak diterapkan dalam pelaksanaan

53
perawatan klien saat hospitalisasi maka akan berdampak buruk bagi klien
dan rumah sakit. Pada klien terjadi resiko jatuh, dekubitusdanmenambah
lama rawatinappasien. Selain itu untuk rumah sakit akan berdampak
negatif, sebab terjadi tuntutan yang mengakibatkan biaya urusan hukum,
menurunkan efisiensi, dan kerugian lainnya.
a. Ketepatan Identifikasi Pasien
1) Tinjauan teori
a) Pengertian
Identifikasi merupakan penerapan atau penentu atau ciri –
ciri atau keterangan lengkap seseorang (Hamzah, 2008).
Identifikasi pasien adalah suatu upaya atau usaha yang
dilakukan dalam sebuah pelayanan kesehatan sebagai suatu
proses yang bersifat konsisten, prosedur yang memiliki
kebijakan atau telah disepakati, diaplikasikan sepenuhnya,
diikuti dan dipantau untuk mendapatkan data yang akan
digunakan dalam meningkatkan proses identifikasi.
Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda
atau pembeda yang mencakup nomor rekam medis dan
identitas pasien dengan tujuan agar dapat membedakan antara
pasien satu dengan pasien yang lainnya guna ketepatan
pemberian pelayanan, pengobatan dan tindakan atau prosedur
kepada pasien (Nursalam, 2014).
b) Maksud dan Tujuan Identifikasi Pasien
Rumah sakit terus mengembangkan pendekatan untuk
memperbaiki atau meningkatkan ketelitian dalam melakukan
identifikasi pasien.Sasaran keselamatan pasien(SKP) bertujuan
untuk mendorong peningkatan spesifik dalam keselamatan
pasien, menjadi salah satu area bermasalah dalam pemberian
pelayanan kesehatan dan menguraikan solusi atas permasalahan
ini. Adapun usaha yang dilakukan yaitu dengan menerapkan 6
sasaran keselamatan pasien.Identifikasi pasien menjadi salah
satu bagian dari enam sasaran keselamatan pasien yang sangat

54
penting dalam keberhasilan serta dalam mencegah masalah-
masalah yang timbul akibat kesalahan tindakan, pemberian
obat, dan pelayanan yang diberikan.
c) Elemen Identifikasi Pasien
Dalam mengidentifikasi pasien terdapat beberapa elemen
penilaian antara lain:
(1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien,
tidak boleh menggunakan nomer kamar atau lokasi pasien
(2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah
(3) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
(4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan atauprosedur
d) Akibat Kesalahan Identifikasi Pasien
Kesalahan identifikasi pasien adalah adanya
ketidakcocokan antara pasien yang terkait dengan identifikasi
pasien yang akan mendapatkan pelayanan atau perawatan.
Kesalahan identifikasi memiliki potensi untu menimbulkan
kejadian adverse events atau kejadian tidak diharapkan (KTD),
near miss atau kejadian nyaris cidera (KNC), kejadian potensi
cidera(KPC), dan kejadian tidak cidera (KTC).
2) Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di ruangan
Ibnu Rusyid untuk pengidentifikasian pasien ditemukan pasien
memakai gelang identitas.
Observasi yang dilakukan selama 2 hari dari tanggal 16-17
maret 2020, identifikasi pasien diruang Ibnu Rusyid , dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.29
Pengukuran instrumen pasien safety: Identifikasi Pasien
Di Ruang Ibnu Rusyid Pada Tanggal 16 maret-17 maret 2020

55
N =7

N Tidak
Variabel Ya
o
A. PERSIAPAN ALAT
1 Gelang identifikasi pasien 7
2 Berkas rekam medis pasien 7
B. PENATALAKSANAAN
1 Cuci tangan 5 moment 2 5
2 Menyiapkan gelang identitas sesuai dengan nama pasien, 7
tanggal lahir pasien dan nomer RM
3 Mengucapkan salam 3 4
4 Sebutkan nama dan peran anda 5 2
5 Menjelaskan maksud dan tujuan pemasangan gelang 7
identifikasi pasien
6 Memasangkan gelangan identitas pada tangan yang dominan 7
7 Ucapan terimakasih atas perhatiannya 1 6
Total 46 17
Persentasi (%) 73% 27%
Persentase Total (%) 100%
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners STIKes MP tahun 2020

Analisa

Setelah dilakukan observasi pengukuran instrumen pasien


safety: Identifikasi pasien, didapatkan persentasedengan nilai 73% dan
termasuk dalam kategori penilaian sangat baik. Hal ini menunjukan
bahwa perawat di ruang Ibnu Rusyid sangat baik dalam melakukan
identifikasi pasien.Akan tetapi ada hal yang perlu diperhatikan lagi
dalam ketepatan identifikasi pasien yaitu identifikasi dalam
melakukan pemberian obat, sehingga tidak terjadinya kesalahan dalam
pemberian obat kepada pasien.

b. Peningkatan Komunikasi Yang Efektif


1) Tinjauan teori
a) Pengertian
Peningkatan komunikasi yang efektif adalah suatu pendekatan
antar pemberi pelayanan baik itu perintah secara elektronik, lisan,
tertulis yang efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan

56
yang mudah dipahami antar pemberi pelayanan, dan kepada pasien
keluarga (Nursalam, 2014).
Komunikasi perawat-klien adalah proses pengiriman atau
pertukaran informasi dan pesan dari perawat ke pasien atau
sebaliknya baik secara verbal maupun non verbal dengan tujuan
untuk mempengaruhi tingkah laku dan merespon dalam rangka
membantu mengatasi masalah klien (Mundakir, 2006).
Komunikasi kesehatan melibatkan dokter, pasien, dan keluarga
adalah komunikasi yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan
kesehatan atau klinikal.Pasien datang berobat menyampaikan
keluhannya, didengar, dan ditanggapi oleh dokter sebagai respon
dari keluhan tersebut. Seorang pasien yang datang berobat
memiliki harapan akan kesembuhan penyakitnya, sedangkan
seorang dokter mempunyai kewajiban memberikan pengobatan
sebaik mungkin (Arianto, 2012).
Tujuan dari komunikasi efektif petugas kesehatan dan
pasiennya adalah untuk mengarahkan proses penggalian riwayat
penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan
pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien.
Komunikasi efektif petugas kesehatan dan pasien dalam proses
terapi berkaitan dengan keselamatan pasien (patient safety) yaitu
melibatkan pasien dan keluarga dalam informed consent,
kompetensi budaya (cultural competence), dan menyampaikan
insiden pada pasien (open disclosure)\
2) Kajian Data
Observasi yang dilakukan selama 2 hari dari tanggal 16-17
maret 2020 , Komunikasi yang efektif diruang Ibnu Rusyid, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.30
Pengukuran instrumen pasien safety :Pelaksanaan Peningkatan
Komunikasi Efektif DiRuang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16 maret-17 maret 2020
N= 11

57
No Variabel Ya Tidak
Perawat jaga melakukan operan alat dan 11
1
didokumentasikan dengan baik dan benar
2 Semua anggota tim dalam keadaan siap 11
Mempersiapkan hal-hal penting yang perlu dipersiapkan
3 11
(buku operan jaga)
4 Berdoa bersama sebelum melakukan operan pasien 11
5 Ketua TIM/ koordinator shift menyampaikan timbang
11
kepada penanggung jawab pada shift berikutnya
Informasi yang disampaikan meliputi jumlah pasien
lama, pasien baru, pasien rujuk, pasien meninggal pasien
pp, pasien dengan keadaan kritis, pasien yang telah
6 dilakukan tindakan, pasien dengan rencana tindakan 11
pada shift berikutnya, laporan
insiden(KS,KTD,KPC,KNC) hasil operan alat apakah
ada yang rusak, fasilitas lain yang perlu diperbaiki
Harus jelas dan tidak terburu-buru dan bila perlu validasi
7 11
data yang telah diterima
Ketua TIM/ koordinator shift beserta kedua anggota shift
8 11
jaga secara langsung melihat keadaan pasien.
Jumlah 77 11
Persentase (%) 87% 13%
Persentase Total (%) 100%
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners STIKes MP tahun 2020

