Anda di halaman 1dari 11

Hukum Agraria

AMDAL Pertambangan Batu Bara di Kalimantan Timur

dalam Film Sexy Killers

Oleh:

Mutiara Nissa Ardhana

1401617031

Program Studi PPKn FIS UNJ 2017

mutiarawrs10@gmail.com

mutiaranissaardh_ppkn17s1@mahasiswa.unj.ac.id

Abstrak

AMDAL atau kepanjangan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


merupakan salah satu elemen yang sangat penting keberadaannya dalam
berbagai aspek. AMDAL sendiri merupakan suatu bentuk kajian yang
terkonsentrasi mengenai dampak serta pengaruh dari suatu usaha atau kegiatan
yang direncanakan terhadap lingkungan sekitar. AMDAL mempunyai kaitan
dengan mata kuliah Hukum Agraria yang nantinya akan mengkaji tentang
AMDAL yang berpengaruh terhadap status agraria atau tanah yang akan
digunakan dalam penyelenggaraan usaha dan/atau pengambilan keputusan
terkait pembukaan kegiatan atau usaha di Indonesia. Dalam film dokumenter
yang berjudul Sexy Killers, membahas tentang dampak adanya perusahaan
tambang batu bara yang merusak lingkungan di Kalimantan Timur.

Kata Kunci : Hukum Agraria, AMDAL, Perusahaan Tambang Batu Bara,


Kalimantan Timur, Sexy Killers.

1
I. Pendahuluan

Analisis dampak lingkungan (dalam Bahasa Inggris : environmental


impact assessment) atau Analisis mengenai dampak lingkungan (di Indonesia,
dikenal dengan nama AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. Secara singkatnya AMDAL sendiri
merupakan bentuk kajian yang menfokuskan pada perencaanan penyelengaraan
usaha atau kegiatan serta bentuk tinjauan yang menelaah proses pengambilan
keputusan secara arif.

Pada AMDAL sendiri lingkungan hidup sendiri dimaksudkan pada tiga


aspek yaitu lingkungan biotik, abiotik, serta kultural. Menurut PP Nomor 27
Tahun 1999, AMDAL sendiri yaitu suatu kajian mengenai dampak yang telah
ditimbulkan oleh lingkungan, serta menjadi hal yang penting dalam pengambilan
suatu keputusan atau dari kegiatan yang telah direncanakan di lingkungan hidup.
“Environmental impact assessments may be governed by rules of administrative
procedure regarding public participation and documentation of decision making,
and may be subject to judicial review” pada kutipan tersebut dapat disimpulkan
bahwa AMDAL sendiri dibentuk dan diorganisir melalui prosedur administratif
melalui partisipasi publik dan pengambilan keputusan serta bisa ditinjau secara
yuridis.

AMDAL diterapkan di Indonesia sebagai instrumen pengelolaan dan


pengendalian dampak lingkungan, sekaligus sebagai salah satu syarat permohonan
izin dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Di Indonesia pemahaman tentang
AMDAL mulai timbul sejak diundangkannya UURI Nomor 4 Tahun 1982
Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
memiliki pasal 5, pasal 6, pasal 20, dan pasal 22. Kemudian disusul dengan PP 29
Tahun 1986 Tentang Pelaksanaan Analisis Dampak Lingkungan yang dimana
peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 5 Juni 1987. Selanjutnya PP 29/1986
dicabut dan diganti dengan PP 51 tahun 1993. Saat ini dasar utama pelaksanaan

2
AMDAL adalah UURI NO. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
(Ps. 15 (1) ) dan PP 27 tahun 1999 tentang AMDAL.

Sesuai dengan Kep-MENLH No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata


Kerja Komisi Penilai AMDAL (KPA), kewenangan AMDAL terbagi ke dalam
tiga lingkup yaitu kewenangan AMDAL di pusat, kewenangan AMDAL di
provinsi dan kewenangan AMDAL di kabupaten/kota. Kewenangan AMDAL di
provinsi diberlakukan bagi kegiatan industri pulp; industri semen dan quarry;
industri petrokimia; HPH dan unit pengolahannya; HTI dan pengolahannya;
PLTA; PLTU/PLTP; bendungan; bandar udara di luar kategori bandar udara
internasional; pelabuhan di luar kategori pelabuhan samudra; kegiatan yang
berlokasi di lebih dan satu kabupaten/kota; di wilayah laut dengan jarak 4-12 mil.

