Anda di halaman 1dari 6

EVALUASI KINERJA KOLOM FRAKSINASI CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU)

PADA BEBAGAI OPERASI OVER KAPASITAS DENGAN SIMULASI HYSYS


Ummu Hani, Dinny Winda Astuti

Abstrak
Salah satu upaya memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak tanpa membuat plant baru adalah dengan
mengoptimalkan plant yang sudah ada dengan menaikkan kapasitas produksinya. Crude Distillation Unit
(CDU) sebuah kilang minyak berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi crude oil menjadi gas, SR Top, nafta,
Light Kerosene Distillate (LKD), Light Cold Test (LCT) dan residu.
Ada 4 kolom distilasi pada unit tersebut yang semuanya beroperasi pada tekanan atmosferik
menggunakan tipe kolom valve tray. Unit ini pada kondisi normal berkapasitas feed sebesar 1700 ton/hari.
Namun untuk menjalankannya di atas kapasitas tersebut perlu studi dan simulasi lebih lanjut sebelum bisa
diaplikasikan secara nyata dan juga evaluasi terhadap kinerja peralatan dan unit-unit yang ada di dalamnya serta
pada kualitas produk yang dihasilkan.
Dari hasil simulasi yang telah dilakukan dan data hasil simulasi yang telah diperoleh, ditinjau dari persen
flooding dari masing-masing kolom masih memungkinkan untuk menaikkan kapasitas feed hingga 120%. Dari
kualitas produknya pun seperti True Boiling Point (TBP) dan cold properties tidak menunjukkan perbedaan
kualitas yang ekstrim. Sehingga Crude Distillation Unit (CDU) tersebut masih dapat beroperasi dengan baik
pada kapasitas 110% dan 120%.

Kata kunci : Simulasi, CDU, kolom fraksinasi, TBP, cold properties, flooding.

I. Pendahuluan Straight Run Top, nafta, Light Kerosene Destilat


Dewasa ini industri perminyakan memiliki (LKD), Light Cold Test (LCT), serta residu.
peran yang besar sebagai industri hulu dalam dunia Keempat kolom fraksinasi beroperasi
industri yang berkembang sangat pesat. Selain pada tekanan atmosferik dengan menggunakan
untuk bahan bakar, industri perminyakan jenis tray tipe valve tray. Desain awal kapasitas
merupakan penyedia bahan baku utama untuk CDU secara overall adalah 1700 ton/hari yang
industri plastik. Banyak cara yang dapat dilakukan sudah disesuaikan dengan desain internal keempat
untuk meningkatkan produksi minyak yang kolom pada normal operasi. Namun pada unit ini
memang sangat dibutuhkan dalam banyak proses akan dilakukan penaikan kapasitas mengikuti unit-
industri, salah satu solusi yang bisa dilakukan unit sebelumnya. Pada desain normal kolom ini
adalah optimalisasi kilang-kilang minyak yang dapat beroperasi dengan hasil optimum. Namun
sudah ada dengan menaikkan kapasitas produksi setelah penaikan kapasitas maka kolom ini akan
unit-unitnya. beroperasi diatas kapasitas desainnya sehingga
Dalam sebuah kilang minyak, merupakan diperlukan simulasi proses untuk mengevaluasi
kombinasi unit-unit proses kimia, seperti reaktor berapa kapasitas maksimum dari CDU serta
kimia, kolom distilasi, extractor, evaporator, heat mengetahui performa Crude Distillation Unit
exchanger dan lain sebagainya yang terintegrasi apabila beroperasi pada over kapasitas.
secara rasional dalam suatu proses untuk mengubah
raw material dan energi yang masuk menjadi II. Tinjauan Pustaka
produk yakni bahan bakar.
