Anda di halaman 1dari 13

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, pembangunan masyarakat menjadi salah satu topik utama dalam rangka
perbaikan dan kemajuan bangsa. Menurut Cook (1994) pembangunan masyarakat merupakan
konsep yang berkaitan dengan upaya peningkatan atau pengembangan dan perubahan menuju
ke arah yang positif. Pembangunan masyarakat memiliki kaitan yang erat dengan visi
memberdayakan manusia. Proses pemberdayaan masyarakat itu sendiri merupakan suatu
proses yang bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf
hidupnya sendiri dengan menggunakan dan mengakses sumberdaya setempat sebaik
mungkin. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pembangunan masyarakat bertujuan untuk
memberdayakan masyarakat sebab manusia lah yang menjadi “bahan bakar” sekaligus motor
penggerak dalam kehidupan sehingga pembangunan masyarakat merupakan salah satu aspek
yang penting dalam memajukan bangsa.
Pembangunan masyarakat ini ditujukan untuk semua lapisan masyarakat dan tidak
mendiskreditkan kelompok-kelompok masyarakat tertentu, termasuk masyarakat pesisir.
Masyarakat pesisir merupakan kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber
kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut
dan pesisir. Definisi inipun bisa juga dikembangkan lebih jauh karena pada dasarnya banyak
orang yang hidupnya bergantung pada sumberdaya laut. Mereka terdiri dari nelayan pemilik,
buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan,
supplier faktor sarana produksi perikanan. Namun untuk lebih operasional, definisi populasi
masyarakat pesisir yang luas ini tidak seluruhnya diambil tetapi hanya difokuskan pada
kelompok nelayan dan pembudidaya ikan serta pedagang dan pengolah ikan. Kelompok ini
secara langsung mengusahakan dan memanfaatkan sumberdaya ikan melalui kegiatan
penangkapan dan budidaya. Kelompok ini pula yang mendominasi pemukiman di wilayah
pesisir di seluruh Indonesia, di pantai pulau-pulau besar dan kecil. Masyarakat pesisir yang
sebagian besar merupakan masyarakat nelayan memiliki karakteristik yang berbeda dengan
masyarakat lainnya. Perbedaan ini dikarenakan keterkaitannya yang erat dengan karakterstik
ekonomi wilayah pesisir, latar belakang budaya dan ketersediaan sarana dan prasarana
penunjang.

1
Di wilayah DKI Jakarta, terutama di daerah wilayah pesisir Muara Angke, kehidupan
sosial masyarakat pesisirnya tidak berbeda jauh dengan kehidupan sosial masyarakat pesisir
lainnya yang ada di Indonesia, misalnya rendahnya pendidikan, produktivitas yang sangat
tergantung pada musim, terbatasnya modal usaha, kurangnya sarana penunjang, buruknya
mekanisme pasar dan lamanya transfer teknologi dan komunikasi yang mengakibatkan
pendapatan masyarakat pesisir, khususnya nelayan pengolah menjadi tidak menentu. Secara
keseluruhan, kondisi sosial ekonomi masyarakat masih berada dalam tingkat kesejahteraan
rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembangunan masyarakat yang terintegrasi dengan
baik agar mampu memberdayakan masyarakat dan mendukung stabilitas nasional yang lebih
baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hasil diagnosis masyarakat pesisir Muara Angke ?
2. Apakah penentuan strategi yang digunakan pada masyarakat pesisir Muara Angke ?
3. Bagaimana perencanaan program yang akan diterapkan pada masyarakat pesisir
Muara Angke ?
4. Bagaimana implementasi dari program tersebut ?
5. Bagaimana monitoring dan evaluasi dari program tersebut ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui hasil diagnosis masyarakat pesisir Muara Angke.
2. Mengetahui penentuan strategi yang digunakan pada masyarakat pesisir Muara
Angke.
3. Mengetahui perencanaan program yang akan diterapkan pada masyarakat pesisir
Muara Angke.
4. Mengetahui implementasi dari program.
5. Mengetahui monitoring dan evaluasi dari program.

2
II
PEMBAHASAN

Proses pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses yang bertitik tolak untuk
memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya sendiri dengan
menggunakan dan mengakses sumberdaya setempat sebaik mungkin (Tim Deliveri
(2004b:1). Proses tersebut menempatkan masyarakat sebagai pihak utama atau pusat
pengembangan (people or community centered development). Pemberdayaan masyarakat
memiliki keterkaitan erat dengan sustainable development dimana pemberdayaan masyarakat
merupakan suatu prasayarat utama serta dapat diibaratkan sebagai gerbong yang akan
membawa masyarakat menuju suatu keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang
dinamis. Lingkungan strategis yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain mencakup
lingkungan produksi, ekonomi, sosial dan ekologi. Melalui upaya pemberdayaan, warga
masyarakat didorong agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang
dimilikinya secara optimal serta terlibat secara penuh dalam mekanisme produksi, ekonomi,
sosial dan ekologinya.
Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal. Kedua
faktor tersebut saling berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis.
Meskipun dari beberapa contoh kasus yang disebutkan sebelumnya faktor internal sangat
penting sebagai salah satu wujud selforganizing dari masyarakat namun kita juga perlu
memberikan perhatian pada faktor eksternalnya. Seperti yang diungkapkan oleh Tim Deliveri
(2004a:1), proses pemberdayaan masyarakat mestinya juga didampingi oleh suatu tim
fasilitator yang bersifat multidisplin. Tim pendamping ini merupakan salah satu external
factor dalam pemberdayaan masyarakat. Peran tim pada awal proses sangat aktif tetapi akan
berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu
melanjutkan kegiatannnya secara mandiri. Dalam operasionalnya inisiatif tim pemberdayaan
masyarakat akan pelan-pelan dikurangi dan akhirnya berhenti. Langkah-langkah dalam
pemberdayaan masyarakat itu sendiri terdiri dari 5 langkah, yaitu :
1. Diagnosis Masyarakat
Dilakukan penggalian yang lebih mendalam mengenai karakteristik masyarakat
sasaran, mencakup keadaan geografis, demografi, sosial ekonomi dan lingkungan,
masalah yang ada di masyarakat sasaran beserta dengan segala potensi yang dimiliki
oleh masyarakat tersebut. Pada tahap ini, dapat digunakan metode SWOT (Strenght,

3
Weakness, Opportunity, Threats) untuk mempermudah melakukan diagnosis
masyarakat.
2. Penentuan Strategi
Pada langkah ini dilakukan pemilihan strategi yang tepat yang dapat mempermudah
pelaksanaan program dan memberikan hasil yang maksimal terhadap masyarakat
sasaran.
3. Perencanaan Program
Pada langkah perencanaan program, dilakukan penentuan tujuan yang ingin dicapai.
Penentuan tujuan ini harus memperhatikan aspek SMART (Spesific, Measurable,
Acceptance, Reliable, Time Boundarise) yang berarti bahwa tujuan program harus
spesifik dan jelas, dapat diketahui perkembangan programnya, bisa diterima oleh
masyarakat sasaran, realistis dan juga ada jangka waktu yang dibutuhkan. Selain itu,
juga dilakukan pengorganisasian dalam anggota tim pelaksana sehingga program
yang akan diimplementasikan dapat berhasil.
4. Implementasi Program
Pada langkah ini, program yang telah direncanakan akan diterapkan secara nyata
kepada masyarakat sasaran.
5. Monitoring dan Evaluasi
Setelah implementasi program, dilakukan pula monitoring dan evaluasi untuk melihat
perkembangan program yang diterapkan dan juga diadakan evaluasi untuk melihat
keberhasilan program dan perbaikan pada program.
Pada makalah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai rencana program pemberdayaan
masyarakat pesisir di wilayah Muara Angke, Jakarta dengan menerapkan langkah-langkah
pemberdayaan masyarakat seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Masyarakat pesisir
merupakan salah satu kelompok masyarakat di Indonesia yang perlu diberdayakan. Hal ini
dikarenakan tingkat kesehjahteraan masyarakat wilayah pesisir yang masih rendah. Dengan
adanya proses pemberdayaan masyarakat diharapkan akan mampu memandirikan dan
memfasilitasi masyarakat dalam mengelola berbagai sumber daya yang tersedia disana
dengan lebih baik.
2.1 Diagnosis Masyarakat
2.1.1 Letak dan keadaan alam (geografis)
Muara Angke merupakan bagian dari kelurahan Pluit. Kelurahan ini beserta empat
kelurahan lainnya terletak di wilayah Penjaringan, Jakarta Utara. Daerah ini secara
geografis terletak pada lintang 60.06’.50” LS sampai 60.06’.56” LS dan garis bujur

