PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari – hari, kita sering menggunakan berbagai bahan
kimia. Sebagian besar dari masyarakat tidak menyadari akan bahaya dari bahan –
bahan kimia tersebut, bahan kimia yang banyak digunakan didalam kehidupan
sehari - hari memang tidak memberikan akibat secara langsung dan cepat namun,
membutuhkan waktu lama. Kita mungkin tahu polimer yang merupakan suatu
golongan bahan kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari – hari
maupun dalam industri. Polimer meliputi plastik, karet, serat, dan nilon. Beberapa
senyawa penting dalam tubuh makhluk hidup, yaitu karbohidrat (polisakarida),
protein, dan asam nukleat, juga merupakan polimer.
Styrofoam yang memiliki nama lain polystyrene, begitu banyak digunakan
oleh manusia dalam kehidupannya sehari hari. Begitu Styrofoam diciptakan pun
langsung marak digunakan di Indonesia. Banyak keunggulan pada styrofoam yang
akan sangat menguntungkan bagi para penjual makanan seperti tidak mudah
bocor, praktis dan ringan sudah pasti lebih disukai sebagai pembungkus makanan
mereka. Bahkan kita tidak dapat dalam satu hari saja tidak menggunakan bahan
polimer sintetik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pembuatan dan reaksi pembentukan polistirena?
2. Bagaimana lokasi pendirian pabrik polistirena?
3. Bagaimana diagram alir pembentukan polistirena?
4. Apa manfaat polistirena?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui cara pembuatan dan reaksi pembentukan polistirena.
2. Mengetahui lokasi pendirian pabrik polistirena.
3. Mengetahui diagram alir pembentukan polistirena.
4. Mengetahui manfaat polistirena.
1
1.4 Manfaat Penulisan
1. Pembaca dapat mengetahui cara pembuatan dan reaksi pembentukan
polistirena.
2. Pembaca dapat mengetahui lokasi yang baik untuk mendirikan pabrik
polistirena.
3. Pembaca dapat mengetahui diagram alir pembentukan polistirena.
4. Pembaca dapat mengetahui manfaat polistirena.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
c. Sifat Fisik
Sifat Fisis Polistirena
Kepadatan 1,05 g / cm 3
Kepadatan EPS 16-640 kg / m 3
Konstanta dielektrik 2.4-2.7
Listrik konduktivitas (s) 10 -16 S / m
Thermal konduktivitas (k) 0,08 W / (m ° K)
Young’s modulus (E) 3000-3600 Mpa
Kekuatan tarik (t) 46-60 Mpa
Perpanjangan putus 3-4%
Notch test 2-5 Kj / m 2
Suhu transisi gelas 95 ° C
Melting point 240 ° C
Vicat B 90 ° C [6]
Koefisien ekspansi linear (a) 8 × 10 -5 / K
Panas spesifik (c) 1,3 Kj / (kg K ·)
Penyerapan air (ASTM) 0.03-0.1
(http://bilangapax.blogspot.com/2011/02/polistirena.html)
d. Sifat Kimia
Inert : tidak bereaksi dengan kebanyakan substans
Larut dalam beberapa pelarut organic, terutama yang mengandung
aseton
Perubahan ikatan rangkap karbon ke ikatan tunggal kurang reaktif
Sangat mudah terbakar dengan bara api berwarna kuning
Pada oksidasi sempurna, hanya menghasilkan karbon dioksida dan
uap air.
Fleksibel dan mudah dibentuk padatan karena kekuatan Van der
Waal yang kuat, yang ada antara rantai hidrokarbon yang panjang.
4
cukup dan aluminiumklorida sebagai katalisnya. Etil benzena didehidrogenasi
menjadi stirena dengan melewatkannya melalui katalis oksida aktif. Pada
suhu sekitar 6000C stirena disuling dengan cara destilasi maka didapatkan
polistirena.