Analisa
Berdasarkan observasi yang dilakukan, didapatkan persentase
komunikasi yang efektif sebesar 87% dengan kategori penilaian
sangat baik.Ini menunjukkan bahwa perawat di Ruang Gardena sudah
sangat baik dalam melakukan komunikasi terapeutik yang efektif
kepada pasien. Komunikasi bagian penting dalam menunjang
keberhasilan proses kesembuhan pasien. Komunikasi yang salah,
berdampak pada kesalahan tindakan yang akan dilakukan dan memicu
terjadinya konflik pasien dan perawat, karena komunikasi bagian
akses informasi yang diperoleh pasien, dan hak pasien yang harus
diperoleh.
c. Proses Pemberian Obat
1) Tinjauan Teori

58
Pemberian obat adalah suatu proses memberikan obat kepada
pasien dengan rute oral, intravena maupun intramuscular yang
bertujuan untuk mengatasi indikasi penyakit yang berkaitan (Sakina,
2012).
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak
sekedar memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat
melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga mengobservasi
respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang
manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih
proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu
klien dalam membangun pengertian yang benar dan jelas tentang
pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut
serta bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang
pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain.
Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep
obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang
diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan prinsip 6 benar.Begitu
banyaknya pasien yang berobat ke rumah sakit, banyaknya petugas
kesehatan dari berbagai disiplin ilmu, dan begitu banyaknya prosedur
tindakan, memungkinkan terjadinya berbagai potensi kesalahan
terutama dalam pemberian pengobatan. Untuk mencegah hal ini,
diperlukan beberapa cara, yaitu :

a) Mensosialisasikan dan meningkatkan kewaspadaan obat Look Alike


Sound Alike (LASA) atau istilah Indonesianya Nama Obat Rupa
Ucapan dan Mirip (NORUM).
b) Menerapkan double check dan counter sign setiap distribusi dan
pemberian obat.
c) Perhatikan agar obat high alert berada di tempat yang aman.

59
d) Perhatikan prinsip 6 benar dalam pemberian obat, yaitu :Benar
obat, Benar dosis, Benar waktu pemberian, Benar cara dan tempat
pemberian (route), Benar pasien dan Benar dokumentasi.
2) Kajian Data
Observasi yang dilakukan selama 2 hari yang dilakukan untuk
mengetahui pengukuran instrumen pastient safety dalam hal
pemberian obat di Ruang Gardena, dapat sebagaimana dilihat pada
tabel sebagai berikut :

Tabel 2.31
Pengukuran Instrument Patient Safety : Pemberian Obat
Di Ruang Ibnu RusydPada Tanggal 16 maret-17 maret 2020
N=11
No Variabel Ya Tidak
1 Tersedianya loker pemisahan obat antar pasien 11
2 Pemberian label nama pasien dan dosis pada obat 11
pasien
3 Pemisah obat norum (nama obat, rupa dan ucapan 11
mirip)
4 Penyimpan obat sesuai indikasi tempat penyimpanan 11
5 Tersedia obat-obat emergency 11
6 6 benar dalam pemberian obat (benar obat, dosis, 11
waktu, cara, pasien, dokumentasi)
7 Pemberian nama obat dan drif pada botol infuse. 11
8 Menjelaskan manfaat obat yang diberikan pada 11
keluarga pasien
9 Perawat penjelaskan efek samping pemberian obat yang 8 3
telah diberikan kepada keluarga pasien
Jumlah 85 14
Persentase (%) 85% 15%
Persentase Total (%) 100%
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners tahun 2020

Analisa
Berdasarkan observasi yang dilakukan, Pemberian obat dengan
prinsip 6 benar serta penjelasan oleh tenaga perawat pada pasien
maupun keluarga tentang manfaat dan efek samping dari obat yg
diberikan telah dilakukan dengan sangat baik, dengan presentasi 85%
dan termasuk dalam kategori penilaian sangat baik. Akan tetapi ada

60
hal yang perlu diperhatikan lagi dalam pemberian nama obat dan drif
pada botol infuse, untuk meminimalkan terjadinya pemberian obat
yang berulang, karena tidak adanya keterangan pada botol infuse
tersebut.

d. Pencegahan Resiko Jatuh


1) Tinjauan Teori
Jatuh merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak sengaja
tergeletak di lantai, tanah atau tempat yang lebih rendah, hal tersebut
tidak termasuk orang yang sengaja berpindah posisi ketika tidur
(WHO, 2007).
Risiko jatuh dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang,
misalnya Usia, kekuatan otot, keseimbangan, dan indeks massa tubuh
sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
orang tersebut misalnya dari lingkungan sekitar dan latihan atau
aktivitas fisik.
Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik
dan psikologis.Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh
adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi
akibat jatuh adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis
serta kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun
cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh
lagi dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya
rasa percaya diri, penbatasan dalam aktivitas sehari-hari, falafobia
atau fobia jatuh.
Pencegahan resiko jatuh, diantaranya yaitu Identifikasi faktor
resiko, Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan, dan Mengatur/
mengatasi faktor situasional
2) Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan 2 hari didapatkan
hasil tentang pasien safety dengan masalah resiko jatuh yang
menunjukkan bahwa semua perawat mengerti tentang pengkajian

61
resiko jatuh dan pernah melakukan identifikasi pasien resiko jatuh
akan tetapi untuk mengaplikasikannya masih ada perawat yang belum
mengaplikasikannya seperti penangan pasien dengan benar terkait
resiko jatuh dan masih ada yang tidak melakukan pemberian
tanda/label resiko jatuh pada tempat tidur pasien. Hasil observasi
tentang resiko diruang Ibnu Rusyid dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:

Tabel 2.32
Pengukuran Instrument Patient Safety pencegahan risiko Jatuh
di Ruang Ibnu Rusyid Pada Tanggal 16 maret-17 maret 2020
N=7

No Variabel Ya Tidak
1 Perawat mengerti tentang pengkajian resiko 7
jatuh (Morse Fall Scale)
2 Perawat sudah pernah melakukan 7
pengidentifikasian resiko jatuh
3 Perawat antusias dalam melaksanakan 7
pengidentifikasian resiko jatuh
4 Perawat mau mengaplikasikan kembali 7
pengidentifikasian resiko jatuh
5 Perawat sudah menjelaskan tentang resiko jatuh 5 2
kepada pasien
6 Perawat sudah menanggani pasien dengan benar 7
terkait dengan resiko jatuh
7 Perawat sudah memasang label atau tanda 7
resiko jatuh pada pasien
Jumlah 47 2

Persentase (%) 96% 4%


Persentase total (%) 100%
Sumber: observasi dan wawancara mahasiswa Ners tahun 2020

Analisa

Setelah dilakukan analisa dari hasil observasi, didapatkan


persentase pencegahan pasien resiko jatuh sebanyak 96%, angka
tersebut menunjukan bahwa proses penatalaksanaan pasien resiko
jatuh di ruang Ibnu Rusyid dalam kategori penilaian baik. Pada item

62
yang terkait (pengaplikasian kembali pengidentifikasian, penjelasan
tentang resiko jatuh pada keluarga, dan penanganan pasien dengan
benar) hal ini akan mengancam keselamatan pasien dan meningkatkan
angka resiko jatuh.