4
timur 1060.45’.56” BT sampai 1060.46’.28” BT. Ditinjau dari aspek biofisik
wilayah, daerah ini termasuk dalam kategori wilayah pesisir karena ruang pesisir
dan laut serta sumberdaya yang terkandung di dalamnya bersifat khas dan air laut
yang menghasilkan beberapa ekosistem khas. Daerah Muara Angke ini agak susah
dijangkau dengan peralatan transportasi karena akses jalan kurang begitu bagus
dan kebanyakan kondisi jalan dalam keadaan kurang baik. Perairan penangkapan
(fishing ground) bagi nelayan di pesisir Muara Angke tersebar di perairan Laut
Jawa, Laut China dan Selat Malaka serta Samudera Hindia. Jenis-jenis ikan yang
didaratkan sangat bervariasi antara lain seperti ikan pedang, layaran, pepetek,
cucut, tenggiri, tongkol, cakalang, tembang, selar, kembung, cumi, bawal, kerapu
pepetek, kakap merah, dan lain-lain. Rataan curah hujan tahunan umumnya
berkisar antara 1500 - 3000 mm, dengan suhu rata-rata berkisar 22 oC - 26oC.
Daerah pesisir Muara Angke ini juga termasuk salah satu wilayah yang menjadi
pemasok kebutuhan perikanan wilayah-wilayah lain di Jakarta.
2.1.2 Kependudukan (demografi)
Menurut data dari kelurahan Pluit, jumlah penduduk kelurahan pluit tercatat 40.276
jiwa yang terdiri atas 21.355 laki-laki dan 18.921 perempuan. Sedangkan penduduk
di Muara Angke berjumlah 5.358 jiwa yang terdiri dari 3.154 laki-laki dan 2.204
perempuan. Sebagian besar komposisi penduduk di Muara Angke didominasi oleh
kelompok usia dewasa yang berumur antara 20-45 tahun sebanyak 55%, penduduk
usia lanjut yang berusia 45 tahun keatas sebesar 25%, anak-anak sebesar 15% dan
sisanya merupakan kelompok usia lainnya, termasuk balita dan remaja. Pendidikan
tertinggi yang ditempuh oleh masyarakat Muara Angke adalah tingkat SMA
(Sekolah Menengah Atas) dan sebagian besar masyarakatnya hanya menempuh
pendidikan tingkat SD (Sekolah Dasar). Sebagian besar masyarakat pesisir Muara
Angke mempunyai mata pencaharian dalam sektor budidaya perikanan dan
penangkapan (>80%), sedangkan lainnya dalam sektor-sektor pertanian,
peternakan, industri atau pengrajin, buruh-buruh, perdagangan dan jasa-jasa
lainnya seperti jasa angkutan.
2.1.3 Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi masyarakat wilayah pesisir Muara Angke, Jakarta ini
secara keseluruhan masih di bawah taraf kesehjahteraan. Penguasaan masyarakat
pesisir Muara Angke terhadap modal, teknologi dan informasi sangat terbatas.
Teknologi yang dikuasai berasal dari "warisan orang tua", sedangkan kegiatan