5
ini menggunakan proses ini. Pada proses ini menggunakan sejumlah
solvent yang biasanya adalah monomer stirena itu sendiri dan Etil
Benzena. Ada 2 jenis polimerisasi bulk, yaitu :
Polimerisasi bulk batch
Beberapa produsen polistirena masih menggunakan proses
ini, dimana proses ini terdiri dari unit polimerisasi yang
didalamnya terdapat tangki polimerisasi berpengaduk dengan
konversi di atas 80%. Larutan polimer kemudian dipompa ke
bagian finishing untuk devolatilisasi ataupun proses polimerisasi
akhir dan grinding. ( U.S. Patent, 1983)
Polimerisasi bulk continuous
Proses ini merupakan proses pembuatan polistirena yang
paling banyak digunakan. Ada beberapa jenis desain dimana
beberapa diantaranya sudah mendapatkan lisensi. Secara umum
proses ini terdiri dari satu atau lebih reaktor tangki berpengaduk
(CSTR). CSTR ini biasanya diikuti oleh satu atau lebih reaktor
yang didesain untuk menangani larutan yang kental (viskositas
tinggi). Reaktor ini didesain untuk memindahkan panas baik secara
langsung melalui koil maupun pendingin uap. Dengan
menggunakan proses ini, konversi monomer stirena menjadi
polistirena dapat mencapai lebih dari 85% berat. Polimerisasi
diikuti terjadinya devolatilisasi yang terus menerus. Devolatilisasi
ini dapat terjadi melalui preheating dan vacuum flash chambers,
devoitizing extruders atau peralatan yang sesuai. Tingkat volatilitas
dari 500 ppm stirena atau kurang dapat tercapai dengan peralatan
khusus, meskipun polistirena yang umum dikomersialkan
mempunyai tingkat volatilitas sekitar 2000 ppm stirena. ( U.S.
Patent, 1983)
2. Polimerisasi Suspensi
6
Polimerisasi suspensi adalah sistem batch yang sangat popular
untuk tahapan khusus pembuatan polistirena. Proses ini dapat digunakan
untuk memproduksi kristal maupun HIP. Untuk memperoduksi HIP,
stirena dan larutan karet diolah dengan bulk polymerized melalui fase
inverse. Kemudian disuspensikan ke dalam air untuk mendapatkan
suspense air dan minyak dengan menggunakan sabun atau zat pesuspensi.
Kemudian butiran suspense ini dipolimerisasi lagi sampai selesai dengan
menggunakan inisiator dan pemanasan bertahap. Fase air digunakan
sebagai heat sink dan media perpindahan panas terhadap jaket yang
dikontrol suhunya.
3. Polimerisasi Emulsi
Polimerisasi emulsi biasanya digunakan pada proses
kopolimerisasi stirena dengan monomer atau polimer lain. Proses ini
merupakan metode komersial yang jarang digunakan untuk memproduksi
polistirena kristal atau HIP. Proses ini mempunyai persamaan dengan
proses polimerisasi suspense kecuali bahwa butiran monomer yang
digunakan dalam polimerisasi emulsi ini dalam ukuran mikroskopis. Air
digunakan sebagai carrier dengan agen pengemulsi untuk memberikan
partikel yang sangat kecil dan aktalis untuk mempercepat kecepatan
reaksi.(Meyer,1984).
7
Jenis Produksi Kelebihan Kekurangan
1. Polimerisasi bulk
Prosesnya mudah. Sangat eksotermis.
-bulk batch
Kemurnian Produk. Waktu pengerjaan
Alat-alat sederhana. lama.
Produk yang dihasilkan
-bulk continous lebih seragam. Membutuhkan
Kemurnian produk tinggi. pengadukan dan
Pengontrolan suhu lebih alat recycle.
mudah.
2. Polimerisasi Tidak ada kesulitan Dimungkinkan
Suspensi dengan panas adanya
polimerisasi. kontaminasi dari
Ketel untuk proses air dengan agen
polimerisasi sederhana. penstabil.
Volatilitas dapat
dikurangi sampai pada
tingkat yang rendah
dengan pemilihan katalis
dan suhu yang tepat.
3. Polimerisasi Prosesnya cepat dan tidak Dimungkinkan
Emulsi ada kesulitan dengan terjadinya
panas polimeriasi. kontaminasi
Beberapa proses polimer dengan air
polimerisasi yang tidak dan agen
mungkin dilakukan pengemulsi.
dengan teknik lain tapi Berat molekul
dengan mudah dilakukan polimer tinggi
dengan proses ini. untuk proses
Dapat diterapkan untuk pembentukan yang
polimeriasi secara cepat dengan
kontinyu. menggunakan
8
injeksi.
BAB III
URAIAN PROSES
9
Pembuatanpolistirena secara garis besar dapat dibagi menjadi lima tahap:
1. Tahap Penyiapan Bahan Baku
Stirena monomer sebagai bahan baku utama disimpan dalam tangki atmosferis
pada suhu 30 derajat celcius dan tekanan 1 atm, dialirkan menggunakan pompa
sentrifugal ke dalam mixer (M-120)untuk dicampur dengan arus recycle, serta etil
benzena sebagai pelarut yang dialirkan dari tangki penyimpanan etil benzene pada
suhu 30 derajat celcius dan tekanan 1 atm menggunakan pompa sentrifugal.
Campuran stirena monomer, arus recycle, dan pelarut etil benzena ini selanjutnya
dialirkan ke dalam reaktor untuk tahap selanjutnya yaitu tahap reaksi, tetapi
sebelum dimasukkan ke dalam reaktor bahan perlu dipanaskan terlebih dahulu
untuk mengurangi kebutuhan panas di dalam reaktor dengan menggunakan
pemanas heat exchanger.
2. Tahap Reaksi
Campuran stirena monomer, etil benzena, dan inisiator benzoil peroksida
dimasukkan kedalam reaktor alir tangki berpengaduk (RATB) (R-130) untuk
direaksikan. Kondisi operasi dalam reaktor dipertahankan pada suhu 90 derajat
dan tekanan 1 atm utuk mencapai konversi 70%. Reaksi yang terjadi di dalam
reaktor adalah reaksi eksotermis (melepaskan panas), sehingga diperlukan
pendingin dengan menggunakan jaket pendingin.
3.Tahap Pemisahan
Produk yang keluar dari reaktor dengan menggunakan pompa sentrifugal
dialirkan ke flash drum(D-140) dengan kondisi operasi pada suhu 171,74 derajat
celcius dan tekanan 1,2 atm untuk memisahkan sisa pereaktan yang tidak bereaksi
dan pelarut dengan produk. Uap yang terbentuk menuju ke bagian atas flash drum
sebagai hasil atas, yang akan dikondensasikan di kondenserdan nantinya hasil
kondensasi digunakan kembali sebagai umpan recycle. Sedangkan fase cairnya
sebagai hasil bawah dialirkan menuju extruder.
4.Tahap Pembentukan
Produk polistirena yang keluar sebagai hasil bawah flash drum
dimasukkan kedalam extruder(S-150) untuk membentuk lelehan polistirena
menjadi polistirena berbentuk pellet berukuran 1/8 in. Extruder dilengkapi dengan
cooling bath yang berfungsi untuk mendinginkan polistirena, setelah melewati
cooling bath kemudian dialirkan udara yang dihembuskan oleh blower untuk
mengeringkan polistirena. Polistirena yang sudah kering kemudian masuk ke
cutting machine untuk memotong polistirena menjadi polistirena berbentuk pellet,
kemudian polistirena yang sudah berbentuk pellet diangkut menuju silo.
5.Tahap Penyimpanan
Polistirena yang sudah berbentuk pellet diangkut menuju silo dan
selanjutnya disimpan di gudang penyimpanan untuk kemudian didistribusikan.
10
BAB IV
PEMBAHASAN
5.1. Reaksi Pembentukan Polistirena
11
1. Tahap Inisiasi
Proses inisiasi adalah proses pembentukan radikal bebas dari
inisiator. (Billmayer, 1970). Reaksi inisiasi dipicu oleh Benzoyl peroxide
yang ketika dipanaskan pada suhu 900 akan terpecah menjadi radikal
carboxyl yang segera terdekomposisi menjadi radikal phenyl
2. Tahap Propagansi
Proses propagasi adalah proses pertumbuhan polimer sebagai
akibat dari penggabungan monomer-monomer ke dalam rantai radikal
aktif (Billmayer, 1970).
3. Tahap Terminasi
Proses propagasi dilanjutkan dengan proses terminasi yang
merupakan proses penghentian propagasi (Billmayer, 1970).
12
Rantai ini akan terus memanjang dengan adisi ratusan hingga
puluhan ribu unit styrene. Reaksi berantai iniakan berhenti ketika
monomer habis.
5.2.Lokasi Pendirian Pabrik Polistirena
Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal yang sangat penting dalam
perancangan suatu pabrik, karena hal ini menyangkut kelangsungan dan
keberhasilannya, baik dari segi ekonomi maupun segi teknisnya. Pabrik
polistirena ini direncanakan akan dibangun di daerah Merak, Jawa Barat dengan
pertimbangan-pertimbangan di bawah ini :
1. Bahan Baku.
Bahan baku Ethylbenzene tersedia di daerah Merak, sehingga jarak yang
dekat dengan sumber bahan baku akan menekan biaya transportasi dan
memudahkan penyediaannya.