2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)


a. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
1) Kajian Teori
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya
yang ditujukan untuk mencegah transmisi penyakit menular di
semua tempat pelayanan kesehatan.Pengendalian memiliki arti
meminimalisasi resiko terjadinya infeksi.
Program pencegahan dan pengendalian infeksi bertujuan untuk
melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan lain - lain
di dalam lingkungan rumah sakit serta penghematan biaya dan
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dan fasilitas
kesehatan lainnya dan yang paling penting adalah menurunkan
angka kejadian infeksi nosokomial .
2) Kajian Data
Berdasarkan Observasi di Ruang Ibnu Rusyd dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel 2.33
Pengkajian Data Pengendalian Infeksi Di Ruang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16 maret-17 maret 2020
N= 11
No Variabel Ya Tidak
1. Membuang sampah infeksius di tempat sampah berwarna 11
kuning
2. Membuang sampah non infeksius di tempat sampah berwarna 11
hitam
3. Mengumpulkan linen infeksius di dalam kantong bewarna 11
kuning
4. Mengumpulkan linen non infeksius kedalam kantong bewarna 11
putih/tempat linen kotor non infeksius
5. Membuang jarum,vial,ampul ke dalam tempat sampah tajam 11

63
6. Ketaatan pengunjung pada jam kunjungan (Pagi : jam 10.30- 11
13.00 dan Sore : jam 16.30-19.00 )
Jumlah 44 22
Persentase (%) 66% 34%
Persentase Total (%) 100%
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners tahun 2020

Analisa

Berdasarkan data yang didapat mahasiswa dari hasil observasi


selama 2 hari pada tanggal 16 maret-17 maret 2020 dengan sampel 11
orang perawat bahwa pengendalian infeksi baik dengan presentase nilai
66% dan termasuk dalam kategori penilaian sangat baik. Akan tetapi
ada hal yang perlu diperhatikan lagi dalam pengendalian infeksi yaitu
ketaatan pengunjung dalam melakukan jam kunjungan

b. Pencegahan Infeksi
1) Tinjauan Teori
Pencegahan memiliki arti mencegah agar tidak terjadi
infeksi.Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau
mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit.Infeksi juga
disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan
menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit
akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada
jaringan normal.
2) Kajian Data
Setelah dilakukan pengkajian diruang Ibnu Rusyid tentang
pencegahan infeksi didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.34
Penilaian Pencegahan Infeksi dengan 5 Moment Kebersihan Tangan di
Ruang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16 maret-17 maret 2020
N= 11
No Variabel Ya Tidak
A Perawat dapat melakukan cuci tangan 6 langkah
dengan benar

64
B Perawat mencuci tangan dengan 5 momen

1 Perawat melakukan kebersihan tangan sebelum kontak 7 4


dengan pasien
2 Perawat melakukan kebersihan tangan sebelum 9 2
melakukan tindakkan aseptic
3 Perawat melakukan kebersihan tangan setelah terkena 11
cairan tubuh
4 Perawat melakukan kebersihan tangan setelah kontak 11
dengan pasien
5 Perawat melakukan kebersihan tangan setelah kontak 11
dengan lingkungan sekitar pasien
6 Handuk/tissue untuk mengelap setelah cuci tangan 11
tersedia
7 Perawat menjelaskan langkah cuci tangan kepada 11
keluarga
Jumlah 49 28
Persentase (%) 64% 36%
Jumlah total (%) 100%
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners tahun 2020

Analisis

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil penilaian presentase


pencegahan infeksi diruang Ibnu Rusyid adalah 64% dan termasuk
dalam kategori penilaian cukup.Akan tetapi ada hal yang perlu
diperhatikan lagi dalam pencegahan infeksi yaitu melakukan cuci
tangan 6 langkah benar dan momen cuci tangan serta mengedukasi
keluarga tentang kebersihan tangan.

4. Instrumen A ( Proses Asuhan Keperawatan)


a. Kajian Teori

1) Pengertian
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada
klien/pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan

65
berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistic, dan
berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah
yang dihadapi klien.
2) Tujuan
Tujuan ditetapkannya standar asuhan keperawatan diantaranya
yaitu:

a) Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan memusatkan


upaya dan meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian
tujuan
b) Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi
kegiatan perawat yang tidak penting atau tidak tepat terhadap
kebutuhan pasien.
c) Memberikan landasan untuk mengantisipasi suatu hasil yang
tidak memenuhi standar asuhan keperawatan atas kelalaian
petugas keperawatan (Sitorus, 2006).
1) Indikator Standar Asuhan Keperawatan
Indikator standar asuhan keperawatan, menurut Depkes (2010)
sebagai berikut:

a) Standar I – Pengkajian keperawatan


Berupa data anamnesa, observasi yang paripurna dan lengkap
serta dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan
pasienuntuk menentukan asuhan keperawatan, sehingga data
dalam pengkajian harus bermanfaat bagi semua anggota tim. Data
pengkajian meliputi pengumpulan data, pengelompokan data dan
perumusan masalah.
b) Standar II – Diagnosa keperawatan
Yaitu respons pasien yang dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma
fungsi kehidupan pasien dan komponennya terdiri dari masalah,
penyebab dan gejala/tanda, bersifat aktual dan potensial dan dapat

66
ditanggulangi oleh perawat. Diagnosi keperawatan adalah
diagnosi yang dibuat oleh tenaga profesional yang
menggambarkan tanda dan gejala menunjuk kepada masalah
kesehatan yang dirasakan pasien.
c) Standar III – Perencanaan keperawatan
Standar ini disusun berdasarkan diagnosis keperawatan,
komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan
keperawatan dan rencana tindakan.
d) Standar IV – Intervensi keperawatan
Berupa pelaksanaan tindakan yang ditentukan dengan maksud
agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup
aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan
kesehatan dengan mengikut sertakan keluarga serta berorientasi
pada 14 komponen keperawatan.
e) Standar V – Evaluasi Keperawatan
Dilakukan secara periodik sistematis dan berencana untuk menilai
perkembangan pasien. Menentukan keberhasilan tindakan
keperawatan dan kebutuhan akan perubahan rencana perawatan
meliputi : pengumpulan data pengkajian, membandingkan
perilaku pasien yang diharapkan dengan kenyataan, melakukan
evaluasi bersama pasien, keluarga dan bersama tim kesehatan
lainnya, mengidentifikasi perubahan yang dibutuhkan dalam
menentukan tujuan dan rencana keperawatan.
f) Standar VI – Catatan Asuhan Keperawatan
Dilakukan secara individual oleh perawat selama pasien dirawat
inap maupun rawat jalan, digunakan sebagai informasi,
komunikasi dan laporan, dilalkukan segera setelah tindakan
dilaksanakan sesuai dengan pelaksanaan proses perawatan, setiap
mencatat harus mencantumkan inisial/paraf nama perawat,
menggunakan formulir yang baku, disimpan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
a. Kajian Data

67
Berdasarkan Observasi yang dilakukan, penilaian Asuhan
keperawatan di Ruang Ibnu Rusydkami sampaikan dalam tabel
berikut.