5
transfer teknologi melalui agensi-agensi formal masih sangat terbatas. Informasi
pasar di luar daerah juga terbatas sehingga para nelayan kesulitan dalam
memasarkan hasil perikanannya. Nilai tukar perdagangan (term of trade) barang
produk perikanan rendah dan mengakibatkan warga desa kurang memperoleh
surplus yang berarti. Belum berfungsinya kelembagaan swadaya masyarakat juga
semakin memperparah keadaan masyarakat Muara Angke. Peranan kelembagaan
non-formal dan tokoh panutan non-formal lebih berperan dibandingkan dengan
kelembagaan formal. Hal-hal itulah yang menyebabkan taraf kesehjahteraan
masyarakat pesisir Muara Angke masih rendah dan sebagian besar masyarakat
pesisir Muara Angke masih kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya.
Akan tetapi, masyarakat pesisir Muara Angke ini termasuk kelompok masyarakat
yang terbuka dengan dunia luar dan ingin merubah keadaannya. Hal ini dibuktikan
dengan keterlibatan yang tinggi terhadap program-program pemerintah yang telah
diadakan disana, seperti peminjaman modal dan program kredit formal walaupun
memang program tersebut kurang berjalan dengan baik karena prosedurnya yang
dianggap terlalu rumit.
2.1.4 Lingkungan
Secara keseluruhan, kondisi lingkungan di wilayah Muara Angke masih buruk.
Pemukiman tidak tertata dengan rapi dan terkesan kumuh. Selain itu, terjadi pula
pencemaran limbah karena sistem sanitasi tidak berjalan dengan sehingga
memperburuk kondisi lingkungan di wilayah Muara Angke.
Dari hasil karakteristik masyarakat secara geografis, demografi, sosial ekonomi dan
lingkungan, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kondisi kesehjahteraan masyarakat
wilayah pesisir Muara Angke masih rendah. Hal ini berakar dari permasalahan
terbatasnya penguasaan modal, teknologi dan informasi yang berhubungan secara
langsung maupun tidak langsung dengan mata pencaharian sebagian besar masyarakat
pesisir Muara Angke, yaitu sebagai nelayan sehingga hasil perikanan tidak bisa
dipasarkan dengan baik dan menghasilkan keuntungan yang relatif sedikit bagi nelayan.
Padahal, secara geografis, Muara Angke terletak di wilayah perairan yang potensial
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal disana dengan hasil lautnya. Agar
lebih mempermudah dalam mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan masyarakat
wilayah pesisir Muara Angke ini akan diterapkan metode SWOT.

6
Analsis SWOT :
INTERNAL STRENGHT (S) : WEAKNESS (W) :
1. Tersedianya hasil perikanan 1. Tingkat pendidikan
yang berlimpah di wilayah masyarakat masih rendah.
pesisir Muara Angke. 2. Adanya keterbatasan
2. Potensi tenaga kerja yang penguasaan modal, teknologi
besar karena sebagian besar dan informasi.
penduduknya berusia 3. Nilai tukar perdagangan (term
produktif. of trade) barang produk
3. Adanya pilihan produk hasil perikanan rendah dan
perikanan yang bervariasi. mengakibatkan warga desa
kurang memperoleh surplus
yang berarti.
4. Daerah Muara Angke agak
susah dijangkau dengan
peralatan transportasi karena
akses jalan kurang begitu
bagus.
EKSTERNAL OPPORTUNITY (O) : THREAT (T) :
1. Wilayah pesisir Muara Angke 1. Keterbatasan hasil perikanan
termasuk wilayah yang yang sifatnya musiman.
menjadi pemasok kebutuhan 2. Pencemaran yang terjadi di
perikanan bagi daerah di wilayah Muara Angke karena
sekitarnya. sistem sanitasi tidak berjalan
2. Masyarakat pesisir Muara baik.
Angke ini termasuk kelompok 3. Adanya pesaing dari wilayah
masyarakat yang terbuka lain sebagai pemasok hasil
dengan dunia luar. perikanan
3. Permintaan pasar yang cukup
tinggi terhadap hasil
perikanan.
4. Keinginan untuk memajukan
usaha
2.2 Penentuan Strategi

7
Strategi yang digunakan dalam perencanaan program pemberdayaan ini adalah strategi
perencanaan sosial (social planning) yang termasuk dalam model B, salah satu model dan
pendekatan pemberdayaan masyarakat. Model B merupakan model kegiatan yang
mementingkan tercapainya tujuan, metode pemecahan masalah yang bersifat rasional dan
empiris. Proses ditekankan pada aspek teknis dalam penyelesaian masalah dengan melalui
perencanan yang baik dan rasioanal sedangkan partisipasi masyarakat sifatnya bervariasi
tergantung dari permasalahan yang dihadapi. Model B ini merupakan strategi yang cocok
diterapkan bagi permasalahan yang mendera masyarakat pesisir Muara Angke. Seperti yang
telah diketahui, permasalahan utama masyarakat pesisir Muara Angke adalah kemiskinan
yang berakar dari penjualan hasil tangkapan ikan yang tidak maksimal sehingga berdampak
pada kedaan sosial ekonomi secara luas. Dengan menerapkan strategi perencanaan sosial
(social planning), maka permasalahan akan mampu diselesaikan dengan tepat sasaran dan
efektif. Selain itu, akan diterapkan pula pendekatan non direktif yaitu suatu pendekatan yang
dilakukan dengan memposisikan masyarakat sebagai subyek sehingga masayarakat pesisir
Muara Angke dapat berperan secara aktif dalam program yang dibuat.

2.3 Perencanaan Program


Program yang akan direncanakan adalah pembuatan Koperasi Perikanan Rakyat
(KONARA). Sebelumnya, di wilayah Muara Angke ini belum terdapat sebuah koperasi, yang
terdapat disana hanyalah sebuah lembaga-lembaga formal bentukan pemerintah yang
menawarkan pemberian kredit terhadap masyarakat wilayah pesisir Muara Angke yang tidak
berjalan dengan maksimal karena prosedurnya yang dianggap terlalu rumit oleh masyarakat
Muara Angke sehingga banyak warga yang enggan memanfaatkannya.
Koperasi berdasarkan Undang-Undang nomor 12 tahun 1967 adalah organisasi ekonomi
rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang
merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. Dari
pengertian tersebut, dapat diartikan lebih luas bahwa koperasi merupakan perkumpulan
orang-orang yang mengakui adanya kebutuhan tertentu yang secara bersama-sama
diusahakan pemenuhannya melalui usaha bersama yang dilakukan oleh koperasi. Prinsip-
prinsip koperasi yang akan diterapkan pada KONARA sesuai dengan prinsip koperasi
berdasarkan UU Koperasi No 25/1992 pasal 5, yaitu : keanggotaan bersifat sukarela dan
terbuka, pngelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hsil usaha dilakukan secara
adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, dan kemandirian.

8
KONARA merupakan sebuah koperasi primer yang anggotanya memiliki kesamaan
kepentingan eonomi dan melaksanakan kegiatan usahanya dengan langsung melayani para
anggota. KONARA juga merupakan sebuah koperasi yang bersifat serba usaha sehingga
dapat menyediakan kredit bagi anggota untuk permodalan usaha, menyediakan sarana
produksi perikanan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan para anggotanya. Dengan
dibentuknya KONARA (Koperasi Perikanan Rakyat), maka diharapkan akan dapat mengatasi
permasalahan terbatasnya modal, teknologi dan informasi mayarakat pesisir Muara Angke
yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan untuk menjual dan mengolah hasil
perikanannya dengan lebih maksimal. KONARA dapat menjadi pusat kegiatan perekonomian
(center of economic activities) masyarakat di sekitarnya sehingga dapat menumbuhkan dan
memperkuat kemampuan kelompok masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan
membuka keterisolasian dan kesempatan berusaha dengan melibatkan komoditas unggulan
wilayah. Program ini diarahkan pada pengembangan kegiatan sosial ekonomi untuk
mewujudkan kemandirian masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip sekala ekonomi,
usaha kelompok, keswadayaan dan partisipasi, serta menerapkan semangat dan kegiatan
kooperatif dalam bentuk koperasi. Masyarakat diberikan wewenang penuh untuk
merumuskan kegiatan usaha produktifnya. Program seperti ini diharapkan dapat
menimbulkan efek rambatan pada tumbuh dan berkembangnya kegiatan ekonomi rakyat
sesuai dengan potensi ekonomis di wilayah sekitarnya. Tujuan dari program KONARA
(Koperasi Perikanan Rakyat) ini antara lain :
1. Menggerakkan roda perekonomian rakyat pada tingkat akar rumput (grass roots).
2. Membangun sistem produksi, distribusi dan pemasaran hasil perikanan dengan adil
dan komplementer.
3. Memberdayakan wilayah sentra produksi ikan rakyat dengan dukungan investasi
sosial-masyarakat.
4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

2.4 Implementasi Program


Pada implementasi program, akan diadakan penginformasian kepada masyarakat wilayah
pesisir Muara Angke mengenai pembentukan KONARA (Koperasi Perikanan Rakyat)
sehingga semua lapisan masyarakat akan mengetahui mengenai rencana pembentukan
koperasi ini dan akan dilakukan pembentukan secara teknis dari KONARA. Secara rinci,
implementasi program KONARA dapat dijelaskan sebagau berikut :

9
1. Sosialisasi dan penginformasian pembentukan KONARA kepada semua lapisan
masyarakat pesisir Muara Angke sehingga masyarakat dapat mengetahui dengan
jelas mengenai fungsi dan manfaat program tersebut.
2. Melakukan pendekatan dan pendataan terhadap masyarakat pesisir Muara Angke
terutama yang bermatapencaharian di bidang perikanan agar terlibat menjadi anggota
KONARA.
3. Pembentukan secara teknis KONARA dengan melibatkan berbagai institusi dan
pihak-pihak lain yang terkait, yaitu tim dari Pemerintahan Jakarta, Dinas Koperasi &
UKM, tim konsultasi yang bertindak sebagai pengarah dan narasumber yang
beranggotakan pakar-pakar industri ikan dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau
Perguruan Tinggi Swasta (PTS), serta pihak masyarakat wilayah pesisir Muara
Angke itu sendiri. Dalam pembentukan teknis KONARA ini, akan dibahas mengenai
penetapan kepengurusan yang melibatkan masyarakat pesisir Muara Angke secara
langsung sebagai anggota kepengurusan dengan didampingi dari tim ahli, rencana
penetapan anggaran dasar, rencana permodalan yang berasal dari dana masyarakat
Muara Angke dan dana pinjaman dari pihak luar serta rencana penetapan SHU (Sisa
Hasil Usaha).
4. KONARA merupakan sebuah koperasi yang bersifat serba usaha yang bergerak
dengan menawarkan sistem pinjaman kredit atau permodalan kepada para
anggotanya sehingga nelayan ataupun warga Muara Angke yang ingin
mengembangkan usaha perikanannya bisa meminjam modal di KONARA dengan
bunga 0% sehingga tidak memberatkan warga.
5. KONARA juga menghimpun berbagai hasil perikanan masyarakat Muara Angke
untuk dipasarkan dan didistribusikan ke wilayah lain sehingga nilai tukar
perdagangan akan menjadi lebih adil dan para nelayan akan mendapatkan surplus
dari hasil perikanannya. KONARA dalam hal ini akan menjalin hubungan kerjasama
dengan pusat-pusat perbelanjaan di wilayah lain ataupun di pusat kota sehingga
sistem pemasaran dapat berjalan dengan langsung tanpa melalui pihak perantara.
6. KONARA juga menyediakan akses terhadap teknologi perikanan terbaru sehingga
masyarakat Muara Angke dapat memanfaatkan teknologi untuk hasil perikanan yang
lebih baik. Dalam hal ini, KONARA akan bekerjasama dengan pihak-pihak
pemerintah maupun swasta untuk mempermudah akses terhadap teknologi dan
informasi.

