Lapkas HG Fix BGTBGT
Lapkas HG Fix BGTBGT
PENDAHULUAN
1
simptom akan teratasi hingga akhir trimester I. Etiologinya belum diketahui secara
pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya dengan
endokrin, biokimia dan psikologis.1,2,4
Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-
90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-
60% multi gravida. Dari seluruh kehamilan di USA 0,3-2% diantaranya mengalami
hiperemesis gravidarum. Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan
biasanya dimulai pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan
11-13 minggu, dan kebanyakan sembuh pada umur kehamilan 12-14 minggu, 1-10%
dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu.3,4 Hyperemesis gravidarum didefinisikan
sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang
menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan
kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun
kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap 1000
wanita hamil akan menjalani rawat inap. Hyperemesis gravidarum umumnya hilang
dengan sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps
sering umum terjadi. Kondisi ini sering terjadi diantara wanita primigravida dan
cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2. Tanda-tanda Kehamilan
a. Tanda kehamilan tidak pasti
1. Amenorea (tidak dapat haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi.
Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan
tuanya kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi. 6
4
8. Pigmentasi kulit
Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi, hidung dan dahi
kadang-kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai chloasma
gravidarum.Areola mammae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit
pigmen yang berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam. Demikian pula linea alba
di garis tengah abdomen menjadi lebih hitam (linea griea). Pigmentasi ini terjadi
karena pengaruh dari hormon kortiko-steroid plasenta yang merangsang melanofor
dan kulit. 6
9. Epulis
Epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae, sering terjadi pada triwulan
pertama. 6
10.Varises.
Sering dijumpai padaa triwulan terakhir pada triwulan terakhir. Didapat pada
daerah genitalia eksterna, fosa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida kadang-
kadang varises ditemukan pada kehamilan terdahulu, timbul kembali pada triwulan
pertama. Kadang- kadang timbulnya varises merupakan gejala pertama kehamilan
muda. 6
5
3. Adaptasi Fisiologis Pada Ibu Hamil
a) Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh Estrogen
dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya
disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus; di samping itu, serabut-serabut kolagen
yang adapun menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga
uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Bila ada kehamiln ektopik, uteru akan
membesar pula, karena pengaruh hormon-hormon itu. Begitu pula endometrium
menjadi desidua. 6
Berat uterus normal lebih kurang 30 gram; pada akhir kehamilan (40 minggu)
berat uterus menjadi 1000 gram dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm. Pada
bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus seperti buah alpukat agak gepeng.
Pada kehamilan 16 minggu, uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan
kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya
uterus dengan tuanya kehamilan sangat penting diketahui antara lain untuk
membentuk diagnosis, apakah wanita tersebut hamil fisiologik, hamil ganda atau
menderita penyakit seperti mola hidatidosa dan sebagainya. 6
Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengadakan hipertrofi seperti
korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama membuat ismus menjadi
panjang dan lebih lunak. Hal ini dikenal dalam obstetric sebagai tanda hegar. 6
b) Serviks Uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon
estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya
hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri lebih
banyak mengandung jaringan ikat yang terdiri atas kolagen. Karena servik terdiri atas
jaringan ikat dan hanya sedikit mengandung jaringan otot, maka serviks tidak
mempunyai fungsi sebagai spinkter, sehingga pada saat partus serviks akan membuka
saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan tekanan bagian bawah janin
6
kebawah. Sesudah partus, serviks akan tampak berlipat-lipat dan tidak menutup
seperti spinkter. Perubahan-perubahan pada serviks perlu diketahui sedini mungkin
pada kehamilan, akan tetapi yang memeriksa hendaknya berhati-hati dan tidak
dibenarkan melakukannya dengan kasar, sehingga dapat mengganggu kehamilan. 6
Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi
lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan
cairan pervaginam lebih banyak. Pada keadaan ini sampai batas tertentu masih
merupakan keadaan fisiologik. 6
d) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai
terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditas
berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Eperti
telah dikemukakan, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron. Lambat-laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta. Dalam dasawarsa
terakhir ini ditemukan pada awal ovulasi hormone relaxin, suatu immunoreactive
inhibin dalam sirkulasi maternal. Diperkirakan korpus luteum adalah tempat sintesis
dari relaxin pada awal kwhamilan. 6
Kadar relaxin di sirkulasi maternal dapat ditentukan dan meningkat dalam
trimester pertama. Relaxin mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan
janin menjadi baik hingga term. 6
7
e) Mamma
Mamma akan membesar dan tegang akibat hormone somatomammotropin,
estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen
menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesterone Menambah sel-sel
asinus pada mamma.
Somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan
menimbulakan perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein,
laktalbumin, dan laktoglobulin. Dengan demikian mamma dipersiapkan untuk laktasi.
Di samping ini, di bawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk
lemak i sekitar kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi lebih besar.
Papila mamma akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam, seperti seluruh
areola mamma karena hiperpigmentasi. Glandula Montgomery tampak lebih jelas
menonjol di permukaan areola mamma. 6
Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat keluar cairan
berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari
kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. 6
f) Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke
plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluhdarah yang membesar
pula, mamma dan alat lain-lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan.
Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya
pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak ± 25%
pada puncak usia kehamilan 32 minggu. Meskipun ada peningkatan dalam volume
eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan volume plasma jauh lebih besar
sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah menjadi lebih rendah. Walaupun kadar
hemoglobin ini menurun menjadi 9± 120 g/L. Pada minggu ke-32, wanitahamil
mempunyai hemoglobin total lebih besar daripada wanita tersebut ketika tidak hamil.
8
Bersamaan itu, jumlah sel darah putih meningkat (± 10.500/ml), demikian jugahitung
trombositnya. Untuk mengatasi pertambahan volume darah, curah jantung akan
meningkat ± 30% pada minggu ke-30. Kebanyakan peningkatan curah jantung
tersebut disebabkan oleh meningkatnya isi sekuncup, akan tetapi frekuensi denyut
jantung meningkat ± 15%. Setelah kehamilan lebih dari 30 minggu, terdapat
kecenderungan peningkatan tekanan darah. 6
g) Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena pergerakan
diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil bernafas lebih dalam, dengan
meningkatkan volume tidal dan kecepatan ventilasi, sehingga memungkinkan
pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan
efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesteron. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan pernafasan berlebih dan PO2 arteri lebih rendah. Pada kehamilan
lanjut, kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan mungkin tidak kembali pada
keadaan sebelum hamil, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi
wanita yang memperhatikan penampilan badannya. 6
h) Traktus Digestifus
9
i) Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus
yang mulai membesar, ehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan
makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir
kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP, keluhan sering kencing dan timbul lagi
karena kandung kencing mulai tertekan kembali. Disamping itu, terdapat pula poliuri.
Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan
sehingga laju filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69%.
Reabsorbsi tubulus tidak berubah, sehingga produk-produk eksresi seperti
urea, uric acid, glukosa, asam amino, asam folik lebih banyak yang dikeluarkan. 6
J) Sistem Integumen
Perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore
stimulating hormone (MSH), pengaruh lobus hipofisis anterior , dan pengaruh
kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum lividae atau
alba, areola mamae, papila mamae, linea nigra, dan pipi (chloasma gravidarum).
Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan menghilang. Perubahan kondisi kulit
yang berubah terbalik dari keadaan semula, yang biasanya (pada saat belum hamil)
kulit kering, maka kini akan menjadi berminyak, begitu pula sebaliknya. Hal ini
terjadi karena adanya perubahan hormone didalam tubuh ibu hamil. Rambut menjadi
lebih kering atau berminyak karena adanya perubahan
10
ini terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan tiap harinya diperkirakan telah
mengandung 1,5-2,5 gr kalsium.
Diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium tertahan dalam badan untuk keperluan
semasa hamil. Ini kiranya telah cukup untuk pertumbuhan janin tanpa mengganggu
kalsium ibu. Kadar kalsium dalam serum memang lebih rendah, mungkin oleh karena
adanya hidremia, akan tetapi kadar kalsium tersebut masih cukup tinggi hingga dapat
menanggulangi kemungkinan terjadinya kejang tetani. Segera setelah haid terlambat,
kadar enzim diamino-oksidase (histamine) meningkat dari 3-6 satuan dalam masa
tidak hamil ke 200 satuan dalam masa hamil 16 minggu. Kadar ini mencapai
puncaknya sampai 400-500 satuan pada kehamilan 16 minggu dan seterusnya sampai
akhir kehamilan.Pinosinase adalah enzim yang dapat membuat oksitosin tidak aktif.
Pinositase ditemukan banyak sekali di dalam darah ibu pada kehamilan 14-38
minggu.
Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara 6,5-16,5 kg rata-rata
12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu
terakhir. Kenaikan berat badan dalam kehamilan disebabkan oleh hasil konsepsi,
fetus placenta dan liquor.
2.2 Epidemologi
11
studi terhadap 159 wanita hamil di Aberdeen, Skotlandia, menemukan bahwa
hiperemesis pada kehamilanpertama merupakan faktor risiko untuk terjadinya
hiperemesis pada kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian, dari 56 wanita yang
kembali hamil, 27 diantaranya mengalami hiperemesis pada kehamilan kedua dan 7
dari 19 wanita mengalami hiperemesis pada kehamilan ketiga.7
2.3 Etiologi
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan
simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya
dengan endokrin, biokimia dan psikologis.1,2 Faktor-faktor yang menjadi predisposisi
diantaranya:2,3
1.Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan dimana hormon khorionik
gonadotropin dibentuk berlebihan.
2.Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibathamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan tersebut.
3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologis
Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan memegang
peranan yang cukup penting dalam menimbulkan hiperemesis gravidarum.
Menurut Goodwin, dkk. (1994) dan Van de Ven (1997), hiperemesis
nampaknya terkait dengan tingginya atau peningkatan bertahap kadar hormon
korionik gonadotropin, estrogen atau kadar keduanya di dalam serum. Selain itu, pada
beberapakasus yang berat mungkin terkait dengan faktor psikologis.
12
2.4 Patofisiogi
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh
keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh berikut:2
Hepar: pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentilobuler tanpa
nekrosis.
Jantung: jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang dijumpai perdarahan sub-
endokardial.
Otak: terdapat bercak perdaran pada otak.
Ginjal: tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontorti.8
Terdapat beberapa teori patofisiologi hiperemesis gravidarum yang diajukan
oleh para ahli dan peneliti. Teori-teori tersebut di antaranya sebagai berikut:
Perubahan Hormonal
13
Disfungsi Gastrointestinal
Perubahan pada aktivitas ritmik gastrik (disritmia gastrik), baik menjadi lebih
cepat maupun lebih lambat, turut berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah
pada kehamilan. Mekanisme penyebab disritmia gastrik ini di antaranya adalah
peningkatan kadar estrogen dan progesteron, gangguan fungsi tiroid, perubahan tonus
vagal dan simpatis, serta sekresi vasopresin sebagai respon terhadap perubahan
volume intravaskuler yang biasanya terjadi pada awal kehamilan. Pada perempuan
dengan hiperemesis gravidarum, perubahan-perubahan tersebut diduga terjadi lebih
ektsrem atau saluran gastrointestinalnya menjadi lebih sensitif dengan perubahan-
perubahan tersebut.
