Diajukan sebaigai salah satu syarat untuk praktik klinik Keperawatan Dasar 1
Oleh :
7117019
JOMBANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
(pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV)
dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya;
jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh
tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri
dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan
transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan transeluler adalah
cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran
cerna.
Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan
tergantung beberapa hal antara lain: umur, kondisi lemak tubuh, sex.
a. Bayi (baru lahir) 75 %
b. Dewasa : Pria (20-40 tahun) 60 %, Wanita (20-40 tahun) 50 %
c. Usia Lanjut 45-50 %
Pada orang dewasa kira-kira 40 % berat badannya berada di dalam sel (cairan
intraseluler/ICF), sisanya atau 20 % dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler)
yang terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.
Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan
listrik, seperti: protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik.
Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++),
magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian
yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum
netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan
jumlah muatan-muatan positif.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu:
a. Fase I: Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi
dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b. Fase II: Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
c. Fase III: Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel.
Tujuan umum :
Untuk mengetahui asuhan keperawatan devisit volume cairan di ruang Dahlia
RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Tujuan khusus :
A. PENGERTIAN
Secara fisik, molekul pembentuk tubuh manusia dapat dibedakan menjadi jenis cairan
dan matriks padat fungsi cairan dalam tubuh manusia, antara lain sebagai alat transportasi
nutrient, elektrolit, dan sisa metabolisme, sebagai komponen pembentuk sel, plasma, darah,
dan komponen tubuh lainnya, serta sebagai media pengatur suhu tubuh dan lingkungan
seluler (Tamsuri, 2004).
Total jumlah cairan yang terdapat dalam tubuh cukup besar dibandingkan dengan
kompartemen zat padat pembentuk tubuh. Bahkan pada tulang manusia yang strukturnya
tampak begitu padat, sebenarnya terdapat kandungan cairan lebih dari 30%. Konsentrasi
cairan pada tubuh sekitar 60%. Cairan tubuh tersebut meliputi cairan darah, plasma jaringan,
cairan synovial, cairan serebropinal, cairan bola mata, cairan pleura dan cairan di berbagai
organ lainnya (Tamsuri, 2004).
Cairan tubuh terdistribusi dalam dua kompartemen, yaitu cairan ekstrasel (CES) dan
cairan intrasel (CIS). Cairan ekstrasel terdiri dari cairan intersisial dan cairan intravaskuler.
Lima belas persen berat tubuh merupakan cairan interstitial. Cairan intravaskuler terdiri dari
plasma, bagian cairan limfe, yang mengandung air yang tidak berwarna dan darah. Plasma
menyusun 5% berat tubuh. Cairan intrasel merupakan cairan dalam membrane sel yang
membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute yang
sama dengan cairan yang berada di ruang ekstrasel. Namun proporsi substansi-substansi
tersebut berbeda (Potter&Perry, 2006).
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstrasel
dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemi.
Umumnya gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler lalu diikuti dengan
perpindahan cairan intrasel menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan jumlah
cairan ekstrasel. Untuj mengompensasi kondidi ini, tubuh melakukan pemindaha cairan
intrasel. Secara umum, deficit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan
cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan
ke lokasi ketiga. Lokasi ketiga yang dimaksud adalah lokasi tempat cairan berpindah dan
tidak mudah untuk mengembalikannya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstrasel
istirahat. Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritoneum (Tamsuri, 2004).
B. ETIOLOGI
Beberapa yang dapat menyebabkan kondisi deficit volume cairan yaitu kehilangan cairan
aktif dan kegagalan mekanisme regulasi. Kehilangan cairan aktiv seperti demam dan laju
peningkatan metabolic, drainase tidak normal, luka bakar, menstruasi berlebih, diare,
peritonitis (NANDA, 2011)
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor pencetus dari kekurangan volume cairan dapat disebabkan oleh :
1. Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti muntah, diare dan drainase
2. Kehilangan plasma atau darah utuh seperti luka bakar dan perdarahan
3. Keringat berlebih
4. Demam
5. Penurunan asupan cairan peroral
6. Penggunaan obat-obatan diuretic
7. Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan danelektrolit. Aktivitas
menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh.Hal ini mengakibatkan penigkatan
haluaran cairan melalui keringat. Dengandemikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat.
Selain itu,kehilangancairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatanlaju
pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
8. Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami
peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini
mengakibatkan retensi air dan natrium. Stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik
yang dapat mengurangi produksi urine.
9. Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidak seimbangan cairan. Beberapa
klien dapat kehilangan banyak darah selama periode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru
mengalami kelebihan bebancairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan
atausekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesi. (Potter&Perry, 2006)
D. PATOFISIOLOGI
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan
penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran
pencernaan (Faqih, 2011).
E. TANDA DAN GEJALA
Beberapa tanda dan gejala pada kekurangan volume cairan menurut NANDA (2011):
1. Perubahan pada status mental
2. Penurunan tekanan darah
3. Penurunan tekanan nadi
4. Penurunan volume nadi
5. Penurunan turgor kulit
6. Penurunan turgor lidah
7. Penurunan halauan urin
8. Penurunan pengisian vena
9. Membrane mukosa kering
10. Kulit kering
11. Peningkatan hematokrit
12. Peningkatan suhu tubuh
13. Peningkatan frekuensi nadi
14. Peningkatan konsentrasi urin
15. Penurunan BB tiba-tiba
16. Haus
17. Kelemahan
F. PENATALAKSANAAN
1. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam-basa dan
elektrolit.
2. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
3. Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
4. Tindakan berupa hidrasi harus secara berhati-hati dengan cairan intravena
5. Tindak an terhadap penyebab dasar.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kadar elektrolit serum untuk menentukan status hidrasi. Elektrolit yang sering diukur
adalh ion natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat. Hitung darah lengkap khususnya
hematokrit untuk melihat respon dehidrasi. Kadar kreatininuntuk mengukur fungsi ginjal.
Pemeriksaan berat jenis urin mengukur derajat konsentrasi urin.
H. PENGKAJIAN
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tersebut, yaitu:
1. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan dengan cairan, adanya
faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan dengan cairan.
2. Pola metabolik-nutrisi
Kebiasaan diit buruk (rendah serta, tinggi lemak, bahan pengawt), anoreksia, mual,
muntah, intoleransi makanan atau minuman, perubahan berta badan, berat badan turun,
frekuensi makan dan minum, adanya sesuatu yang dapat mempengaruhi makan dan
minum (agama, budaya, ekonomi). Adakah status fisik seseorang yang mempengaruhi
makan dan minum.
3. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan berkemih
(perubahan warna, jumlah, ferkuensi)
4. Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi pola cairan seseorang,
5. Pola istirahat-tidur
Perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur (nyeri, bangun malam untuk minum),
6. Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu atau tidak,
penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien.
7. Pola konsep diri-persepsi diri
Keadaan social yang mempengaruhi nutrisi seseorang (pekerjaan, situasi keluarga,
kelompok sosial), penilaian terhadap diri sendiri (gemuk/ kurus).
8. Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat ketika makan, adanya ketegangan dan
ansietas saat terjadi gangguan cairan dalam tubuh.
9. Pola reproduksi-seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan nutrisi dikaji
10. Pola toleransi koping-stress
Adanya stress yang mempengaruhi ke minum.
11. Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi nutrisi, adanya pantangan atau larangan
minuman tertentu dalam agama pasien.
I. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan fisik: apatis,lesu, letargi, konfusi, disorientasi
4. Mata: cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada.
A. PENGKAJIAN :
B. KELUHAN UTAMA :
Pada pasien ganguan kekurangan cairan dan elektrolit menglami demam dehidrasi
dan lemas
Sebelum sakit pasien mengatakan kurang lebih tidur 7-8jam dalam satu hari
tanpa keluhan di malam hari.setelah masuk rumah sakit pasien tidur kurang
lebih 5-6 jam
2. Pola makan dan minum :
Pola makan dan minum pasien sebelum masuk rumah sakit normal 3 kali
sehari,setelah masuk rumah sakit nafsu makan dan pasien menurun,
3. Aktivitas :
I. PENGKAJIAN
Nama : Tn M
Umur : 25 Thn
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Tanggal MRS : 9 Desember 2018
Diagnose Medis : DHF
Nomer registrasi :
Tanggal pengkajian : 12 Desember 2018
Alamat : Janti,Jogoroto.
X. PENATALAKSANAAN/TERAPI
a. Infus asering 35 tetes/menit
b. Injeksi : -antrain 3x1 1gr/bolus
-ranitidin 2x1 50mg/bolus
-ondansentron 3x1 4mg/bolus
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
ANALISA DATA
Nama : Tn M Ds Medis : DHF
Do :
Ds :
Do :
Rencana Keperawatan
Catatan Keperawatan
Catatan Perkembangan
P : - Intervensi dilanjutkan
P : - Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi di lanjutkan