10
Dengan dibentuknya KONARA (Koperasi Perikanan Rakyat) ini diharapkan akan
mampu mengatasi permasalahan mengenai keterbatasan informasi, modal dan teknologi
masyarakat pesisir Muara Angke dan mampu mengatasi masaah kemiskinan yang terjadi
disana karena dengan adanya KONARA maka nilai tukar dari hasil perikanan dapat
memberikan surplus bagi pemasukan masyarakat wilayah pesisir Muara Angke sehingga
dapat mengatasi masalah kemiskinan disana.

2.5 Monitoring dan Evaluasi


Setiap bulan akan diadakan rapat anggota untuk melihat perkembangan dari berjalannya
koperasi tersebut sehingga dapat diketahui mengenai permasalahan yang mungkin terjadi
selama pelaksanaan program KONARA. Dari hasil rapat tersebut, akan dibicarakan dengan
melibatkan anggota masyarakat wilayah pesisir Muara Angke mengenai solusi dari berbagai
permasalahan yang mungkin terjadi. Selain itu, setiap 3 bulan sekali akan diadakan
perkembangan dari kgiatan-kegiatan yang sudah berjalan sehingga bisa diterapkan kegiatan-
kegiatan lain untuk memperkaya fungsi KONARA.
Evaluasi yang dilakukan untuk melihat keberhasilan program adalah dengan melakukan
pendataan terhadap masyarakat wilayah pesisir Muara Angke yang menjadi anggota
KONARA. Program dianggap berhasil apabila 55% masyarakat pesisir Muara Angke yang
bermatapencaharian di bidang perikanan menjadi anggota KONARA dan jumlah tersebut
meningkat setiap bulannya setelah program diterapkan. Penghasilan masyarakat yang
bergerak di bidang perikanan juga meningkat 40% setelah program KONARA diterapkan.
Akses terhadap informasi pasar, modal dan teknologi perikanan terbaru menjadi mudah dan
bisa dimanfaatkan oleh masyarakat wilayah pesisir Muara Angke.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses yang bertitik tolak untuk
memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya sendiri dengan
menggunakan dan mengakses sumberdaya setempat sebaik mungkin dan menempatkan
masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan (people or community
centered development). Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan
sustainable development dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasayarat
utama serta dapat diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju
suatu keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis. Program
pemberdayaan masyarakat yang akan diterapkan bagi masyarakat pesisir Muara Angke
adalah KONARA (Koperasi Perikanan Rakyat) yang diharapkan mampu memperbaiki
akses terhadap modal, informasi dan teknologi perikanan sehingga masyarakat pesisir
Muara Angke dapat lebih mudah memasarkan hasil perikanannya, mendapatkan surplus
dan meningkatkan taraf kesehjahteraan.
3.2 Saran
Perlu dilakukan penggencaran program-program pemberdayaan masyarakat, terutama
bagi masyarakat marginal sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) dan akhirnya dapat mengakibatkan kemajuan dan perbaikan bangsa secara
keseluruhan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji dkk. 2002. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil. Jakarta : Rineka
Cipta.

Sukudinas Perikanan Muara Angke. 1999. Buku Laporan Tahunan. Suku Dinas
Perikanan Muara Angke Jakarta Utara. Jakarta.

Kelurahan Pluit. 2009. Monografi Kelurahan Pluit. Kelurahan Pluit-Jakarta


Utara. Jakarta. 112 hal.

Subejo. Metodologi Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat. 2004


http://subejo.staff.ugm.ac.id/wp-content/paper-bem-2004.pdf
Diakses tanggal 27 Desember pukul 19.00

Nikijuluw, Victor P.H. 2009. Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir serta Strategi
Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu.
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/1B%20populasi
%20masyarakat%20pesisir.pdf
Diakses tanggal 28 Desember pukul 08.00

Thohir, Mudjahirin. 2010. Masyarakat Pesisir.


http://staff.undip.ac.id/sastra/mudjahirin/2010/07/30/masyarakat-pesisir/
Diakses tanggal 28 Desember pukul 08.30

Anonym. 2009. Fungsi Koperasi.


http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/fungsi-koperasi/
Diakses tanggal 28 Desember pukul 09.00

13

Anda mungkin juga menyukai