Perubahan pada tekanan istirahat (relaksasi) spinkter esofagus bagian bawah
(lower esophageal sphincter/LES) dan gangguan peristaltis esofagus (dismotilitas
esofagus) juga memiliki kaitan dengan mual dan muntah pada kehamilan. LES pada
perempuan hamil lebih mudah menjadi longgar. Walaupun sebenarnya perubahan ini
lebih berkaitan dengan terjadinya sensasi heartburn pada kehamilan (GERD), hal ini
juga dapat menyebabkan gejala seperti mual. Estrogen dan progesteron juga disebut
sebagai mediator dismotilitas esofagus dan relaksasi LES.
Komposisi makanan juga dapat memiliki hubungan dengan mual dan muntah
pada kehamilan. Sebuah penelitian membuktikan bahwa makanan dengan komposisi
dominan protein berhubungan dengan menurunnya/membaiknya kondisi disritmia
gastrik sementara makanan dengan komposisi dominan karbohidrat atau lemak tidak
memiliki efek terhadap kondisi disritmia gastrik.8,10
Disfungsi Hati
Mual dan muntah pada kehamilan dapat berefek pada hati. Kerusakan oksidasi
asam lemak mitokondria dihipotesis memiliki peran dalam terjadinya disfungsi hati
maternal yang terkait dengan hiperemesis gravidarum. Disfungsi hati ini terjadi pada
hampir 50% pasien dengan hiperemesis gravidarum dan biasanya berupa biasanya
peningkatan serum transaminase yang tidak terlalu tinggi (tidak lebih dari 200 U/L). 7
14
Infeksi
Bakteri Helicobacter pylori adalah bakteri yang ditemukan di dalam lambung
yang dapat memperberat mual dan muntah pada kehamilan. Namun, keterlibatan
bakteri ini dalam terjadinya hiperemesis gravidarum masih kontroversial. Sebuah
studi di Amerika Serikat baru-baru ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan bakteri
H pylori dengan hiperemesis gravidarun. Namun, mual dan muntah yang menetap
pada trimester kedua dapat terjadi karena ulkus peptikum yang disebabkan oleh
infkesi H pylori.
Keseimbangan dan Penciuman
Hiperakuitas dari sistem olfakori dapat menjadi faktor yang turut
berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah selama kehamilan. Banyak
perempuan yang sedang hamil mengeluhkan bau dari masakan tertentu dapat menjadi
pemicu mual. Sementara itu, gangguan keseimbangan diduga juga dapat
menyebabkan hiperemesis gravidarum karena kemiripannya dengan motion sickness.
Genetik
Sebuah studi memperlihatkan bahwa seorang anak perempuan yang terlahir
dari kehamilan dengan hiperemesis gravidarum memiliki risiko 3% untuk mengalami
hal serupa saat ia hamil sementara anak perempuan yang terlahir dari kehamilan
tanpa riwayat hiperemesis gravidarum memiliki risiko 1.1% untuk mengalami
hyperemesis gravidarum.8 Studi lain menunjukkan bahwa seorang saudara perempuan
dari ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum akan memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami hal serupa. Begitu pula dengan kerabat yang memiliki pertalian
darah dari ibu dan bapak.11
Psikologis
Stres psikologis pada kehamilan dapat menyebabkan dan memperberat mual
dan muntah pada kehamilan. Walaupun begitu, kondisi hiperemesis gravidarum
tampaknya juga menjadi salah satu penyebab stres psikologis pada kehamilan.
15
PATHWAY
Kehamilan
16
2.5 Klasifikasi
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:1,2
Tingkat I : muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan,
lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat
sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah
kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.
Tingkat II : gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/ menit,tekanan darah sistolik < 80
mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin,
dan berat badan cepat menurun.
Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau
berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin,
dan proteinuria.