Di proses tersebut raw material (dalam hal II.1 Deskripsi Proses Kilang Minyak
ini crude oil) dipompa dari tangki penyimpanan Proses pengolahan minyak pada kilang
melalui gas-fired preheater furnace, kedalam minyak secara umum adalah melalui Crude
kolom distilasi untuk mengalami proses pemisahan Distillation Unit (CDU) dimana di unit ini crude
menjadi produk berguna seperti nafta, kerosene, oil akan dipisahkan berdasarkan perbedaan titik
light gas oil, heavy gas oil, dan high boiling residu. didihnya pada beberapa kolom fraksinasi yang
Proses ini terjadi pada Crude Distillation Unit kemudian akan menghasilkan produk seperti gas,
(CDU) di salah satu kilang minyak di Indonesia, Straight Run Top, nafta, Light Kerosene Destilat
pada kilang minyak tersebut terdapat 4 unit Crude (LKD), Light Cold Test (LCT), serta residu. Produk
Distillation. Unit-unit sebelumnya telah mengalami nafta dari CDU adalah komponen premium yang
kenaikan kapasitas sehingga perlu studi lanjut masih mempunyai bilangan oktan rendah sehingga
tentang unit berikutnya apabila akan dinaikkan juga nafta harus diolah lebih lanjut dalam platforming
kapasitasnya. Unit yang akan disimulasikan ini unit dengan katalis platina untuk menghasilkan
memiliki 4 kolom fraksinasi yang akan komponen bensin beroktan tinggi. Sementara
memisahkan fraksi minyak bumi menjadi Gas, residu yang dihasilkan akan melewati unit
berikutnya dimana pada unit ini fraksi-fraksi residu langsung ditampung pada tangki untuk diolah di
akan diolah lebih lanjut. unit berikutnya.

II.2. Deskripsi Proses Crude Distillaton Unit II.3. Distilasi


(CDU) Dalam skala industri, produk dari minyak
CDU merupakan bagian unit proses dari bumi dikelompokkan berdasarkan rentang titik
sebuah kilang minyak di Indonesia dengan didihnya atau trayek didihnya. Pengelompokan
kapasitas 1700 ton/hari. Unit ini berfungsi untuk produk berdasarkan titik didih ini lebih sering
memisahkan fraksi – fraksi dari crude oil. Proses dilakukan dibanding pengelompokan berdasarkan
pengolahannya dilakukan dengan cara memisahkan komposisinya. Pengukuran rentang pendidihan
fraksi–fraksinya atas dasar perbedaan titik didih merupakan karakteristi penting dalam industri
pada tekanan atmosfer. kilang minyak bumi karena menunjukkan kualitas
Feed yaitu crude oil dipompa menuju pre dan kuantitas berbagai fraksi produk yang
heater furnace yang kemudian dipompa lagi terkandung dalam minyak bumi. Pada umumnya
menuju furnace dan kemudian masuk ke crude oil tersusun dari elemen atau senyawa
evaporator untuk memisahkan crude oil yang sebagai berikut:
berupa uap dan liquid, produk bawah evaporator  84% karbon
tersebut kemudian dipompa menuju furnace kedua  14% hidrogen
untuk memanaskannya lagi dan menjadikannya  1 hingga 3% sulfur (hydrogen sulfide,
berfase uap sebelum dimasukkan ke kolom C-4. sulfides, disulfides, elemental sulfur)
Sementara produk atas dari evaporator langusng  kurang dari 1% nitrogen (komponen dasar
dialirkan ke kolom C-1 yang kemudian mengalami dengan gugus amina)
proses distilasi pada kolom C-1 menghasilkan  kurang dari 1% oksigen (ditemukan pada
produk atas yang langsung masuk sebagai feed di senyawa-senyawa organik seperti carbon
kolom C-3, produk bawahnya dialirkan ke kolom dioxide, phenols, ketones, carboxylic
C-4 sebagai feed dan juga aliran refluksuntuk acids)
kolom C-4. Produk samping C-1 ada yang  kurang dari 1% metal (nickel, iron,
langsung dialirkan menuju kolom C-2 dan ada yang vanadium, copper, arsenic)
dikembalikan ke kolom C-1 sebagai aliran refluks.  kurang dari 1% garam-garaman (sodium
Produk atas kolom C-2 digabungkan dengan chloride, magnesium chloride, calcium
produk samping kolom C-1 yang dialirkan kembali chloride).