Dengan otonomi daerah yang didasarkan pada UU Nomor 32 Tahun 2004


telah memberikan kewenangan kepada daerah untuk menyelenggarakan
pemerintahan yang lebih luas dari masa-masa sebelum berlakunya otonomi
daerah. Salah satu kewenangan yang diberikan kepada daerah adalah kewenangan
dalam pengelolaan tambang mineral dan batubara sebagaimana dinyatakan dalam
UU Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Kewenangan Pemerintah dalam Pengelolaan
Tambang Mineral dan Batubara.

Aktifitas pertambangan dianggap seperti uang logam yang memiliki dua


sisi yang saling berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak
lingkungan yang sangat potensial. Sebagai sumber kemakmuran, sektor ini
menyokong pendapatan Negara selama bertahun-tahun dan penyediaan lapangan
kerja. Sebagai perusak lingkungan, pertambangan terbuka dapat mengubah secara
total baik iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan
tambang disingkirkan. Hilangnya vegetasi secara tidak langsung ikut
menghilangkan fungsi hutan sebagai pengatur tata air, pengendalian erosi, banjir,
penyerap karbon, pemasok oksigen dan pengatur suhu.

Kalimantan Timur merupakan salah satu penghasil tambang yang


memiliki potensi sumber daya alam yang kaya di Indonesia, minyak mentah,
emas, intan, dan batubara adalah beberapa hasil tambang yang berskala besar

3
ditiap tahunnya. Tambang batubara merupakan produk andalan yang berasal dari
Kalimantan Timur sekarang ini. Namun, batubara adalah suatu kategori sumber
daya alam yang tak terbaharui, sehingga keberadaannya harus dijaga. Sehingga
pembangunan nasional dapat bergulir terus-menerus dengan mengedepankan
sumber daya alam yang dikelola secara baik. Salah satu tujuan pembangunan
nasional adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan
berprikemanusiaan. Ketersediaan sumberdaya alam dalam meningkatkan
pembangunan sangat terbatas dan tidak merata, sedangkan permintaan
sumberdaya alam terus meningkat, akibat peningkatan pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk.

Namun, dalam tahap pembangunan nasional, beberapa masyarakat kini


dianggap berkesan acuh secara minor terutama akan ”aturan main” dalam
menanggapi lingkungan, dikhawatirkan akan terjadi ekploitasi lahan usaha yang
pada akhirnya gangguan kesetimbangan lingkungan tidak dapat dihindarkan.
Dalam rangka upaya mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan
akibat pembangunan maka, perlu dilakukan perencanaan pembangunan yang
dilandasi prinsip pembangunan berkelanjutan. Prinsip pembangunan
berkelanjutan dilakukan dengan memadukan kemampuan lingkungan, sumber
daya alam dan teknologi ke dalam proses pembangunan untuk menjamin generasi
masa ini dan generasi masa mendatang.

Permasalahan ini sesuai dengan film dokumenter di ,media Youtube karya


Watchdoc Image hasil “Ekspedisi Indonesia Biru” berjudul “Sexy Killers” yang
fenomenal beberapa waktu lalu. Film berdurasi 1,5 jam ini menelusuri proses
penambangan batu bara di Kalimantan hingga dibakar di PLTU untuk menjadi
listrik, yang menyebabkan dampak lingkungan dan kesehatan. Dalam film ini
diceritakan bagaimana industri batu bara berdampak pada warga, terutama
nelayan dan petani.

