Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia dan makhluk
hidup pada umumnya. Larutan memainkan peran penting dalam kehidupan
sehari-hari. Di alam kebanyakan reaksi berlangsung di dalam larutan air.
Tubuh manusia menyrap mineral, vitamin, dan makanan dalam bentuk larutan
dan larutan biasanya terdiri dari 2 zat atau lebih yang merupakan campuran
homogen. Larutan tersebut dikatakan campuran homogen karena komposisi
dari larutan begitu seragam atau satu fase sehingga tidak dapat diamati bagian-
bagian komponen penyusunnya, meskipun dengan menggunakan mikroskop
ultra sekalipun. Larutan mempunyai dua komponen penting. Komponen
tersebut adalah pelarut dazat terlarut.

Hampir semua proses kimia berlangsung dalam larutan sehingga penting


untuk memahami sifat-sifatnya larutan adalah sesuatu yang penting bagi
manusia dan makhluk hidup pada umumnya. Reakdi-reaksi kimia biasanya
berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara zat murni. Banyak
reaksi kimia yang dikenal, baik di dalam laboratorium atau di industry terjadi
di dalam larutan.

Konsentrasi merupakan salah satu factor penting yang menentukan cepat atau
lambatnya reaksi berlangsung konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat
terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Larutan yang
mengandung sebagian besar solute relative terhadap pelarut berarti larutan
tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat sebaliknya bila mengandung
sejumlah kecil solute, maka konsentrasinya rendah atau encer pada umumnya
larutan mempunyai beberapa sifat diantaranya sifat larutan elektrolit dan non
elektrolit.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar dapat mengetahui cara
pembuatan suatu larutan dengan konsentrasi yang dibutuhkan, serta mampu
membuat larutan dengan cara pengenceran berdasarkan berbagai macam
konsentrasi.

1.2 Tujuan Percobaan


a. Untuk mengetahui konsentrasi dan persen volume larutan H2SO4.
b. Untuk mengetahui persen berat larutan Na2CO3.
c. Untuk mengetahui perbedaan pembuatan larutan dari ahan padat dan cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Larutan adalah campuran homogen dari dua macam zat atau lebih. Zat padat, cair,
dan gas semuanya dapat dilarutkan ke dalam cairan untuk membuat larutan.
Dengan kata lain setiap campuran yang membentuk hanya satu fase adalah
larutan. Sesuai dengan definisi atau pengertian maka udara bersih dapat dipandang
udara merupakan campuran homogen dari sistem gas seperti nitrogen, oksigen,
argon, karbondioksida dan lain-lain. Fase larutan dapat berupa cair, padat, atau
gas tergantung pada dua sifat komponen larutan tersebut. Dan tiga wujud zat
seharusnya terbentuk dalam sembilan macam zat larutan, tetapi zat berwujud
padat dan cair tidak membentuk dalam larutan pada pelarut berwujud gas.
Partikelyang berwujud padat dan cair dalam zat lain yang berwujud gas akan
membentuk larutan heterogen (Khopkar, 1990).

Konsentrasi didefinisikan sebagian sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan
larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut
dalam satuan volume(berat, mol) tertantu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul
satu satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm
serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).

Jenis larutan berdasarkan zat terlarut dan pelarutnya, larutan dibedakan menjadi
sembilan, yaitu :
1. Larutan gas dalam gas, contohnya udara.
2. Larutan gas di dalam cairan, contohnya air terkarbonisasi.
3. Larutan gas dalam padatan, contohnya hidrogen dalam logam.
4. Larutan cairan dalam gas, contohnya uap air di udara.
5. Larutan cairan dalam cairan, contohnya alcohol dan air.
6. Larutan cairan dalam padatan, contohnya air di dalam kayu.
7. Larutan padat dalam gas, contohnya aroma.
8. Larutan padat dalam cair, contohnya air gula.
9. Larutan padat dalam padatan,contohnya baja campuran besi dalam karbon.

