Sering kali proses penurunan kepadatan tulang terjadi secara perlahan dan tidak
menimbulkan gejala. Itu sebabnya osteoporosis kerap disebut the silent disease. Jika
kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi melemah, keropos, lebih rentan
retak, akan timbul nyeri dan kelainan bentuk tulang. beberapa kondisi berikut dapat
menjadi gejala terjadinya osteoporosis, antara lain sakit punggung, postur tubuh bungkuk,
menurunnya tinggi badan, lebih sering mengalami cedera/keretakan tulang. Keretakan
biasanya terjadi pada tulang belakang, pergelangan tangan, lengan, atau tulang pangkal paha.
Saat muda, tulang manusia beregenerasi dengan cepat serta berada dalam kondisi paling
padat dan kuat. Namun seiring pertambahan usia, tulang lama tidak segera tergantikan
dengan tulang baru dan tidak lagi bertumbuh. Hal ini membuat tulang secara perlahan
menjadi lebih rapuh dari waktu ke waktu. Pada lansia hal ini menyebabkan kesulitan dalam
melakukan aktifitasnya. Pada lansia yang mengalami osteoporosis, timbul ketakutan untuk
memulai aktivitas fisik sebab merasa tulangnya tak mampu lagi menopang pergerakan
tubuh. Padahal hal ini tak sepenuhnya benar. Justru lansia yang
menderita osteoporosis harus lebih aktif bergerak.
Tidak mengalami siklus menstruasi dalam waktu lama (lebih dari enam bulan) akibat
olahraga atau diet yang berlebihan.
Mengalami menopause dini (sebelum usia 45).
Menjalani histerektomi (operasi pengangkatan rahim) sebelum usia 45, terutama jika
kedua ovarium juga diangkat.
Penatalaksanaan Osteoporosis
Penatalaksanaan osteoporosis bertujuan untuk mencegah kehilangan tulang lebih lanjut dan
mencegah terjadinya fraktur patologis. Insidensi fraktur panggul dapat berkurang 20-25%
jika osteoporosis ditangani dengan tepat. Pilihan penatalaksanaan terdiri atas
medikamentosa dan nonmedikamentosa. Tata laksana medikamentosa meliputi hormonal
atau nonhormonal. Pada prinsipnya terapi bekerja menghambat resorpsi tulang atau
meningkatkan pembentukan tulang.
Terapi Hormonal
Terapi sulih hormon dapat bermanfaat untuk mengurangi gejala yang disebabkan oleh
perubahan hormon saat menopause. Terapi sulih hormon tidak dapat diberikan untuk
semua wanita menopause. Terapi sulih hormon dapat memberikan efek samping seperti
peningkatan risiko kanker, tromboemboli dan gangguan kandung empedu. Oleh karena itu
pemberian terapi sulih hormon harus dievaluasi secara berkala.
Nonhormonal
Terapi nonhormonal yang dapat dilakukan meliputi suplementasi vitamin D, dan kalsium.
Rekomendasi yang ada menyarankan suplementasi vitamin D dan kalsium secara rutin untuk
mencegah risiko terjadinya fraktur. American Geriatric Society menyarankan lansia >65
tahun diberikan suplementasi vitamin D minimal 1000 IU/hari dan kalsium 1000-1200
mg/hari sedangkan Endocrine Society, Amerika Serikat, menyarankan dosis vitamin D yang
lebih tinggi sebesar 1500-2000 IU.
Nonmedikamentosa
Senam osteoporosis
Latihan kekuatan otot: latihan menggunakan barbel kecil atau mesin latih beban
yang berpusat melatih daerah panggul, paha, bahu, lengan serta pergelangan tangan