Anda di halaman 1dari 14

Gangguan Cairan dan Elektrolit

A. Definisi
Keseimbangan cairan dan elektrolit mencakup komposisi dan perpindahan  berbagai
cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Gangguan volume cairan dalah suatu keadaan ketika individu beresiko
mengalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari satu kelainan cairan
intravaskuler, interstisial dan intraseluler. (Carpenito, 2000).
Pada gangguan volume cairan dapat ditetapkan dua diagnosa yaitu kelebihan volume
cairan dan kekurangan volume cairan. Kekurangan volume cairan terjadi jika air dan
elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada dalam cairan tubuh normal,
sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama. Penyebab kekurangan volume
cairan termasuk kehilangan cairan yang tidak normal, seperti yang terjadi akibat
muntahmuntah, diare, suksion gastro intestinal, dan berkeringat, dan penurunan masukan
seperti pada adanya mual atau ketidakmampuan untuk memperoleh cairan (Smeltzer,
2001).
Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonic dari CES yang
disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih
sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Penyebab kelebihan volume cairan
mungkin berhubungan dengan kelebihan cairan biasa atau penurunan fungsi dari
mekanisme homeostatis yang bertanggung jawab untuk mengatur keseimbangan cairan
(Smeltzer, 2001).
Klien yang berisiko mengalami kelebihan volume cairan ini meliputi klien yang
menderita gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan sirosis (Weldy, 1992 dalam Potter,
2005)
B. Intake – Output Cairan
1) Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Rata-rata intake cairan perhari
2. Air minum 1500-2500 ml
3. Air dari makanan 750 ml
4. Air hasil oksidasi (metabolism) 200 ml
2) Rata-rata output cairan per hari
1. Urine 1400-1500 ml
2. IWL
 Paru 350-400 ml
 Kulit 350-400 ml
3. Keringat 100 ml
4. Feses 100-200 ml
3) Insensible Water Loss
a. Dewasa 15cc/kgBB/hari
b. Anak (30- usia (tahun) cc/kgBB/hari
 Rumus IWL
(15 x BB )
IWL =
24 jam
 Rumus IWL Kenaikan Suhu
[(10 % x CM ) x jumlah kenaikan suhu]+ IWLnormal
24 jam
C. Penyebab / faktor predisposisi
a. Usia : Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ, sehingga
dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit. Kebutuhan cairan  pada
anak tergantung berat badan, sampai 10 kg kira-kira perlu 100 ml/kg berat badan.
Kebutuhan cairan pada orang dewasa yaitu 50 cc per kg berat badan.
b. Temperatur yang tinggi : Dapat menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui
keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
c. Diet : Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan
makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergerakan cairan dari
interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan
cairan.
d. Stres : Dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui
proses  peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan
metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat
menimbulkan retensi natrium dan air.
e. Sakit : Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhann kebutuhan cairan yang cukup.
Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam tubuh seperti
ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan
cairan.
f. Pembedahan : Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,dikarenakan kehilangan darah
selama  pembedahan
D. Patofisiologi Terjadinya Gangguan Keseimbangan Cairan

E. Klasifikasi Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Permasalahan yang terjadi pada gangguan keseimbangan cairan yaitu:
1. Gangguan ketidakseimbangan volume cairan
a. Hipovolemia (Kekurangan volume cairan ekstraseluler)
Kekurangan volume ekstraseluler didefinisikan sebagai kehilangan cairan
tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif
sama. Kekurangan volume isotonik seringkali diistilahkan dehidrasi yang seharusna
dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan
hipernatremia.
Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
1) Penurunan masukan.
2) Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal
abnormal, dll.
3) Perdarahan.

Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipovolemia
antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, muntah, haus,
kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis kehilangan cairan
hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit.
Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme
kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa peningkatan
rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung, inotropik
(kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik
(ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkan
gagal ginjal akut.
b. Hipervolemia (Kelebihan volume ekstraselulser)
Kebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya
tertahan dengan proporsi yang kira-kira sama. Dengan terkumpulnya cairan
isotonik yang berlebihan pada ekstraseluler, maka cairan akan berpindah ke
kompartemen cairan interstitial sehingga menyebabkan edema.
Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
4) Perpindahan interstisial ke plasma.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipervolemia
antara lain : sesak nafas, dan ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi
hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA),
menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan
penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisis
elektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering menyertai hipervolemia.
Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya
pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler.
2. Gangguan ketidakseimbangan elektrolit
Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan tubuh.
Permasalahan yang terjadi:
a. Hipokalemia, yaitu keadaan di mana kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L
b. Hiperkalemia, yaitu suatu keadaan di mana kadar kalsium serum lebih dari atau
sama dengan 5,5 mEq/L
c. Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan
ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.
F. Komplikasi
1. Gagal ginjal
2. Gangguan pertukaran gas
3. Gangguan eliminasi fekal
4. Batu ginjal
5. Gangguan proses berpikir (konfusi atau bingung)
6. Gangguan integritas kulit
7. Gangguan penglihatan
G. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1. Pemeriksaan elektrolit untuk menentukan status hidrasi. Elektrolit yang sering diukur
adalah ion natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat
2. Pemeriksaan darah lengkap khususnya hematokrit untuk melihat respon dehidrasi
3. Penetapan PH diperlukan pada gangguan kesetimbangan asam dan basa
4. Pemeriksaan berat jenis urine untuk mengukur derajat konsentrasi urin.
5. Analisa gas darah.
H. Penatalaksanaan
1. Terapi cairan
Terapi cairan dibutuhkan jika tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit, dan zat-zat
makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien harus puasa lama (misal karena
pembedahan saluran cerna), perdarahan banyak, syok hipovolemik, anoreksia berat,
mual muntah terus-menerus, dll. Dengan terapi cairan, kebutuhan air dan elektrolit
dapat terpenuhi. Selain itu, dalam keadaan tertentu terapi cairan dapat digunakan
sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau dapat
juga digunakan untuk menjaga keseimbangan asam-basa.
a. Teknik Pemberian
Prioritas utama dalam menggantikan volume cairan yang hilang adalah melalui
rute enteral / fisiologis misalnya minum atau melalui NGT. Untuk pemberian
terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di punggung
tangan, sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah cubiti.
Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata
kaki dalam atau kepala.
Pemberian terapi cairan pada bayi baru lahir dapat dilakukan melalui vena
umbilikalis.
Penggunaan jarum anti-karat atau kateter plastik anti trombogenik pada vena
perifer biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan
macetnya tetesan. Pemberian cairan infus lebih dari 3 hari sebaiknya
menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis,
vena cubiti, vena subclavia, vena jugularis eksterna atau interna.
2. Monitor vital sign
3. Monitor status nutrisi
4. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
5. Kolaborasi dengan dokter
6. Mengukur intake dan output cairan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
I. Pengkajian
A. Riwayat Kesehatan
1. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
2. Tanda dan gejala gangguan keseimbangancairan dan elektrolit.
3. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.
4. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
5. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6. Faktor psikologis (perilaku emosional).
B. Pengukuran Klinik
1. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang
berhubungan dengan berat badan :
a. Ringan : ± 2%
b. Sedang : ± 5%
c. Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama.
2. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan darah
serta tingkat kesadaran.
3. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
a. Cairan oral : NGT dan oral
b. Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
c. Makanan yang cenderung mengandung air
d. Iritasi kateter
4. Pengukuran keluaran cairan
1). Urin : Volume, kejernihan/kepekatan
2). Feses : Jumlah dan konsistensi
3). Muntah
4). Tube drainage dan IWL
5). Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
1. Integument : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan, otot, tetani
dan sensasi rasa.
2. Kardiovaskuler : Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi
jantung.
3. Mata : cekung, air mata kering.
4. Neurology : Reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkatkesadaran.
5. Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah.
D. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit
(Ht).
1. Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
2. Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
3. Hb naik : adanya hemokonsentrasi
4. Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
II. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
III. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Kelebihan volume cairan Setelah mendapatkan asuhan keperawatan 1) NIC label: Fluid Management
…x 24 jam, diharapkan keadaan klien 7. Pertahankan catatan intake dan output
membaik dengan kriteria hasil: yang akurat
1) NOC label: Fluid Balance 8. Monitor hasil laboratorium yang sesuai
1. Tekanan darah klien dengan retensi cairan (BUN, hematokrit,
mendekati kisaran normal dan osmolalitas urin)
(sistol: 120-130 dan diastol: 80-90) 9. Monitor status hemodinamik termasuk
(skala 5) CVP, MAP, PAP, dan PCWP
2. Denyut nadi mendekati kisaran 60- 10. Monitor vital sign
100 kali per menit (skala 5) 11. Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan
3. Intake dan keluaran selama 24 jam (cracles, CVP, edema, distensi vena
seimbang (skala 5) leher, asites)
4. Berat badan stabil (sesuai rentang 12. Kaji lokasi dan luas edema
umur) (skala 5) 13. Monitor masukan makanan/cairan dan
2) NOC label: Electrolyte and Acid/Base hitung intake kalori
Balance 14. Monitor status nutrisi
1. Laju pernapasan mendekati 12-20 15. Kolaborasi pemberian diuretik sesuai
kali per menit (skala5) interuksi
2. Ritme pernapasan tidak bradipnea, 16. Batasi masukan cairan pada keadaan
takipnea, atau apnea. (skala 5) hiponatremi dilusi dengan serum Na <
3. Serum sodium (Na) pada cairan 130 mEq/l
ekstraseluler mendekati 135-145 17. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
mEq/L (skala 5) berlebih muncul memburuk
4. Serum potasium (K) pada cairan 2) NIC label: Fluid Monitoring
ekstraseluler mendekati 3,5- 5 1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
mEq/L (skala 5) cairan dan eliminasi
5. Serum klorida (Cl) pada cairan 2. Tentukan kemungkinan faktor resiko
ekstraseluler mendekati 95-105 dari ketidakseimbangan cairan
mEq/L (hipertermia, terapi diuretik, kelainan
(skala 5) renal, gagal jantung, diaporesis,
6. Serum kalsium (Ca) pada cairan disfungsi hati, dll)
ekstraseluler mendekati 4,5-5,5 3. Monitor berat badan
mEq/L 4. Monitor serum dan elektrolit urine
(skala 5) 5. Monitor serum dan osmolalitas urine
7. Serum magnesium (Mg) pada cairan 6. Monitor BP, HR dan RR
ekstraseluler 7. Monitor tekanan darah orthostatik dan
mendekati 1,5-2,5 mEq/L perubahan irama jantung
(skala 5) 8. Monitor parameter hemodinamik infasif
8. Serum bikarbonat (HCO3) pada 9. Catat secara akurat intake dan output
cairan ekstraseluler 10. Monitor adanya distensi leher, ronchi,
mendekati 22-26 mEq/L edema perifer dan penambahan BB
(arteri) dan 24-30 mEq/L 11. Monitor tanda dan gejala dari edema
(vena) (skala 5)
3) NOC label: Nutritional Status: Food and
Fluid Intake
1. Intake makanan
peroral yang adekuat, sesuai
kebutuhan (skala 5)
2. Intake cairan
peroral yang adekuat, sesuai
kebutuhan (skala 5)
2. Kekurangan volume Setelah mendapatkan asuhan keperawatan 1) NIC label: Fluid Management
cairan …x 24  jam, diharapkan keadaan klien 1. Pertahankan catatan intake dan output
membaik dengan kriteria hasil: yang akurat
1) NOC label: Fluid Balance 2. Monitor status hidrasi (kelembaban
1. Tekanan darah klien membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
mendekati kisaran normal (sistol: darah ortostatik), jika diperlukan
120-130 dan diastol: 80-90) (skala 5) 3. Monitor vital sign
2. Denyut nadi 4. Monitor masukan makanan/cairan dan
mendekati kisaran 60-100 kali per hitung intake kalori
menit (skala 5) 5. Kolaborasikan pemberian cairan IV 
3. Intake dan keluaran Monitor status nutrisi
selama 24 jam seimbang (skala 5) 6. Dorong keluarga untuk membantu
4. Elastisitas turgor kulit pasien makan
baik (skala 5) 7. Kolaborasi dengan dokter
5. Membran mukosa
lembab 2) NIC label: Hypovolemia Management
(skala 5) 1. Monitor status cairan termasuk intake
6. Tidak ada rasa haus dan output cairan
yang berlebihan (skala 5) 2. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
7. Konfusi menurun 3. Monitor tanda vital
(skala 5) 4. Monitor respon pasien terhadap
8. Pusing teratasi (skala penambahan cairan
5) 5. Monitor berat badan
2) NOC label: Nutritional 6. Dorong pasien untuk menambah intake
Status: Food and Fluid Intake oral
1. Intake makanan peroral yang 7. Monitor adanya tanda dan gejala
adekuat, sesuai kebutuhan kelebihan volume cairan
(skala 5) 8. Monitor adanya tanda gagal ginjal
2. Intake cairan peroral yang
adekuat, sesuai kebutuhan
(skala 5)

3) NOC label: Tissue Integrity: Skin and


Mucous Membranes
1. Temperatur kulit mendekati kisaran
36℃- 38℃ (skala 5)
2. Elastisitas kulit kembali (sesuai
umur, kembali ke keadaan semula
setelah ditarik tanpa bekas atau
kerutan sisa)(skala 5)
3. Perspirasi terjadi dengan jumlah dan
pada kondisi yang tepat (skala 5)
4. Tekstur kulit kering dan halus (skala
5)
5. Ketebalan kulit mendekati normal
(skala 5)

Anda mungkin juga menyukai