(Khopkar, 1990).

Jenis larutan berdasarkan kemampuannya menghantarkan arus listrik dibedakan


menjadi dua, yaitu :

1. Larutan elektrolit, adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik.


2. Larutan non elektrolit, adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik

(Khopkar, 1990).

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tentang zat terlarut
(solute), untuk larut di dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam
jumlah maksimum zat tersebut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion
berlainan, pH, hidrolisis, dan pengaruh kompleks (Khopkar, 1990).

Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan
atau pelarut dinyatakan dalam volume (berat, mol) tertentu dari pelarut.
Berdasarkan hal ini muncul satuan konsentrasi yaitu :

1. Fraksi mol, merupakan perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen
dengan jumlah total mol dalam larutan. Memiliki rumus:
zat terlarut
x= …………………………..(2.1)
zat terlarut + zat pelarut
2. Molaritas, adalah jumlah mol solute per liter larutan dan biasanya dinyatakan
dalam M. Misal suatu larutan 6,0 molar HCl ditulis 6,0 M berarti bahwa larutan
dibuat dengan menambah 6,0 HCl pada air yang cukup dan kemudian volume
larutan dibuat menjadi 1 liter, dengan rumus :
n
M= ……………………………………(2.2)
V
3. Molalitas, adalah jumlah mol solute per satu kilogram solvent. Molalitas
biasanya ditulis dengan m. dimisalkan suatu larutan bertuliskan 6,0 M HCl
dibaca 6,0 molal. Molalitas dinyatakan daam rumus :
massa 1000
m= . ……………………………..(2.3)
Mr P
4. Normalitas, adalah jumlah gram akuivalen solute per liter larutan biasanya
ditulis dengan huruf N. Satuan normalitas adalah mol ek/liter. Misal larutan
0.25 N dibaca 0,25 normal, dinyatakan dengan rumus:
mol ekuivalen
N= ……………………………(2.4)
volume
Campuran homogen adalah penggabungan dua zat tunggal atau lebih yang semua
partikelnya menyebar merata sehingga memebentuk satu fasa. Yang di sebut satu
fasa adalah zat yang sifat komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian
lain di dekatnya, contoh gula dan air, rasa manis air gula di semua bagian bejana
sama baik di atas maupun di bawah dan di pinggirnya karena begitu kecil dan
merata partikel gula sehingga tidak dapat di lihat meskipun dengan mikroskop
( Syukri, 1999).

Asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang
disebut basa) atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu
asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk
garam. Contoh asam adalah asam asetat, asam sulfat. Basa adalah suatu senyawa
yang jika dilarutkan dalam air (larutan) ion hidroksida (OH -). Oleh karena itu,
semua rumus kimia basa umumnya mengandung gugus OH (Achmad, 1996).

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara


menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar jika suatu
larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan kadang-kadang sejumlah panas
dilepaskan. Hal ini terutama terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
a. Neraca analitik
b. Labu takar 100 mL
c. Pipet tetes
d. Pipet ukur 10 mL
e. Batang pengaduk
f. Gelas kimia 100 mL
g. Corong kaca
h. Kaca arloji
i. Spatula
j. Bulb
k. Botol semprot

3.1.2 Bahan-bahan
a. Akuades
b. Larutan H2SO4 pekat
c. Padatan Na2CO3
d. Tissu

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Pembuatan larutam Na2CO3
a. Ditimbang dengan tepat 1 gram padatan Na2CO3 dengan digunakan kaca
arloji.
b. Dipindahkan secara kuantitatif padatan Na2CO3 kedalam gelas kimia 100
mL
c. Ditambahkan 25 mL akuades dan diaduk hingga padatan larut sempurna.
d. Dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu takar 100 mL dengan
digunakan corong kaca.
e. Dibilas gelas kimia, batang pengaduk, corong kaca, dimana hasil bilasannya
dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL.
f. Ditambahkan akuades hingga batas tinggi permukaan larutan 0,5 hingga 1
cm
g. Dikeringkan akuades yang menempel pada leher labu takar dengan tissu
h. Dengan digunakan pipet tetes ditambahkan akuades hingga tanda batas pada
labu takar
i. Ditutup labu takar dan dibolak balikkan labu takar sambil dipegang
tutupnya selama beberapa kali.

3.2.2 Pembuatan larutan H2SO4


a. Dipipet 10 mL H2 SO4 pekat dan dimasukkan dalam labu takar 100 mL yang
telah diisi akuades 50 mL
b. Dibiarkan labu takar terasa dingin kemudian ditambahkan akuades hingga
batas tinggi permukaan 0,5 sampai 1 cm
c. Dikeringkan akuades yang menempel pada leher labu takar dengan
meggunakan tissue
d. Dengan digunakan pipet tetes, ditambahkan akuades hingga tanda batas
e. Ditutup labu takar dan dibolak-balikkan labu takar sambil dipegang
tutupnya selama beberapa kali
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan
No Judul percobaan Perlakuan Hasil Percobaan
.
1. Larutan Na2CO3 Ditimbang dengan tepat 1 Ketika
gram padatan Na2CO3 dengan
dihomogenkan
menggunakan kaca arloji.
Dipindahkan secara kuantitaf larutan Na2CO3
padatan Na2CO3 ke dalam
dengan akuades
gelas kimia 100 mL.
Ditambahkan 25 mL akuades terjadi reaksi
dan diaduk hingga padatan
antara kedua
larut sempurna. Dipindahkan
secara kuantitatif ke dalam larutan ditandai
labu takar 100 ml dengan
dengan adanya
menggunakan corong kaca.
Bilas gelas kimia, batang gelembung-
pengaduk dan corong kaca,
gelembung kecil
dimana hasil bilasnya
dimasukkan dalam labu takar yang naik dari
100 ml. Tambahkan akuades
bawah labu takar
hingga batas tinggi permukaan
larutan 0,5 hingga 1 cm. setelah di bolak-
Dengan menggunakan pipet
balik dan
tetes, tambahkan akuades
hingga tanda batas pada labu didapatkan
takar. Tutup labu takar dan
konsentrasi
bolak balikkan labu takar
sambil dipegang tutupnya Na2CO3sebanyak
selama beberapa kali.
0,094 M dan
persen berat
1,0019%
2. Larutan H2SO4 Dipipet 10 ml H2SO4 pekat Ketika
dan masukkan dalam labu
dihomogenkan
takar 100 ml yang telah diisi
dengan akuades sekitar 50 ml. larutan H2SO4
Biarkan hingga labu takar
dengan akuades
terasa dingin kemudian
tambahkan akuades hingga terjasdi reaksi
batas tinggi permukaan larutan antara keduanya
0,5 hingga 1 cm. Dengan
diatandai dengan
menggunakan pipet tetes,
ditambah dengan akuades adanya
hingga tanda batas. Tutup labu
gelembun-
takar dan bolak-balikkan labu
takar sambil dipegang gelembung kecil
tutupnya selama beberapa kali.
yang naik dari
bawah labu takar
setelah dibolak-
balikkan. Dan
didapatkan
konsentrasi
H2SO4 sebanyak
18,4 M. dan
persen volume
sebanyak 10%
serta konsentrasi
setelah
pengenceran
sebanyak 1,84
M.

