Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Konsentrasi merupakan salah satu factor penting yang menentukan cepat atau
lambatnya reaksi berlangsung konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat
terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Larutan yang
mengandung sebagian besar solute relative terhadap pelarut berarti larutan
tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat sebaliknya bila mengandung
sejumlah kecil solute, maka konsentrasinya rendah atau encer pada umumnya
larutan mempunyai beberapa sifat diantaranya sifat larutan elektrolit dan non
elektrolit.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar dapat mengetahui cara
pembuatan suatu larutan dengan konsentrasi yang dibutuhkan, serta mampu
membuat larutan dengan cara pengenceran berdasarkan berbagai macam
konsentrasi.
Larutan adalah campuran homogen dari dua macam zat atau lebih. Zat padat, cair,
dan gas semuanya dapat dilarutkan ke dalam cairan untuk membuat larutan.
Dengan kata lain setiap campuran yang membentuk hanya satu fase adalah
larutan. Sesuai dengan definisi atau pengertian maka udara bersih dapat dipandang
udara merupakan campuran homogen dari sistem gas seperti nitrogen, oksigen,
argon, karbondioksida dan lain-lain. Fase larutan dapat berupa cair, padat, atau
gas tergantung pada dua sifat komponen larutan tersebut. Dan tiga wujud zat
seharusnya terbentuk dalam sembilan macam zat larutan, tetapi zat berwujud
padat dan cair tidak membentuk dalam larutan pada pelarut berwujud gas.
Partikelyang berwujud padat dan cair dalam zat lain yang berwujud gas akan
membentuk larutan heterogen (Khopkar, 1990).
Konsentrasi didefinisikan sebagian sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan
larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut
dalam satuan volume(berat, mol) tertantu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul
satu satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm
serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).
Jenis larutan berdasarkan zat terlarut dan pelarutnya, larutan dibedakan menjadi
sembilan, yaitu :
1. Larutan gas dalam gas, contohnya udara.
2. Larutan gas di dalam cairan, contohnya air terkarbonisasi.
3. Larutan gas dalam padatan, contohnya hidrogen dalam logam.
4. Larutan cairan dalam gas, contohnya uap air di udara.
5. Larutan cairan dalam cairan, contohnya alcohol dan air.
6. Larutan cairan dalam padatan, contohnya air di dalam kayu.
7. Larutan padat dalam gas, contohnya aroma.
8. Larutan padat dalam cair, contohnya air gula.
9. Larutan padat dalam padatan,contohnya baja campuran besi dalam karbon.
(Khopkar, 1990).
(Khopkar, 1990).
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tentang zat terlarut
(solute), untuk larut di dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam
jumlah maksimum zat tersebut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion
berlainan, pH, hidrolisis, dan pengaruh kompleks (Khopkar, 1990).
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan
atau pelarut dinyatakan dalam volume (berat, mol) tertentu dari pelarut.
Berdasarkan hal ini muncul satuan konsentrasi yaitu :
1. Fraksi mol, merupakan perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen
dengan jumlah total mol dalam larutan. Memiliki rumus:
zat terlarut
x= …………………………..(2.1)
zat terlarut + zat pelarut
2. Molaritas, adalah jumlah mol solute per liter larutan dan biasanya dinyatakan
dalam M. Misal suatu larutan 6,0 molar HCl ditulis 6,0 M berarti bahwa larutan
dibuat dengan menambah 6,0 HCl pada air yang cukup dan kemudian volume
larutan dibuat menjadi 1 liter, dengan rumus :
n
M= ……………………………………(2.2)
V
3. Molalitas, adalah jumlah mol solute per satu kilogram solvent. Molalitas
biasanya ditulis dengan m. dimisalkan suatu larutan bertuliskan 6,0 M HCl
dibaca 6,0 molal. Molalitas dinyatakan daam rumus :
massa 1000
m= . ……………………………..(2.3)
Mr P
4. Normalitas, adalah jumlah gram akuivalen solute per liter larutan biasanya
ditulis dengan huruf N. Satuan normalitas adalah mol ek/liter. Misal larutan
0.25 N dibaca 0,25 normal, dinyatakan dengan rumus:
mol ekuivalen
N= ……………………………(2.4)
volume
Campuran homogen adalah penggabungan dua zat tunggal atau lebih yang semua
partikelnya menyebar merata sehingga memebentuk satu fasa. Yang di sebut satu
fasa adalah zat yang sifat komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian
lain di dekatnya, contoh gula dan air, rasa manis air gula di semua bagian bejana
sama baik di atas maupun di bawah dan di pinggirnya karena begitu kecil dan
merata partikel gula sehingga tidak dapat di lihat meskipun dengan mikroskop
( Syukri, 1999).
Asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang
disebut basa) atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu
asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk
garam. Contoh asam adalah asam asetat, asam sulfat. Basa adalah suatu senyawa
yang jika dilarutkan dalam air (larutan) ion hidroksida (OH -). Oleh karena itu,
semua rumus kimia basa umumnya mengandung gugus OH (Achmad, 1996).
3.1.2 Bahan-bahan
a. Akuades
b. Larutan H2SO4 pekat
c. Padatan Na2CO3
d. Tissu
4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi H2SO4 + H2O
H2SO4 + H2O 2H+ + SO42- + H2O
4.2.2 Reaksi Na2CO3 + H2O
Na2CO3 + H2O 2Na+ + CO3+ + H2O
4.3 Perhitungan
4.3.1 Larutan Na2CO3
Diketahui :
Massa Na2CO3 = 1,0019 gram
Mr Na2CO3 = 106 gr/mol
Na2CO3 = 2,54 g/cm3
Mr Aquadest = 18 gr/mol
V Aquadest = 100 ml
Ditanya :
a). Molaritas?
b). Persen Berat?
Jawab :
a). Molaritas
gram 1000
M = ×
Mr p
1,0019 1000
= ×
106 100
=0,0094 x 10
= 0,094 M
b). Persen Berat
berat
%= ×100 %
volume
1, 0019
= × 100 %
100
= 1,0019 %
Fungsi alat pada percobaan ini diantaranya neraca analitik untuk mengukur
massa zat yang akan dilarutkan. Labu takar untuk membuat larutan dengan
konsentrasi tertentu. Pipet tetes untuk memindahkan suatu cairan dari satu
wadah ke wadah lainnya. Pipet ukur untuk memindahkan suatu volume cairan
dari satu tempat ke tempat lain dalam jumlah yang lebih banyak daripada
pipet tetes. Batang pengeduk untuk mengaduk atau mencampurkan larutan.
Gelas kimia sebagai tempat melarutkan zat dengan pelarut. Corong kaca
untuk memudahkan memasukkan larutan ke dalam labu takar. Kaca arloji
untuk menimbang bahan. Spatula untuk mengambil zat dalam bentuk
padatan. Bulb untuk menyedot larutan yang dipasang di pipet ukur. Botol
semprot sebagai wadah akuades dan untuk mencuci atau menetralkan alat.
Fungsi bahan pada percobaan kali ini adalah digunakannya padatan Na 2CO3
untuk percobaan pada pembuatan larutan dari bahan padat. Larutan H 2SO4
untuk percobaan pada larutan dari bahan cair. Akuades digunakan sebagai zat
pelarut dalam setiap percobaan dan untuk mencuci alat-alat yang telah
digunakan. Tissu untuk mengelap alat-alat setelah dicuci.
Faktor kesalahan dalam praktikum ini terletak pada praktikan yang kurang
berhati-hati dalam menuangkan akuades ke dalam labu takar yang seharusnya
tepat pada tanda batas labu takar namun larutan yang dituang melebihi tanda
batas sampai larutan keluar atau tumpah dari labu takar. Kesalahan ini
terulang sampai tiga kali sehingga harus mengulangi setiap langkah dari
pertama hingga akhir.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
a. Dari hasil percobaan pembuatan larutan H2SO4 diproleh konsentrasi molaritas
% .. 10
dengan rumus M = mendapatkan hasil 18,4 M serta % volume H2SO4
Mr
V1
yang menggunakan rumus % volume = x 100% . Lalu didapatkan hasil
V2
persen volume H2SO4 sebesar 10 % dan komsentrasi H 2SO4 setelah dilakukan
pengenceran dengan rumus M1.V1 = M2. V2. Didapatkan hasil konsentrasi
H2SO4 setelah pengenceran adalah 1,84 M.
b. Dari hasil percobaan pembuatan larutan Na2CO3 diperoleh persen berat
m 1000
sebanyak 1,0019% dengan menggunakan rumus M = x , yang
Mr P
diperoleh dari berat Na2CO3 yaitu 1.009 g, dan volume Na2CO3 yaitu 100 mL
dan massa molekul relatifnya yaitu 106 g/mol. Larutan bersifat homogen dan
termasuk larutan encer karena larutannya masih bisa untuk melarutkan zat
terlarut dan belum terjadi endapan.
c. Perbedaan pembuatan larutan dari bahan padat dan cair adalah pada
perbedaan bahannya. Bahan padat harus ditimbang terlebih dahulu dengan
menggunakan neraca analitik. Agar komposisinya sesuai dengan zat
terlarutnya, sedangkan pada bahan cair, cairan harus mengalami proses
pengenceran terlebih dahulu karena bahan masih dalam kondisi pekat karena
pada percobaan ini yang digunakan adalah larutan H2SO4. Pada percobaan
dengan bahan padat konsentrasinya belum diketahui, setelah ditambahkan
bahan padatan ke dalam akuades pada percobaan satu lalu di campurkan
dengan cara membolak-balikkan labu takar yang berisi larutan yang telah
tercampur tersebut. Hasilnya juga larutan tersebut termasuk larutan homogen.
Setelah bercampur, larutan bisa didapat konsentrasinya dengan menggunakan
m 1000
rumus M = x . pada percobaan kedua yang menggunakan
Mr P
bahancair konsentrasinya sudah diketahui tetapi konsentrasinya masih trlalu
tinggi lalu ditambahkan akuades pada proses pengenceran untuk menentukan
konsentrasinya menjadi normal. Dengan menggunakan rumus pengenceran
M1. V1 = M2 . V2 . Lalu larutan yang dihasikan adalah larutan homogen dan
jenis larutannya adalah larutan encer atau tidak jenuh.
5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat digunakan larutan HCl sebagai
bahan pengganti larutan H2SO4 dalam pembuatan larutan agar dapat
menambah wawasan yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA