Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran napas yang memberikan

gejala-gejala batuk, mengi, dan sesak napas (Somantri, 2009). Pada pasien yang

mengalami asma terjadinya inspirasi pendek dan dangkal, mengakibatkan

penderita menjadi sianosis, wajah pucat dan lemas. (Kumoro, 2008). Terjadinya

berbagai masalah tersebut pada pasien asma menyebabkan pasien menjadi cemas

dan berusaha untuk bernapas sekuat-kuatnaya sehingga diperlukannya

penanganan yang cepat dan tepat. Beberapa penanganan yang dapat diberikan

pada pasien asma untuk mengurangi stasis sekresi pulmonal dan mengurangi

resiko penurunan pengembangan dinding dada yaitu dengan pengaturan posisi

saat istirahat. Posisi yang paling tepat dan efektif pada klien dengan penyakit

kardiopulmonari adalah posisi semi fowler dengan derakat kemiringan 30-45o,

yaitu dengan menggunakan gaya grafitasi untuk membantu pengembangan paru

dan menguragi tekanan dari abdomen pada diafragma (Potter, 2005).

Berdasarkan kasus yang ditemukan di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD

Dr, Tjitrowardojo, didapatkan bahwa pasien Tn. P dengan riwayat asma datang

dengan keluhan sesak napas, nyeri dada dan batuk berdahak sejak 7 jam yang lalu.

Tindakan awal yang diberikan berupa pengaturan posisi tidur yaitu posisi semi

fowler. Supadi (2008) menjelaskan bahwa posisi semi fowler dimana kepala dan

tubuh dinaikan 30-45o membuat oksigen didalam paru-paru semakin meningkat

sehingga memperingan kesukaran napas. Penurunan sesak napas tersebut juga

didukung dengan sikap pasien yang kooperatif, patu pada saat pasien diposisikan
semi fowler sehingga pasien dapat bernapas secara efektif. Hasil anlisis tindakan

yang diberikan kepada pasien Tn. P dengan riwayat asma sesuai dengan hasil

penelitian yag dilakukan Safitri (2011) dengan judul “Kefektifan Pemberian

Posisi Semi Fowler TerhadaPenurunan Sesak Napas Pada Pasien Asma Di Ruang

Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta” dengan hasil bahwa ada perbedaan

penurunan sesak napas pada pasien asma sebelum dan sesudah diberikannya

posisi semi fowler yang ditunjukan oleh hasil p value 0,006 (p<0,05). Posisi semi

fowler atau setengah duduk mampu meredakan penyempitan jalan napas dan

memenuhi kadar O2 dalam darah sehingga pasien menjadi lebih rileks.

Hasil analisis juga menunjukan bahwa pasien mengatakan mengalami batuk

yang berdahak yang disertai dengan sesak napas. Tindakan selanjutnya yang dapat

berikan pada pasien asma dengan masalah adanya sputum atau dahak yaitu

dengan pemberian bronkodilator melalui nebulisasi. Pemberian bronkodilator

melalui nebulisasi mampu menampung sejumlah obat dengan dosis besar dan

merupakan cara yang bisa digunakan di Instalasi Gawat Darurat untuk

memperoleh reaksi yang cepat. Tujuan dari pemberian nebulizer adalah untuk

dapat mengelurkan dan mengencerkan dahak serta dapat membebaskan jalan

napas pada pasien asma. Hasil analisis ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan Idrus (2012) dengan hasil bahwa pemeberian nebulizer yang di

encerkan dengan NaCl 0,9% dapat mengeluarkan dahak lebih banyak di

bandingkan dengan pemberian nebulizer dengan salbutamol tanpa pengeceran.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran napas yang memberikan

gejala-gejala batuk, mengi, dan sesak napas. Tindakan awal yang dapat

diberikan pada pasien asma berupa pengaturan posisi semi fowler untuk

mengurangi sesak napas. posisi semi fowler dimana kepala dan tubuh dinaikan

30-45o membuat oksigen didalam paru-paru semakin meningkat sehingga

memperingan kesukaran napas. Penurunan sesak napas tersebut juga didukung

dengan sikap pasien yang kooperatif, patu pada saat pasien diposisikan semi

fowler sehingga pasien dapat bernapas secara efektif. Langkah selanjutnya

yang dapat diberikan berupa pemberian brokodilator melalui nebulisasi.

Pemberian nebulizer sangan efektif pada pasien asma dengan keluhan sesak

diserta batuk yang mengelurkan dahak.

B. Saran

Diharapkan perawat lebih teliti dalam pemberian tindakan awal

penanganan pada pasien asma dan tidak melupakan teknik-teknik dasar dalam

penangan pasien dengan masalah hambatan saluran pernapasan.


DAFTAR PUSTAKA

Idrus, I., Savitri. 2012. Perbandingan Efek Salbutamol Dengan Salbutamol Yang
Diencerkan Dengan NaCl 0,9% Pada Pasien DewasaDengan Asma Akut
Sedang Di RS Persahabatan Jakarta. Skripsi. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Kumoro, D. 2008. Pengaruh Pemberian Senam Asma Terhadap Frekwensi


Kekambuhan Asma Bronkial. Skripsi. Semarang: UMS.

Potter, P. 2005. Fundamtal Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta:


EGC

Somantri, I. 2009. Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: Selemba Medika

Supadi, E. Nurachmah, dan Mamnuah. 2008. Hubungan Analisa Posisi Tidur


Semi Fowler Dengan Kualitas Tidur Pada Klien Gagal Jantung Di RSU
Banyumas Jawa Tengah. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Volume IV.

Safitri, R. 2011. Kefektifan Pemberian Posisi Semi Fowler TerhadaPenurunan


Sesak Napas Pada Pasien Asma Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Skripsi. Surakarta: STIKES Aisyiah.

Anda mungkin juga menyukai