2. Pasar
Pabrik yang mempergunakan styrene sebagai bahan baku dan Jakarta sebagai
pusat pasar jaraknya cukup dekat dengan Merak. Hal ini akan memudahkan
dalam pemasaran produk styrene maupun polistirena.
3. Utilitas
Air sebagai salah satu kebutuhan proses tersedia dalam jumlah yang memadai
di daerah Merak yang cukup dekat dengan pantai. Juga kebutuhan energi
listrik tersedia dengan cukup dengan dibangunnya PLTU di Jawa Barat. Hal
ini akan menunjang kelancaran operasional pabrik sehari-hari.
4. Transportasi
Tersedianya jalan tol Jakarta – Merak dan pelabuhan Tanjung Priok akan
melancarkan pemasaran produk baik untuk pasar dalam negeri maupun untuk
orientasi ekspor.
5. Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja baik tenaga maupun pekerja biasa akan terpenuhi
dengan banyaknya tenaga kerja di sekitar Merak maupun kota Jakarta.
6. Proses Produksi
Dalam proses produksi polistirena terjadi kehilangan berat bahan, tetapi
karena kehilangan berat relatif kecil maka Merak yang dekat pasar dan
sumber bahan baku tetap menguntungkan secara ekonomis.
13
Letak pabrik yang tidak berada di kota besar akan memudahkan dalam
pengolahan limbahnya maupun dalam usaha perluasan pabrik khususnya
dalam penyediaan tanah lokasi.
8. Pemerintah
Kebijakan pemerintah untuk menjadikan Merak, dan sekitarnya sebagai
kawasan industri akan memudahkan dalam hal perijinan dan pengembangan
pabrik.
14
b. HIPS (High Impact Polystyrene) Flowsheet
15
5.4 Manfaat Polistirena
Polystyrene merupakan senyawa berbentuk Kristal bening yang
mempunyai sifat elektris yang baik, derajat kekerasan yang tinggi, tahan
terhadap panas, mudah dalam pewarnaan, permukaan yang halus dan low
toxity.
Karena sifat-sifat seperti di atas maka polystyrene banyak digunakan
sebagai:
a. Sebagai bungkus makanan
c. Sebagai furniture
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Polystyrene adalah sebuah aromatik polimer yang dibuat dari
aromatik monomer styrene, cairan hidrokarbon yang secara komersial
diproduksi dari minyak bumi oleh di industri kimia.
Polystyrene merupakan senyawa berbentuk Kristal bening yang
mempunyai sifat elektris yang baik, derajat kekerasan yang tinggi, tahan
terhadap panas, mudah dalam pewarnaan, permukaan yang halus dan low
toxity.
Polystyrene dibuat melalui beberapa tahapan reaksi, yaitu tahapan
inisiasi, tahapan propagasi, dan tahapan terminasi. Sedangkan contoh proses
produksinya adalah bulk-batch, bulk-continuous, polimerisasi suspensi, dan
polimerisasi eemulsi.
Berdasarkan analisa data yang telah diperoleh, maka disimpulkan
bahwa potensi pasar dari produk polistrena di Indonesia masih luas karena
setiap tahun permintaan produk polistirena semakin meningkat.
5.2 Saran
a. Saran Untuk Produsen
Pendirian pabrik polistirena semakin cepat semakin baik, karena ke
kebutuhan dalam negeri akan polystirena semakin tahun semakin
tinggi
b. Saran Untuk Konsumen
Hindari pengunaan polistirena berlebih karena dapat mencemari
lingkungan
Hindari penggunaan polistirena sebagai tempat makanan dengan
suhu tinggi karena dapat terjadi kontaminasi pada makanan oleh
polistirena.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://bilangapax.blogspot.com/2011/02/polistirena.html
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/532/jbptunikompp-gdl-rizkyrachm-26569-6
babiv.pdf
http://serbamurni.blogspot.com/2012/02/contoh-laporan-cstr-continuous-
stirred.html
selvyfransisca.files.wordpress.com/2011/07/makalah-asam-asetat.docx
Wikipedia.com/polystyrene.html
18