ke kolom C-1 sebagai aliran refluks, sementara (G. Deschamps, 2009)
produk bawahnya yaitu Light Kerosene Distillate Beberapa metode distilasi yang lazim
(LKD) langsung dialirkan ke tangki penampung digunakan pada skala laboratorium adalah:
untuk diolah di unit berikutnya. Pada kolom C-4 a. Distilasi ASTM/Distilasi Engler (ASTM
terjadi proses distilasi yang menghasilkan produk D-86)
atas berupa gas yang ditampung di tangki tertentu  Merupaka distilasi diferensial
untuk diproses lebih lanjut, produk samping yaitu sederhana, dimana sampel
Light Cold Test (LCT) sebagian langsung minyak bumi dididihkan sampai
ditampung dan sebagian dikembalikan ke kolom habis menguap. Uap yang terjadi
sebagai aliran refluks, sementara produk bawahnya diembunkan dalam kondensor
adalah residu yang langsung ditampung di tangki dan tetes cairan hasil
untuk diolah lebih lanjut pada High Vacuum Unit pengembunan (distilat)
(HVU) untuk memisahkan fraksi-fraksinya. Hal ini ditampung dalam gelas ukur.
dilakukan karena residu terdiri dari komponen– Temperatur uap yang bergerak ke
komponen yang mempunyai titik didih tinggi, kondensor dan volume cairan
sehingga bila dilakukan pada tekanan atmosferik diukur bersamaan.
diperlukan temperatur operasi yang tinggi, padahal  Hasil distilasi dapat digunakan
pada temperatur tinggi sebagian residu akan untuk menganalisa minyak
mengalami perekahan. mentah.
Produk atas dari kolom C-1 yang  Analisa cepat.
dialirkan ke kolom C-3 didistilasi lebih lanjut  Banyak digunakan untuk
menghasilkan produk atas dari kolom C-3 yang mengontrol operasi.
dipisahkan lebih lanjut di dalam separator untuk  Diaplikasikan untuk minyak
menghasilkan off gas, crude butane dan straight mentah dan produk-produknya.
run top. Sementara produk bawahnya dialirkan ke  Tekanan yang digunakan adalah
kolom C-1 sebagai feed dan produk sampingnya tekanan atmosferik.
adalah nafta yang sebagian dikembalikan dalam
 Pemanasan diatur sedemikian
kolom sebagai aliran refluks dan sebagian lagi
rupa 5 – 10 menit untuk
memperoleh tetesan pertama,
hasil dikumpulkan dengan Suatu angka yang menyatakan
kecepatan 4 – 5 cc per menit. perbandingan berat bahan bakar minyak
 Temperatur uap tetesan pertama pada temperatur tertentu terhadap air pada
disebut dengan IBP (Initial volume dan temperatur yang sama.
Boiling Point). Parameter ini digunakan untuk
 Temperatur uap maksimum pada mengetahui seberapa ringan atau berat
tetesan terakhir disebut End produk yang dihasilkan.
Point. 2. Flash Point (titik nyala)Angka yang
b. Distilasi Hempel (ASTM D-285) menyatakan suhu terendah dari bahan
Prosedur pengujian sama dengan bakar minyak dimana akan timbul
distilasi Engler, namun dengan kuantitas pernyalaan api sesaat apabila pada
sampel lebih banyak. Selain itu peralatan permukaan minyak tersebut didekatkan
distilasi Hempel dilengkapi dengan pada nyala api.
coloumn packing yang dipasang antara 3. Pour Point (titik tuang)
labu didih dengan saluran uap ke Suatu angka yang menyatakan suhu
kondensor. Diatilasi ini dilakukan terendah dari bahan bakar minyak
berdasarkan metode ASTM D-285 yang sehingga minyak tersebut masih dapat
meliputi pemotongan fraksi-fraksi pada mengalir karena gaya gravitasi.
tekanan atmosferik, dilanjutkan pada 4. Cetane Number
tekanan hampa 40 mmHg, dan analisis Parameter ini menyatakan kualitas
terhadap fraksi. pembakaran dari bahan bakar mesin diesel
c. Distilasi TBP/True Boiling Point (ASTM yang diperlukan untuk mencegah
D-2892) terjadinya diesel knock atau suara pukulan
 Distilasi TBP dilakukan dengan di dalam ruang pembakaran mesin. Angka
menggunakan peralatan yang ini merupakan perbandingan antara
menghasilkan derajat fraksionasi volume n-cetane dengan campuran n-
minimal. Hal ini dapat dicapai cetane + metil naftalena yang nilainya
dengan menggunakan: berkisar antara 40 – 60.