4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi H2SO4 + H2O
H2SO4 + H2O 2H+ + SO42- + H2O
4.2.2 Reaksi Na2CO3 + H2O
Na2CO3 + H2O  2Na+ + CO3+ + H2O

4.3 Perhitungan
4.3.1 Larutan Na2CO3
Diketahui :
Massa Na2CO3 = 1,0019 gram
Mr Na2CO3 = 106 gr/mol
 Na2CO3 = 2,54 g/cm3
Mr Aquadest = 18 gr/mol
V Aquadest = 100 ml
Ditanya :
a). Molaritas?
b). Persen Berat?
Jawab :
a). Molaritas
gram 1000
M = ×
Mr p
1,0019 1000
= ×
106 100
=0,0094 x 10
= 0,094 M
b). Persen Berat
berat
%= ×100 %
volume
1, 0019
= × 100 %
100
= 1,0019 %

4.3.2 Larutan H2SO4


Diketahui :
% berat H2SO4 = 98 %
 H2SO4 = 1,84 g/mL
Mr H2SO4 = 98 g/mL
V1 = 10 mL
V2 = 100 mL
Ditanya
4.4 Pembahasan
Dalam percobaan pertama pembuatan larutan Na2CO3 yang dilakukan pertama
adalah ditimbang padatan Na2CO3 dengan menggunakan neraca analitik
sebanyak 1 gram. Setelah itu, padatan Na2CO3 dimasukkan dalam gelas kimia
100 mL dan ditambahkan akuades dan diaduk hingga larut. Setelah itu
dituang ke dalam labu takar 100 mL dengan menggunkan corong kaca.
Dibilas gelas kimia, batang pengaduk dan corong kaca dengan menggunakan
akuades lalu dimasukkan air bilasan ke dalam labu takar. Kemudian larutan
dihomogenkan dengan cara membolak-balikkan labu takar agar larutan lebih
tercampur atau menjadi satu. Dari pembuatan larutan Na 2CO3 dapat dihitung
bahwa molaritasnya adalah 0,094 M,dan persen bertanya sebesar 1,0019 %
dengan massa molekul relatif Na2CO3 106 gr/mol. Pada percobaan ini yang
menjadi zat terlarut adalah Na2CO3 dan zat pelarutnya adalah akuades. Zat
terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit sedangkan zat pelarut
adalah komponen yang jumlahnya banyak. Oleh karena Na 2CO3 termasuk
senyawa polar dan akuades juga termasuk senyawa polar, maka larutan yang
dihasilkan termasuk campuran homogen. Campuran homogeny adalah
penggabungan dua zat tunggal atau lebih yang partikelnya menyebar merata
sehingga membentuk satu fase. Yang disebut satu fase adalah zat yang
komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian yang lain didekatnya.
Larutan ini termasuk larutan padat dalam cairan karena zat terlarut Na 2CO3
sebelum dicampur berupa cairan. Reaksi pada larutan ini termasuk reaksi
endoterm karena reaksi yang terjadi disertai dengan perpindahan kalor dari
lingkungan ke sistem. Larutan Na2CO3 menyerap kalor dari lingkungan ke
sistem. Larutan Na2CO3 ini termasuk larutan encer atau larutan tak jenuh.
Yang mana larutan encer atau larutan tak jenuh adalah larutan yang
mengandung solute kurang, yang partikel-partikelnya tidak habis bereaksi
dengan pereaksi. Larutan ini juga termasuk garam, karena jika Na2CO3
dipecah maka akan diketahui bahwa tersusun dari basa NaOH dan asam
HCO3 dan ketika digabungkan akan membentuk garam bersifat basa.
Pada percobaan kedua pembuatan larutan H2SO4, dengan cara dimasukkan 10
mL H2SO4 pekat ke dalam labu takar yang telah diisi akuades sekitar 50 mL.
Kemudian dibiarkan labu takar terasa dingin kemudian ditambahkan akuades
hingga batas tinggi permukaan larutan 0,5 hingga 1 cm. dengan menggunakan
pipet tetes ditambahkan akuades hingga tanda batas. Ditutup labu takar dan
dibolak-balikan labu takar sambil dipegang tutupnya selama beberapa kali,
agar larutan lebih tercampur atau menjadi satu. Konsentrasi H2SO4 pekat
sebelum pengenceran adalah 18,4 M, persen volume sebanyak 10 %, dan
konsentrasi setelah pengenceran adalah 1,84 M. larutan dalam percobaan ini
termasuk larutan cairan dalan cairan yang mana zat terlarut H2SO4 pekat
berupa cairan dan zat pelarut akuades berupa cairan juga. Larutan ini termask
campuran homogeny karena kedua zat yaitu H2SO4 dan akuades sama-sama
merupakan senyawa polar reaksi pada larutan ini termasuk reaksi eksoterm
karena pada saat percobaan larutan H2SO4 melepaskan kalor dari sistem ke
lingkungan. Hal ini ditandai dengan menurunnya suhu larutan ketika
didiamkan sebelum diencerkan. H2SO4 merupakan larutan pekat. Larutan
pekat adalah suatu larutan yang mengandung solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangan dengan solute padat, larutan yang partikel-
partikelnya habis bereaksi dengan pereaksi. Setelah H2SO4 diencerkan dengan
akuades, maka larutan H2SO4 bukan berupa larutan zat pekat lagi, namun
menjadi larutan encer. Yang dimaksud dengn larutan encer adalah larutan
yang mengandung solute kurang, yang partikel-partikelnya tidak habis
bereaksi. Larutan H2SO4 ini merupakan larutan asam. Asam adalah suatu zat
yang dapat memberi proton (H+) kepada zat lain atau dapat menerima
pasangan elektron dari basa. Terkait dengan larutan H2SO4 yang merupakan
reaksi eksoterm, reaksi eksoterm sendiri memiliki perubahan nyata pada
sistem ketika reaksi sedang berlangsung yaitu turunnya temperatur suhu
ditandai dengan mulai mendinginnya wadah larutan.
Fungsi perlakuan dalam percobaan ini diantaranya ditimbang untuk
menyesuaikan massa zat padat sesuai yang diinginkan. Dipindahkan untuk
memindahkan suatu zat dari satu empat ke tempat lain. Ditambahkan untuk
melakukan penambahan zat lain ke dalam suatu zat. Dibilas agar tidak ada zat
terlarut yang tertinggal pada alat yang digunakan. Dikeringkan labu ukur
menggunakan tissu agar tidak ada larutan yang menempel. Ditutp labu takar
agar saat dibola-balikkan, larutan tidak keluar atau tumpah dan dipegang
tutup labu takar juga supaya saat dibolak-balikkan larutan tidak tumpah.
Dipipet untuk mengambil suatu larutan dengan menggunaka pipet dan
memindahkannya ke suatu tempat yang lain. Dibiarkan labu takar dengan
larutan H2SO4 untuk membuat larutan tersebut berubah suhunya dari panas
hingga dingin. Diaduk larutan untuk membuat zat tercampur sempurna
dengan pelarut, dibolak-balikkan agar larutan menjadi homogen. Dicuci alat
untuk membersihkan atau menetralkan alat-alat yang telah digunakan. Di lap
leher labu takar agar larutannya tidak tercemar dengan tissu. Dibersihkan
tempat atau meja yang telah digunakan praktikum supaya bersih kembali
seperti sebelum digunakan. Dihomogenkan larutan agar zat tercampur
sempurna atau rata.