Tabel 2.35
Penilaian Asuhan Keperawatan Di Ruang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal16 maret-17 maret 2020
N = 11
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
Pengkajian

1 Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman


pengkajian 11
2 Data dikelompokan (Bio-Psiko-sosial-spiritual) 11
Data yang dikaji sejak pasien masuk sampai
3
pulang 11
Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan
4 antara status kesehatan dengan norma dan pola
fungsi kehidupan 11
Diagnosa
Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang 6
1
telah dirumuskan 5
2 Diagnosa keperawatan mencerminkan PES 5 6
Merumuskan diagnosa keperawatan
3
aktual/potensial 8 3
Intervensi
1 Berdasarkan diagnosa keperawatan 11
2 Disusun menurut urutan prioritas 11
Rumusan tujuan mengandung komponen pasien
3
perubahan perilaku, kondisi pasien atau criteria 11
Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan
4
kalimat perintah, terinci dan jelas 11

5 Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan


pasien/keluarga 11
Rencana tindakan menggambarkan kerjasama,
6
dengan tim kesehatan lain 11

Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana


1
keperawatan 11
Perawat mengobservasi respon pasien terhadap
2
tindakan keperawatan 11
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi 11
Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat
4
ringkas dan jelas 11
Evaluasi
1 Evaluasi mengacu pada tujuan 11
2 Hasil evaluasi dicatat 11
Catatan Asuhan Keperawatan

68
1 Menulis pada format yang baku 11
Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan
2
yang dilaksanakan 11
Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah
3
yang baku dan benar 11
Setiap melakukan tindakan, perawat
4 mencantumkan paraf/nama jelas, dan tanggal
dilakukannya tindakan. 11
Berkas catatan keperawatan di simpan sesuai
5
dengan ketentuan yang baku 11
Total 249 15
Jumlah persentase% 94% 6%
Total Presentase% 100%
Sumber: observasi mahasiswa Profesi Ners STIKes 2020

Analisa

Berdasarkan hasil penilaian evaluasi proses asuhan keperawatan di


ruang Ibnu Rusyid didapatkan presentase nilai sebesar 94%,
dantermasuk dalam kategori penilaian sangat baik. Hal ini menyatakan
asuhan keperawatan yang dilakukan di ruang Ibnu Rusyid sudah
dilakukan dengan sangat baik.
Berdasarkan data yang didapatkan maka dapat dianalisis sebagai
berikut:

1. Berdasarkan hasil data dalam pengkajian bahwa penilaian


pengkajian keperawatan di ruang Ibnu Rusyid tentang aspek
pengkajian data lengkap biologis,psikologis,sosial dan spiritual
sudah optimal.
2. Selain itu dalam merumuskan masalah sudah optimal
berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma
dan pola fungsi.
3. Berdasarkan hasil pengkajian tentang penilaian intervensi
keperawatan di ruang Ibnu Rusyidbahwa intervensi keperawatan
dalam perumusan tujuan,rencana tindakan,serta keikutsertaan
pasien dan keluarga dalam rencana keperawatan masih sudah
sepenuhnya dilakukan.

69
4. Dalam pencatatan asuhan keperawatan penulisan format yang
baku sudah optimal dilakukan karena catatan perkembangan
pasien kebanyakan masuk dalam data komputer.

5. Instrumen B ( Mutu Pelayanan )


a. Kepuasan Pasien
1) Tinjauan Teori
Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas, merasa
senang, perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan
sebagaianya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa
senang dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu
produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa (Purwanto,
2007).
2) Kajian Data
Setelah dilakukan pengkajian terhadap 10 orang pasien dengan
memberikan kuesioner kepuasan, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.36
Kepuasan Pasien di Ruang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16 maret-28 maret 2020
N=7
No Ya Tidak
Variabel
1. Perawat bersikap sopan dan berpenampilan rapih 7
2. Perawat menggali informasi dari keluarga 7
3. Perawat memberikan informasi mengenai masalah yang 7
dihadapi pasien
4. Perawat memberikan informasi mengenai tindakan yang 7
akan dilakukan kepada pasien (inform consent)
5. Perawat menjelaskan perkembangan pasien 7
6. Perawat melakukan penyuluhan kepada keluarga 7
mengenai cara perawatan yang harus dilakukan keluarga
dirumah
7. Perawat menyiapkan keperluan pulang pasien yang 7
meliputi jadwal kegiatan harian dan sisa obat
8. Perawat menjelaskan waktu control 7
9. Perawat memberikan pesanan pulang yang mudah di 7

70
mengerti
10. Perawat memberikan penjelasan rujukan yang bisa 7
digunakan bila ada yang perlu dikonsulkan
11. Perawat membantu keluarga untuk konsul dokter 7
Jumlah 77
Persentase (%) 100% 0%
Persentase Total (%) 100 %
Sumber : hasil observasi mahasiswa Ners tahun 2020

Analisa

Berdasarkan hasil Observasi yang dilakukan selama 2 hari


Penilaian kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan di Ruang Ibnu
Rusyid didapatkan nilai presentase sebesar 100% dan termasuk dalam
kategori penilaian sangat baik. Hal ini menyatakan bahwa mutu
pelayanan diruang Ibnu Rusyid sudah diterapkan dengan sangat baik.

b. Kepuasaan Kerja Perawat


1) Tinjauan Teori
Kepuasan kerja didefinisikan sebagai sikap umum individu
terhadap pekerjaannya (Robbins, 2013).Dalam hal ini yang menjadi
fokus adalah karyawan.Karyawan dapat menilai seberapa puas atau
tidak puas dirinya dengan pekerjaannya.Kepuasan kerja juga dapat
digambarkan sebagai keadaan emosional karyawan yang terjadi
maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan
dan perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang
memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan (Nursalam,
2015).
2) Kajian Data
Setelah dilakukan pengkajian pada 11 orang perawat yang ada
diruang Ibnu Rusyid dengan memberikan kuesioner kepuasan kerja
didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.37
Tingkat Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16 maret-17 maret 2020

71
N=17
No Pernyataan Obsevasi
Ya Tidak
1 Gaji Salery
Saya puas dengan sistem pemberian gaji di tempat saya 8 9
bekerja
Gaji yang terima sesuai dengan tingkat pendidikan saya 17
2 Kondisi Kerja
Saya merasa puas dengan kondisi lingkungan kerja saya 15 2
Kondisi kerja sangat menyenangkan dan nyaman 14 3
3 Kebijakan Rumah Sakit
Saya merasa tidak puas dengan cara rumah sakit 17
menerapkan kebijakan yang berlaku
Sanksi yang diterapkan oleh rumah sakit tidak merugikan 17
karyawan
4 Hubungan Antar Pribadi
Tingkat kebersamaan diantara rekan kerja lebih 17
memuaskan saya
Rekan kerja saya di rumah sakit ini menyenangkan 17
5 Supervisi
Komunikasi dengan atasan sangat baik 17
Atasan membantu dalam permasalahan yang menyangkut 17
pekerjaan
6 Prestasi
Saya puas dengan prestasi kerja saya saat ini 11 6
Saya mendapatkan pengakuan yang selayaknya atas 17
prestasi kerja saya
7 Pengakuan
Saya sangat dihargai di tempat kerja 17
Atasan saya sangat menghargai hasil kerja saya 17
8 Pekerjaan itu sendiri
Pekerjaan yang saya lakukan sesuai dengan job descrption 17
Saya bisa menyelesaikan tugas-tugas saya selama jam 17
kerja
9 Tanggung Jawab
Saya merasa puas dengan tingkat tanggung jawab dalam 13 4
pekerjaan yang saya emban
Sebagai perawat saya bertanggung jawab atas pekerjaan 17
yang diberikan kepada saya
10 Promosi/ Pengembangan Karier
Saya puas karena mendapat pelatihan yang sesuai untuk 17
mendukung pelaksanaan pekerjaan saya
Kenaikan posisi/ promosi/ gaji ditandai dengan adil 17
dengan memperhatikan masa kerja, kinerja dan
kemampuan.
Jumlah 316 24
Persentase (%) 93% 7%
Persentase Total (%) 100 %
Sumber : Wawancara Mahasiswa profesi Ners STIKes MP 2020

72
Analisa

Berdasarkan hasil Observasi yang dilakukan selama 2 hari,


Penilaian kepuasan perawat terhadap mutu pelayanan di Ruang Ibnu
Rusyid didapatkan nilai presentase sebesar 93%

dan termasuk dalam kategori penilaian sangat baik. Hal ini


menyatakan bahwa Mutu pelayanan dalam kepuasan
perawat/karyawan di ruang Ibnu Rusyid sangat baik.