1. Kolom yang menghasilkan 5. Octane Number
kontak sangat baik antara Angka ini menyatakan perbandingan antara
uap dan cairan refluks. senyawa iso-oktan dengan campuran iso-
2. Sarana pembangkit cairan oktan + n-oktan.
refluks yang memungkinkan
pengaturan laju alir refluks. II.5. Pemilihan Aplikasi Termodinamika Untuk
 Derajat kemurnian relatif tinggi, Permodelan Proses
setiap komponen terpisahkan Dalam penelitian, begitu juga dengan
dengan baik (dari komponen simulasi untuk mendekati kondisi simulasi dengan
ringan sampai dengan komponen kondisi lapangan sangat diperlukan pemilihan
berat). model termodinamika yang paling akurat. Sebagai
 Kondisi operasi, tekanan acuan pemilihan model termodinamika ditampilkan
atmosferik, dan temperatur pada tabel 2.2
sampai dengan 316oC, kemudian Dalam tabel 2.1 pemilihan model
dilanjutkan dengan tekanan termodinamika dipengaruhi oleh sistem kimia.
vakum dengan tujuan mencegah Untuk mendapatkan model yang paling akurat
perengkahan fraksi minyak yang pemilihan juga dipengaruhi oleh kondisi operasi
lebih berat. (tekanan dan temperatur) terutama untuk proses
 Volume minyak mentah 1000 – dalam fase gas.
5000 sehingga volume distilat
setiap fraksi banyak dan cukup
untuk analisa kualitatif.
(Van Winkle, 1967)
II.4. Parameter Kualitas Bahan Bakar
Untuk mengetahui kualitas suatu bahan
bakar diperlukan beberapa parameter standar.
Setiap industri kilang minyak biasanya mempunyai
rentang nilai tertentu untuk setiap parameter sesuai
dengan target produk yang diinginkan. Beberapa
parameter bahan bakar yang umum digunakan
antara lain:
1. Specific Gravity (s.g)
III. Metodologi Penelitian Agar program simulasi dapat berjalan dan
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagi mendekati kondisi lapangan harus
berikut: dilakukan pemilihan model
termodinamika secara baik. Pemilihan
model termodinamika mengikuti acuan
Start pada artikel Applied Thermodynamics for
Process Modelling yang ditulis oleh Chen
Pengambilan data operasi dan Mathias, 2002. Model
Thermodinamika yang akan dipilih adalah
metode Peng-Robinson, karena umum
digunakan untuk oil processing dan juga
Pemilihan model thermodinamika sesuai dengan komponen-komponen yang
terlibat dan kondisi operasi.
3. Tahap Permodelan dan Penyerdehanaan
Permodelan unit-unit proses TIDAK Unit-Unit Proses
Permodelan dan penyerdehanaan proses
meliputi:
- Penyesuaian model dengan
Pengujian/validasi hasil simulasi paket Oil Manager di
HYSYS
YA - Penyesuaian kebutuhan
peralatan dengan peralatan
yang dimiliki HYSYS
Validasi 4. Pengujian (validasi) program simulasi
hasil Pengujian model berfungsi untuk
memastikan apakah model yang disusun
dengan pendekatan dan asumsi-asumsi
yang digunakan dapat mewakili keadaan
Evaluasi yang sebenarnya. Pengujian model
menggunakan data plant test yang didapat
dari pabrik dengan mensimulasikan Crude
Distillation Unit pada program HYSYS
Selesai dengan kapasitas 100% design.
Apabila pada saat validasi, data
tidak sesuai dengan data yang diharapkan,
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian maka kembali dilakukan permodelan unti-
unit proses. Yaitu dengan cara mengecek
III.2 Simulasi Crude Distillation Unit pada kembali kondisi operasi pada setiap unit
kapasitas 100% design yang ada pada simulasi.