Tingkat
Hiperemesis Tanda dan gejala
Gravidarum
Tingkat a. muntah yang terus menerus disertai dengan intoleransi
Pertama terhadap makan dan minum.
b. penurunan berat badan
c. nyeri epigastrium karena asam lambung meningkat
dan terjadi regurgitasi ke esofagus
d. Pertama-tama isi muntahan adalah makanan,
kemudian lendir beserta sedikit cairan empedu, dan
kalau sudah lama bisa keluar darah.
e. Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali/menit
17
pada pemeriksaan fisik :
mata cekung
lidah kering
turgor kulit menurun
urin sedikit berkurang.
tekanan darah sistolik menurun
a. pasien memuntahkan segala yang dimakan dan
diminum
b. berat badan cepat menurun
c. ada rasa haus yang hebat
pemeriksaan Fisik :
Pasien terlihat apatis
Tingkat Kedua
Pucat
lidah kotor
kadang ikterus karena fungsi ginjal terganggu
ditemukan aseton dan bilirubin dalam urin.
Frekuensi nadi 100-140 x/i
tekanan darah sistolik < 80 mmHg
Pemeriksaan Fisik :
Pasien mengalami ikterus
Sianosis
Nistagmus
gangguan jantung
18
ditemukan bilirubin dan protein.
2.6 Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang.1-4
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah.
Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang
oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu
dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan terjadinya hyperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien,
asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati,
diabetes mellitus, dan tumor serebri).
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda
dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaantiroid
dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.7
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantumenegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang
dasar),analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien
dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan
parameter TSH dan T4.
19
antibody Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan
tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood
urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk
mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.
1.Tingkat I.
3. Tingkat III.
20
Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi
fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai EncephalopathyWernicke
dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini terjadi akibat
defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukan adanya gangguan hati.
Appendicitis akut.
Pada pasien hamil dengan appendicitis akut keluhan nyeri tekan perut sangat
menonjol sedangkan pada pasien hamil tanpa appendicitis akut keluhan tersebut
sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare juga bisa dijadikan
petunjuk membedakan hamil dengan appendictis akut dan tanpa appendicitis akut.
Ketoasidosis diabetes.
Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil mempunyai
riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi disertai dengan
penurunan kesadaran dan pernafasan kussmaul. Perlu dilakukan pemeriksaan keton,
pemeriksaan gula darah, dan pemeriksaan gas darah.
21
mempunyai keluhan nyeri epigastrium yang hebat. Pasien dengan gastroenteritis
selain menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare.
Pasien hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare.
Hepatitis.
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya sudah
menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan Serum Glutamic
Oxaloacetate Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
(SGPT) yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan pasien hiperemesis
gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak menderita
hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah menderita hepatitis.
Pankreatitis akut
Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat peminum alkohol berat.
Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium, kadang-kadang agak ke kiri
atau ke kanan. Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung, kadang-kadang nyeri
menyebar di perut dan menjalar ke abdomen bagian bawah. Pemeriksaan serum
amylase dapat membantu menegakkan diagnosis.
Tumor serebri.
Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang hebat juga
disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi hampir setiap hari,
gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai hemiplegi. Pemeriksaan CT scan
kepala pada wanita hamil sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin.
2.9 Penatalaksanaan
22
Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan
rawat inap dirumah sakit, dan dilakukan penanganan yaitu :
1. Medikamentosa
Berikan obat-obatan seperti yang telah dikemukakan diatas. Namun harus diingat
untuk tidak memberikan obat yang teratogenik. Obat-obatan yang dapat diberikan
diantaranya suplemen multivitamin, antihistamin, dopamin antagonis,
serotoninantagonis, dan kortikosteroid. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1
dan B6 seperti pyridoxine (vitamin B6). Pemberian pyridoxine cukup efektif dalam
mengatasi keluhan mual dan muntah. Anti histamin yang dianjurkan adalah
doxylamine dan dipendyramine. Pemberian antihistamin bertujuan untuk
menghambat secara langsung kerja histamin pada reseptor H1 dan secara tidak
langsung mempengaruhi sistem vestibular, menurunkan rangsangan di pusat
muntah.9-11
23
kortikosteroid masih kontroversial karena dikatakan pemberian pada kehamilan
trimesterpertama dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan cacat bawaan.12
2. Terapi Nutrisi
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung pada derajat
muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan peneriamaan penderita terhadap rencana
pemberian makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna harus
digunakan. Bila peroral menemui hambatan dicoba untuk menggunakan nasogastric
tube (NGT). Saluran cerna mempunyai banyak keuntungan misalnya dapat
mengabsorsi banyak nutrien, adanya mekanisme defensif untuk menanggulangi
infeksi dan toksin. Selain itu dengan masuknya sari makanan ke hati melalui saluran
porta ikut menjaga pengaturan homeostasis nutrisi.
Bila penderita sudah dapat makan peoral, modifikasi diet yang diberikan
adalah makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi karbohidrat, rendah
protein dan rendah lemak, hindari suplementasi besi untuk sementara, hindari
makanan yang emetogenik dan berbau sehingga menimbulkan rangsangan muntah.1,2
Pemberian diet diperhitungkan jumlah kebutuhan basal kalori sehari-hari ditambah
dengan 300 kkal perharinya.9-11
3. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki peredaran
udara yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang diperbolehkan untuk
keluar masuk kamar tersebut. Catat cairan yang keluar dan masuk. Pasien tidak
diberikan makan ataupun minum selama 24 jam. Biasanya dengan isolasi saja gejala-
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.9-11
4. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.
Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan
proses fisiologis, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik lainnya
yang melatarbelakangi penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan muntah adalah
24
gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia
kehamilan 4 bulan.
5. Cairan parenteral
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah mekanisme
kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi
gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah
berkurang. Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk
dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka tindakan yang
dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang ke volume
normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan yang tepat untuk
keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus memperhitungkan
secara cermat berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan, defisit natrium,
defisit kalium dan ada tidaknya asidosis.9-11
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C, dapat
diberikan pula asam amino secara intravena apabila terjadikekurangan protein.9-11
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu
diperiksa setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh dan
nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan
hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam
pasien tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat dicoba untuk memberikan
minuman, dan lambat laun makanan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair.
Dengan penanganan ini, pada umumnya gejala-gejalaakan berkurang dan keadaan
aman bertambah baik. Daldiyono mengemukakan salah satu cara menghitung
kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial berdasarkan sistiem poin. Adapun poin-poin
gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut ini.
25
Tabel 1.Skor Daldiyono
6. Terapi Alternatif
Ada beberapa macam pengobatan alternatif bagi hiperemesis gravidarum, antara
lain:
a. Vitamin B6
Vitamin B6 merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme lipid, karbohidrat
dan asam amino. Peranan vitamin B6 untuk mengatasi hiperemesis masih
kontroversi. Dosis vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5-25 mg per hari tiap 8
jam. Selain itu Czeizel melaporkan suplementasi multivitamin secara bermakna
mengurangi kejadian mencegah insiden hiperemesis gravidarum. Vitamin B6
merupakan ko-enzim berbagai jalur metabolisme protein dimana peningkatan
kebutuhan protein pada trimester I diikuti peningkatan asupan vitamin B6. Vitamin
B6 diperlukan untuk sintesa serotonin dari tryptophan. Defisiensi vitamin B6 akan
26
menyebabkan kadar serotonin rendah sehingga saraf panca indera akan semakin
sensitif yang menyebabkan ibu mudah mual dan muntah. Pada wanita hamil terjadi
peningkatan kynurenic dan xanturenicacid di urin. Kedua asam ini diekskresi apabila
jalur perubahan tryptophan menjadi niacin terhambat. Hal ini dapat juga terjadi
karena defisiensi vitamin B6. Kadar hormon estrogen yang tinggi pada ibu hamil juga
menghambat kerja enzim kynureninase yang merupakan katalisator perubahan
tryptophan menjadi niacin, yang mana kekurangan niacin juga dapat mencetuskan
mual dan muntah.11
2.10 Komplikasi
Maternal : akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya diplopia, palsi
nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani akan terjadi
psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun
kematian. Komplikasi yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke.
Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola
mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan bingung.