6. Instrumen C
a. Pengukuran Suhu Tubuh Badan di Axila
1) Tinjauan Teori
Pengukuran suhu tubuh badan adalah suatu proses pengukuran
yang paling sering dilakukan oleh tenaga kesehatan berupa hasil
pengukuran panas atau tidaknya suhu badan seseorang yang dilakukan
pada bagian aksila atau axila (Andara, 2013).
2) Kajian Data
Setelah dilakukan observasi pada 5 orang perawat tentang pengukuran
suhu tubuh pada axila didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.38
Pengukuran suhu tubuh pada Axila
di Ruang Ibnu Rusyid Pada Tanggal 16 maret-17 maret 2020
N= 7
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Perawat menyiapkan alat 7
2 Perawat melakukan kebersihan tangan 7
3 Mengucapkan salam 5 2
4 Memastikan identitas pasien 7
5 perkenalkan diri 4 3
6 Menjelaskan prosedur tindakan 7
7 Mengeringkan axila dengan tisu 0 7
8 Memastikan thermometer 7
9 Menjepitkan termometer tepat ditengah axila dan lengan 7
pasien diletakkan didada
10 Mengangkat termometer setelah 10 menit dan membaca 7
hasil serta mencacat dalam buku
11 Mengelap termometer dengan tisu 7
12 Membereskan alat 7
13 Melakukan salam 5 2
14 Melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur 7

73
15 Dokumentasi 7
16 Memperhatikan pasien safety 7
Jumlah 98 14
Jumlah Persentase 87% 13%
Persentase 100%
Sumber : Hasil Observasi Mahasiswa Ners STIKes MP tahun 2020

Analisa

Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam


Penatalaksanaan Pengukuran Suhu Tubuh di Axila didapatkan nilai
presentase sebesar 87% dan termasuk dalam kategori penilaian sangat
baik.

b. Pengukuran Tekanan Darah


1) Tinjauan teori
Pengukuran Tekanan Darah merupakan salah satu pengukuran
yang bertujuan untuk mengetahui tekanan darah pada seseorang
sehingga didapatkan nilai tekanan darah tinggi dan rendah (Andara,
2013).
2) Kajian data
Setelah dilakukan pengkajian tentang Pengukuran Tekanan Darah
didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.39
Penatalaksanaan Mengukur Tekanan Darah
di Ruang Ibnu Rusyid Pada Tanggal 16 maret-17 maret 2020
N= 7

No Aspek yang dinilai Ya Tidak


1 Mempersiapkan alat 7
2 Melakukan kebersihan tangan dan mengucapkan salam 7
3 Memperkenalkan diri 4
4 Menjelaskan prosedur tindakan 7
5 Membuka dan gulung lengan baju pasien 7
6 Memasang manset tensi meter pada lengan atas dengan 7
pipa karetnya berada di sisi luar lengan
7 Memasang pompa tensi meter 7
8 Memasang pangkat steteskop ditelinga 7
9 Meraba arteri bradkialis lalu membran steteskop 7
ditempatkan pada daerah tersebut
10 Tutup scrup balon karet, pengunci air raksa dibuka, 7

74
selanjutnya balon di pompo sampai denyut arteri tidak
terdengar lagi dan air raksa didalam pipa gelas naik
11 Nuka scrup balon perlahan lahan sehingga air raksa 7
turun perlahan lahan sambil memperhatikan turunnya
air raksa dengarkan bunyi denyutan pertama
12 Dengarkan terus sampai denyutan yang terakhir 7
13 Rapikan pasien dan bereskan alat 7
14 Memberi salam 7
15 Melakukan cuci tangan 7
16 Dokumentasi 7

Jumlah 106 6
Jumlah Persentase 94% 6%
Persentase 100%
Sumber : Hasil Observasi Mahasiswa Ners STIKes MP Tahun 2020

Analisa

Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam


Penatalaksanaan Pengukuran tekanan darah didapatkan nilai
presentase sebesar 94% dan termasuk dalam kategori penilaian sangat
baik.

c. Pemberian Obat Oral


1) Tinjauan Teori
Pemberian Obat Oral adalah suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan berupa memasukkan obat melalui mulut yang bermanfaat
untuk memperbaiki status kesehatan seseorang (Andara,2013).
2) Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian tentang Pemberian Obat Oral
didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.40
Pemberian Obat Oral di Ruang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16 maret-17 maret 2020
N= 7

No Aspek yang dinilai Ya Tidak


1 Ucapkan salam 4 3
2 Perkenalkan diri 2 5
3 Pastikan identitas pasien 7

75
4 Sampaikan tujuan dan prosedur 3 4
5 Ikuti prinsip : benar obat, benar pasien, benar dosis, 7
benar waktu, benar cara pemberian, benar indikasi dan
dokumentasi
6 Tentukan kemampuan pasien untuk menelan 7
tablet/kapsul
7 Cek kemampuan interaksi obat dan kontraindikasi 7
8 Catat alergi pada klien sebelum memberikan tiap obat 7
9 Yakinkan bahwa obat yang akan diberikan sesuai aturan 7
10 Cek tanggal kedaluwarsa pada wadah obat 7
11 Informasikan pada pasien efek obat yang diharapkan dan 2 5
kemungkinan efek yang tidak diharapkan
12 Bantu pasien untuk menelan obat 7
13 Monitor pasien dari kemungkinan aspirasi dan efek 7
terapi
14 Informasikan pasien dan anggota keluarga bagaimana 7
cara pemberian obat
15 Dokumentasikan pemberian obat dan respon pasien 7
Jumlah 88 17
Jumlah Persentase 83% 17%
Persentase 100%
Sumber : Hasil Observasi Mahasiswa Ners STIKes MP tahun 2020

Analisis

Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam


Penatalaksanaan pemberian obat oral didapatkan nilai presentase
sebesar 83% dan termasuk dalam kategori penilaian sangat baik.

d. Pemberian Obat IV
1) Tinjauan Teori
Memberikan obat melalui suntikan kedalam pembuluh darah vena
melalui port injeksi pada infuse set.

2) Tinjuan Data
Berdasarkan hasil pengkajian tentang Pemberian Obat melalui
injeksi intravena bolus didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.41
Pemberian Obat Injeksi Intravena Bolus di Ruang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16 maret- 17maret 2020
N= 7
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Ucapkan salam 5 2
2 Perkenalkan diri 3 4
3 Pastikan identitas pasien 7

76
4 Sampaikan tujuan dan prosedur 5 2
5 Ikuti prinsip : benar obat, benar pasien, benar dosis, 7
benar waktu, benar cara pemberian, benar indikasi dan
dokumentasi
6 Atur posisi port Injeksi pada daerah yang bebas dan 7
aman
7 Bersihkan daerah penyuntikan dengan alcohol swab 7
8 Tusukan jarum kedalam port Injeksi yang telah tersedia 7
dalam infuse set (karet khusus)
9 Hentikan aliran infuse dengan cara di klem dan lakukan 7
aspirasi, pastikan jalur IV line baik dengan adanya darah
saat dilakukan aspirasi
10 Masukan obat perlahan-lahan sampai habis 7
11 Cabut jarum setelah obat masuk semua 7
12 Buang spuit dan jarum bekas pada bengkok 7
13 Buka klem infuse dan atur kembali tetesan infuse 7
14 Rapikan pasien dan Bereskan alat 7
15 Dokumentasikan pemberian obat dan respon pasien 7
Jumlah 97 8
Jumlah Persentas 92% 8%
Persentase 100%
Sumber : Hasil Observasi Mahasiswa Ners STIKes MP Tahun 2020

Analisis

Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam


Penatalaksanaan pemberian obat melalui injeksi intravena bolus
didapatkan nilai presentase sebesar 92% dan termasuk dalam kategori
penilaian sangat baik.

e. Pengukuran Pernapasan
1) Tinjauan teori
Pengukuran pernapasan adalah menghitung jumlah pernapasan
(inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu menit.
2) Kajian data
Setelah dilakukan pengkajian tentang pelaksanaan pengukuran
pernafasan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.42
Mengukur Pernafasan di ruang Ibnu Rusyid
Pada Tanggal 16 maret-17 maret 2020
N= 7
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Arloji tangan dengan petunjuk detik 7
Buku catatan
2 Melakukan Kebersihan Tangan dan Bismillah 3 4

77
3 Memperkenalkan diri 4 3
4 Menghitung pernafasan dengan memperhatikan irama 7
nafas selama satu menit
5 Melakukan cuci tangan 7
6 Kebersihan tangan 7
7 Dokumentasikan hasilnya dalam buku catatan dan 7
rekam medik pasien.
Jumlah 42 7
Jumlah Persentase 86% 14%
Persentase 100%
Sumber :hasil observasi mahasiswa Ners STIKes MP tahun 2020

Analisis

Berdasarkan tabel yang ada diatas didapatkan hasil bahwa


pelaksanaan perhitungan pernafasan diruang Ibnu Rusyid sangat baik
dilakukan dengan persentase diruang Ibnu Rusyid adalah 86%.

f. Pengukuran Nadi
1) Tinjauan Teori
Pengukuran nadi adalah menghitung jumlah denyut nadi (irama,
frekuensi dan kekuatan).

2) Tinjuan Data
Berdasarkan hasil pengkajian tentang Pengukuran nadi didapatkan
hasil sebagai berikut:

Tabel 2.43
Mengukur Nadi di ruang Ibnu Rusyd
Pada Tanggal 16 maret-17 maret 2020
N= 7
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Arlojitangandenganpetunjukdetik dan 7
Bukucatatan
2 Perawat melakukan kebersihan tangan 7
3 Mengucapkan salam 4 3
4 Perkenalkan diri 3 4
5 Memastikan identitas klien 7
6 Menjelaskan prosedur tindakan 5 2
7 Hitung denyut nadi dengan menggunakan arloji 7
8 Tempelkan jari telunjuk dan jari tengah diatas arteri klien 7
selama satu menit
9 Membereskan alat 7
10 Mengucapkan salam 4 3
11 Melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur 7
12 Dokumentasikan hasil perhitungan pada buku catatan 7

78
Jumlah 72 12
Jumlah Persentase 85% 15%
Persentase 100%
Sumber : Hasil Observasi mahasiswa Ners STIKes MP tahun 2020

Analisis

Berdasarkan tabel yang ada diatas didapatkan hasil bahwa


pelaksanaan perhitungan nadi diruang Ibnu Rusyd sangat baik
dilakukan dengan persentase diruang Ibnu Rusyid adalah 85%

E. Unsur Output
1) Efisiensi Ruang Rawat (BOR, LOS, TOI, BTO)
a) BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2009), BOR adalah presentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI,
2009).
Rumus :(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)
O
BOR = x 100%
A
Keterangan :
O = Rata-rata tempat tidur yang terisi
A = Rata-rata tempat tidur yang siap pakai

Bulan Jumlah/bln BOR


Desember 660 34.4%
Janurai 720 37.5%
Februari 540 28,1%
TOTAL 1920 100%
Jumlah Tempat Tidur diruangan: 40 TT

79
Jumlah hari dalam 3 bulan : 92 hari
jumlahhariperawatandirumahsakit
BOR= ×100 %
( jumlahtempattidur × jumlahharidalamsatuperiode)

1920
BOR= × 100 %
40× 92

1920
¿ ×100 %
3.680

¿ 52.2 %

Analisa
Berdasarkan perhitungan BOR diatas diperoleh nilai BOR Ruang
ibnu sebesar 52.2%, BOR efisien menurut Depkes (2005) adalah 60-
80%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bed diruang Arjuna
tidak efisien.

b) ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien


dirawat)
Menurut Depkes RI (2005) ALOS adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien.Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai ALOS yang ideal antara
6-9 hari (Depkes, 2005).

jumlah lama dirawat


ALOS=
jumlahpasienkeluar( hidup+ mati)

1920
ALOS=
270

¿ 7hari

Analisa

80
Berdasarkan perhitungan ALOS di Ruang ibnu rusyid selama 3
bulan terakhir didapatkan rata – rata lama rawat pasien adalah 7 hari.
Hal ini berarti rata-rata lama rawat seorang pasien cepat dan telah
mencakup indikator yaitu 6-9 hari.

c) TOI (TurnOver Interval = Tenggang perputaran)


Menurut Depkes RI (2005), TOI adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur.Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :((jumlah tempat tidur ×  Periode) −  Hari Perawatan) 
(jumlah pasien keluar (hidup + mati)

( jumlah tempat tidur × periode )−hari perawatan


TOI=
jumlah pasienkeluar (hidup +mati)

( 40 × 92 )−1920 1760
TOI = = =6,5
270 270

Analisa
Berdasarkan perhitungan TOI 3 bulan terakhir didapatkan rata-
rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi sampai terisi
berikutnya adalah 7 hari. Idealnya tempat tidur tidak terisi pada kisaran
1-3 hari. Hal ini berarti gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur di ruang ibnu rusyid tidak ideal.