Dalam penelitian ini digunakan software
HYSYS v 3.2 dalam pengerjaannya, dengan tahapan III.2 Evaluasi pada variable over kapasitas yang
sebagai berikut : telah ditentukan
1. Pengambilan Data Operasi Dilakukan dengan mensimulasikan Crude
Pengambilan data operasi dimaksudkan Distillation Unit pada variabel kapasitas yang telah
untuk memasukkan semua data yang ditentukan yaitu 110% design dan 120% design
diperlukan untuk melakukan simulasi. dengan menggunakan model simulasi yang telah
Data tersebut diambil dari Crude dibuat (pada point 4) kemudian mengevaluasi
Distillation Unit salah satu kilang minyak sesuai parameter kinerja yang telah ditentukan
di Indonesia yang meliputi: yaitu:
- Tekanan operasi kolom 1. Kondisi operasi (meliputi P, T aliran
distilasi produk dan peralatan)
- Jumlah tray kolom distilasi 2. Kualitas produk meliputi:
unit CDU  True Boiling Point
- Laju alir feed dan produk  Specific Gravity
- Temperatur feed dan produk  Cetane Number
- Data assay crude oil  Octane Number
- Data fraksi dan laju alir  Flash Point
recycle feed  Pour Point
2. Pemilihan Model Termodinamika (Fluid
Package)
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan bagian atas kolom 4 pada simulasi kapasitas 120%
IV.1 Hasil Validasi dan Simulasi design. Hal ini sangat mempengaruhi jumlah
Validasi model bertujuan untuk produk yang didapat.
memastikan apakah model yang dibuat sudah dapat
mewakili keadaan yang sebenarnya. Dari data-data IV.2 Evaluasi Pada Berbagai Over Kapasitas
yang diperoleh dari plant test, serta disesuaikan Dengan menggunakan model yang sudah
dengan PDF yang telah ada dari plant maka tervalidasi, maka dapat dilakukan simulasi CDU
dilakukan simulasi pada software HYSYS untuk pada berbagai over kapasitas sesuai variabel yang
kapasitas CDU 100% actual dengan menginputkan sudah ditentukan yaitu 110% design dan 120%
data-data kondisi operasi yang diperlukan untuk design yang kemudian akan dilakukan evaluasi
proses konvergensi keseluruhan unit dan kolom- berdasarkan parameter kinerja dan kualitas
kolom yang meliputi: produknya.
 Data Assay feed, P, T dan rate masuk
kolom. IV.2.1 Evaluasi Kolom Fraksinasi
 Data fraksi recycle feed, P, T dan rate Untuk mengetahui apakah kolom tersebut
recycle feed. masih bisa beroperasi pada kapasitas yang
 Tekanan pada masing-masing kolom. dinaikkan, maka perlu dilakukan evaluasi peralatan
 Kondisi operasi peralatan-peralatan terutama pada bagian kolom, dimana salah satunya
penunjang. adalah evaluasi persen flooding. Flooding
Selain data-data diatas juga diperlukan merupakan salah satu gangguan internal kolom
inputan data lain sebagai specified variable, dimana yang dapat mempengaruhi efisiensi tray dan
merupakan variabel yang diperlukan oleh HYSYS akhirnya mengurangi kualitas pemisahan. Flooding
sebagai syarat dari proses konvergensi agar degree terjadi karena tekanan uap yang terlalu tinggi
of freedom dari model tersebut sama dengan nol. sehingga liquid tidak bisa jatuh ke tray di
Data yang diinputkan sebagai specified variable bawahnya dan menyebabkan banjir pada tray
adalah rate draw beberapa produk samping tersebut. Nilai persen flooding biasanya sekitar
masing-masing kolom. 75% namun pada kondisi nyata di industri
Proses perhitungan dalam program umumnya bisa mencapai 80-90%.
HYSYS menggunakan metode jacobie, dimana Dari hasil yang didapatkan dapat dilihat bahwa
selain membutuhkan inputan specified variable nilai persen flooding masing-masing kolom seiring
yang akan menjadi batas atau target dari proses dengan naiknya kapasitas CDU hingga 120% juga
running juga diperlukan inputan dari estimated semakin meningkat, namun peningkatan yang
variable. Variabel ini tidak menentukan batas terjadi masih bisa disebut sebagai batas aman
proses running namun dengan menentukan variabel karena belum melampaui 10% (yang berarti 82,5%)
tersebut akan mempercepat proses konvergensi. dari batas amannya yaitu 75%.
Sehingga semakin banyak dan benar data yang (van winkle,1967)
diinputkan maka titik konvergensi juga akan
semakin cepat tercapai. IV.2.2 Evaluasi Kualitas Produk
Setelah model konvergen maka dilakukan Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui
validasi hasil simulasi. Validasi dilakukan dengan bagaimana kualitas produk yang didapatkan jika
membandingkan data hasil simulasi dengan data kapasitas CDU dinaikkan yang mengakibatkan
hasil plant test. kapasitas semua kolom pun ikut naik. Hal ini dapat
Dari hasil yang didapatkan terlihat bahwa dilihat dari nilai cold properties dari masing-
ada beberapa variabel hasil simulasi yang nilainya masing produk yang meliputi flash point, pour
memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh point, viskositas dan cetane/octane number.
dibandingkan dengan plant test nya sehingga Specific gravity (s.g) adalah suatu angka
harga-harga tersebut masih cukup valid karena jika yang menyatakan perbandingan berat bahan bakar
dihitung persen erornya tidak terlalu besar dan minyak pada temperatur tertentu terhadap air pada
masih bisa ditoleransi. Namun untuk produk LCT volume dan temperatur yang sama. Penggunaan
dan residu tedapat perbedaan yang cukup tinggi specific gravity adalah untuk mengukur berat
namun masih dalam batas toleransi, hal ini minyak bila volumenya telah diketahui. Bahan
disebabkan faktor pembulatan pada perhitungan bakar minyak pada umumnya memiliki specific
nyata dan juga banyaknya asumsi yang dipakai saat gravity antara 0,74 – 0,96 seperti telah diketahui
membuat simulasi. bahwa minyak lebih ringan dari air. Dari nilai
Selain itu pada kapasitas 120% design, tersebut dapat diketahui seberapa ringan/berat
terdapat perbedaan yang besar pada jumlah produk yang dihasilkan, dimana tiap produk
residunya. Hal ini disebabkan kondisi operasi mempunyai batas atau range tertentu yang
kolom 4 pada kapasitas 120% design berbeda menunjukkan tingkat kemurniannya. Dari tabel
dengan kapasitas 100% design dan 110% design. diatas terlihat bahwa nilai specific gravity dari
Perbedaan tersebut terdapat pada tekanan kolom produk SR Top, nafta, dan LKD makin naik
seiring naiknya kapasitas, sementara produk LCT number hingga kapasitas 120% tidak terlalu jauh
dan residu makin turun seiring kenaikan kapasitas. dengan nilai dari plant test, yang berarti kualitas
Dengan jumlah tray kolom yang tetap maka nilai bahan bakar tersebut masih dalam batas range atau
tersebut seharusnya semakin naik karena derajat masih dapat ditoleransi walaupun
pemisahannya makin kecil. Namun hasil simulasi kecenderungannya semakin menurun karena
ada yang menunjukkan nilai yang berkebalikan dengan naikknya kapasitas maka pemisahan yang
yakni untuk produk SR Top, nafta, dan LKD, hal terjadi juga semakin tidak sempurna dan
ini disebabkan efisiensi tray pada HYSYS pada mempengaruhi kualitas produk bahan bakar.
berbagai kapasitas dianggap 100%. Pada kondisi
nyata jika tidak ada penambahan tray maka IV.2.3 Evaluasi Kinerja Alat-Alat Pendukung
efisiensi tray akan turun jika kapasitas feed Setelah dilakukan evaluasi terhadap kolom
dinaikkan. fraksinasi dan kualitas produk, maka diperlukan
Nilai s.g berbanding lurus dengan nilai evaluasi kinerja dari alat-alat pendukung yang
flash point. Flash point (titik nyala) merupakan meliputi cooler dan heater.
suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari Dalam simulasi, data yang diinputkan
bahan bakar minyak dimana akan timbul penyalaan pada E-105 adalah temperatur masuk dan keluar,
api sesaat, apabila pada permukaan minyak tersebut serta perbedaan tekanan. E-105 merupakan
didekatkan pada nyala api. Titik nyala ini pemanas feed sebelum masuk ke furnace. Semakin
diperlukan sehubungan dengan adanya besar kapasitasnya semakin besar dutynya.