Hal–hal yang dikaji dalam proses AMDAL adalah aspek fisik-kimia,


ekologi, sosial-ekonomi, sosial budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai
pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Analisis
mengenai dampak lingkungan hidup di satu sisi merupakan bagian studi

4
kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, di sisi lain
merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha
dan/atau kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih jelas
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif
maupun dampak positif yang akan timbul dari usaha dan/atau kegiatan sehingga
dapat dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan
mengembangkan dampak positif.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka Penulis tertarik untuk
membahasnya yang dalam hal ini Penulis memberi judul: AMDAL Perusahaan
Tambang Batu bara di Kalimantan Timur dalam Film Sexy Killers. Berdasarkan
judul dan latar belakang masalah di atas, agar lebih terfokusnya penulisan ini,
maka Penulis membatasi pembahasan ini dengan rumusan masalah yakni: sesuai
dengan yang terdapat dalam film Sexy Killers, mengapa AMDAL Perusahan
Tambang Batu Bara di Kalimantan Timur dapat dikatakan belum efektif?
II. Pembahasan
a. Dampak tambang batu bara bagi lingkungan

Dampak adalah perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang


diakibatkan oleh suatu usaha dan/ atau kegiatan, Pasal 22 ayat 1 UU Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
menyatakan bahwa setiap kegiatan yang diperkirakan akan mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan, perlu disertai dengan dasar pertimbangan sebagai
berikut :

a. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan berkaitan secara


relatif dengan besar kecilnya rencana atau usaha atau kegiatan, hasil guna dan
daya gunanya, bila rencana usaha atau kegiatan tersebut dilaksanakan.

b. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan dapat pula


didasarkan pada dampak usaha atau kegiatan tersebut terhadap salah satu aspek
lingkungan saja, atau dapat juga terhadap kesatuan dan tata kaitannya dengan
aspek-aspek lingkungan lainnya dalam batas wilayah studi yang telah ditentukan.

5
c. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan atas dasar
kemungkinan timbulnya dampak positif atau negatif tidak boleh dipandang
sebagai faktor yang masing-masing berdiri sendiri, melainkan harus
diperhitungkan bobotnya guna dipertimbangkan hubungan timbal baliknya untuk
mengambil keputusan.

Soemarwoto (2009:38), Dampak adalah sebagai suatu perubahan yang


terjadi sebagai akibat suatu aktifitas. Aktifitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik
kimia, fisik dan biologi.Dampak dapat bersifat negatif maupun positif.

Dalam UU Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan


Batubara, di definisikan : “Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
kontruksi, penambangan, pengolahan, dan pemurnian, pengangkutan, dan
penjualan, serta kegiatan pascatambang”.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa dampak itu terbagi
menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak negatif. Bila membicarakan tentang
dampak, tentunya banyak sekali dampak yang ditimbulkan dari perusahan
tambang batu bara di Kalimantan Timur, sesuai dengan yang terdapat dalam film
Sexy Killers Penulis akan membahas tentang dampak negatifnya. Berikut ini
merupakan penjabaran dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan
tambang batu bara tersebut:

1. Lingkungan persawahan dan perkebunan

Selama 20 tahun sejumlah petani hidup berdampingan dengan tambang


batu bara di pinggir Kota Samarinda. Awalnya daerah yang digunakan untuk
tambang batu bara itu adalah gunung yang berfungsi sebagai mata air untuk sawah
dan kebun petani yang merupakan transmigran dari Jawa. Namun kini mereka
hanya bisa mengandalkan air hujan atau air bekas tambang yang terkontaminasi
endapan lumpur. Hal ini membuat para petani kesulitan untuk mendapatkan air
bersih apabila sedang musim kemarau. Beberapa sawah petani juga rusak karena
tercemar oleh lumpur bekas pertambangan batu bara yang membuat hasil panen

6
padi menjadi kurang bagus. Petani mengatakan bahwa perusahaan tambang batu
bara menghancurkan jalur air untuk sawah. Salah satu petani timun yang berada di
Desa Kertabuana pernah melakukan protes kepada pihak pertambangan, lalu ia
pun dipenjara selama tiga bulan dengan alasan mengganggu operasional
perusahaan. Hal ini membuat para petani lainnya menjadi bungkam karena takut
tersandung perkara hukum.