Tabel 2.44
Efisiensi Ruang Rawat Inap di Ruang Ibnu Rusyd Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Priode 16 maret-17 maret 2020

No Indikator Hasil
1 BOR 52.2%
2 LOS 7 hari
3 TOI 2 hari

81
Sumber :Data Primer Ruang Ibnu Rusyd tahun 2020

BAB III
PERENCANAAN

A. Identifikasi masalah
1. Input
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada poin input didapatkan
hasil bahwa nilai dari 5M (man, money, material, machine, method)
sebagai berikut :
a. Man : Depkes RI menunjukan bahwa jumlah perawat
yang dibutuhkan dalam sehari sebanyak 20 orang sedangkan jumlah
perawat yang bertugas diruang Ibnu Rusyd berjumlah 18 orang. Jadi
dari hasil perhitungan dan kenyataan dalam ruangan dikatakan
Kurang.
b. Money : Sebagian besar pendapatan ruang ibnu rusyid
berasal dari BPJS dengan jumlah Rp. 101.706.870
c. Material : sebagian material yang ada diruang arjuna dalam
keadaan baik
d. Machine : sebagian machine yang ada diruang arjuna dalam
keadaan baik
e. Methode : sudah terdapat SOP dan Panduan Asuhan
Keperawatan di ruang ibnu rusyid

2. Proses
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan ternyata pada tahap proses
ditemukan masalah sebagai berikut:

82
a. Proses pelayananan kesehatan (SP2KP)
Pelaksanaan uaian tugas kepala ruang 100%
Pelaksanaan uraian tugas ketua tim 100%
Pelaksanaan uraian tugas perawat pelaksana 100%
Proses pelaksanaan meeting morning 90%
Proses pelaksanaan Pre conference 100%
Proses pelaksanaan Hand over 100
Proses Pelaksanaan post conference 90%
Proses orientasi pasien baru 97%
Pelaksanaan discharge planning 100%

b. Instrumen A
Proses pelaksaan Asuhan Keperawatan 95%

c. Instrumen C
Admission care 100%
Bantu kontrol marah 84 %
Menyiapkan darah untuk pemeriksaan laboratorium 95%
Mengganti alat tenun pada tempat tidur tanpa memindah
kan pasien 84%
injeksi intracutan 92%
d. Keselamatan pasien (patient safety)
Ketepatan identifikasi pasien 100%
Peningkatan komunikasi efektif 100%
Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai 93%
Pengurangan resiko infeksi 68%
Pencegahan resiko jatuh 100%
e. Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
1) Kebersihan tangan (Sarana) 50%
2) Sarana alat pelindung diri 36%
3) Dekontaminasi peralatan perawatan pasien 36%
4) Pengendalian lingkungan 93%
5) Pengelolaan limbah 37%

83
6) Penatalaksanaan linen 71%
7) Perlindungan kesehatan petugas 90%
8) Penempatan pasien 100%
9) Praktik menyuntik aman 63%

3. Output
No Indikator Hasil
1 BOR 52.2%
2 LOS 7 hari
3 TOI 2 hari

B. Skoring Masalah
Prioritas masalah dilakukan dengan metode C.A.R.L (Capability,
Accesbility, Readness, Leverage) dengan menggunakan skor nilai 1-5. Kriteria
C.A.R.L tersebut mempunyai arti

C : Ketersediaan sumber daya (Dana dan sarana/peralatan)


A : Kemudahan,masalah yang diatasi atau tidak diatasi.
Kemudahan dapat didasarkan pada ketersedian metode/
cara/ teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti
R : peraturan.
L : Kesiapan dari tenaga kesehatan maupun kesiapan sasaran
seperti keahlihan/ kemampuan dan motivasi.
Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang
lain dalam pemecahan yang dibahas.

Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan rangking


atau prioritas adalah nilai tertinggi sampai dengan nilai terendah.

Prioritas Masalah Berdasarkan CARL


di Ruang Arjuna RS Muhammadiyah Palembang

No Masalah C A R L Total rank

1 Pengurangan infeksi 2 4 2 4 64 3
dilihat dari kepatuhan

84
mencuci tangan
2 Praktik menyuntik aman 2 2 2 4 32 6

3 Pelaksanaan pemrosesan 2 4 3 3 72 2
alat bekas pakai
4 Penatalaksanaan linen 2 3 4 2 48 5

5 Pelaksanaan post 3 3 4 3 108 1


conference
6 Kebersihan tangan 3 3 2 3 54 4
(Sarana)

Alat pelindung diri 1 2 2 2 8 7


(APD)
7 Man 1 2 2 2 4 8

8 BOR 1 1 2 2 4 9

9 TOI 1 1 1 2 2 10

C. Prioritas Masalah:
1. Pelaksanaan post conference
2. Pelaksanaan pemrosesan alat bekas pakai
3. Pengurangan infeksi dilihat dari kepatuhan mencuci tangan
4. Sarana kebersihan tangan
5. Penatalaksanaan linen
6. Praktik menyuntik aman

85
A. Analisa SWOT
NO. ELEMEN STRENGTHS WEAKNESSES OPPORTUNITIES THREATENING
(KEKUATAN) (KEKURANGAN) (PELUANG) (ANCAMAN)
1. Pelaksanaan pasien safety Penatalaksanaan cuci tangan Penatalaksanaan cuci tangan Penatalaksanaan cuci tangan Penatalaksanaan cuci tangan
belum optimal 1. Ruang ibnu rusyid terdapat di 1. Visi dan misi ruangan dan 1. Adanya Dukungan kepala 1. Peraturan yang sudah ada
1. Pelaksanaan kepatuhan RS Muhammadiyah rumah sakit belum ada ruangan dalam meningkatkan jika tidak diterapkan akan
lima moment cuci Palembang dan sudah 2. Tidak Terdapat kotak saran kepatuhan melakukan cuci berakibat pada pasien dan
terakreditasi paripurna 3. Masih ditemukan perawat
tangan tangan dalam lima momen perawat
2. Sudah dilakukan penerapan yang tidak melakukan cuci
2. Pengelolaan linen metode SP2KP tangan lima momen sebelum 2. Adanya Dukuungan lingkungan 2. Risiko terkena infeksi pada
kotor 3. Tingkat pendidikan perawat melakukan tindakan seperti wastafel, cairan perawat
sebagian besar DIII 4. Ditemukan perawat yang antiseptic disetiap ruangan 3. Risiko penularan infeksi
4. sudah ada kesesuaian antara mencuci tangan ketika akan 3. Adanya Sarana penunjang dari pasien satu ke pasien
jabatan, tugas dan fungsi melakukan tindakan/ kontak seperti poster 6 langkah lainnya
5. Tingkat kepuasan pasien baik dengan pasien setelahnya mencuci tangang dan five
(kesesuaian harapan dan memakai handscone tetapi
moment
kenyataan) ketika berpindah kepasien lain
6. Sudah adanya tempat dan melakukan kontak tidak 4. Adanya Dukungan dari RS
pembuangan limbah mengganti handscone dan cuci yaitu PPI
infeksius, non infeksius. tangan kembali.
7. semua perawat sudah
mengikuti pelatihan
8. Perawat bekerja secara
professional dalam
memberikan pelayanan pada
pasien
9. Kepala ruangan, ketua tim
dan perawat pelaksana
melaksanakan uraian tugas
dengan baik
10. Telah tersedianya fasilitas
cuci tangan seperti handscrub
di pintu masuk setiap ruangan

86
pasien dan di bed pasien.
11. Adanya washtafel, sumber air
yang cukup dan sabun cuci
tangan.
12. Tersedianya poster dinding
cara mencuci tangan 6
langkah
13. Tersedianya poster dinding
lima momen cuci tangan

Pengelolaan linen kotor Pengelolaan linen Kotor Pengelolaan linen kotor Pengelolaan linen kotor
- Telah tersedianya ember 1. Tidak ditemukan penanda 1. Adanya Dukungan dan motivasi 1. Risiko terkena infeksi pada
tempat linen kotor mana linen kotor infeksius dan kepala ruangan dalam perawat dan pasien
- Ember untuk linen kotor mana linen kotor non infeksius pengelolaan linen kotor 2.
tersedia 2 buah 2. Penempatan linen habis pakai 2. Adanya Dukungan lingkungan 3.
terkontaminasi tidak tepat seperti tempat linen kotor