pertimbangan-pertimbangan mengenai keamanan Sedangkan E-101 sebagai cooler top product kolom
dari penimbunan minyak dan pengangkutan bahan 4 dan E-102 sebagai cooler top product kolom 2,
bakar minyak terhadap bahaya kebakaran. Titik duty masing-masing heat exchanger menurun
nyala ini bisa digunakan sebagai salah satu indikasi seiring dengan menurunnya mass flow yang masuk
jika fuel tercampur dengan fraksi-fraksi ringan dari ke heat exchanger. Untuk E-103, inputnya adalah
suatu hidrokarbon, dimana bila fuel tercampur top product dari kolom 5. Data yang diinputkan
dengan fraksi ringan maka kecenderungan angka adalah fraksi uap, dan jika dilihat dutynya
flash point akan semakin turun. Sehingga jika nilai meningkat seiring betambahnya kapasitas. E-104
s.g. produk oil tersebut turun yang berarti produk merupakan cooler produk samping, data yang
tersebut semakin ringan maka nilai flash point nya diinputkan adalah temperatur keluaran yang
pun akan semakin turun. Namun dari hasil diinginkan, dan jika dilihat dutynya meningkat
simulasi, nilai flash point sampai pada 120% seiring bertambahnya kapasitas. E-106 merupakan
kapasitas masih dapat ditoleransi. cooler produk SR Top, data yang diinputkan adalah
Kualitas produk juga dapat dilihat dari temperatur keluaran yang diinginkan, dutynya
pour point, viskositas serta cetane/octane number. meningkat dengan bertambahnya kapasitas.
Pour point atau titik tuang merupakan suatu angka Sedangkan E-107 adalah cooler produk naphta, E-
yang menyatakan suhu terendah dari bahan bakar 108 sebagai cooler produk LKD dan E-109 sebagai
minyak sehingga minyak tersebut masih dapat cooler produk LCT, duty yang paling tinggi pada
mengalir karena gravitasi. Nilai titik tuang dan E-108 dan E-109 adalah pada saat 110% design.
viskositas ini dibutuhkan sehubungan dengan Hal ini disebabkan mass flow yang paling tinggi
persyaratan praktis dari prosedur penimbunan, adalah pada 110% design. Hal ini berhubungan
distribusi dan pemakaian dari bahan bakar minyak. dengan kinerja kolom fraksinasi 4 yang kondisi
Hal ini disebabkan bahan bakar minyak sering sulit operasinya sedikit berbeda pada setiap kapasitas,
untuk dipompa apabila suhu telah dibawah titik namun masih dalam toleransi.
tuangnya. Jika dilihat secara keseluruhan,
(www.sparkdieselsupplement.com) performance masing-masing heat exchanger masih
Dari semua tabel diatas terlihat bahwa mampu jika dijalankan pada kapasitas 110% design
nilai pour point juga berbanding lurus dengan s.g dan 120% design.
produk. Turun atau naiknya s.g. mempengaruhi
viskositas, sehingga viskositas dari produk DAFTAR PUSTAKA
berbanding lurus dengan s.g. S.g makin turun maka
nilai viskositas makin turun karena produk yang Chen, Chau-Chyun and Paul M. Mathias. 2002.
semakin ringan, dan sebaliknya. Semakin rendah Applied Thermodynamics for Process Modeling.
nilai titik tuang maka viskositas pun juga menurun AIChe Journal vol 48, no.2. Cambridge : Aspen
dan produk makin mudah mengalir. Technology, Inc
Sedangkan cetane number merupakan Descamps, Gerard. 2009. Indonesia Fuels and
ukuran kualitas bakar yang biasa dipakai untuk Refining. Total Professeur Associes. Total E&P
minyak diesel dan octane number biasa dipakai Indonesie
untuk minyak gasoline (bensin, dan sejenisnya). Van Winkle, Matyhew. 1967. Distillation. McGraw
Cetane number nilainya berkisar antara 40-60. Dari Hill Book Company. London.
keseluruhan tabel di atas, nilai cetane dan octane

Anda mungkin juga menyukai