Fungsi alat pada percobaan ini diantaranya neraca analitik untuk mengukur
massa zat yang akan dilarutkan. Labu takar untuk membuat larutan dengan
konsentrasi tertentu. Pipet tetes untuk memindahkan suatu cairan dari satu
wadah ke wadah lainnya. Pipet ukur untuk memindahkan suatu volume cairan
dari satu tempat ke tempat lain dalam jumlah yang lebih banyak daripada
pipet tetes. Batang pengeduk untuk mengaduk atau mencampurkan larutan.
Gelas kimia sebagai tempat melarutkan zat dengan pelarut. Corong kaca
untuk memudahkan memasukkan larutan ke dalam labu takar. Kaca arloji
untuk menimbang bahan. Spatula untuk mengambil zat dalam bentuk
padatan. Bulb untuk menyedot larutan yang dipasang di pipet ukur. Botol
semprot sebagai wadah akuades dan untuk mencuci atau menetralkan alat.
Fungsi bahan pada percobaan kali ini adalah digunakannya padatan Na 2CO3
untuk percobaan pada pembuatan larutan dari bahan padat. Larutan H 2SO4
untuk percobaan pada larutan dari bahan cair. Akuades digunakan sebagai zat
pelarut dalam setiap percobaan dan untuk mencuci alat-alat yang telah
digunakan. Tissu untuk mengelap alat-alat setelah dicuci.