Fetal : penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).
27
2.11 Prognosis
Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan
merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut
menurun 30% pada kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada kehamilan 12
minggu, dan menjadi 30% pada kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami
mual dan muntah setelah 16 minggu dan hanya 1% tetap mengalaminya setelah usia
kehamilan 20minggu.11
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada usia kehamilan
20-22 minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat
membahayakan jiwa ibu dan janin.11
2.12 Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan dengan
jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Makanan yang berminyak dan berbau lemak
sebaiknya dihindarkan. Defekasi yang teratur hendaknya dapat teratur.1,2,3
BAB III
PENUTUP
28
3.1. KESIMPULAN
Oleh karena itu pada ibu hamil yang sedang mengalami mual muntah pada
kehamilannya jangan dia nggap biasa, karena mual muntah yang berlebihan pada saat
ibu hamil akan mengakibatkan keadaan ibu menjadi lemah dan perkembangan janin
terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
29
1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. 2007. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 814-818.
30
Anamnesis Pribadi
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
No.RM : 262474
Anamnesa Penyakit
Telaah : keluhan mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu. Mual
muntah awalnya hanya terjadi pada pagi hari saja dan terjadi setelah makan dan
minum, namun sejak 2 hari sebelum masuk RSUD Lubuk Pakam muntah dialami
> 10 kali per hari dengan volume kurang lebih 1/2 - 3/4 gelas besar. Isi yang
dimuntahkan berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya, pada
muntahan tidak terdapat darah. Keluhan mual dan muntah semakin bertambah
berat bila setelah makan dan minum, dan berkurang saat istirahat. Selain itu
pasien juga mengeluh badan terasa lemas sehingga tak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari seperti biasanya, bibir terasa kering, nafsu makan dirasakan
menurun karena pasien takut muntah. BAK jarang dan BAB (-) sejak 3 hari ini.
Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati dan berat badan menurun.
31
Riwayat menstruasi :
Menarche : 12 tahun.
Siklus : 28 hari.
HPHT : 20-02-2018
TTP : 27-11-2018
Riwayat KB : (-)
Riwayat sosial ekonomi : pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, suami
bekerja sebagai karyawan swasta. Biaya pengobatan ditanggung JMPRL. Kesan ekonomi
cukup.
Status generalisata
32
Temp : 36,7°C
BB :70 kg
TB : 159 cm
BMI : 27,7
Status Lokalisata
Kepala : Normocephali
Perkusi : timpani
33
Status Obstetri
TFU : tidak teraba HIS : (-)/10 menit. Kontraksi : (-) DJJ : (-)
Inspeksi : Perdarahan (-)
Leopold I : tidak dilakukan pemeriksaan (TDP)
Leopold II : TDP
Leopold III : TDP
Leopold IV : TDP
Inspekulo : TDP
VT : TDP
Laboratorium
Darah lengkap :
Hematokrit : 44,5%
Indeks Eritrosit :
MCV : 91,7 fl
LED : 15 mL/menit
34
KOAGULASI
IMUNOLOGI
KIMIA KLINIK
Mikroskopis Makroskopis
Bakteri : (-)
35
Plano test : (+)
Diagnosa
Penatalaksanaan
- Vit.B comp 3x 1
- Diet MB
Prognosis
FOLLOW UP
36
O : TD : 120/80 mmHg, jarang muntah (-) O : TD : 110/70 mmHg, HR :
HR : 84 /I, RR : 24 x/I, 76 x /I, RR : 24 x/I, Temp :
O : TD : 110/80 mmHg,
Temp : 36,7°C 37,1°C.
HR : 80 /I, RR : 22 x/I,
A : G1P0A0 + KDR 8 Temp : 36,8°C A : G1P0A0 + KDR 8
minggu + Hiperemesis minggu + Hiperemesis
A : G1P0A0 + KDR 8
Gravidarum Gravidarum
minggu + Hiperemesis
P: Gravidarum P:
37