2. Lingkungan pemukiman warga

Pemukiman warga terdiri dari banyak rumah yang ditempati oleh beberapa
kepala keluarga. Keluarga dapat terdiri dari ibu, ayah dan juga anak. Tentunya
bermain adalah kegiatan yang sangat disukai saat usia anak-anak, tak terkecuali
anak-anak yang tinggal bertetangga dengan tambang batu bara di Kalimantan
Timur ini. Namun, karena ketidaktertiban perusahaan tambang batu bara untuk
segera membenahi bekas galian tambang batu bara tersebut, banyak anak yang
wafat dalam usia muda karena tenggelam ketika bermain di sekitar bekas galian
tambang batu bara yang seharusnya direklamasi atau ditimbun kembali. Antara
tahun 2011-2018 tercatat setidaknya 32 jiwa melayang akibat tenggelam di lubang
bekas tambang di Provinsi Kalimantan Timur.

Pemerintah dan perusahaan menggangap kasus ini sebagai kemalangan biasa.


Padahal penyebab utamanya adalah lokasi penambangan yang berdekatan dengan
pemukiman warga bahkan persis berada di belakang sekolah. Salah satu warga
mengatakan bahwa pemerintah berjanji akan menutup daerah bekas lubang galian
tersebut, namun ternyata pemerintah hanya menutup daerah lubang galian dengan
seng bekas beberapa lembar. Hal ini sungguh tidak aman dan sebanding dengan
dampak yang ditimbulkan dari adanya bekas lubang galian tersebut.

Di dalam film dokumenter ini terdapat wawancara dengan Gubernur


Kalimantan Timur yaitu Isran Noor mengenai banyaknya korban jiwa yang
melayang karena lubang bekas galian tambang batu bara. Tanggapan beliau
sungguh ironis, ia mengatakan bahwa ia turut prihatin dan mungkin itu sudah
nasib orang tersebut harus meninggal di kolam tambang, dan bahkan menurutnya
di kolam tambang tersebut terdapat hantu yang mengakibatkan banyaknya jatuh

7
korban jiwa. Hingga saat ini diperkirakan terdapat 3500 lubang bekas tambang
yang menurut aturan lubang ini harusnya diuruk kembali atau direklamasi,
perusahaan bahkan telah diminta menyetor sejumlah uang jaminan untuk biaya
reklamasi, namun ini bukan masalah perusahaan yang melanggar aturan atau
korupsi melainkan aturan pasca penambangan sendiri yang juga bermasalah.
Pihak perusahaan mengatakan bahwa kubangan air bekas galian tambang itu akan
dibuat untuk taman rekreasi pariwisata, sedangkan posisi kubangan itu berada di
tengah hutan. Hal ini dapat dikatakan tidak masuk. Menurut data yang terdapat
dalam film dokumenter Sexy Killers, sebanyak 8 juta hektar lubang tambang
belum di reklamasi yang terdiri dari perusahaan besar, tambang rakyat dan 500
ribu hektar terindikasi areal tambang tanpa izin.

Selain memakan banyak korban jiwa manusia, energi batu bara juga
memakan korban jiwa berupa bangunan. Pada November 2018 di Sanga-sanga,
Kutai Kartanegara,Kalimantan Timur setidaknya 5 rumah hancur dan 11 lainnya
rusak serta jalan utama amblas akibat kegiatan pertambangan terlalu dekat dengan
pemukiman warga dan fasilitas umum, 41 jiwa terpaksa mengungsi.

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Perda Kutai


Kartanegara jarak minimal antara aktifitas pertambangan dan pemukiman atau
fasilitas umum adalah 500 meter, namun aturan ini tak sesuai dengan apa yang
berlaku di lapangan. Desa Mulawarman yang dibangun para transmigran dari
Jawa sejak 1981 yang semula berpenduduk 3000 jiwa, kini satu persatu pergi
karena tanahnya jatuh ke perusahaan tambang. Padahal pada 1991 desa ini
ditetapkan sebagai lumbung padi. Semua kisah yang terjadi di Borneo ini adalah
harga yang harus dibayar untuk menerangi rumah-rumah dan menggerakkan
industri di pulau lainnya, terutama Jawa.

b. AMDAL sebagai solusi

Dalam hal ini Kalimantan Timur merupakan sebuah provinsi yang terletak di
Pulau Kalimantan dengan Samarinda sebagai ibukotanya. Oleh karena itu, lingkup
pengurusan AMDAL di Kalimantan Timur termasuk kewenangan AMDAL di
provinsi dalam bidang PLTU. Karena batu bara digunakan sebagai bahan bakar

8
energi pembangkit listrik tenaga uap. Berdasarkan yang terlihat di film Sexy
Killers, lingkungan yang terkena dampak pertambangan batu bara kondisinya
sangat memprihatinkan. Lingkungan yang terdampak ini memberikan efek
domino terhadap aspek lainnya seperti kesehatan, keamanan dan kesejahteraan
masyarakat. Misalnya, persawahan yang tergenang oleh lumpur terancam gagal
panen dan ini berpengaruh terhadap pendapatan para petani tentunya.

Lalu, jalan yang amblas juga mengancam keselamatan jiwa warga sekitar yang
berlalu lalang. Oleh karena itu, sudah seharusnya AMDAL dijadikan sebagai
solusi untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
pertambangan batu bara ini. Agar AMDAL dapat dilakukan dengan efektif,
masyarakat harus ikut serta secara aktif untuk memantau dan memberitahukan
perkembangan lingkungan yang terjadi pada pihak AMDAL. Berdasarkan analisis
pada film Sexy Killers tentang dampak lingkungan akibat pertambangan batu bara,
faktor yang menyebabkan AMDAL menjadi kurang efektif adalah rendahnya
supremasi hukum dan ulah beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab.
Padahal sudah terdapat aturan hukum yang mengatur tentang pertambangan batu
bara di Indonesia, namun kenyataan yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan
apa yang berlaku. Apabila AMDAL dilakukan dengan efektif, dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan.

III. Penutup
a. Simpulan

Pertambangan batu bara di Kalimantan Timur dalam film Sexy Killers


memberikan dampak kerusakan yang cukup serius terhadap lingkungan sekitar.
Hal ini pun membawa dampak ke dalam aspek kehidupan lainnya. Tentunya yang
dirugikan adalah warga yang bertetangga dengan tambang batu bata tersebut.
Sebenarnya permasalahan ini dapat diatasi dengan AMDAL, namun nampaknya
AMDAL itu sendiri belum dilakukan secara efektif. Faktor yang membuat
AMDAL pertambangan batu bara di Kalimantan Timur menjadi kurang efektif
adalah lemahnya supremasi hukum dan ulah beberapa oknum yang tidak
bertanggung jawab.

9
b. Saran

Hendaknya masyarakat turut serta aktif melaporkan tindakan yang tidak


sesuai dengan aturan yang berlaku agar terwujudnya supremasi hukum, dan
sebagai warga negara Indonesia yang baik seharusnya kita lebih peduli kepada
lingkungan. Karena nanti lingkungan ini akan diwariskan kepada anak cucu kita.
Sesungguhnya tugas manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi, kita
diperbolehkan mengeksplorasi kekayaan bumi untuk kesejahteraan bersama
namun harus dilakukan dengan menerapkan pembangunan berkelanjutan dan
tidak merusak lingkungan tersebut.

10
Daftar Pustaka

https://www.youtube.com/watch?v=qlB7vg4I-To&t=627s diakses pada 18 Juni


2019

https://www.voaindonesia.com/a/film-sexy-killers-ungkap-elit-politik-di-balik-
batu-bara/4884748.html diakses pada 18 Juni 2019

https://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp- diakses pada 18 Juni 2019

content/uploads/2018/02/Fatmawati%20(02-19-18-08-57-56).pdf diakses pada 18


Juni 2019

11

Anda mungkin juga menyukai