2. Belum optimalnya Penerapan timbang terima Penerapan timbang terima Penerapan timbang terima Penerapan timbang terima
penerapan timbang terima 1. Adanya program pendidikan 1. Ada beberapa bagian dari 1. Adanya pembagian TIM 1 dan A. Adanya persaingan mutu
lanjutan/pelatihan/seminar SPO timbang terima yang TIM 2 yang bertugas diruang pelayanan antar rumah sakit
pasien
untuk perawat di RS terlewat dilaksanakan seperti bedah B. Risiko terjadi human error
2. Adanya kerjasama dengan
memberikan edukasi 2. Ruang bedah ini sering dipakai C. Risiko terjadi kecelakaan
BPJS
3. Adanya kerja sama dengan mengenai BHD dan sebagai lahan praktik bagi kerja
institusi pendidikan sebagainya. mahasiswa kesehatan
4. Kepala ruangan bisa bekerja 2. Belum terstrukturnya tugas 3. Adanya Dukungan dan motivasi
sama dengan baik masing-masing perawat dari kepala ruangan dan teman
5. Rumah Sakit memfasilitasi sejawat lainnya dalam
Sumber daya yang dibutuhkan pelaksanaan timbang terima
RS pasien

87
6. Perawat telah melakukan 4. Adanya Dukungan dari RS
penerapan timbang terima untuk melanjutkan
pasien dengan baik dan benar pendidikan/pelatihan/seminar
sesuai dengan SPO

88
D. Prioritas Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian data maka ditemukan 3 masalah, sehingga
di lakukan penyusunan prioritas masalah dilanjutkan dengan planning of
action dan dapat dilihat pada tabel.
Prioritas masalah dilakukan dengan metode C.A.R.L (Capability,
Accesbility, Readness, Leverage) dengan menggunakan skor nilai 1-
5.Kriteria C.A.R.L tersebut mempunyai arti.
C : Ketersediaan sumber daya (Dana dan sarana/peralatan)
A : Kemudahan,masalah yang diatasi atau tidak diatasi. Kemudahan dapat
didasarkan pada ketersedian metode/ cara/ teknologi serta penunjang
pelaksanaan seperti peraturan atau juklk.
R : Kesiapan dari tenaga kesehatan maupun kesiapan sasaran seperti
L : keahlihan/ kemampuan dan motivasi.
Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan yang dibahas.
NO SUB MASALAH C A R L NILAI RANGKING MASALAH
1 Belum optimalnya 3 2 4 3 13 1 SP2KP
penerapan timbang
terima pasien
2 Belum optimal 2 2 2 3 9 2 Patient safety
pelaksanaan
pengendalian infeksi

Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan rangking


atau prioritas adalah nilai tertinggi sampai dengan nilai terendah.

89
E. Plan Of Action
Yang
No Masalah Sub masalah Rank Target Uraian Kegiatan Waktu Sasaran PJ
terkait
1 SP2KP Belum optimalnya 1 Penerapan timbang 1. Koordinasi kepada kepala 16 maret – Perawat Rahmawati, Kepala
penerapan timbang terima pasien antar shift ruangan dalam 17 maret dan nurrahmayani ruangan,
terima pasien jaga. pendokumentasian asuhan 2020 mahasisw perawat
Dari 63% naik 37% keperawatan dalam rekam a di ruangan
menjadi 100%, medis pasien ruangan dan
dengan kriteria : 2. Menyarankan agar Ibnu mahasiswa
Perawat melakukan dilakukan pembaharuan Rusyd yang ada di
timbang terima sesuai dokumentasi asuhan ruang Ibnu
SPO yang berlaku di keperawatan dalam rekam Rusyd
ruang Ibnu Rusyd medis pasien dalam
bentuk ceklis saja
sehingga waktu yang
digunakan dalam
pemberian asuhan
keperawatan pada pasien
lebih optimal
2 Patient Belum optimal 2 Perawat dapat 1. Melakukan kerjasama 16 maret – Perawat Ita riani, putri Kepala
safety pelaksanaan menerapkan prinsip cuci dengan Kepala Ruang Ibnu 17 maret dan angraika ruangan,
pengendalian infeksi tangan 5 moment dan 6 Rusyd untuk melakukan 2020 mahasisw perawat
langkah. Focus Diskusi Grup untuk a di ruangan
Dari 64% naik 36% mengetahui akar masalah ruangan dan
menjadi 100% tentang kurangnya Ibnu mahasiswa
dengan kriteria hasil : motivasi perawat dalam Rusyd yang ada di
- perawat dapat melaksanakan 5 momen ruang Ibnu

90
melakukan cuci dan 6 langkah cuci tangan Rusyd
tangan sebelum 2. Koordinasikan dengan
kontak dengan kepala ruang untuk
pasien, sebelum demonstrasi hand hygiene
melakukan tindakan 5 momen dan 6 langkah
aseptic cuci tangan ke perawat
- perawat melakukan ruang Ibnu Rusyd
cuci tangan sesudah 3. Demonstrasi hand hygiene
terkena cairan tubuh 5 momen dan 6 langkah
pasien cuci tangan ke perawat
- perawat dapat ruang Ibnu Rusyd setiap
melakukan cuci kali melakukan timbang
tangan sesudah terima jaga
kontak dengan 4. Observasi pelaksanaan
lingkungan dan cuci tangan pada 5 momen
- perawat dapat dan 6 langkah cuci tangan
melakukan 6 oleh perawat ruang Ibnu
langkah mencuci Rusyd
tangan dengan 5. Melakukan evaluasi
benar pelaksanaan cuci tangan 5
moment dan 6 langkah
oleh perawat ruangIbnu
Rusyd
3 Patient Belum optimalnya 2 Dapat mengoptimalkan 1. Koordinasi dengan kepala 16 maret – Perawat Lita gtb, edi Kepala
safety pengelolaan linen pengelolaan linen kotor ruang 17 maret dan sewiawan ruangan,
kotor 2. Memasang penanda 2020 mahasisw perawat
“Infeksius” dan “Non a di ruangan

91
Infeksius” pada ember ruangan dan
linen kotor di ruang Ibnu Ibnu mahasiswa
Rusyd Rusyd yang ada di
ruang Ibnu
Rusyd

92
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Berdasarkan Plan of Action (PoA) yang telah disusun, berikut ini adalah
laporan pelaksanaan kegiatan di Ibnu Rusyid Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang dilaporkan pelaksanaan dan evaluasi berikut:

A. Pengontrolan Timbang Terima


1. Pelaksanaan
2. Evaluasi
3. Faktor pendukung
4. Faktor penghambat
5. Kesinambungan
B. Pengontrolan Penerapan Hand Hygiene
1. Pelaksanaan
2. Evaluasi
3. Faktor pendukung
4. Faktor penghambat
5. Kesinambungan
C. Pengontrolan Pengelolaan Linen Kotor

93
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI 2005. Standar Tenaga Keperawatan Di Rumah Sakit.Dirjen Pelayanan


Medik Jakarta

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.

Dessler, Gary. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba


Empat.

Douglas, Laura Mae. (1992) The Effective Nurse : Leader And Manager ., 4 Th.
Ed,. Mosby - Year Book, Inc.

Gillies, DA. 1989. Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem Ed.2.


Illioni: WB Saunders Company

Nursalam. 2012. Management Keperawatan Edisi 3, Jakarta :Salemb Medika.

Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 5.Jakarta : Salemba Medika.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah

Undang-Undang Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Kesehatan.

http://www.hukor.depkes.go.id/?dokumen=global&type=1&th=2014.

Diakses: 22 maret 2020

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

World Health Organization (WHO), 1948, WHO Definiton Of Health,

World Health Organization (WHO). 2009. Human Factors In Patient Safety


Review Of Topics And Tools. Report For Methods And Measures Working
Group Of WHO Patient Safety.

94

Anda mungkin juga menyukai