Faktor kesalahan dalam praktikum ini terletak pada praktikan yang kurang
berhati-hati dalam menuangkan akuades ke dalam labu takar yang seharusnya
tepat pada tanda batas labu takar namun larutan yang dituang melebihi tanda
batas sampai larutan keluar atau tumpah dari labu takar. Kesalahan ini
terulang sampai tiga kali sehingga harus mengulangi setiap langkah dari
pertama hingga akhir.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
a. Dari hasil percobaan pembuatan larutan H2SO4 diproleh konsentrasi molaritas
% .. 10
dengan rumus M = mendapatkan hasil 18,4 M serta % volume H2SO4
Mr

V1
yang menggunakan rumus % volume = x 100% . Lalu didapatkan hasil
V2
persen volume H2SO4 sebesar 10 % dan komsentrasi H 2SO4 setelah dilakukan
pengenceran dengan rumus M1.V1 = M2. V2. Didapatkan hasil konsentrasi
H2SO4 setelah pengenceran adalah 1,84 M.
b. Dari hasil percobaan pembuatan larutan Na2CO3 diperoleh persen berat
m 1000
sebanyak 1,0019% dengan menggunakan rumus M = x , yang
Mr P
diperoleh dari berat Na2CO3 yaitu 1.009 g, dan volume Na2CO3 yaitu 100 mL
dan massa molekul relatifnya yaitu 106 g/mol. Larutan bersifat homogen dan
termasuk larutan encer karena larutannya masih bisa untuk melarutkan zat
terlarut dan belum terjadi endapan.
c. Perbedaan pembuatan larutan dari bahan padat dan cair adalah pada
perbedaan bahannya. Bahan padat harus ditimbang terlebih dahulu dengan
menggunakan neraca analitik. Agar komposisinya sesuai dengan zat
terlarutnya, sedangkan pada bahan cair, cairan harus mengalami proses
pengenceran terlebih dahulu karena bahan masih dalam kondisi pekat karena
pada percobaan ini yang digunakan adalah larutan H2SO4. Pada percobaan
dengan bahan padat konsentrasinya belum diketahui, setelah ditambahkan
bahan padatan ke dalam akuades pada percobaan satu lalu di campurkan
dengan cara membolak-balikkan labu takar yang berisi larutan yang telah
tercampur tersebut. Hasilnya juga larutan tersebut termasuk larutan homogen.
Setelah bercampur, larutan bisa didapat konsentrasinya dengan menggunakan

m 1000
rumus M = x . pada percobaan kedua yang menggunakan
Mr P
bahancair konsentrasinya sudah diketahui tetapi konsentrasinya masih trlalu
tinggi lalu ditambahkan akuades pada proses pengenceran untuk menentukan
konsentrasinya menjadi normal. Dengan menggunakan rumus pengenceran
M1. V1 = M2 . V2 . Lalu larutan yang dihasikan adalah larutan homogen dan
jenis larutannya adalah larutan encer atau tidak jenuh.

5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat digunakan larutan HCl sebagai
bahan pengganti larutan H2SO4 dalam pembuatan larutan agar dapat
menambah wawasan yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Bandung : Citra Aditya Bakti.


Baroroh, Umi. L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Banjar batu : Universitas
Lambung Mangkurat.
Khopkar, S. M.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas
Indonesia.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai